PENDAHULUAN
Anestesi lokal adalah hilangnya sensasi pada bagian tubuh tertentu tanpa disertai
kehilangan kesadaran atau kerusakan fungsi kontrol saraf pusat dan bersifat reversibel. Obat
anestesi lokal terutama berfungsi untuk mencegah atau menghilangkan sensasi nyeri dengan
memutuskan konduksi impuls saraf yang bersifat sementara. Obat anestesi lokal pertama
yang ditemukan adalah kokain. Kokain yang ditemukan secara tidak sengaja pada akhir abad
ke-19 ternyata memiliki kemampuan sebagai anestesi yang baik. Kokain diperoleh dari
ekstrak daun coca (Erythroxylon coca). Selama berabad-abad bangsa Andean mengunyah
ekstrak daun ini untuk mendapatkan efek stimulasi dan euforia. Kokain pertama kali diisolasi
pada tahun 1860 oleh Albert Niemann. Layaknya ahli kimia lainnya beliau mencicipi sendiri
penemuannya dan merasakan efek mati rasa di lidah. Sigmund Freud meneliti efek fisiologi
kokain dan pada tahun 1884 Carl Koller memperkenalkan pemakaian kokain dalam praktek
klinis sebagai anestesi topikal untuk operasi mata. Halstead mempopulerkan penggunaan cara
infiltrasi dan blok saraf. Penggunaan obat anestesi lokal secara luas saat ini berdasarkan hasil
observasi dan temuan di atas.
Metode regnier adalah mata normal bila disentuh pada kornea akan memberikan
resoin refleks okuler (mata berkedip). Apabila mata diteteskan anestetika lokal, refleks okuler
timbul setelah beberapa kali kornea disentuh, sebanding dengan kekuatan kerja anestetika dan
besarnya sentuhan yang di berikan. Tidak adanya refleks okuler setelah kornea disentuh 100
kali dianggap sebagai tanda adanya anestesi total.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
4.2 Pembahasan
Pada menit ke 0, mata kanan masih masih berkedip secara normal. Hal ini terjadi
karena obat lidokain yang diteteskan ke mata bagian kanan belum mencapai efek
anastesi. Pada menit ke 8, efek obat mulai mencapai efek terapi yang ditunjukkan pada
saat kornea mata kanan diketukkan dengan misai secara tegak lurus pada mata bagian
tengah sebanyak 100x ketukkan dan refleks mata kelinci tidak berkedip ini berarti respon
yang ditujukan positif (anestesi mulai bekerja). Pada menit ke 15, efek anastesi mulai
berkurang sehingga mata kanan kembali berkedip pada saat diketukkan dengan misai
pada kornea mata kanan sebanyak 29 kali ketukkan.
Pada menit ke 0, mata kiri masih berkedip normal. Hal ini terjadi karena obat
tetrakain yang diteteskan ke mata bagian kiri belum mencapai efek terapi. Pada menit ke
8, saat ketukkan ke 15 kali efek obat sudah mulai berkurang sehingga mata hewan uji
berkedip. Jika sebelum ketukkan mencapai 100 kali, maka pada menit selanjutnya nilai
regnier dihitung 1. Total regnier pada mata kanan hewan uji yaitu kelinci adalah 135, dan
pada mata kiri adalah 22. Hal ini menunjukkan bahwa anastesi yang digunakan masih
memberikan respon positif yang nilainya masih dalam range antara 13 sampai 800.
Pada pemberian obat lidokain, refleks berkedip pada mata kelinci lebih lama
dibandingkan dengan pemberian obat tetrakain. Hal ini membuktikan bahwa potensi
anastesi lokal pada lidokain lebih besar daripada tetrakain, karena lidokain merupakan
anastesi golongan amida yang mempunyai masa kerja yang lebih panjang yang berkaitan
dengan onset dan durasi kerja yang pendek, hal tersebut dapat dilihat pada mata kelinci
yang setelah diberi rangsang berupa ketukan pada menit ke 15 mulai berkedip kembali.
Sedangkan pada tetrakain merupakan anastesi lokal golongan ester yang memiliki onset
sekitar 15 menit dan mempunyai durasi kerja yang panjang yaitu 200 menit.
Sesuai prinsipnya anestetika lokal dapat dikatakan tercapai jika refleks okuler tidak
terjadi sampai penyentuhan 100 kali pada kornea kelinci uji. Kemungkinan hal ini terjadi
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti penetesan obat yang tidak tepat kedalam
konjungtiva mata kelinci, kondisi fisiologis kelinci yang berbeda-beda sehingga respon
yang ditunjukkan pun berbeda, dosis yang diberikan masih belum tepat untuk
menimbulkan efek anestetika lokal pada hewan uji, pengamatan praktikan yang tidak
tepat atau waktu pengamatan juga mempengaruhi hasil pengamatan tersebut.
4.3 Pertanyaan
1. Apakah yang perlu diperhatikan pada persiapan larutan obat mata agar dapat terjamin
khasiatnya?
Jawab:
a. Harus hisohidris memiliki ph sama dengan air mata
b. Kejernihan larutan obat mata
c. Isotonis larutan obat mata
d. Harus bebas pirogen
e. Kesterilan dari obat dan alat yang digunakan
f. Cara penyimpanan obatnya
g. Partikel obat mata
2. Pada percobaan mata kelinci harus terlindungi dari cahaya langsung, jelaskan !
Jawab:
Karena sinar matahari langsung akan mengalami reaksi lain yang terjadi pada mata
kelinci yang tidak diinginkan, dapat menyebabkan toksisitas serta apabila terkena
cahaya langsung dapat mempengaruhi reflex mata sehingga membuat kelinci menutup
matanya yang dapat menggangung proses percobaan.
3. Sebutkan anestesi lokal mata yang digunakan, selain pada percobaan ini !
Jawab :
Dibukain
Prilokain
Prokain
Benzokain
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Total regnier pada mata kanan hewan uji yaitu kelinci adalah 135, dan pada mata kiri
adalah 22. Hal ini menunjukkan bahwa anastesi yang digunakan masih memberikan
respon positif yang nilainya masih dalam range antara 13 sampai 800.
Pada pemberian obat lidokain, refleks berkedip pada mata kelinci lebih lama
dibandingkan dengan pemberian obat tetrakain. Hal ini membuktikan bahwa potensi
anastesi lokal pada lidokain lebih besar daripada tetrakain.
anestetika lokal dapat dikatakan tercapai jika refleks okuler tidak terjadi sampai
penyentuhan 100 kali pada kornea kelinci uji.
DAFTAR PUSTAKA