Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat
adanya gangguan pada metabolisme glukosa, di sebabkan kerusakan
proses pengaturan sekresi insulin dari sel-sel beta. Insulin yang di hasilkan
oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga kesimbangan kadar
glukosa darah. Kadar glukosa darah normal pada waktu puasa antara 60120 mg / dl. Dan dua jam sesudah makan di bawah 140 mg/ dl.
Diabetes di tandai dengan hiperglikemia dan glukosidase yang
berhubungan dengan abnomalitas metabolisme karbohodrat, lemak dan
protein yang di akibatkna kurangnya insulin yang di produksi oleh sel beta
pankreas baik absolut maupun relatif. Diabetes melitus bukan merupakan
patogen melainkan secara etiologi adalah kerusakan atau gangguan
metabolisme.
Manusia dalam melakukan aktifitas akan memerlukan energi baik
itu berupa aktifitas fisik maupun psikologik. Energi yang ada pada
manusia sebagian besar dan hampir seluruhnya berasal dari glukosa yang
di konsumsi dan dimetabolisme oleh tubuh. Namun, kadangkala
metabolisme yyang di harapkan dari sumber energi ini tidak berlangsung
sebagaiman mestinya, yang mungkin di sebabkan berbagai faktor , di
antaranya disungsi organ-organ tubuh yang berperran dalam metabolisme
tersebut. Glukosa yang tidka dimetabolisme tersebut dapat mengganggu
keerja fisiologis tubuh dan menyebabkan koplikasi penyakit akibat
kerusakan organ yang dapat di timbulkannya.
Oleh karena itu, dalam percobaan ini di lakukan suau percobaan
untuk mengetahui efek obat golongan diabetes dan pembagiannya disertai
aktifitas hipoglikemik.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu bagaimana cara


mengetahui efek obat golongan diabetes dan pembagiannya disertai
aktifitas hipoglikemik?
C. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui efek obat
golongan diabetes dan pembagiannya disertai aktifitas hipoglikemik
D. Manfaat
Manfaat dari percobaan ini yaitu dapat mengetahui efek obat
golongan diabetes dan pembagiannya disertai aktifitas hipoglikemik

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindroma klinik yang di tandai
oleh poliuri, polidipsia, dan polifagia, di sertai peningkatan kadar glukosa
darah, atau hiperglikemia ( glukosa puasa > 126 mg/dl, atau postprandial >
200 mg/dl atau glukosa sewaktu > 200 mg/dl). Bila DM tidak segera di
atasi akan terjadi gangguan metabolisme lemak dan protein dan resiko

timbulnya gangguan mikrovaskular atau makrovaskular meningkat (Tanu,


2007).
Diabetes Melitus di kenal dengan penyakit metabolik akibat
tingginya kadar glukosa dalam darah. Kadar glukosa perlu di perhatikan
dalam batas normal ( tidak terjadi hiperglikemia) karena glukosa dapat
berpengaruh terhadap tekanan osmotik cairan ekstraseluler. Saat ini DM
menjadi masalah global dan menjadi salah satu penyakit degeneratif kronis
penyebab kematian, kecacatan, dan kesakitan tertinggi, baik akibat
perjalanan penyakitnya maupun akibat komplikasi yang di timbulkannya
( Harinai, 2016).
Diabetes melitus di bedakan menjadi Diabetes Tipe I dan Diabetes
Tipe II. Diabetes Tipe I awalnya di kenal sebagai diabetes anak-anak atau
diaabetes yang tergantung pada insulin. Diabetes tipe I terjadi karena
pankreas tidak dapat memproduksi insulin. Hal ini biasanya mulai terjadi
sejak masa anak-anak atau remaja dan berlanjut sehingga dewasa. Sepuluh
persen dari kasus diabetes adalah diabetes tipe I. Diabetes ini di sebabkan
oleh masuknya sel-sel beta yang bertugas mesekresi insulin dalam
pankreas. Diabetes tipe II yaitu tidal seperti diabetes tipe I, karena
penderita diabetes tipe II dapat memproduksi insulin. Akan tetapi insulin
yang di hasilkan tidak cukup atau tidak bekerja sebagaimana mestinya di
dalam tubuh. Ketika tidak terdapat cukup insulin atau insulin tidak dapat
masuk ke dalm sel-sel tubuh. Diabetes tipe II sering di temukan pada pria
maupun wanita berusia lebih dari 40 tahun yang memiliki kelebihan berat
badan ( D`adamo dan Cathesne, 2009).
Antidiabetes oral digunakan untuk terapi NIDDM atau DM tipe II.
DM tipe ini di sebabkan karena sekres insulinnya berkurang atau sekresi
cukup tetapi jaringan sudah terjadi resistensi terhadap insulin. Ada lima
golongan ADO yang sekarang di gunakan antar lain sulfonilurea,biguanid,
meglitinid, thiazolidindion, dan acarbosa. Sulfonilurea hingga saat ini
banyak di gunakan untuk DM tipe II. Golongan ini bekerja dengan
menghambat insulin dari sel beta pankreas dan meningkatkan sensitivitas
jaringan terhadap insulin. Contoh obat golongan ini adalah glibenklamid,

