PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seiring bejalannya waktu, perkembangan penyakit degeneratif
dari tahun ke tahun semakin meningkat, salah satunya adalah penyakit
diabetes melitus. Penyakit ini dipengaruhi beberapa faktor, yakni faktor
usia, faktor keturunan, pola hidup dan pola makan yang tidak sehat
dan teratur.
Diabetes melitus (penyakit kencing manis) adalah suatu
gangguan
kronis
yang
khususnya
menyangkut
metabolisme
Akibatnya
(hiperglikemia) dan
ialah
glukosa
akhirnya
bertumpuk
diekskresikan
di
lewat
dalam
darah
kemih
tanpa
faktor meningkatnya status sosial dan pola hidup kurang sehat antara
lain kurangnya kegiatan fisik, stres yang meningkat, makanan
berlebihan dan obesitas serta bergesernya perubahan pola makan
tradisional (karbohidrat dan sayur-sayuran) menjadi pola makan yang
banyak mengandung protein, lemak, gula, garam, dan sedikit serat.
Diabetes
melitus
merupakan
penyakit
kronis
yang
membutuhkan intervensi obat- obatan seumur hidup terutama untuk
mengelola paenyakit dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Adapun
obat- obat antidiuretik oral antara lain Tolbutamid, Glibenklamid,
Metformin, Troglizaton, Repaglinida, Akarbose, dll. Dalam praktikum uji
aktivitas dan mekanisme karja anti diabetik oral ini digunakan obat
Glibenklamid. Dipilihnya Glibenklamid dalam praktikum ini
karena
Rumusan Masalah
1. Apakah Glibenklamid dapat menurunkan kadar gula darah secara
efektif atau tidak ?
2. Bagaimana proses mekanisme kerja Glibenklamid dengan metode
uji toleransi glukosa terhadap hewan coba ?
3. Bagaimana perbandingan efek Glibenklamid 10 dan Glibenklamid
20 dengan metode uji toleransi glukosa terhadap hewan coba ?
1.3
Tujuan Praktikum
5
1.4
Manfaat Praktikum
1. Mengetahui dan dapat membandingkan efek dan mekanisme kerja
dari ADO Glibenklamid 10 dan Glibenklamid 20
2. Dapat membuat dan menyajikan data hasil percobaan mengenai
obat antidiabetik oral
3. Mengetahui cara penggunaan alat pengukur kadar gula darah
(Accu Check)
4. Mampu memberikan obat secara oral kepada hewan coba mencit
dengan menggunakan sonde.
5. Memberikan
masukan-masukan
untuk
perkembangan
obat
antidiabetik.
6. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi praktikan dan
pembaca tentang mekanisme kerja dan efek ADO Glibenklamid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
.1
Diabetes Melitus
tubuh
tidak
dapat
memproduksi
dan
tak
mampu
50%
glukosa
yang
dimakan
mengalami
metabolisme
sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kirakira 30-40% diubah menjai lemak. Pada penderita diabetes mellitus
semua proses tersebut terganggu.
Pengobatan Diabetes melitus seringkali menghadapi kendala
karena terkadang timbul tanpa gejala dan berlangsung lama sehinga
Uji Aktivitas dan Mekanisme Kerja ADO 4
serangan
hipoglikemia
maupun
hiperglikemia.
lambat
dari
pulau
Langerhans
sehingga
pankreas
rentan
terhadap
komplikasi
yang
adalah
terapi
dengan
insulin
untuk
terjadinya
endogen
ketoasidosis
cukup untuk
tetapi
insulin
mengakibatkan
gula
darah
meningkat
(hiperglikemia).
Pengobatan DM tipe II dapat dilakukan dengan
pemberian antidiabetik oral untuk menurunkan kadar
gula dalam darah
3. Gestational Diabetes Melitus
DM jenis ini timbul hanya pada saat kehamilan
saja, akan tetapi tidak menutup kemungkinan akan
mengalami DM dikemudian hari. Ibu hamil yang
menderita DM lebih rentan mengalami toksemia, yaitu
suatu keadaan dimana racun menyebar dalam aliran
darah yang dapat membahayakan jiwa ibu dan anak.
Gestational Diabetes Mellitus (GDM)
melibatkan kombinasi dan kemampuan reaksi dan
pengeluaran
menirukan
hormon
jenis
insulin
yang
tidak
kencing
manis
di
cukup,
beberapa
perlakuan
menyebabkan
terapi,
tidak
permasalahan
diperlakukan,
dengan
boleh
kehamilan,
satu
penanganan
penyakit
DM
adalah
penggunaan
golongan
sulfonilurea
adalah
tolbutamida,
ialah kadar insulin, glukosa, dan asam lemak bebas dalam darah
menurun, begitu pula gluconeogenesis dalam hati.
