Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM I

FARMAKOLOGI DAN TOKSIOLOGI

(ANTIHIPERGLIKEMIA)

Dosen Mata kuliah : apt. Nurul Insani, M.Si.

Disusun oleh :

Nama : Salsa Khoirunisa Fitriani

Nim : 1948201080

Kelas : B Farmasi

Semester : 4 (Empat)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SALSABILA SERANG

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Jl. Raya Serang-Pandeglang Km.06 No. 33, Kemanisan, Kecamatan Curug, Serang,
Kemanisan, Kec. Curug, Kota Serang, Banten 42211
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di zaman era globalisasi saat ini ditemukan berbagai macam penyakit yangmematikan.
Salah satu penyakit yang sering dijumpai yaitu diabetes melitus yangdapat menyerang
segala macam kalangan, mulai dari anak-anak sampai orang tua,bahkan pada orang lansia
sekalipun. Diabetes melitus umumnya lebih banyakdiderita oleh kaum wanita terutama bagi
mereka yang memiliki masalah pada beratbadannya.
Diabetes mellitus, suatu penyakit kronik yang terjadi akibat kekurangan metabolisme
glukosa, disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin dari sel-sel beta. Keadaan ini
menyebabkan tingginya kadar gula darah (hiperglikemia). Ditandai oleh tiga hal, yaitu
Poliuri (meningkatnya keluaran urin), polidipsi (meningkatnya rasa haus), polifagia
(meningkatnya rasa lapar). Kadar glukosa darah normal adalah 60-100mg/dL dan glukosa
serum, 70-110 mg/dL. Ketika kadar glukosa darah lebih besar dari 180 mg/dL, dapat terjadi
glukosuria (gula dalam urin).
Dalam keadaan normal, kira-kira 50 % glukosa yang dimakan mengalamimetabolisme
sempurna menjadi CO2 dan air 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah
menjadi lemak. Pada diabetes melitus semua proses tersebutterganggu, glukosa tidak dapat
masuk ke dalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan
lemak.Insulin adalah hormon yang mengendalikan gula darah. Tubuh menyerapmayoritas
karbohidrat sebagai glukosa (gula darah). Dengan meningkatnya guladarah setelah makan,
pankreas melepaskan insulin yang membantu membawa guladarah ke dalam sel untuk
digunakan sebagai bahan bakar atau disimpan sebagailemak apabila kelebihan. Orang-orang
yang punya kelebihan berat badan atau mereka yang tidak berolahraga seringkali menderita
resistensi insulin.Konsekuensinya, tingkat gula darah meningkat di atas normal.
Pengobatan diabetes dapat dilakukan dengan cara pemberian insulin ataupunobat-obat
hipoglikemik oral seperti golongan sulfonilurea contohnya glibenclamiddan golongan
biguanid seperti metformin. Disamping pengobatan dengan obatmodern diabetes dapat pula
diobati dengan obat tradisional yang berasal daritumbuh-tumbuhan, hewan, maupun mineral.
Pengobatan secara tradisionalmemiliki efek samping yang kurang dibanding obat modern.
Pada percobaan kali ini akan diamati kegunaan obat-obat antidiabetik glibenklamid dan
metformin dengan melihat efek penurunan kadar gula darah dengan menggunakan alat ukur
gula darah yaitu glukometer serta Na-CMC dangan glukosa sebagai kontrol dengan
menggunakan hewan uji mencit.