tolazamid, dan tulbutamin. Golongan biguanid bekerja merangsang


penggunaan glukosa pada jaringa perifer atau meningkatkan sensitivasi
jaringan dan menghambat pembentukan glukosa dari protein asam lemak
atau di hepar. Contoh obat golongan ini yaitu metformin. Maglitinid yaitu
golongan bat diabetes yang

dapat

bekerja seperi sulfonilurea, yakni

memacu sekresi insulin. Contoh obat golongan ini adalah repaglinid dan
netaglinid. Obat golongan thiazoldindion yaitu trogitaron, rosiglitaron.
Golongan ini bekerja dengan cara menurunkan resistensi perifer
sebagaimna metformin. Golongan acarbosa adalah suatu polisakarida yang
bekerja menghambat enzim alpha glukosidase. Acarbosa bekerja
menghambat glukosa di saluran pencernaan (Priyanto dan Biomed, 2010).
Glukosa yang tinggi akan menstimulasi pusat kenyang yang
terdapat pada nukelus ventromedia di hipotalamus dan sebaliknya, glukosa
yang rendah akan menstimulasi neuron pada pusat lapar. Persaaan keyang
di sebabkan karena glukosa darah pada saat selesai makan menyebabkan
bertambahnya glukosa yang melewati sofiety centre dan mengaktifkannya.
Tinggi rendahnya kadar gula akan berpengaruh terhadap aktivitas dan
sofiety centre maupun feecling centre, dinamakan dengan teori glucostatic
(Tralisavana dkk., 2016).
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi
simplisia nabati dengan air pada suhu 90C selama 15 menit. Cara
pembuatannya yaitu campur simplisia yang memiliki derajat halus sesuai
dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15
menit terhitung mulai suhu mencapai 90C sambil sesekali di aduk. Saat
panas, melalui kain flanel tambahkan air panas secukupnya melalui ampas
hingga di peroleh volume infus yang di kehendaki (Syamsuni, 2006).
Percobaan ini menggunakan hewan coba mencit. Mencit yang di
gunakan yaitu mencit putih jantan. Mencit dipilih karena mudah di dapat ,
harganya relatif murah, penangannya mudah, dan fisiologis tubuhnya
mirip dengan manusia. Untuk mengurangi penyimpangan hasil penelitian,
maka di pilih mencit dengan galur dan jenis kelamin yang sama, usia,
berat badan relatif sama. Sistem kekebalan tubuh juga dipengaruhi oleh

estrogen maupun testoteron, maka dipilih mencit jantan karena memiliki


hormon yang lebih stabil dari pada mencit betina ( Aldi dkk., 2016).

B. Uraian Bahan
1. Alkohol (Ditjen pom,1979 : 65)
Nama resmi
:
AETHANOLUM
Nama lain
:
Etanol
Rumus molekul
:
C2H6O
Berat molekul
:
46,07 g/mol
Rumus struktur
:

Pemerian

Cairan

mudah

menguap,

jernih

tidak

berwarna,
bau khas dan dapat menyebabkan rasa
terbakar

pada

lidah,

mudah

menguap

meskipun pada suhu rendah dan mendidih


pada suhu 78oC dan mudah terbakar.
Kelarutan

Bercampur dengan air dan reaksi bercampur


dengan semua pelarut organic.

Stabilitas

Mudah menguap, walaupun pada suhu

Penyimpanan

Wadah tertutup rapat, dan jauh dari api.

Kegunaan

Sebagai zat tambahan, sebagai antiseptic,

rendah.

antimikroba, desinfektan, sebagai pelarut,


dan sebagai penetrasi kulit.
2. Aquades (Ditjen pom,1979 : 96)
Nama resmi
:
AQUA DESTILATA
Nama lain
:
Aquades; air suling
Rumus molekul
:
H2O
Berat molekul
:
18,10 g/mol
Rumus struktur
:

Pemberian

Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau

dan
tidak berasa.
Penyimpanan

Dalam wadah tertutup rapat

3. Air Pro Injeksi (Ditjen pom,1979 : 97)


Nama resmi
:
AIR PRO INJEKSI
Nama lain
:
Air untuk injeksi
Rumus molekul
:
N2O
Berat molekul
:
18,02 g/mol
Rumus struktur
:
N-ON
Pemerian
:
Keasaman-asaman,
tembaga,

ammonium,

besi,

timbal, kalium klorida, nitrat sulfat dan


furoksidasi, memenuhi syarat yang tertera
pada destila.
Penyimpanan

Dalam wadah tertutup kedap, jika disimpan


dalam

tertutup

kasap

berlemak

harus

digunakan dalam waktu 3 hari setelah


pengemasan.
Kegunaan

Untuk membuat injeksi

4. Glibenklamid (Ditjen pom,1995 : 410)


Nama resmi
:
GUBENCLAMIDUM
Nama lain
:
Glibenklamid
Rumus molekul
:
C23H28CIN3O5S
Berat moleku
:
494,0 g/mol
Rumus struktur
:

Pemerian

Serbuk hablur, putih atau hamper putih,

tidak
berbau atau hamper tidak berbau.
Kelarutan

Praktis tidak larut dalam air dan dalam eter,


sukar

larut

dalam

etanol

dan

dalam

methanol; larut dalam klorofrom.


Suhu lebur

Antara 172O 174O

Susut pengeringan

Tidak lebih dari 1,0% lakukan pengeringan


pada suhu 105O hingga bobot tetap,
menggunakan 1 gram.

Suhu Pemijaran

Tidak lebih dari 1,0%

5. Glukosa (Ditjen pom,1979 : 269)


Nama resmi
:
GLUCOSUM
Nama lain
:
Glukosa
Rumus molekul
:
C6H12O6. H2O
Berat moleku
:
198,17 g/mol
Rumus struktur
:

Pemerian

Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau


butiran putih, tidak berbau dan rasa manis.

Kelarutan

Mudah larut dalam air, sangat mudah larut


dalam air mendidih, agak sukar larut dalam
etanol (95%)p mendidih, sukar larut dalam
etanol (95%).

Susut pengeringan

Antara 7,5% dan 9,5 % pengeringan

dilakukan
pada suhu 105O selama 16 jam.
Sisa pemijaran

Tidak lebih dari 1,0 gram

Penyimpanan

Dalam wadah tertutup baik

Khasiat

Kaoligenikum

Deksttin

Refluks 1 gram serbuk zat uji dengan 20 mL


etanol (95%)p larut sempuran.

6. Na CMC (Ditjen pom,1979 : 410)


Nama resmi
:
NATRII
CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Nama lain
:
Natrium karboksilmetilselulosa
Rumus molekul
:
C23H46N2O6. H2SO4. H2O

Berat moleku
Pemerian

:
:

694,85 g/mol
Serbuk atau kuning; putih atau tidak berbau;
hamper tidak bau atau higroskopik.

Kelarutan

Mudah mendispersi dalam air, membentuk


suspensi, koloida, tidak larut etano (95%)p,
dalam eter p dan di pelarut organic lain.

Penyimpanan

Dalam wadah tertutup rapat

7. Metformin HCl (Ditjen pom,1995 : 534)


Nama resmi
:
METFORMINS HYDROCHLAIDUM
Nama lain
:
Metformin hidroklorida
Rumus molekul
:
C4H13N3-HCl
Berat molekul
:
165,6 g/mol
Rumus Struktur
:

Pemerian
Kelarutan

Serbuk hablur,putih, tidak berbau dan

hidroskopik.
Mudah larut dalam air, praktis tidak larut

dalam
eter dan dalam klorofrom, sukar larut dalam
etanol.
Penyimpanan

Dalam wadah tertutup rapat.

C. Uraian Obat
1. Glibeklamid (Farmakoterapi V, 2010 dan ISO, 2014)
Indikasi
: Kontrahipoglikemia pada diabetes non insulin
dependen yang tidak dapat dikontra dengan diet
dan
biguanid.
Kontraindikasi
: Diabetes melitus dependen (Tipe I), hipoglikemia
berat dan serius pada semua jenis diabetes,
penyakit
hati, gangguan ginjal berat, kehamilan atau ibu
menyusui.
Efek samping
: Hipoglikemia merupakan efek samping utama
glibeklamid yang biasanya bersifat ringan,
berkepanjangan. Mulai rasa tidak enak perut,
prositus,
eritema, urtikaria, leucopenia, pansitopenia.
Mekanisme
: Bekerja dengan merangsang sekresi insulin dari
pancreas. Oleh karena itu glibeklamid hanya
bermanfaat pada penderita diabetes dewasa yang
pankreasnya masih mampu memproduksi insulin.
Peringatan
: Pada keadaan stress terapi harus dilakukan dengan
insulin. Hati-hati bila dberikan pada lansia.
Interaksi Obat
: Efek hipoglikemia ditingkatkan oleh alcohol,
siklofosfamid, antikoagulan, inhibition MAP,
fenilbutazon, penghambat -adrenergik,
sulfonamide.
Efek hipoglikemia diturunkan oleh adrenalin,
kortikosteroid, tiazida.
Farmakodinamik : Meningkatkan sekresi insulin dari sel pulau
langerhans dan meningkatkan efek insulin
terhadap
jaringan perifer dan penurunan pengukuran
glukosa
dari hati.
Farmakokinetik : Obat ini terikat pada protein semen, dimetabolisme
oleh dan dieksresikan oleh hati atau ginjal.
Dosis
: Dosis awal dewasa ; 2,5 mg/hari.

