PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tidur merupakan suatu fenomena fisiologis penting dalam menjaga
keseimbangan regulasi sistem tubuh, juga merupakan suatu proses yang
dibutuhkan oleh seseorang untuk beraktivitas dengan baik. Fisiologis tidur
merupakan
proses
yang
kompleks
dan
melibatkan
berbagai
macam
produktif.
Kehilangan
ketidakseimbangan
dalam
waktu
tidur
menerima
diketahui
tugas
yang
sebagai
penyebab
melibatkan
memori,
pembelajaran, dan alasan logis. Salah satu cara untuk mengatasi insomnia adalah
degan memberikan obat hipnotik-sedatif.
Hipnotik dan sedatif merupakan golongan obat pendepresif susunan saraf
pusat (SSP). Efeknya bergantung pada dosis, mulai dari yang ringan yaitu
menyebabkan tenang dan kantuk, hingga yang berat yaitu kehilangan kesadaran,
keadaan anestesi, koma, dan mati. Pada dosis terapi, obat sedatif mempu
menekan aktivitas mental, menurunkan respon terhadap rangsangan emosi
sehingga akan berefek menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan
mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur
fisiologis.
Golongan obat hipnotik-sedatif terbagi menjadi 3 golongan, yaitu
barbiturat, benzodiazepin dan lainnya. Sebagai calon tenaga kerja farmasi, sangat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori umum
Seluruh kegiatan tubuh manusia diatur oleh pusat susunan saraf yaitu
otak dan sumsum tulang belakang. Otak manusia terbagi menjadi tiga
bagian yaitu otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum) dan batang otak.
Otak besar berfungsi sebagai pusat kegiatan- kegiatan yang disadari seperti
berpikir, mengingat, berbicara, melihat,
relaksasi
selama
tahap
progresif. Pada tahap IV, tingkat terdalam, sulit untuk dibangunkan. Tidur
tahap IV sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik. Para ahli tentang
tidur mengetahui bahwa tahap IV sangat jelas terlihat menurun pada lansia.
Lansia mengalami penurunan tahap III dan IV waktu NREM, lebih banyak
terbangun selama malam hari dibandingkan tidur, dan lebih banyak tidur
selama siang hari. Setelah memasuki tahap IV, akan berlanjut ke tidur REM.
Tidur REM terjadi beberapa kali dalam siklus tidur di malam hari tetapi lebih
sering terjadi di pagi hari sekali. Tidur REM membantu melepaskan ketegangan
dan membantu metabolisme system saraf pusat. Kekurangan tidur REM telah
terbukti menyebabkan iritasi dan kecemasan (Setyowati, 2015).
Tidur merupakan salah satu komponen penting untuk menjaga kesehatan
individu. Tanpa tidur, manusia akan mengalami gangguan dalam kualitas
hidup. Manusia tidur selama sepertiga dari kehidupan mereka. Bagi sebagian
besar orang, tidur adalah hal yang mudah, namun bagi beberapa orang tidur
merupakan suatu hal yang sangat sulit dilakukan. Kondisi sulit tidur saat ini
disebut sebagai insomnia. Insomnia
merupakan
persepsi
yang
tidak
adekuat dari kualitas dan kuantitas tidur dan merupakan keluhan paling umum
dari gangguan tidur. Insomnia ditegakkan apabila terdapat 1 atau lebih keluhan:
kesulitan memulai tidur, kesulitan untuk mempertahankan tidur sehingga sering
terbangun dari tidur, bangun terlalu dini hari dan sulit untuk tidur kembali, tidur
dengan kualitas yang buruk (Susanti, 2015).