1.2 Tujuan Praktikum


Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
1. Mengetahui cara mengkonversi dosis beberapa obat hipoglikemik oral manusia ke
dosis pada mencit
2. Membuat sediaan suspensi obat hipoglikemik oral yang sesuai dengan hewan coba
mencit yang digunakan
3. Melakukan induksi glukosa darah pada hewan coba baik dengan induksi glukosa
maupun dengan bahan kimia lainnya
4. Mengukur kadar glukosa darah mencit dengan menggunakan glucometer
5. Menganalisis perbedaan penurunan kadar glukosa darah mencit antar perlakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Diabetes Mellitus adalah peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemi (glukosa
puasa ≥ 126 mg/dL atau postprandial ≥ 200 mg/dLatau glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dL.
Bila DM tidak segera diatasi akan terjadi gangguan metabolisme lemak dan protein, dan
resiko timbulnyagangguan mikrovaskular atau makrovaskular meningkat (Gunawan,
2012).
Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandaidengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitasmetabolisme karbohidrat, lemak dan
protein yang disebabkan olehpenurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin.
(Sukandardkk,2009).
Diabetes terdapat 4 tipe, yaitu :
1. Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM ; tipe I) disebabkan olehdefisiensi absolut
yang biasanya terjadi sebelum usia 15 tahun danmengakibatkan penurunan berat badan,
hiperglikomin, hetoksidosis,asteroksis, kerusakan retina dan gagal ginjal. Karena sel
batu padalangerhans rusak maka pasien membutuhkan injeksi insulin.
2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (NIDDM ; tipe II) disebabkanoleh penurunan
pelepasan insulin atau kelainan respon jaringanterhadap insulin yang menyebabkan
hiperglikemia, tetapi tidakhetoksidosis.
3. Berbagai sebab spesifik yang lain yang menyebabkan kadar glukosadarah meningkat,
seperti penyakit nonpancreatic dan akibat terapi obat
4. Disebut juga Gestational diabetes (GDM), tidak normalnya kadarglukosa darah di masa-
masa awal kehamilan dimana plasenta danhormon-2 plasenta menimbulkan resistensi
insulin yang nyata padatrimester terakhir.

Gejala Diabetes Melitus (Tan Hoan, 2010) :


a. Poluria (banyak berkemih)
b. Polidipsia ( banyak minum)
c. Polifagia (banyak makan)
Disamping naiknya kadar gula darah,diabetes bercirikan adanya gula dalam kemih
(glycosuria) dan banyak berkemih karena glukosa yang diekskresikan mengikat banyak air.
Akibatnya timbul rasa sangat haus,kehilangan energy, turunnya berat badan serta rasa letih.
Tubuh mulai membakar lemak untuk memenuhi kebutuhan energinya, yang disertai
pembentukan zat-zat perombakan antara lain aseton, asam hirdroksibutirat dan diasetat, yang
membuat darah menjadi asam.Keadaan ini, yang disebut ketoacidosis dan terutama timbul
pada tipe 1, amat berbahaya karena akhirnya dapa menyebabkan pingsan. Napaspenderita
yang sudah menjadi sangat kurus sering kali juga berbau aseton (Tan Hoan,2010).
Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsimemanfaatkan glukosa
sebagai sumber energi dan mensintesa lemak. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk didalam
darah (hiperglikemia) danakhirnya dieksresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria).
Karenaitu produksi kemih sangat meningkat dan pasien harus kencing, merasaamat haus,
berat badan menurun dan berasa lelah (Mycek, 2001).

Kriteria Penderita Diabetes Melitus (Handoko, 2003) :

a. Seseorang dikatakan menderita penyakit diabetes mellitus bila hasil pemeriksaaan kadar
glukosa darah puasanya ≥ 126 mg/dl (plasma vena) atau pada pemeriksaan kadar glukosa
darah 2 jam setelah minum larutan glukosa 75 gram hasilnya ≥ 200 mg/dl.
b. Seseorang dikatakan terganggu terhadap toleransi glukosa bila hasilpemeriksaan kadar
glukosa dara puasanya 110-125 mg/dl (plasmavena) atau pada kadar glukosa darah 2 jam
setelah minum larutanglukosa 75 gram hasilnya antara 140-199 mg/dl.
c. Seseorang dikatakan normal (tidak mengidap DM) jika hasilpemeriksaan kadar glukosa
darah puasanya ≤ 110 mg/dl (plsma vena) atau pada pemeriksaan kadar glukosa darah 1
jam setelah minum larutan glukosa ‹ 180 mg/dl dan hasil pemeriksaan kadarkadar glukosa
darah 2 jam setelah minum larutan glukosa ‹140 mg/dl.