2. Metformin (ISO, 2014 & Farmakoterapi, 2013)

Indikasi
yang

: DM tipe II dan penderita yang sudah overweight


kadar gula darahnya tidak bisa dikontrol hanya
dengan
diet saja, sebagai monoterapi atau kombinasi
dengan

sulfonylurea, tambahan terapi pada DM tipe I.


: Kemodiabetik dan ketoasidosis, gangguan fungsi
ginjal, penyakit hati, gagal jantung, infark
miokardial.
Peringatan
: Ibu hamil dan menyusui, gangguan ginjal dan hati,
asma, serta anemia.
Mekanisme
: Menurunkan glukosa darah tidak tergantung pada
adanya fungsi pankreatik sel-sel .
Farmakodinamik : Stimulasi, glikolisis secara langsung dalam
jaringan
dengan peningkatan amilasi glukosa dalam darah
dan
penurunan golongan plasma.
Farmakokinetik : Tidak dimetabolisme dan sekresikan oleh lambung
sebagai senyawa aktif.
Efek samping
: Dapat menimbulkan laktat asidosis, yaitu
penumpukan asam laktat dalam tubuh, yang bisa
berakibat fatal, sakit kepala atau nyeri otot, merasa
lemah, mual, muntah, diare, buang angin.
Interaksi Obat
:
Efek
hipoglikemia
meningkat
dengan
mengkonsumsi
isoniazid medicine.
Dosis
: Awal ; sehari 3 x 500 mg, maks ; 3 gr/hari
Kemasan
: Dus 100 tab 500 mg
Kontraindikasi

3. Renabetik (ISO, 2014)


Zat aktif
: Glibenklamid 5 mg
Indikasi
: NIDDM ringan-sedang
Kontrandikasi
: Wanita menyusui, profina dan ketoasidosis
Efek samping
: Mual, muntah, sakit kepala, sakit perut, gangguan
pencernaan.
Peringatan
: Penggunaan harus hati-hati pada pasien usia lanjut,
gangguan fungsi hati dan ginjal.
Mekanisme
: Bekerja dengan cara menghambat hormone insulin
di
pancreas.
Interaksi Obat
: Glukokortikoid, hormone tiroid, diuretika,
esterogen

meyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam


darah
bila diberikan bersamaan. Dosis obat ini harus
ditingkatkan bila dberikan bersama finiltion,
rifampin,
klorpomazin. Meningkatkan resiko hiperglikemia
bila
diberikan

bersama

alcohol,

fanformin,

sulfonamide,
kaptopril, simetidin, antikoagulan, kloramfenikol,
serta salisilat.
Farmakodinamik : Meningkatkan sekresi dari sel pada langerhans
dan
meningkatkan efek insulin terhadap jaringan
perifer
dan penurunan glukosa dari hati.
Farmakokinetik : Obat ini terikat pada protein semen, dimetabolisme
oleh hati dan diekskresikan oleh ginjal.
Dosis
: 1-2 x 5-20 mg/hari
Kemasan
: Dus 10 x 10 tab
4. Forbetes (ISO, 2014 & Taru, 2007)
Indikasi
: Terapi penderita diabetes tidak tergantung musim,
kelebihan dan dimana kadar gula tidaj bisa
dikontrol
dengan diet, terapi tambahan pada penderita
diabetes
adalah dengan ketergantungan terhadap insulin
yang
gejalanya sulit dikontrol.
Kontraindikasi
: Hipersentifitas diabetic koma dan ketoasidosis
gangguan fungsi ginjal, penyakit hati dan ginjal
jantung.
Efek samping
: Mual, muntah, anoreksia dan diare yang selintar,
asidosis laktat.
Farmakodinamik : Stimulasi glikolisis secara langsung dalam jaringan
dengan peningkatan amylase glukosa dalam darah
dan
penurunan kadar glukogen plasma.
Farmakokinetik : Tidak dmetabolisme dan diekskresi oleh ginjal
sebagai senyawa aktif.
Dosis
: Dewasa awal sehari 2 x 850 mg atau sehari 3 x 500
mg ; Max 3 gr/hari
Kemasan
: Dus 10 x 10 tab 850 mg , 10 x 10 tab 500 mg