Hipnotik dan sedatif merupakan golongan obat pendepresi susunan
saraf pusat (SSP). Efeknya bergantung kepada dosis, mulai dari yang ringan
yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu
hilangnya kesadaran, keadaan anastesi, koma dan mati. Pada dosis terapi, obat
sedatif mampu menekan aktivitas mental, menurunkan respons terhadap
rangsangan emosi sehingga akan berefek menenangkan. Obat hipnotik
samping
menyebabkan
benzodiazepine
banyaknya
B. Uraian bahan
1. Aquadest ( Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILATA
Sinonim
: Air suling
Pemerian
: Cairan jernih, tidak
berwarna,
tidak
berbau,
tidak
mempunyai rasa
RM/BM
: H2O/18,02
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik
2. API ( DitJen POM,1979)
Nama resmi : AQUA PRO INJEKSI
Sinonim
: Air untuk injeksi
Pemerian
: Dalam wadah tertutup kedap, jika disimpan dalam wadah
bertutup kapas berlemak harus digunakan dalam waktu 3
hari sesudah pembuatan
Penggunaan : Untuk pembuatan injeksi
3. Diazepam (DitJen POM, 1979)
Nama resmi : DIAZEPAMUM
Sinonim
: Diazepam
RM/BM
: C16H13ClN2O/284,74
R. struktur :
CH3
Pemerian
Kelarutan
Sinonim
RM/BM
R. struktur
: Luminal
: C12H12N2O3/232, 24
:
Kelarutan
Pemerian
Kelarutan
Pemerian
Kelauutan
225C
: Tidak larut dalam air, sukar larut dalam etil asetat, agak
sukar larut dalam aseton, larut dalam methanol, mudah larut
dalam kloroform
Penggunaan : Sedativum
C. Uraian obat
1. Fenobarbital ( Tan, 2012 dan Katung dkk., 2013)
Indikasi
: Antikonvuulsi, terapi kejang dan kejang demam pada
anak.
Efek samping
: Sedasi, sikosis akut, dan agitasi.
Mekanisme kerja : Secara selektif menekan neuron abnormal pada fokusfokus epilepsi. Fenobarbital menekan lepas muatan
repetitif frekuensi tinggi dari konsentrasi tinggi.
Fenobarbital beriktan dengan suatu tempat alosterik di
reseptor GABA, dan obat ini memperkuat arus yang
diperantarai oleh rfeseptor GABA dengan memperlama
terbentuknya saluran Cl-.
Farmakodinamik : Memberikan efek antikonvulsidan efek utama adalah
depresi SSP. Depresi dapat sebanding dengan dosis,
tidak memberikan efeknyata pada kardiovaskuler.
Farmakokinetik : Dimetabolisme hamper semua di hati sebelum
Interaksi obat
dieksresidi ginjal.
: Dengan asam
Dosis
valpproat
menyebabkan
kadar
fluvoksamin.
: Mengantuk, kelemahan otot, ataksia, reaksi paradoksilat
dalam
agresi,
gangguan
mental,
amnesia,
<6
bulan,
sindrom
rege,
koma
EEG,
reaksi
SSP,
reaksi
neuramuskullar
penderita
pulmonori akut.
: Mengantuk, kelemahan
otot,
amnesia,
bingung,
halusinasi.
Farmakokinetik : Kadar darah puncak 1-2 jam, waktu paruh eliminasi 1215 jam, penyerapan oral cepat.
Farmakodinamik : Berikatan dengan reseptor GABA benzodiazepine pada
Dosis
Kemasan
: Mus musculus
: Nokturnal
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
1. Tabel pengamatan
No
.
1.
Obat
BB
( gram )
25
Vol Pemerian
(ml)
0,83
Onset
Durasi
Fenobarbital 30 mg
32:00
14:29
2.
Diazepam 5 mg
21
0,7
12:50
39:26
3.
Alpeazolom 0,5 mg
21
0,7
62:50
21:39
4.
CP2 25 mg
30
12:53
36:55
5.
Fenobarbital 15 mg
23
0,76
77:36
05:09
6.
Valisanbe 5 mg
27
0,9
38:50
19:35
7.
CP2 12,3 mg
28
0,93
12:22
90:82
2. Perhitungan
Dosis pemberian = B.HC
X Dosis konfersi
B.HC ( min )
= 23 g X 15 mg X 0,0026
20 g
= 0,044 mg/ml
= 0,44 mg/10 ml
Sediaan ditimbang = 0,44 mg X 0,12805
15 mg
= 0,0037 gram
Volume pemberian = B.HC
X Volume pemberian
B.HC (ma2)
= 23 g
X I Ml
30 g
= 0,76 ml
B. Pembasan
sedatif
benzodiazepine,
hipnotik
berbibucat,
digolongkan
dan
golongan
menjadi
lain-lain
yaitu
golongan
(golonngan
non
kecepatan timbulnya efek sedang (sekitar 15 menit) dan bertahan agak singkat
(2-2 jam) sehinnga digunakan sebagai obat tidur. Intomedieate-actingadalah
hipnotika yang mulai efeknya setelah 30 menit dan dapat bertahan selama 5 jam.
