Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM II

FARMAKOLOGI DAN TOKSIOLOGI

(PENYEMBUHAN LUKA SAYAT TIKUS)

Dosen Mata kuliah : apt. Nurul Insani, M.Si.

Disusun oleh :

Nama : Salsa Khoirunisa Fitriani

Nim : 1948201080

Kelas : B Farmasi

Semester : 4 (Empat)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SALSABILA SERANG

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Jl. Raya Serang-Pandeglang Km.06 No. 33, Kemanisan, Kecamatan Curug, Serang,
Kemanisan, Kec. Curug, Kota Serang, Banten 42211
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpui, perubahan suhu. zat kimia, ledakan,
sengalan listrik, atau gigitan hewan. Bentuk luka bermacam- macam bergantung
penyebabnya, misalnya luka sayat atau vulnus scissum disebabkan oleh benda tajam,
sedangkan luka tusuk yang disebut vulnus punctum akibat benda runcing. Luka robek,
laserasi atau vulnus laceratum merupakan luka vang tepinya tidak rata atau compang-
camping disebabkan oleh benda yang permukaannya tidak rata. Luka lecet pada
permukaan kulit akibat gesekan disebut ekskoriasi atau vulnus excoriatium. Panas dan zat
kimia juga dapat menyebabkan luka bakar atau vulnus excoriatium (Sjamsuhidajat. 2010).
Penyembuhan luka merupakan proses biologis yang kompleks hingga menghasilkan
pemulihan jaringan yang terintegritas. Secara fisiologis, proses penyembuhan luka dapat
dibagi menjadi empat lahap niulai dari hemostasis, inflamasi, proliferasi dan rermulelling
jaringan. Banyak faktor yang diketahui memperlambat penyembuhan luka, yaitu gizi
buruk, hipoksia. imunosupresi, penyakit kronis dan keadaan pasca bcdah. Sangat penling
bagi ahii bedah untuk memahami proses fisiologis yang lerlibat dalam penyembuhan luka
untuk meniinimalkan morbiditas pasien dari proses penyembuhan luka yang tertunda
(Young, A. 2015).

1.2 Tujuan Praktikum

1. Mengetahui cara pengobatan dan perawatan luka sayat


2. Mengetahui bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai terapi/obat luka sayat, baik
yang alami maupun kimia.
3. Mampu mengamati dan menganalisis perubahan luka sayat sebelum dan setelah
pemberian terapi pada tiap bahan uji yang diberikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Luka merupakan salah satu proses kerusakan atau hilangnya komponen jaringan yang
terjadi mengenai bagian tubuh tertentu, Jenis luka salah satunya adalah luka sayat, dimana
penyebab cidera traumatik dapat berupa pisau dan benda tajam. Sehingga luka dapat
digambarkan sebagai gangguan dalam kontinuitas sel-sel lalu diikuti dengan
penyembuhan luka yang merupakan pemulihan kontinuitas tersebut.
Luka sayat merupakan suatu kerusakan yang terjadi pada jaringan kulit akibat trauma
benda tajam seperti pisau, silet, kampak tajam, maupun pedang. Ketika jaringan tubuh
mengalami luka maka terdapat beberapa efek yang ditimbulkan seperti pendarahan dan
pembekuan darah, hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, kontaminasi bakteri,
respon stres simpatis, serta kematian sel (Zahriana, 2017).
Berdasarkan penyebabnya luka sayat (Vulnus scisum) adalah salah satu jenis trauma
yang sering terjadi. Kulit sebagai organ tubuh yang terletak paling luar dan terbesar serta
fungsinya sebagai pelindung tubuh mudah terjadi luka baik itu ringan maupun berat.
Proses penyembuhan dari luka sayat secara normal dapat terjadi menggunakan bantuan
atau secara alami, selain itu penyembuhan luka juga dapat terhambat akibat banyak faktor
yang bersifat lokal atau sistemik.
Pada mekanisme penyembuhan luka sayat, tubuh akan melakukan suatu respon
fisiologis secara otomatis ketika ada jaringan tubuh yang mengalami luka atau cedera.
Respon tersebut berupa regenerasi sel dan penyembuhan luka dengan tujuan untuk
mengembalikan struktur dan fungsi jaringan tubuh yang mengalami kerusakan
(Ferdinandez, 2013). Menurut Arisanty (2013), proses penyembuhan luka sayat pada
jaringan tubuh yang mengalami kerusakan melalui tiga fase yaitu inflamasi, proliferasi,
dan remodeling atau maturasi. Masing-masing fase tersebut memiliki mekanisme kerja
yang berbeda yaitu pada fase inflamasi terjadi mekanisme vasokonstriksi, homeostatis
dan juga infiltrasi sel inflamasi, pada fase proliferasi terjadi mekanisme angiogenesis,
deposisi jaringan kolagen, pembentukan jaringan granulasi, dan migrasi sel epitel,
sedangkan pada fase remodeling terjadi mekanisme perbaikan jaringan dan kolagen,
maturasi epidermis, dan pengerutan luka (Sabirin, 2013).
Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Sayat Menurut Arisanty (2013), ada
beberapa faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka yaitu:

1. Faktor Umum

a. Usia, pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi tubuh yang akan menyebabkan
penurunan waktu selama proses penyembuhan luka.
b. Penyakit penyerta, ada beberapa penyakit penyerta yang sering mempengaruhi
proses penyembuhan luka seperti diabetes melitus, ginjal, dan jantung yang akan
memperberat kerja sel dalam memperbaiki luka.
c. Nutrisi, atau yang biasa disebut dengan istilah asupan makanan berpengaruh
dalam proses penyembuhan luka, karena nutrisi yang kurang akan menghambat
kinerja sel bahkan menyebabkan infeksi.
d. Status psikologis, dapat menyebabkan penurunan selama proses penyembuhan
luka karena hal tersebut akan menganggu efisiensi kerja imun tubuh. Status
psikologis tersebut seperti stres, cemas, dan depresi.
e. Obat, obat-obatan kimia sintetis ada yang berfungsi untuk menyembuhkan luka,
tetapi ada juga beberapa yang menghambat proses penyembuhan luka seperti
nonsteroidal antiinflamatoy drug atau NSAID, obat sitotoksik, kortikosteroid,
imunosupresan, dan penisilin atau penisilamin.

2. Faktor Lokal

a. Hidrasi luka, kondisi luka yang lembab sangat mendukung proses penyembuhan
luka, karena pada luka yang terlalu kering akan menghasilkan fibrin yang
mengeras sedangkan luka yang terlalu basah akan menyebabkan kerusakan yang
memperburuk area di sekitar luka.
b. Penatalaksanaan luka, perlu diperhatikan dengan tepat untuk mendukung
penyembuhan luka seperti kebersihan dan pemilihan obat yang digunakan.
c. Temperatur luka, temperatur yang stabil untuk jaringan tubuh yang mengalami
luka adalah 37o C, karena pada suhu tersebut dapat meningkatkan proses mitosis
untuk mempercepat proses penyembuhan.
d. Benda asing, pada luka sayat benda asing harus dibersihkan dengan tepat agar
luka cepat menutup dan tidak menyebabkan terjadinya infeksi.
Salah satu contoh penyembuhan luka yaitu dengan penggunaan rivanol (etakridin
laktat) memiliki sifat bakteriostatik (mampu menghambat pertumbuhan kuman), dan tidak
bersifat iritatif untuk kulit, sehingga cocok sebagai antiseptik borok bernanah, kompres
dan irigasi luka terinfeksi. Dewasa ini pemilihan bahan-bahan alami seperti propolis juga
mulai diminati oleh masyarakat untuk proses penyembuhan luka sayat, karena propolis
merupakan campuran sejumlah lilin lebah dan resin yang dikumpulkan oleh lebah madu
dari tanaman, terutama dari bunga dan kuncup daun. Propolis telah terbukti dapat
membunuh bakteri paling aktif yang menjadi musuh lebah, yaitu larva Bacillus penyebab
busuk brood Amerika.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


 Silet
 Cotton bud
 Kapas
 Kassa
 Timbangan hewan

2. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


 Alkohol 70%
 Etakridin laktat
 Propolis

3.2 Hewan yang digunakan

Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu 6 ekor tikus putih jantan (Rattus
novegicus) yang berumur tiga sampai empat bulan dengan berat badan 150-200 gram.
Tikus dipelihara dalam kandang individu yang terbuat dari kayu. Kandang diberi sekam
untuk menjaga suhu tetap optimal.

3.3 Cara Kerja

Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 3 kelompok dan masing-masing kelompok


terdiri dari 2 ekor. Setiap kelompok dipisahkan dalam kandang yang berbeda. Sebelum
penelitian dilakukan tikus diaklimatisasi selama 7 hari untuk membiasakan pada
lingkungan percobaan, dan diberi makanan standar. Hewan dianggap sehat apabila
perubahan berat badan tidak lebih dari 10% serta memperlihatkan perilaku normal.

 Gunakan tikus jantan sebanyak 6 ekor


 Tikus ditimbang berat badan lalu dicatat
 Tikus kemudian dikelompokkan dalam 3 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 2
ekor, dimana kelompok I sebagai kontrol, kelompok II diberi luka dan pengobatan
etakridin laktat, kelompok III diberi luka dan pengobatan propolis.
 Diamati luka sayat selama 7 hari.

Anda mungkin juga menyukai