5. Glikos (ISO, 2014 dan Taru, 2007)


Indikasi
: Diabetes orang dewasa yang tidak terkontrol
dengan
memuaskan oleh diet dan obat lain.
Kontraindikasi
: Kemodiabetik dan ketoasidosis gangguan fungsi
ginjal, penyakit hati, gagal ginjal, non kardial
infark.
Mekanisme
: Menurunkan glukosa darah tidak tergantung pada
adanya fungsi pancreas sel-sel .
Farmakodinamik : Stimulasi, glikolisis secara langsung dalam
jaringan
dengan peningkatan emilasi glukosa dalam darah
dan
penurunan kadar glukogen plasma.
Farmakokinetik : Tidak dimetabolisme dan diekskresikan oleh gnjal
sebagai senyawa aktif.

D. Uraian Hewan Coba


1. Klasifikasi Hewan Coba (Akbar, 2010)
Mencit (Mus musculus L.)
Kingdom
: Animale
Filum
: Chordata
Sub filum
: Vertebrata
Kelas
: Mamalia
Ordo
: Muridae
Famili
: Mus
Genus
: Mus musculus L.
2. Karakteristik Hewan Coba (Akbar, 2010)
Mencit (Mus musculus L.)
Lama hidup
: 1 3 tahun
Lama bunting
: 19 21 hari

Umur dewasa
:
Umur dewasa tubuh
:
Bobot dewasa jantan
:
Jumlah anak perkelahiran : 6 - 19
Pernapasan / menit
: 600 800
0
Suhu tubuh ( C)
: 35 390C
0
Suhu rectum ( C)
: 37 40
AKtivitas
: Nokturnal
3. Morfologi Hewan Coba (Akbar, 2010)
Mencit (Mus musculus L)
Berat badan
: 10 21 gr
Kepala dan bahan
: Hidung runcing, badan kecil 6-10 cm
Mata
:Berwarna hitam
Ekor
: Sedikit lebih panjang dari kelapa tersebut
denga bhan
Bulu
: Berwarna abu-abu.

E. Uraian Tumbuhan
1. Sambiloto (Andrographis paniculata Nuss)
Klasifikasi (Retruni, dkk.,2012)
Regnum
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
SubDivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyldonae
Ordo
: Solaceae
Famili
: Cantacheae
Genus
: Andrographic
Spesies
: Andrographic Nuuss
2. Morfologi (Ratrani, dkk.2012)
Sambiloto merupakan tanaman asli india dan cina. Sambiloto termasuk
dalam jenis tumbuhan family. Achantace yang telah digunakan
berabad-abad di Asia dalam system pengobatan. Sambiloto mampu
hiidup atau tumbuh mulai dari system dataran pantai sampai dataran
tinggi denga kondisi jenis tanah dan iklim beragam.
3. Kandungan Kimia (Ratrani, dkk., 2012)

Andrographic paniculata mengandung ditampona, laktona, dan


flavanoid. Flavanoid terutama ditemukan diatas panah , tetapi juga
ditemukan pada bagian daun mengandung akana, keton dan aldehid.
Daun sambiloto mengandung dua senyawa yang menimbulkan rasa
pahit yakni andrographitida dan senyawa disebut dengan hemoglobin.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan tempat
Waktu dan tempat di laksakannya percobaan ini ialah pada hari Senin,
3 Oktober 2016, pukul 13.00 WITA, bertempat di laboratorium
Farmakologi Dasar, Fakultas Farmasi, Universitas Haluoleo, Kendari.
B. Alat dan bahan
1. Alat
Alat-alat yang di gunakan pada percobaan ini yaitu
a. Batang pengaduk
b. Gelas kimia 100 mL
c. Gelas ukur 100 mL
d. Jarum oral kanula
e. Glukometer
f. Lumpang dan alu
g. Pipet tetes
h. Spatula besi
i. Stopwatch

