PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat
adanya gangguan pada metabolisme glukosa, di sebabkan kerusakan
proses pengaturan sekresi insulin dari sel-sel beta. Insulin yang di hasilkan
oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga kesimbangan kadar
glukosa darah. Kadar glukosa darah normal pada waktu puasa antara 60120 mg / dl. Dan dua jam sesudah makan di bawah 140 mg/ dl.
Diabetes di tandai dengan hiperglikemia dan glukosidase yang
berhubungan dengan abnomalitas metabolisme karbohodrat, lemak dan
protein yang di akibatkna kurangnya insulin yang di produksi oleh sel beta
pankreas baik absolut maupun relatif. Diabetes melitus bukan merupakan
patogen melainkan secara etiologi adalah kerusakan atau gangguan
metabolisme.
Manusia dalam melakukan aktifitas akan memerlukan energi baik
itu berupa aktifitas fisik maupun psikologik. Energi yang ada pada
manusia sebagian besar dan hampir seluruhnya berasal dari glukosa yang
di konsumsi dan dimetabolisme oleh tubuh. Namun, kadangkala
metabolisme yyang di harapkan dari sumber energi ini tidak berlangsung
sebagaiman mestinya, yang mungkin di sebabkan berbagai faktor , di
antaranya disungsi organ-organ tubuh yang berperran dalam metabolisme
tersebut. Glukosa yang tidka dimetabolisme tersebut dapat mengganggu
keerja fisiologis tubuh dan menyebabkan koplikasi penyakit akibat
kerusakan organ yang dapat di timbulkannya.
Oleh karena itu, dalam percobaan ini di lakukan suau percobaan
untuk mengetahui efek obat golongan diabetes dan pembagiannya disertai
aktifitas hipoglikemik.
B. Rumusan Masalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindroma klinik yang di tandai
oleh poliuri, polidipsia, dan polifagia, di sertai peningkatan kadar glukosa
darah, atau hiperglikemia ( glukosa puasa > 126 mg/dl, atau postprandial >
200 mg/dl atau glukosa sewaktu > 200 mg/dl). Bila DM tidak segera di
atasi akan terjadi gangguan metabolisme lemak dan protein dan resiko
dapat
memacu sekresi insulin. Contoh obat golongan ini adalah repaglinid dan
netaglinid. Obat golongan thiazoldindion yaitu trogitaron, rosiglitaron.
Golongan ini bekerja dengan cara menurunkan resistensi perifer
sebagaimna metformin. Golongan acarbosa adalah suatu polisakarida yang
bekerja menghambat enzim alpha glukosidase. Acarbosa bekerja
menghambat glukosa di saluran pencernaan (Priyanto dan Biomed, 2010).
Glukosa yang tinggi akan menstimulasi pusat kenyang yang
terdapat pada nukelus ventromedia di hipotalamus dan sebaliknya, glukosa
yang rendah akan menstimulasi neuron pada pusat lapar. Persaaan keyang
di sebabkan karena glukosa darah pada saat selesai makan menyebabkan
bertambahnya glukosa yang melewati sofiety centre dan mengaktifkannya.
Tinggi rendahnya kadar gula akan berpengaruh terhadap aktivitas dan
sofiety centre maupun feecling centre, dinamakan dengan teori glucostatic
(Tralisavana dkk., 2016).
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi
simplisia nabati dengan air pada suhu 90C selama 15 menit. Cara
pembuatannya yaitu campur simplisia yang memiliki derajat halus sesuai
dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15
menit terhitung mulai suhu mencapai 90C sambil sesekali di aduk. Saat
panas, melalui kain flanel tambahkan air panas secukupnya melalui ampas
hingga di peroleh volume infus yang di kehendaki (Syamsuni, 2006).
Percobaan ini menggunakan hewan coba mencit. Mencit yang di
gunakan yaitu mencit putih jantan. Mencit dipilih karena mudah di dapat ,
harganya relatif murah, penangannya mudah, dan fisiologis tubuhnya
mirip dengan manusia. Untuk mengurangi penyimpangan hasil penelitian,
maka di pilih mencit dengan galur dan jenis kelamin yang sama, usia,
berat badan relatif sama. Sistem kekebalan tubuh juga dipengaruhi oleh
B. Uraian Bahan
1. Alkohol (Ditjen pom,1979 : 65)
Nama resmi
:
AETHANOLUM
Nama lain
:
Etanol
Rumus molekul
:
C2H6O
Berat molekul
:
46,07 g/mol
Rumus struktur
:
Pemerian
Cairan
mudah
menguap,
jernih
tidak
berwarna,
bau khas dan dapat menyebabkan rasa
terbakar
pada
lidah,
mudah
menguap
Stabilitas
Penyimpanan
Kegunaan
rendah.