Long-acting adalah hipnotika yang bekerja setelah 8 jam dan bertahan sekitar610 jam, digunakan sebagai obat tidur lama.
Percobaan sedative hipnotik berguna untuk mengetahui bagaimana
pengarug obat-obat sedative hipnotik yang digunakan dalam percobaan ini yaitu
fenobarbital 30 mg, drazepam 5 mg, al;prozolom 0,5 mg, cp2 25 mg, fenobarbital
15 mg, valisanbe 5 mg, dan cp2 12,5 mg, terhadap penekanan susunan saraf
pusat (ssp) pada hewan coba mencit menggunakan para meter onset dan durasi.
Bahan-bahan yang dalam percobaab ini selai n bahan obat uji yang telah
disebutkan antara lain yaitu akuades yang digunakan pada pembuatan larutan nacmc, larutan na-cmc tersevut dengan konsentrasi 0,5% digunakan sebagai
pelengkap yaitu alcohol serta tisu. Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini
adalah batang pengaduk, gelas kimia, lap kasar dan lap halus, timbangan digital
untuk menhitung betat badan mencit, timbangan analitik untuk menimbang
masing-masing bahan uji coba obat dan bahan lain yang digunakan untuk
misalnya na-cmc spoit 1 CC dan konula digunakan untuk pemberian sediaan
obat uji kepada hewan coba mencit secara oral.pengijian pada hewan coba
pertama-tama dilakukan yaitu mencit dipuasakan (tidak diberi makan) selama
kurang lebih 3-4 jam, lalu ditimbang berat badan mencit, selanjutnya sediaan
obat yang telah disuspesikan dengan Na-CMC 0,5% diberikan pada mencit
secara oral, dilakukan pengamatan terhadap onset dan durasinya dan dicatat
hasilnya untuk dapat dibandingkan antara obat-obat yang di ujikan
Bahan obat uji sedative hipnotik yang digunakan yaitu fenobarbital
dengan dosis etiket 15 mg, sementara itu hewan coba mencit yang kami gunakan
memeiliki bobot 23 gram sehingga di dapatkan hasil perhitungan untuk dosis
pemberian yaitu 0,44 mg/10 ml atau 0,044 mg/ml, sediaan yang ditimbang yaitu
0,0037 garam, dan volume pemberian obat secara oral pada mencit yaitu
sebanyak 0,76 ml.
Hasil pengamatan berdasarkan parameter onset dan durasi pada
percobaan ini, yang memiliki efek sedate hipnotik lebih baik dan optimal secara
berturut-turut yaitu klorpomazim (cp2), diazepam, valisanbe, alprozolom, dan
terakhir penebarbutal . pengamatan onsrt dan durasi ini yaitu berdasarkan teori
dimana obat sedative hipnotik dikatakan optimak apabila memilikiwaktu onset
yang di capai dan durasi yang dimilikinya berlangsung lama. Onset dihitung
sejak pemberian sediaan obat pada mencit atau ketika seluruh obat sudah masuk
kedalam tubuh mencit. Sedangkan durasi dihituk sejak obat memberikan efek
(batas onset) hingga hialngnyya efek dari obat-obat tersebut yaitu mencit
beraktifitas normal kembali setelah menunjukka efek dari obat yaitu tenang atau
tidur.
Hasil percobaan yang didapatkan ternyata sesuai dengan teori yang ada.
Menurut teori, deasepan merupakan obat sedative hiplotik yang paling optimal,
memiliki plasma t 1
sampai 120 jam, sehingga efeknya sangat diperpanjang. Oleh karena itu zat ini
lebih layak digunakan dan trmasuk obat golongan bensodiasepan dengan efek
long-action. Menurut kalsong (2002), penyerapan oleh intestinum terjadi secara
cepat karna diasepan mempunyai tingkat kelarutan yang tinggi dalam lipid.