j. Sudip
k. Timbangan analitik
l. Spoit injeksi 1 mL
2. Bahan
Bahan bahan yang di gunakan pada percobaan ini yaitu :
a. Alkohol 70 %
b. Aqua Pro Injeksi
c. Akuades
d. Forbetes 850 mg
e. Gula pasir
f. Glibenklamid 5 mg
g. Glucodex 500 mg
h. Metformin 500 mg dan 850 mg
i. Na-CMC
j. Renabetik 5 mg
C. Prosedur kerja
1. Pembuatan Na-CMC
a. Di timbang Na-CMC 2,5 gram
b. Di larutkan dalam akuades 500 mL
c. Di aduk hingga homogen
d. Di masukkan ke dalam kulkas
2. Pembuatan glukosa 50%
a. Di timbang glukosa sebanyak 50 gram
b. Di panaskan air sebanyak 250 mL
c. Di larutkan dalam air yang telah mendidih
d. Di aduk hingga larut dan homogen
3. Pengecekan kadar gula darah
a. Di puasakan mencit 3-4 jam
b. Di timbang BB mencit
c. Di ukur kadar gula darah awal
d. Di berikan larutan glukosa 50 % sesuai volume pemberian secara
oral
e. Di tunggu hingga 30 menit
f. Di ukur peningkatan gula darah setelah di induksi
g. Di berikan sediaan obat Glibenklamid 5 mg, metformin 5000 mh,
glucodex 80 mg, forbetes 850 mg, renabetik 5mg.
h. Di ukur jadar gula darah pada menit ke 30, 60, dan 90 menit
i. Di masukan hasil dalam tabel pengamatan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan

No

1
2
3
4
5
6
7

Nama Obat
Glibenklamid
5 mg
Metformin
500 mg
Metformin
850 mg
Renabetik
5 mg
Glikos
500 mg
Infusa
sambiloto
NaCMC
0,5%

Glukosa
Induksi
(mmol/L)

Kadar gula

BB
(gram)

VP
(gram)

Glukosa
Awal
(mmol/L)

25

0,83

7,2

9,3

10,4

7,0

7,1

20

0,6

7,4

7,6

6,3

7,2

8,6

27

0,9

7,4

7,4

6,9

7,6

6,3

22

0,73

5,9

6,9

5,5

3,5

7,0

28

0,93

6,7

8,6

7,0

8,6

7,2

24

0,8

5,9

7,0

11,5

8,7

8,3

36

8,6

9,7

7,7

8,2

8,6

darah
(mmol/L)
30
60
90

B. Pembahasan
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat
adannya gangguan pada metabolisme glukosa, disebabkan karena kerusakan

proses pengaturan sekresi insulin dari sel-sel beta. Insulin adalah hormon
yang diproduksi oleh organ tubuh yang berfungsi untuk mengatur
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Kadar insulin dalam tubuh dapat
menjadi indikator gejalan penyakit diabetes melitus. Insulin yang dihasilkan
oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar
glukosa darah. Kadar glukosa darah normal pada waktu puasa antara 60-120
mg/dL dan 2 jam setelah makan dibawah 140 mg/dL. Bila terjadi gangguan
pada kerja insulin, baik secara kualitas maupun kuantitas, keseimbangan
tersebut akan terganggu dan kadar glukosa darah cenderung naik.
Gejala umum diabetes melitus pada awal penyakit, yang juga dikenal
dengan gejala klasik di kalangan medis adalah sering kencing (polyuria),
sering haus (polydipsia) dan sering lapar (polyphagia). Gejala-gejala ini akan
berkembang dan memburuk seiring dengan tidak terkontrolnya kadar gula
yang sangat tinggi dalam darah (hiperglikemia) sehingga merusak jaringan
dan organ-organ tubuh dan berkomplikasi.
Secara umum, diabetes melitus (DM) terbagi atas 2 golongan yaitu
diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2. DM tipe 1 atau juga
dikenal dengan nama Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi
karena gangguan produksi insulin yang umumnya disebabkan karena
kerusakan sel pankreas (reaksi autoimun), sehingga sel pankreas tidak
mampuu memproduksi hormon insulin yang berfungsi mengatur kadar gula
darah. Bila kerusakan sel pankreas telah mencapai 80-90% maka gejala DM
akan muncul. DM tipe 2 yang juga dikenal dengan nama Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Pada diabetes melitus tipe 2 ini,
terjadi penurunan kemampuan insulin bekerja di jaringan perifer (insulin
resistance) dan disfungsi sel pankreas. Akibatnya, pankreas tidak mampu
memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi insulin resistan.
Kedua hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif.
Pengobatan diabetes melitus bertujuan untuk menjaga keseimbangan
kadar gula darah dan mengendalikan gejala untuk mencegah komplikasi yang
mungkin terjadi. Diabetes melitus tipe 1 termasuk penyakit yang tidak dapat
disembuhkan dan hanya bisa dikendalikan. Organ pankreas dalam tubuh