Pemberian
dan
tidak berasa.
Penyimpanan
ammonium,
besi,
tertutup
kasap
berlemak
harus
Pemerian
tidak
berbau atau hamper tidak berbau.
Kelarutan
larut
dalam
etanol
dan
dalam
Susut pengeringan
Suhu Pemijaran
Pemerian
Kelarutan
Susut pengeringan
dilakukan
pada suhu 105O selama 16 jam.
Sisa pemijaran
Penyimpanan
Khasiat
Kaoligenikum
Deksttin
Berat moleku
Pemerian
:
:
694,85 g/mol
Serbuk atau kuning; putih atau tidak berbau;
hamper tidak bau atau higroskopik.
Kelarutan
Penyimpanan
Pemerian
Kelarutan
hidroskopik.
Mudah larut dalam air, praktis tidak larut
dalam
eter dan dalam klorofrom, sukar larut dalam
etanol.
Penyimpanan
C. Uraian Obat
1. Glibeklamid (Farmakoterapi V, 2010 dan ISO, 2014)
Indikasi
: Kontrahipoglikemia pada diabetes non insulin
dependen yang tidak dapat dikontra dengan diet
dan
biguanid.
Kontraindikasi
: Diabetes melitus dependen (Tipe I), hipoglikemia
berat dan serius pada semua jenis diabetes,
penyakit
hati, gangguan ginjal berat, kehamilan atau ibu
menyusui.
Efek samping
: Hipoglikemia merupakan efek samping utama
glibeklamid yang biasanya bersifat ringan,
berkepanjangan. Mulai rasa tidak enak perut,
prositus,
eritema, urtikaria, leucopenia, pansitopenia.
Mekanisme
: Bekerja dengan merangsang sekresi insulin dari
pancreas. Oleh karena itu glibeklamid hanya
bermanfaat pada penderita diabetes dewasa yang
pankreasnya masih mampu memproduksi insulin.
Peringatan
: Pada keadaan stress terapi harus dilakukan dengan
insulin. Hati-hati bila dberikan pada lansia.
Interaksi Obat
: Efek hipoglikemia ditingkatkan oleh alcohol,
siklofosfamid, antikoagulan, inhibition MAP,
fenilbutazon, penghambat -adrenergik,
sulfonamide.
Efek hipoglikemia diturunkan oleh adrenalin,
kortikosteroid, tiazida.
Farmakodinamik : Meningkatkan sekresi insulin dari sel pulau
langerhans dan meningkatkan efek insulin
terhadap
jaringan perifer dan penurunan pengukuran
glukosa
dari hati.
Farmakokinetik : Obat ini terikat pada protein semen, dimetabolisme
oleh dan dieksresikan oleh hati atau ginjal.
Dosis
: Dosis awal dewasa ; 2,5 mg/hari.
Indikasi
yang
bersama
alcohol,
fanformin,
sulfonamide,
kaptopril, simetidin, antikoagulan, kloramfenikol,
serta salisilat.
Farmakodinamik : Meningkatkan sekresi dari sel pada langerhans
dan
meningkatkan efek insulin terhadap jaringan
perifer
dan penurunan glukosa dari hati.
Farmakokinetik : Obat ini terikat pada protein semen, dimetabolisme
oleh hati dan diekskresikan oleh ginjal.
Dosis
: 1-2 x 5-20 mg/hari
Kemasan
: Dus 10 x 10 tab
4. Forbetes (ISO, 2014 & Taru, 2007)
Indikasi
: Terapi penderita diabetes tidak tergantung musim,
kelebihan dan dimana kadar gula tidaj bisa
dikontrol
dengan diet, terapi tambahan pada penderita
diabetes
adalah dengan ketergantungan terhadap insulin
yang
gejalanya sulit dikontrol.
Kontraindikasi
: Hipersentifitas diabetic koma dan ketoasidosis
gangguan fungsi ginjal, penyakit hati dan ginjal
jantung.
Efek samping
: Mual, muntah, anoreksia dan diare yang selintar,
asidosis laktat.
Farmakodinamik : Stimulasi glikolisis secara langsung dalam jaringan
dengan peningkatan amylase glukosa dalam darah
dan
penurunan kadar glukogen plasma.
Farmakokinetik : Tidak dmetabolisme dan diekskresi oleh ginjal
sebagai senyawa aktif.