5. Golongan Miglitinida (Repaglinida)
Mekanisme kerjanya
mencetuskan
cepat,
kadar
darah
memuncak
dalam
jam).
Glibenklamid
Glibenklamid
adalah
obat
antidiabetika
dari
golongan
menstimulasi
sekresi
insulin
pada
setiap
pemasukan
sebagai
insulin
umumnya
potensi
berlangsung
12-24
jam,
sering
cukup
pada
pemberian
dosis
tunggal
hanya
25%
sulfonilurea
dimetabolisme
di
hepar
dan
probenezid,
dikumarol,
kloramfenikol,
diketahui.
Efek Samping
Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien yang tidak
mendapat dosis tepat, tidak makan cukup atau dengan
.4
Tragakan
Tragakan adalah eksudat kering gom dari Astragalus gummifer
Labillardiere atau spesies Asiatic lain dari Astragalus (Familia
Leguminosae).
Pemerian
Kelarutan
lender.
: Dalam air agak sukar larut dalam air, tetapi
mengembang
beberapa
beberapa
butir
diantaranya
mengembang
berubah.
dan
Serbuk
Khasiat
Sukrosa (Sakarosa)
Adalah gula yang diperoleh dari Saccharum officinarum Linne
(Familia Gramineae), Beta vulgaris Linne (Familia Chenopodiaceae)
dan sumber-sumber lain. Tidak mengandung bahan tambahan,
Pemerian
: Hablur putih atau tidak berwarna; massa hablur atau
berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih; tidak berbau;
rasa manis, stabil di udara. Larutannya netrak terhadap
Kelarutan
lakmus
: Sangat mudah larut dalam air; lebih mudah larut dalam
air mendidih; sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter (FI IV hal 762). Larut dalam
0,5 bagian air dan dalam 370 bagian etanol 95% (FI III
Khasiat
.6
hal 725).
: Kalorigenikum
Hewan Percobaan
Pada percobaan ini digunakan mencit jantan putih galur DDY.
Mencit digunakan sebagai hewan coba antara lain karena mencit
memiliki respons fisiologis yang hampir sama dengan manusia, selain
itu mencit memiliki karakteristik mudah ditangani.
Kingdom
: Mamalia
Filum
: Chordata
Clasis
: Mamalia
Ordo
: Rodentia
Familia
: Muridae
Sub familia
: Murinae
Genus
: Mus
Spesies
: Mus musculus
Hewan coba memiliki sifat seperti berikut : mudah ditangani,
bersifat
penakut,
fotofobik,
cenderung
berkumpul
sesamanya,
.7
.7
.7
.7
.7
.7
.7
.7
Accu Check
Swamonitor
(memonitor
sendiri)
gula
darah
merupakan
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1
Prosedur Kerja
1. Puasakan mencit selama 10-12 jam sebelum perlakuan, yaitu
mulai jam 21 :00 untuk perlakuan jam 09.00 (ket: dilakukan oleh
Lab. Farmakologi)
2. Ambil 6 mencit untuk tiap meja (meja 1 : 1-6 ; meja 2 : 7-12)
3. Timbang masing-masing mencit, beri nomor dengan spidol merah
4. Hitung dosis setiap sediaan untuk masing-masing perlakuan
5. Ambil darah darah ke-1 yaitu darah puasa dari ekor mencit dan
ukur dengan Accu-Check Active.
6. Ukur gula darah seluruh mencit dengan cara:
Mencit dimasukkan ke dalam tabung, tutup dengan posisi ekor di
luar dan tetap dipegang. Beri alkohol pada bagian ekor, sayat
ekornya lalu diurut-urut sampai keluar tetesan darah. Kemudian
tempelkan darah tersebut ke strip pada Accu Check Active,
tunggu sampai muncul angka pada layar, catat angka tersebut.
7. Beri perlakuan Normal pada mencit no 1, 2 dan 7 dengan
memberi tragakan 0,2ml/20g BB, lalu pada mencit no 4, 10, 11
dengan memberi Glibenklamid 10 , lalu pada mencit no 5, 6, 12
dengan memberi Glibenklamid 20 dengan cara menyonde larutan
tersebut ke dalam lambung mencit, catat waktu (perlakuan I).
8. Setelah 30 menit ukur kembali kadar gula darah pada seluruh
mencit dengan Accu Check Active.
9. Setelah itu beri larutan sakarosa pada seluruh mencit. (perlakuan
II)
10. Kemudian ukur kembali gula darah pada menit ke-30, dan 120
menit, catat waktunya.