penderita diabetes melitus tipe 1 tidak memproduksi insulin lagi sehingga


dibutuhkan suplai insulin dari luar tubuh secara rutin. Beberapa jenis insulin
yang bisa digunakan meliputi insulin kerja panjang yang dapat bertahan satu
hari, insulin kerja singkat yang dapat bertahan maksimal delapan jam dan
insulin kerja cepat yang tidak bertahan lama tapi bereaksi cepat.
Pengobatan DM tipe 2 dapat dilakukan dengan memberikan
antidiabetes atau disebut juga obat hipoglikemik oral (OHO). Obat
hipoglikemik oral terbagi atas beberapa golongan, meliputi golongan
sulfonilurea, biguanid, meglitinid dan turunan fenil alanin, thiazolidinedion
serta inhibitor glukosidase (acarbosa). Mekanisme kerja OHO golongan
sulfonilurea ialah merangsang sekresi insulin dari sel langerhans pankreas,
meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap insulin dan mengurangi sekresi
glukagon. Golongan biguanid bekerja dengan cara merangsang penggunaan
glukosa pada jaringan perifer atau meningkatkan sensitivitas jaringan dan
menghambat pembentukan glukosa dari protein atau lemak (glukoneoenesis)
di hepar, karena kerjanya tidak merangsang sekresi insulin, maka biguanid
tidak mempunyai efek samping hipoglikemia. Golongan meglitinid dan
turunan penil alanin memiliki cara kerja yang mirip dengan sulfonilurea, yaitu
meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. Mekanisme
kerja OHO golongan thiazolidinedion ialah mengurangi resistensi perifer
insulin dan meningkatkan sensitivitas jaringan perifer untuk insulin. Adapun
golongan inhibitor glukosidase bekerja menghambat enzim glukosidase
yang terdapat pada usus halus, yang dimana enzim ini berfungsi menguraikan
oligosakarida atau disakarida menjadi glukosa (monosakarida). Jika
oligosakarida, polisakarida dan disakarida tidak terurai menjadi monosakarida
maka tidak akan terjadi absorpsi glukosa, sehingga inhibitor glukosidase
bekerja menghambat absorpsi glukosa tersebut dengan berikatan dengan
enzim glukosidase di saluran pencernaan.
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas
dari sediaan obat golongan diabetes dan pembagiannya beserta aktifitas
hipoglikemik.

Adapun

sediaan-sedian

obat

yang

digunakan

adalah

glibenklamid 5 mg, metformin 500 mg, metformin 850 mg, renaberik 5 mg,

dan glikos 5 mg. Selain itu, digunakan pula infusa daun sambiloto
(Andrographis panicullata) sebagai antidiabetes dan NaCMC 0,5% sebagai
kontrol.
Beberapa sediaan obat antidiabetes oral yang digunakan pada
percobaan ini memiliki hubungan antara struktur obat dengan aktivitas
hipoglikemiknya. Seperti pada sediaan obat glibenklamid, renabetik dan
glikos yang merupakan turunan sulfonilurea, yang dimana struktur umum dari
sulfonilurea adalah sebagai berikut :

Hubungan struktur dan aktivitasnya sulfonilurea:


Interaksi obat reseptor lebih serasi karena fungsi jarak khas antara atom N
substituen dengan atom N sulfonamida
Keterangan:
R = gugus alifatik (asetil, kloro, amino, metil, metiltio dan trifluorometil)
berpengaruh terhadap masa kerja obat dan meningkatkan aktivitas
hipoglikemik
Bila R= gugus - aril karboamidoetil, mempunyai aktivitas lebih besar
dibandingkan senyawa awal (obat generasi kedua)
R1 = gugus alifatik lain berpengaruh terhadap sifat lifopil senyawa
R1 = metil senyawa relatif tidak aktif
R1 = etil senyawa aktivitasnya lemah, bila mengandung 3- 6 atom C
aktivitas
meningkat dan bila atom C = 12 atau lebih aktivitas hilang
R1 = gugus alisiklik atau cincin heterosiklik yang terdiri dari 5-7 lebih atom
C
R1= Gugus Aril adalah senyawa menimbulkan toksisitas cukup besar
Selain sulfonilurea digunakan pula metformin yang merupakan
turunan biguanid yang bekerja menurunkan produksi glukosa di hepar dan
meningkatkan sensitivitas jaringan otot dan adiposa terhadap insulin, struktur
umum dari metformin ialah sebagai berikut :