Pengobatan diabetes dapat dilakukan dengan cara pemberian insulin ataupun obat-obat
hipoglikemik oral seperti golongan sulfonilurea contohnya glibenclamid dan golongan
biguanid seperti metformin. Disamping pengobatan dengan obatmodern diabetes dapat pula
diobati dengan obat tradisional yang berasal daritumbuh-tumbuhan, hewan, maupun mineral.
Pengobatan secara tradisional memiliki efek samping yang kurang dibanding obat modern.
2.2 Uraian Bahan dan Obat

1. Uraian Bahan
a. Etanol FI III Hal : 65
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, alkohol
Pemerian : caira tak berwarna, jernih, mudahmenguap dan mudah bergerak, bau
khas, rasa panas, mudahterbakar, denganmemberikan nyala biru
yang tidak berasap.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan dalam eter P.
Khasiat dan penggunaan : zat tambahan
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindungdaricahaya, ditempat sejuk
jauh dari nyala api.

b. Air Suling (Dirjen POM, 1995)


Nama resmi : AQUADESTILLATA
Nama lain : Aqua,Air suling
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut

c. Na.CMC (Ditjen POM, 1979)


Nama resmi : Natrii carboxymethycellulosum
Sinonim : Natrium karboksilmetilselulosa
BM : 50.000 – 70.00046,0
Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuninggading, tidak berbau
atau hamper tidakberbau, higroskopik.
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuksuspensi colloidal, tidak
larut dalam etanol(95%) P, dalam eter P dan dalam pelarutorganik
lain.Efek samping : Obstruksi usus dan esophagus
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapatKegunaan : Sebagai bahan pensuspensi
dan kontro
2. Uraian Obat
a. Acarbose
Nama Obat : Acarbose
Kandungan Obat : Acarbose
Kelas Obat : Agen Antidiabetik
Kategori Obat : Obat resep
Manfaat Obat : Menurunkan gula darah pada pasien diabetes melitus
tipe 2
Kontraindikasi Obat : Pasien radang usus, ketoasidosis diabetik atau sirosis,
ulserasi kolon, obstruksi usus parsial, atau
predisposisi
Sediaan Obat : Tablet

b. Glibenklamid (Tjay, 2002)


Golongan : Antidiabetes (Sulfonilurea)
Indikasi : Diabetes Militus
Farmakodinmik : Glibenklamid merangsang sekresi induksidari granul-
granul sel beta langerhanspangkreas. Rangsangannya
melaluiinteraksinya dengan ATP sensitive Kchannel.
Farmakodinamik : Sulfonilurea generasi II, umumnya
potensihipoglikemiknya hampir 100 kali lebih
besardari generasi I. Meski waktu paruhnyapendek,
hanya 3 - 5 jam, efekhipoglikemiknya berlangsung
12 – 24 jam,sering cukup satu kali sehari.
Alasanmengapa waktu paruh pendek ini memberikan
efek hipoglikemik panjang,belum diketahui.
Efek samping : Mual, muntah, sakit perut, vertigo, bingung,ataksia,
reaksi alergi (Theodorus, 1996).Insidens efek
samping generasi I sekitar4%. Insidensinya lebih
rendah lagi untukgenerasi II. Hipoglikemia, bahkan
sampaikoma tentu dapat timbul. Efek samping lain,
reaksialergi jarang sekali terjadi, mual, muntah,diare,
gejala hematologic, SSP, mata dan sebagainya.
Kontraindikasi : Wanita diabetes yang sedang hamil,penderita
glikosuria renal non-diabetes,hipersensitivitas
Interaksi Obat:Glukokortikoid, hormone tiroid,
diuretika,estrogen menyebabkan peningkatan
kadarglukosa dalam darah bila diberikan bersamaan.
Dosis : Permulaan 1 dd 2,5 – 5 mg, bila perlu dinaikkan
setiap minggu sampai maksimal2 dd 1 mg.