11. Rata-ratakan data tiap perlakuan dan buatlah grafik kadar gula
darah vs waktu untuk setiap perlakuan
12. Buatlah laporan dan serahkan maksimum pagi hari sebelum
praktikum berikutnya.
3.2
Timbangan mencit
Gunting
Accu Check
Bahan :
Tablet Glibenklamid 5 mg
Tragakan 0,5%
Hewan Percobaan :
3.3
Berat mencit
= 19,51 gram
19,51
20
0,26 ml = 0,253 ml
0,25 ml
Meja 2 mencit nomor 7
Berat mencit
= 22,80 gram
22,80
20
0,26 ml = 0,296 ml
0,3 ml
B. Glibenklamid 10
Meja 1 mencit nomor 4
Berat Mencit
= 19,85 gram
Konversi mencit 20 gram = 0,0026 x 10 mg = 0,026 mg
19,85
Untuk mencit 19,85 gram =
x 0,026 mg = 0,0258
20
mg
Sediaan
Volume yang dioralkan
= 0,1 mg/1 ml
0,0258
=
x 1 ml = 0,258 ml 0,3
0,1
ml
Meja 2 mencit nomor 10
Berat Mencit
= 21,70 gram
21,70
20
x 0,026 mg = 0,028 mg
Sediaan
= 0,1 mg/1 ml
0,028
0,1
x 1 ml = 0,28 ml
= 20,05 gram
20,05
20
x 0,026 mg = 0,026 mg
= 0,1 mg/1 ml
0,026
0,1
x 1 ml = 0,26 ml
C. Glibenklamid 20
Meja 1 mencit nomor 5
Berat Mencit
= 23,14 gram
23,14
20
x 0,052 mg = 0,0601
mg
Sediaan
= 0,2 mg/1 ml
0,0601
0,2
x 1 ml = 0,3008 ml 0,3
ml
Meja 1 mencit nomor 6
Berat Mencit
= 23,76 gram
23,76
20
x 0,052 mg = 0,0617
mg
Sediaan
= 0,2 mg/1 ml
0,0617
0,2
x 1 ml = 0,3088 ml 0,3
ml
Meja 2 mencit nomor 12
Berat Mencit
= 24,89 gram
x 0,052 mg = 0,064 mg
= 0,2 mg/1 ml
C. Sakarosa 20%
24,89
20
0,064
0,2
x 1 ml = 0,32 ml
Rumus =
=
bobot mencit
1000 gram
Hasil
20
x 2 gram = hasil
x 100 =.......
19,51 gram
1000 gram
0,0390 gram
20
= 19,51 gram
22,80 gram
1000 gra m
0,0456 gram
20
= 22,80 gram
19,85 gram
1000 gram
0,0397 gram
20
= 19,85 gram
21,70 gram
1000 gram
0,0434 gram
20
= 21,70 gram
20,05 gram
1000 gram
0,0401 gram
20
= 20,05 gram
23,14 gram
1000 gram
0,04628 gram
20
= 23,14 gram
23,76 gram
1000 gram
0,04752 gram
20
= 23,76 gram
3.4
24,89 gram
1000 gram
0,04978 gram
20
= 24,89 gram
Pembuatan Sediaan
A. Tragakan
Timbang 500 mg tragakan, gerus dalam lumpang, tambahkan
aqua dest sedikit demi sedikit ad 100 ml. tuang ke dalam beaker
glass lalu beri etiket tragakan 0,5%.