Biguanid merupakan obat antihiperglikemik, tidak menyebabkan


rangsangan

sekresi

insulin

dan

umumnya

tidak

menyebabkan

hipoglikemia.Metformin menurunkan produksi glukosa di hepar dan


meningkatkan sensitivitas jaringan otot dan adiposa terhadap insulin.Efek ini
terjadi karena adanya aktivasi kinase di sel (AMP-activated protein
kinase).Meski masih kontroversial, adanya penurunan produksi glukosa di
hepar, banyak data yang menyatakan bahwa efeknya terjadi akibat penurunan
glukoneogenesis.Preparat ini tidak mempunyai efek pada sekresi glukagon,
kortisol, hormon pertumbuhan dan somatostatin.
Percobaan ini dilakukan dengan cara menginduksikan glukosa 50%
yang dalam hal ini merupakan induser diabetes pada hewan coba. Tujuan
penginduksian glukosa ini ialah untuk meningkatkan kadar gula darah
(hiperglikemia) dalam tubuh hewan coba, sehingga dapat dilakukan
pengukuran kadar gula darah guna mengetahui kemampuan dari sediaan
dalam menrunkan kadar gula darah setelah induksi.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa
sediaan obat yang memiliki aktivitas hipoglikemik paling baik yaitu dimulai
dari glibenklamid 5 mg, renabetik 5 mg, metformin 850 mg, infusa sambiloto,
glikos 500 mg, metformin 500 mg dan NaCMC 0,5%.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, terlihat bahwa data yang diperoleh
masih kurang tepat dan akurat, karena masih ada kadar gula darah yang naikturun pada parameter waktu yang ditentukan. Seharusnya kadar gula darah
setelah penginduksian obat turun mendekat normal.
Hal tersebut terjadi karena adanya faktor kesalahan yang dilakukan
selama praktikum. Adapun faktor kesalahan yang mungkin terjadi ialah berat
badan mencit, yang dimana berat badan berpengaruh terhadap kadar gula
darah. Faktor lain yang memungkinkan ialah ketidaksesuaian volume

pemberian dan dosis pemberian. Faktor akibat kerusakan alat glukometer juga
memungkinkan menjadi salah satu penyebabnya.
Salah satu obat hipoglikemik yang digunakan pada percobaan ini ialah
infusa sambiloto. Adapun kandungan kimia dari infusa sambiloto ini antara
lain diterpene, laktosa dan flavonoid. Flavonoid terutama ditemukan pada
akar sambiloto dan juga daunnya. Bagian batang dan daun mengandung
alkohol, keton dan aldehid. Daun sambiloto mengandung dua senyawa yang
dapat menimbulkan rasa pahit yakn andrograpis dan senyawa yang disebut
dengan kalmaghir.
Manfaat melakukan percobaan ini dalam bidang farmasi yaitu sebagai
seorang farmasi, harus mampu mengetahui efektivitas dari sediaan-sediaan
obat diabetes sehingga nantinya dapat memberikan sediaan obat yang tepat
sesuai gejala dan diagnosis dari masing-masing pasien.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah di lakukan maka dapat

di

simpulkan bahwa obat yang dapat memberikan efek hipoglikemik yang


baik yaitu di mulai dari glibenklamid 5 mg, renabetik 5 mg, metformin
850 mg, infusa sambiloto, glikos 500 mg, mrtformin 500 mg, dan NaCMC. Sambiloto memiliki aktivits hipoglikemik karena memiliki
kandungan kimia seperti diterpene, laktone, dan flavonoid. Selain itu, juga
mengandung andograp dan kalmaghin.
B. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan ialah sebaiknya praktikan harus


lebih teliti dan berhati-hati lagi dalam melakukan percobaan ini agar tidak
terjadi kesalahan-kesalahan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar Budhi. 2010. Tumbuhan Dengan Kandungan Senyawa Aktif Yang
Berpotensi Sebagai Bahan Atihipertensi. Adabia Press Jakarta.
Aldi Yutri, Amdani., Amin B. 2016. Aktivitas Senyawa Skopoletin Dari Buah
Mengkudu Terhadap Respon Fisiologi Makrofag Mencit Putih Jantan.
Scientia. Vol .6 (1).
Anonim. 2014. ISO Indonesia Volume 49. ISSI Penerbit. Jakarta.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ke Tiga. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Ke Empat. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.
D`Adamo P.J.Mcatherine W. 2009. Diabetes. B-First. Yogyakarta.
Hasaini Aini. 2015. Effertiveness Progressive Muscles Relaxtion (PMR) Terhadap
Kadar Glukosa Darah Pada Kelompok Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
Di Puskesmas Martapura. Caring. Vol . 3 (1).
Priyanto Dan Biomed. 2010. Farmakologi Dasar. Leskonsif. Jakarta.
Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Tanu Ian. 2007. Farmakologi Dasar Dan Terapi Edisi 5. Jakarta
Tsassavina I, Djoko W., Dan Dian H. 2016. Pemgaruh Pemberian Diet Tinggi
Karbohidrat Di Bandingkan Diet Tinggi Lemak Terhadap Kadar
Trigliserida Dan HDL Darah Pada Katrus Novergieua Stran Wistar.
Jurnal Kedokteran Brawijaya. Vol . 22 (2).

Anda mungkin juga menyukai