c. Metformin (Tjay, 2002)


Nama Paten : Methergin, Methicol, Methioson, methovin,Methycobal,
Metidrol, Benofomin, Forbetes,metphica, Diabex.
Indikasi : Diabetes orang dewasa yanhg tidakterkontrol dengan
memuaskan oleh diet danobat lain,pengobatan utama dan
tambahan tunggal atau kombinasi dengan insulin
atausulfonylurea.
Kontra Indikasi : Komadiabetik dan ketoasidosis, Gangguan fungsi ginjal
yang serius,penyakit hati kronis, kegagalan
jantung,Miokardial infark, Alkoholism, Keadaanpenyakit
kronik atau akut berkaitan dengan hipoksia jaringan,
laktat asidosis,hipersensitivitas terhadap biguanid.
Efek samping : Jarang terjadi gangguan saluran cerna,bersifat reversibel
pada saluran lambung dan usus, termasuk anoreksia,
gangguan perut, mual, muntah, rasa logampada mulut dan
diare.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


a. Batang pengaduk
b. Beaker
c. Gelas ukur
d. Gunting
e. Hot plate
f. Mixer
g. Spoit 1 cc
h. Spoit oral

2. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


a. Alkohol 70%
b. Aqua destilat
c. Kapas
d. Natrium CMC
e. Tablet Acarbose
f. Tablet Glibenklamid
g. Tablet Metformin

3.2 Hewan yang digunakan

Hewan yang digunakan adalah mencit jantan, galur lokal dengan berat badan 20g-
30g berumuran anatara 6-8 minggu.

3.3 Pembuatan Bahan Penelitian

1) Pembuatan Natrium CMC 1%


a. Panaskan kurang lebih 200 ml air hingga mendidih
b. Timbang Na.CMC sebanyak 1g
c. Masukkan Na.CMC kedalam beaker gelas 300ml lalu tambahkan 50ml air panas
d. Aduk campuran tersebut dengan mixer hingga homogen, ditandai dengan tidak
nampaknya lagi serbuk berwarna putih dan campuran berupa seperti gel.
e. Tambahkan air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga volume larutan
tersebut menjadi 100ml, kemudian dinginkan.
2) Pembuatan Glukosa 5% b/v
a. Timbang Glukosa sebanyak 5g
b. Masukan kedalam labu ukur 100ml lalu tambahkan 50ml air suling
c. Aduk camuran hingga larut
d. Lalu celupkan volumenya hingga 100ml dengan air suling
3) Pembuatan Suspensi Glibenklamid
a. Perhitungan Dosis oral Glibenklamid untuk mencit
Dosis lazim Glibenklamid untuk manusia = 5 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20g = Dosis Lazim × Faktor
Konversi = Dosis Lazim × 0,0026
Untuk mencit dengan berat 30g = (30g/20g) × hasil konversi
Dosis ini diberikan dalam volume = 0,2 ml
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100ml
Jumlah Glibenklamid yang digunakan = (100 ml/0,2 ml) × 0,0195 mg
b. Cara Pembuatan Suspensi Glibenklamid
1. Ambil tablet Glibenklamid lalu gerus hingga halus
2. Masukkan serbuk Glibenklamid yang sudah halus kedalam Erlenmeyer 100ml
3. Tambahkan sekitar 50ml larutan Natrium CMC, kocok hingga homogeny
4. Cukupkan volumenya hingga 100 ml dengan larutan Na.CMC 1%

4). Pembuatan suspensi Metformin HCI

a. Dosis lazim Metformin HCI untuk manusia = 500 mg

Konversi dosis untuk mencit BB 20 g = Dosis lazim × Faktor konversi

= Dosis lazim × 0,0026

Untuk mencit dengan berat 30 g = (30 g/20 g) × hasil konversi

Dosis ini diberikan dalam volume = 0,2 ml

Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 ml

Jumlah Metformin HCI yang digunakan = (100 ml/ 0,2 ml) × 1,95 mg
b. Cara pembuatan suspensi Metformin HCI 1% b/v
1. Ambil tablet Metformin HCI lalu gerus hingga halus
2. Masukkan serbuk Metformin HCI yang sudah halus kedalam erlenmeyer 100 ml
3. Tambahkan sekitar 50 ml larutan Natrium CMC, kocok hingga homogeny lalu
celupkan volumenya hingga 100 ml dengan larutan Na.CMC 1%