B. Glibenklamid
Gerus 4 tablet glibenklamid 5 mg, tambahkan tragakan 0,5%
sedikit demi sedikit ad 10 ml, sehingga diperoleh konsentrasi 20
mg/10 ml
Untuk glibenklamid 20 sediaan 0,2 mg/ml
20 gram
100 ml
x gram
20 ml
= 4 gram
Definisi Operasional
Definisi Operasional
Zat ber-Efek hipoglikemik jika memenuhi salah satu kriteria :
GD 2 h pc < GD puasa
% peningkatan GD setiap waktu < normal
% penurunan GD setiap waktu > normal
Zat ber-Khasiat hipoglikemik jika
GD 2 h pc < GD puasa 20%
Kandang metabolisme individual adalah kandang berbentuk
silinder yang dikelilingi kawat dengan diameter 20 cm yang
dibawahnya terdapat corong dan alas untuk menampung urin
Menurut WHO
Normal
Glukosa Darah (GD) puasa = 70 mg/dl-100 mg/dl = 85
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Aktivitas dan Mekanisme Kerja ADO 22
Perlakua
n
N
N
N
Aver
G10
G10
G10
Aver
G20
G20
G20
Aver
Berat
(g)
0
mg/dl
Uji
(ml)
17,75
19,51
22,80
155
102
139
132
155
139
172
155,33
135
130
175
146,67
0,23
0,25
0,3
Obat
09:50
09:55
09:53
0,26
0,28
0,26
10:00
09:43
09:53
0,3
0,3
0,32
09:57
09:59
09:57
19,85
21,70
20,05
23,14
23,76
24,89
Jam
30
mg/dl
180
150
182
170,67
127
116
197
146,67
113
97
104
104,67
Sakarosa
Jam
ml
10:39
10:29
10:35
0,18
0,2
0,23
10:37
10:17
10:28
0,2
0,22
0,2
10:33
10:41
10:34
0,23
0,24
0,25
30
mg/dl
120
mg/dl
123
158
232
171
85
90
143
106
84
76
96
85,33
127
116
152
131,67
91
99
89
93
84
78
102
88
4.2 Grafik
180
160
140
120
100
80
Kadar Gula Darah (mg/dl)
60
0'
40
30'
20
0
Diagram 1
180
160
140
120
100
80
Kadar Gula Darah (mg/dl)
60
0'
40
30'
20
0
Diagram 2
Standar Glukosa Darah :
Glukosa Darah Puasa = <110 mg/dl
Glukosa Darah 1 h pc = <180 mg/dl
Glukosa darah 2 h pc = <140 mg/dl
4.3 Pembahasan
Dalam table data di atas, rata rata kadar gula darah mencit
dari 3 kelompok perlakuan berbeda-beda dan ketiga rata-rata kadar
gula darah mencit tidak memenuhi standar, pada kelompok perlakuan
Normal rata-rata gula darah puasanya 170,67 mg/dl, glibenklamid 10,
rata rata kadar gula darah puasanya adalah 146,67 mg/dl dan pada
glibenklamid 20 rata-rata gula darah puasanya 104,67 mg/dl. Ini
terjadi karena berat badan mencitnya sangat bervariasi, sehingga
hasilnya pun berbeda tergantung kondisi mencit. Keadaan mencit itu
sendiri seperti stress atau keadaan hormonal pun berpengaruh. Ini
terlihat ketika di oral terdapat mencit yg kencing. Selain itu, dapat
disebabkan oleh kurang tepatnya waktu pengambilan darah mencit
(terlau cepat atau terlalu lama).
Pada perlakuan normal tidak menimbulkan efek turunnya
glukosa darah tetapi perlakuan ini menyebabkan efek naiknya
glukosa darah, mungkin salah satu faktornya adalah mencit yang
stress saat dioralkan atau sesudah dioralkan dan juga tragakan yang
tidak mempunyai efek menurunkan glukosa darah. Pada perlakuan
Uji Aktivitas dan Mekanisme Kerja ADO 24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Pada mencit kelompok perlakuan normal, rata-rata kadar gula
darah puasa(pada menit ke-0) dan menit ke 30 setelah diberi
perlakuan adalah 132 mg/dl ; 170,67 mg/dl
2. Pada mencit kelompok perlakuan glibenklamid 10, rata-rata kadar
gula darah puasa(pada menit ke-0) dan menit ke 30 setelah diberi
perlakuan adalah 155,33 mg/dl ; 146,67 mg/dl
3. Pada mencit kelompok perlakuan glibenklamid 20, rata-rata kadar
gula darah puasa(pada menit ke-0) dan menit ke 30 setelah diberi
perlakuan adalah 146,67 mg/dl ; 104,67 mg/dl
4. Perlakuan glibenklamid 20 lebih efektif menurunkan kadar glukosa
darah pada mencit dibanding dengan perlakuan glibenklamid 10
5. Perlakuan normal tidak menimbulkan efek menurunkan kadar
5.2
Sebaiknya
DAFTAR PUSTAKA
1. Farmakologi dan Terapi edisi V. 2007. Jakarta : Bag Farmakologi FKUI
Jakarta
2. Farmakope Indonesia edisi III. 1979. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
3. Farmakope Indonesia edisi IV. 1995. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
4. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja.Obat Obat Penting edisi VI.
2007. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
5. Vitahealth, 2004, Diabetes, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
6. Ganiswarna, S.1995.Farmakologi dan Terapi. FK-UI : Jakarta
7. Hardcopy PPT Responsi Praktikum Farmakologi Uji Aktifitas dan
Mekanisme Kerja Anti Diabetika Oral. 2015. Jakarta : Dra. Sujati Woro
Indijah, M.Si,. Apt