Dosis
: Dewasa awal sehari 2 x 850 mg atau sehari 3 x 500
mg ; Max 3 gr/hari
Kemasan
: Dus 10 x 10 tab 850 mg , 10 x 10 tab 500 mg
Umur dewasa
:
Umur dewasa tubuh
:
Bobot dewasa jantan
:
Jumlah anak perkelahiran : 6 - 19
Pernapasan / menit
: 600 800
0
Suhu tubuh ( C)
: 35 390C
0
Suhu rectum ( C)
: 37 40
AKtivitas
: Nokturnal
3. Morfologi Hewan Coba (Akbar, 2010)
Mencit (Mus musculus L)
Berat badan
: 10 21 gr
Kepala dan bahan
: Hidung runcing, badan kecil 6-10 cm
Mata
:Berwarna hitam
Ekor
: Sedikit lebih panjang dari kelapa tersebut
denga bhan
Bulu
: Berwarna abu-abu.
E. Uraian Tumbuhan
1. Sambiloto (Andrographis paniculata Nuss)
Klasifikasi (Retruni, dkk.,2012)
Regnum
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
SubDivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyldonae
Ordo
: Solaceae
Famili
: Cantacheae
Genus
: Andrographic
Spesies
: Andrographic Nuuss
2. Morfologi (Ratrani, dkk.2012)
Sambiloto merupakan tanaman asli india dan cina. Sambiloto termasuk
dalam jenis tumbuhan family. Achantace yang telah digunakan
berabad-abad di Asia dalam system pengobatan. Sambiloto mampu
hiidup atau tumbuh mulai dari system dataran pantai sampai dataran
tinggi denga kondisi jenis tanah dan iklim beragam.
3. Kandungan Kimia (Ratrani, dkk., 2012)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan tempat
Waktu dan tempat di laksakannya percobaan ini ialah pada hari Senin,
3 Oktober 2016, pukul 13.00 WITA, bertempat di laboratorium
Farmakologi Dasar, Fakultas Farmasi, Universitas Haluoleo, Kendari.
B. Alat dan bahan
1. Alat
Alat-alat yang di gunakan pada percobaan ini yaitu
a. Batang pengaduk
b. Gelas kimia 100 mL
c. Gelas ukur 100 mL
d. Jarum oral kanula
e. Glukometer
f. Lumpang dan alu
g. Pipet tetes
h. Spatula besi
i. Stopwatch
j. Sudip
k. Timbangan analitik
l. Spoit injeksi 1 mL
2. Bahan
Bahan bahan yang di gunakan pada percobaan ini yaitu :
a. Alkohol 70 %
b. Aqua Pro Injeksi
c. Akuades
d. Forbetes 850 mg
e. Gula pasir
f. Glibenklamid 5 mg
g. Glucodex 500 mg
h. Metformin 500 mg dan 850 mg
i. Na-CMC
j. Renabetik 5 mg
C. Prosedur kerja
1. Pembuatan Na-CMC
a. Di timbang Na-CMC 2,5 gram
b. Di larutkan dalam akuades 500 mL
c. Di aduk hingga homogen
d. Di masukkan ke dalam kulkas
2. Pembuatan glukosa 50%
a. Di timbang glukosa sebanyak 50 gram
b. Di panaskan air sebanyak 250 mL
c. Di larutkan dalam air yang telah mendidih
d. Di aduk hingga larut dan homogen
3. Pengecekan kadar gula darah
a. Di puasakan mencit 3-4 jam
b. Di timbang BB mencit
c. Di ukur kadar gula darah awal
d. Di berikan larutan glukosa 50 % sesuai volume pemberian secara
oral
e. Di tunggu hingga 30 menit
f. Di ukur peningkatan gula darah setelah di induksi
g. Di berikan sediaan obat Glibenklamid 5 mg, metformin 5000 mh,
glucodex 80 mg, forbetes 850 mg, renabetik 5mg.
h. Di ukur jadar gula darah pada menit ke 30, 60, dan 90 menit
i. Di masukan hasil dalam tabel pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
No
1
2
3
4
5
6
7
Nama Obat
Glibenklamid
5 mg
Metformin
500 mg
Metformin
850 mg
Renabetik
5 mg
Glikos
500 mg
Infusa
sambiloto
NaCMC
0,5%
Glukosa
Induksi
(mmol/L)
Kadar gula
BB
(gram)
VP
(gram)
Glukosa
Awal
(mmol/L)
25
0,83
7,2
9,3
10,4
7,0
7,1
20
0,6
7,4
7,6
6,3
7,2
8,6
27
0,9
7,4
7,4
6,9
7,6
6,3
22
0,73
5,9
6,9
5,5
3,5
7,0
28
0,93
6,7
8,6
7,0
8,6
7,2
24
0,8
5,9
7,0
11,5
8,7
8,3
36
8,6
9,7
7,7
8,2
8,6
darah
(mmol/L)
30
60
90
B. Pembahasan
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat
adannya gangguan pada metabolisme glukosa, disebabkan karena kerusakan
proses pengaturan sekresi insulin dari sel-sel beta. Insulin adalah hormon
yang diproduksi oleh organ tubuh yang berfungsi untuk mengatur
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Kadar insulin dalam tubuh dapat
menjadi indikator gejalan penyakit diabetes melitus. Insulin yang dihasilkan
oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar
glukosa darah. Kadar glukosa darah normal pada waktu puasa antara 60-120
mg/dL dan 2 jam setelah makan dibawah 140 mg/dL. Bila terjadi gangguan
pada kerja insulin, baik secara kualitas maupun kuantitas, keseimbangan
tersebut akan terganggu dan kadar glukosa darah cenderung naik.