5). Pembuatan suspensi Acarbose

a. Dosis lazim Acarbose untuk manusia = 25 mg


Konvensi dosis untuk mencit BB 20 g = Dosis lazim × Faktor konversi
= Dosis lazim × 0,0026
Untuk mencit dengan berat 30 g = (30 g/20 g) × hasil konversi
Dosis ini diberikan dengan volume = 0,2 ml
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 ml
Jumlah Acarbose yang digunakan = (100 ml/ 0,2 ml) × 0,0975 mg

b. Cara pembuatan suspensi Acarbose 0,04875% b/v


1. Ambil tablet Acarbose lalu gerus hingga halus, dan timbang sebanyak yang
dibutuhkan sesuai yang dibutuhkan sesuai perhitungan.
2. Masukkan serbuk Acarbose yang sudah ditimbang, tambahkan sekitar 50 ml
larutan Natrium CMC, aduk hingga homogen
3. Pindahkan ke suspensi Acarbose tersebut ke dalam erlenmeyer lalu cukupkan
volumenya hingga 100 ml dengan larutan Na. CMC 1 %
3.4 Cara Kerja

Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok


terdiri dari 3 ekor. Setiap kelompok dipisahkan dalam kandang yang berbeda. Sebelum
penelitian dilakukan mencit diaklimatisasi selama 7 hari untuk membiasakan pada
lingkungan percobaan, dipelihara dalam ruangan dengan suhu kamar, pemberian makan
dengan pekan reguler dan air minum, sebelum perlakuan mencit dipuasakan selama 10 jam
tetapi tetap diberikan air minum dan diberi makanan standar. Hewan dianggap sehat apabila
perubahan berat badan tidak lebih dari 10% serta memperlihatkan perilaku normal.

Toleransi Glukosa

 Gunakan mencit jantan sebanyak 12 ekor


 Ditimbang berat badan tiap mencit lalu catat
 Mencit kemudian dikelompokkan ke dalam 4 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 3
ekor, dimana kelompok I sebagai kontrol, diberikan larutan Na. CMC 1 % kelompok II
diberi suspensi glibenklamid, kelompok III diberi suspensi akarbose dan kelompok IV
diberi suspensi metformin HCI
 Sebelum perlakukan mencit diambil darahnya melalui pembuluh darah yang ada di vena
ekor dengan cara dipotong ekor mencit tersebut ± 0,5 cm dari ujjung ekor dengan
menggunakan gunting yang telah di usap dengan alkohol 70 %.
 Darah yang dikeluarkan di teteskan pada strip glukometer yang terpasang pada alat.
Kadar glukosa darah yang muncul pada alat kemudian dicatat sebagai kadar glukosa
puasa.
 Setelah penentuan kadar glukosa puasa pada mencit, kemudian semua mencit diberikan
larutan glukosa 5 % dengan dosis 1-2,5 g/kg BB mencit secara oral
 Menit kemudian diukur kadar glukosa darahnya sebagai kadar glukosa setelah
pembebanan pada menit ke 10 (atau 5 menit setelah kadar glukosa di ukur) setiap mencit
diberiakan perlakuan, kelompok I diberi larutan Na.CMC 1%, kelompok II diberi
sespensi glibenklamid, kelompok III diberi suspensi akarbose dan kelompok IV diberi
suspensi metformin HCL, semua perlakukan secara oral dengan volume pemberian 0,2
ml/ 30 g BB mencit.
 Mencit kemudian diberikan dan diukur kadar gula darahnya tiap 20 menit selama 60
menit.

Anda mungkin juga menyukai