Berdasarkan golonga hiprotik sedative, golongan benzodiasepin lebih unggul dri
barbiturate karena tingkat toleransi obat, potensi penyalagunaan yang rendah,
maegin dosis aman yang lebar, rendah toleransi obat dan mengindulesi enzim
mikrosom di hati. Benzodiasepin telah banyak digunakan sebagai pengganti
barbiturat sebahai pramedikasi dan menimbulkan sedasi pada pasien dalam
monitoring anestesi.jika diurutkan berdasarkan golongan obat, pada percobaan
ini efek sedative hipnotik sari golongan obat benzodiasepin seperti diazepam,
valisanbe, alprazolom, dan klorpamozin (cp2) lebih optimal dibandingkan efek
yang dihasilkan dari fenobarbital yang merupakan salah satu dari golongan
obatbarbiturat.
Faktor-faktor yang menyababkan adanya kesalahan dari percobaan
sedative hipnotik ini antara lain disebabkan oleh pemberian dosis yang tidak
tepat yaitu fenobarbital 15 mg dapat dikatakan underdoses sehingga onset yang
dicapai sangat lama yaitu 77 menit 36 detik sedangkang durasinya sangat cepat
yaitu 5 menit 9 detik. Selain itu, factor kesalahan yang lain juga dapat disebabkan
oleh kondisi fisiologi mencit.
Manfaat percobaan sedative hipnotik dalam bidang farmasi yaitu sesuai
agar seorang farmatis mengetahui bagaimana pengaruh bobat-obat yang bekerja
pada system saraf pusat, juga dapat menentukan obat-obat yang memilii efek
yang optimal dalam hal ini adalah golongan sedative hipnotik dan cocok serta
aman untuk diberikan kepada pasien misalnya pada penyakit atau ganguan tidur
yang disebut insomnia bila teraoi nonfarmakologi yang dilakukan tidak berhasil.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan bahwa obat yang memiliki efek sedatif palling baik berturut-turut
klorpromazin, diazepam, valisanbe, fenobarbital, dan alprazolam. Akan tetapi,
berdasarkan teori urutan yang benar adalah diazepam, valisanbe, fenobarbital,
klorpromazin, dan alprazolam. Kesalahan terjadi pada obat fenobarbital karena
hanya sedikit menimbulkan efek sedatif, sedangkan obat lainnya sudah cukup
menimbulkan efek sedatif.
B. Saran
Saran untuk praktikan sebaknya lebih berhati-hati pada saat
penimbangan bahan, perhitungan dosis dan pemberian obat karena kesalahan
tersebut dapat menimbulkan kesalahan pula terhadap efek sedatif pada hewan
coba serta ketidak sesuaian data yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Budhi. 2010. Tumbuhan Dengan Kandungan Senyawa Aktif Yang Berpotensi
Sebagai Bahan Antifertilitas. Jakarta: Adabia Press.
Astana, Widh, Danang Ardianto, Agus Triyono. 2015. Studi Klinik Efek Ramuan
Jamu Untuk Insomnia Terhadap Fungsi Hati Pasien Klinik Hortis Medicus.
Jurnal Farmasi Sains Dan Terapan. Vol. 2, No. 1
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Depkes RI.
Kirtishanti, Aguslina, Dan Dini Kesuma. 2012. Identifikasi Efek Depressan SSP
(Susunan Sistem Saraf Pusat), Anti Kejang, Dan Neurotoksisitas Senyawa 4Klorobenzoitilurea Pada Mencit Putih Jantan. Jurnal Teknosains. Vol. 2, No.
1
Ningsih, Septa, Nova Rahmah W. 2014. Kemampuan Efek Sedasi Infusa Umbi
Rumput Teki (Cyperus rotendus L.) Pada Mencit Jantan Ras Swiss. Jurnal
Medical Sience. Vol. 1, No. 2
Noviadiani, Dini, Bambang Wijyanto, Muhammad Andrie. 2013. Uji Efek Sedatif
Infusa Daun Kratum (Mitragyna spetrosa) Pada Mencit Jantan Galur Balb/C.
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNY. Vol. 3, No. 1
Putra, Dalem Dwi. 2013. Kombinasi ES20 Pixlone Dan Mind Body Therpay Sebagai
Strategi Baru Dalam Penatalaksanaan Insomnia. Jurnal Medika Udayana.
Vol. 2, No.1
Sepriani, Rika, Fatma Sriwahyuni, Almahdy A., Khairil Armal, 2014. Kajian
Ketepatan Indikasi Penggunaan Alprazolam Pada Pasien Stroke Di Bangsal