Gejala umum diabetes melitus pada awal penyakit, yang juga dikenal
dengan gejala klasik di kalangan medis adalah sering kencing (polyuria),
sering haus (polydipsia) dan sering lapar (polyphagia). Gejala-gejala ini akan
berkembang dan memburuk seiring dengan tidak terkontrolnya kadar gula
yang sangat tinggi dalam darah (hiperglikemia) sehingga merusak jaringan
dan organ-organ tubuh dan berkomplikasi.
Secara umum, diabetes melitus (DM) terbagi atas 2 golongan yaitu
diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2. DM tipe 1 atau juga
dikenal dengan nama Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi
karena gangguan produksi insulin yang umumnya disebabkan karena
kerusakan sel pankreas (reaksi autoimun), sehingga sel pankreas tidak
mampuu memproduksi hormon insulin yang berfungsi mengatur kadar gula
darah. Bila kerusakan sel pankreas telah mencapai 80-90% maka gejala DM
akan muncul. DM tipe 2 yang juga dikenal dengan nama Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Pada diabetes melitus tipe 2 ini,
terjadi penurunan kemampuan insulin bekerja di jaringan perifer (insulin
resistance) dan disfungsi sel pankreas. Akibatnya, pankreas tidak mampu
memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi insulin resistan.
Kedua hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif.
Pengobatan diabetes melitus bertujuan untuk menjaga keseimbangan
kadar gula darah dan mengendalikan gejala untuk mencegah komplikasi yang
mungkin terjadi. Diabetes melitus tipe 1 termasuk penyakit yang tidak dapat
disembuhkan dan hanya bisa dikendalikan. Organ pankreas dalam tubuh
Adapun
sediaan-sedian
obat
yang
digunakan
adalah
glibenklamid 5 mg, metformin 500 mg, metformin 850 mg, renaberik 5 mg,
dan glikos 5 mg. Selain itu, digunakan pula infusa daun sambiloto
(Andrographis panicullata) sebagai antidiabetes dan NaCMC 0,5% sebagai
kontrol.
Beberapa sediaan obat antidiabetes oral yang digunakan pada
percobaan ini memiliki hubungan antara struktur obat dengan aktivitas
hipoglikemiknya. Seperti pada sediaan obat glibenklamid, renabetik dan
glikos yang merupakan turunan sulfonilurea, yang dimana struktur umum dari
sulfonilurea adalah sebagai berikut :
sekresi
insulin
dan
umumnya
tidak
menyebabkan
pemberian dan dosis pemberian. Faktor akibat kerusakan alat glukometer juga
memungkinkan menjadi salah satu penyebabnya.
Salah satu obat hipoglikemik yang digunakan pada percobaan ini ialah
infusa sambiloto. Adapun kandungan kimia dari infusa sambiloto ini antara
lain diterpene, laktosa dan flavonoid. Flavonoid terutama ditemukan pada
akar sambiloto dan juga daunnya. Bagian batang dan daun mengandung
alkohol, keton dan aldehid. Daun sambiloto mengandung dua senyawa yang
dapat menimbulkan rasa pahit yakn andrograpis dan senyawa yang disebut
dengan kalmaghir.
Manfaat melakukan percobaan ini dalam bidang farmasi yaitu sebagai
seorang farmasi, harus mampu mengetahui efektivitas dari sediaan-sediaan
obat diabetes sehingga nantinya dapat memberikan sediaan obat yang tepat
sesuai gejala dan diagnosis dari masing-masing pasien.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah di lakukan maka dapat
di
DAFTAR PUSTAKA
Akbar Budhi. 2010. Tumbuhan Dengan Kandungan Senyawa Aktif Yang
Berpotensi Sebagai Bahan Atihipertensi. Adabia Press Jakarta.
Aldi Yutri, Amdani., Amin B. 2016. Aktivitas Senyawa Skopoletin Dari Buah
Mengkudu Terhadap Respon Fisiologi Makrofag Mencit Putih Jantan.
Scientia. Vol .6 (1).
Anonim. 2014. ISO Indonesia Volume 49. ISSI Penerbit. Jakarta.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ke Tiga. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.