Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu sifat unsur transisi adalah memiliki kecenderungan membentuk ion
kompleks atau senyawa kompleks. Ion-ion dari unsur logam transisi memiliki
orbital-orbital kosong yang dapat menerima pasangan elektron pada
pembentukan ikatan dengan molekul atau anion tertentu membentuk ion
kompleks.

Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat dikelilingi anion-anion atau molekul-
molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat disebut ion pusat atau
atom pusat. Anion atau molekul yang mengelilingi ion pusat disebut dengan
ligan. Ikatan antara ion pusat dengan ligan disebut dengan ikatan koordinasi dan
banyaknya ikatan koordinasi antara ion pusat dengan ligan tersebut disebut
dengan bilangan koordinasi.

Ion pusat merupakan ion unsur transisi yang dapat menerima pasangan elektron
bebas dari ligan. Pasangan elektron bebas dari ligan menempati orbital-orbital
kosong dalam subkulit 3d, 4s, 4p dan 4d pada ion pusat. Ligan ada yang bersifat
netral, dan negatif. Atom dalam suatu ligan yang terikat langsung dengan ion
pusat dikenal sebagai atom donor. Berdasarkan banyak atom donor yang ada,
ligan digolongkan sebagai monodentat, bidentat dan polidentat. Ligan
monodentat merupakan ligan yang memiliki satu atom didalamnya. Sebagai
contoh yaitu ligan H2O dan NH3 merupakan ligan monodentat.

Ion kompleks memiliki sifat magnetik. Sifat magnetik ini disebabkan adanya
subkulit d yang tidak terisi penuh pada ion pusatnya. Ion kompleks yang
memiliki elektron yang tidak berpasangan pada diagram pemisahannya bersifat
paramagnetik dan dapat ditarik oleh medan magnet. Sedangkan ion kompleks
yang memiliki elektron berpasangan pada diagram pemisahannya bersifat
diamagnetik dan dapat ditolak oleh medan magnet.

Sifat magnetik dari ion kompleks yang mengdanung ligan monodentat ini
tergantung dari kuat lemahnya ligan yang terdapat dalam ion kompleks tersebut.
Kuat lemahnya ligan ini ditentukan dari jenis ligannya yang diurutkan
berdasarkan deret spektrokimianya. Deret spektrokimia adalah daftar-daftar ligan
yang disusun berdasarkan kemampuannya membelah tingkat energi orbital d
kecil ke besar.

Berdasarkan hal tersebut maka pada makalah ini akan diuraikan mengenai sifat
magnetik dari ion kompleks dan pengaruh ligan monodentat terhadap sifat
magnetik ion kompleks.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah
yaitu sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana sifat magnetik ion kompleks?


1.2.2 Bagaimana pengaruh ligan monodentat terhadap sifat magnetik ion
kompleks?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Untuk mengetahui sifat magnetik ion kompleks.


1.3.2 Untuk mengetahui pengaruh ligan monodentat terhadap sifat magnetik ion
kompleks.
1.4 Manfaat Penulisan

Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai sifat


magnetik dari ion kompleks dan pengaruh ligan monodentat terhadap sifat magnetik
ion kompleks.

1.5 Batasan Penulisan

Dalam makalah ini pembahasan hanya terbatas pada sifat magnetik ion
kompleks yang dipengaruhi oleh ligan monodentat sehingga pada pembahasan ini
hanya digunakan contoh-contoh ion kompleks yang memiliki ion pusat, muatan ion
pusat dan bentuk geometri yang sama (fokus pada bentuk geometri oktahedral saja).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam ilmu kimia, kompleks atau senyawa koordinasi merujuk pada molekul atau
entitas yang terbentuk dari penggabungan ligan dan ion logam. Dulunya, sebuah
kompleks artinya asosiasi reversibel dari molekul, atom, atau ion melalui ikatan
kimia yang lemah. Pengertian ini sekarang telah berubah. Beberapa kompleks logam
terbentuk secara irreversibel, dan banyak diantara mereka yang memiliki ikatan yang
cukup kuat (Nuryono, 2003).

Ligan adalah spesies yang memiliki atom-atom yang dapat menyumbangkan


sepasang elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung
koordinasi. Sehingga, ligan merupakan basa lewis dan ion logam adalah asam lewis.
Jika ligan hanya dapat menyumbangkan sepasang elektron (misalnya NH3 melalui
atom N) disebut ligan unidentat. Ligan ini mungkin merupakan anion monoatomik
(tetapi bukan atom netral) seperti ion halida, anion poliatomik seperti NO2-, molekul
sederhana seperti NH3 atau molekul kompleks seperti piridin C5H5N (Petrucci,
1987).

Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi kestabilan
kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah :
a. kekuatan basa dari ligan itu,
b. sifat-sifat penyepitan (jika ada), dan
c. efek-efek sterik (ruang)
Dari sudut pandangan aplikasi kompleks secara analisis, efek penyepitan mempunyai
arti yang teramat penting, maka hendaklah diperhatikan secara khusus. Istilah ‘efek
sepit’ mengacu pada fakta bahwa suatu kompleks bersepit, yaitu kompleks yang
dibentuk oleh suatu ligan bedentat atua multidentat, adalah lebiih stabil disbanding
kompleks padanannya denga ligan-ligan monodentat: semakin banyak titik lekat ligan
itu kepada ion logam,semakin besar kestabilan kompleks. Efek sepit ini sering dapat
disebabkan oleh kenaikan entropi yang menyertai penyempitan; dalam hubungan ini,
penggantian molekul-molekul air dari ion terhidrasi haruslah diingat-ingat. Efek
sterik yang paling umum adalah efek yang menghambat pembentukan kompleks yang
disebabkan oleh adanya suatu gugusan besar yang melekat pada atau berada
berdekatan dengan atom penyumbang (Wahyuni, 2007).

Teori medan kristal tentang senyawa koordinasi menjelaskan bahwa dalam


pembentukan kompleks terjadi interaksi elektrostatik antara ion logam (atom pusat)
dengan ligan. Jika ada enam ligan yang berasal dari arah yang berbeda, berinteraksi
dengan atom/ion logam pusat, langsung dengan ligan akan mendapatkan pengaruh
medan ligan lebih besar dibandingkan dengan orbital-orbital lainnya. Akibatnya,
orbital tersebut akan mengalami peningkatan energi dan kelima sub orbital d-nya
akan terpecah (splitting) menjadi dua kelompok tingkat energi. Kedua kelompok
tersebut adalah : 1) Dua sub orbital (dx2-dy2, dan dz2) yang disebut dy atau eg
dengan tingkat energi yang lebih tinggi, dan 2) Tiga su orbital (dxz, dxy, dan dyz)
yang disebut de atau t2g dengan tingkat energi yang lebih rendah. Perbedaan tingkat
energi ini menunjukkan bahwa teori medan kristal dapat menerangkan terjadinya
perbedaan warna kompleks (Hala, 2008).

Spektrofotometer UV-VIS yaitu spektrofotometer yang dapat beroperasi pada


spektrum cahaya UV - tampak dengan nilai panjang gelombang 0,6 nm - 300 nm
(UV) dan 390-780 nm (VIS) (Vogel, 1990).
BAB III

HASIL PENGAMATAN DANPEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Berdasarkan data yang tekah didapat, maka diperoleh hasil pengamatan sebagai
berikut:

larutan FeCl3 Warna Jumlah tetes ligan


Ligan
(orange) Awal Akhir yang ditambahkan
Sebagai Orange Orange
1 40 tetes
standar
2 Amonia Orange Merah bata 20 tetes
3 H2O Orange Orange pudar 20 tetes
4 H2C2O4 Orange Kuning 20 tetes
5 NaCl Orange Orange pudar 20 tetes
6 CuSO4 Orange Hijau 20 tetes
7 KSCN Orange Merah darah 20 tetes

3.2 Pembahasan

Pada percobaan pengaruh ligan terhadap warna ion kompleks digunakan larutan Fe
Cl3. Warna awal dari FeCl3 yaitu orange kemudian larutan FeCl3 tersebut
dimasukkan ke dalam 7 tabung reaksi yang masing-masing tabung diisi 2 ml (40
tetes). Pada tabung pertama dijadikan sebagai pembanding. Pada tabung kedua
ditetesi dengan NH3, terjadi perubahan warna setelah ditetesi NH3 dari warna
awalnya orange menjadi merah bata. Reaksi yang terjadi antara FeCl3 dan NH3
yaitu:

Fe3+ (aq) + 6NH3(aq) (Fe (NH3)6)3+(aq)

Tabung ketiga ditetesi dengan H2O yang berwarna bening. Terjadi perubahan
warna dari orange menjadi orange pudar. Reaksi yang terjadi antara FeCl3 dan H2O
yaitu:

Fe3+ (aq) + 6 H2O (aq) (Fe (H2O)6)3+(aq)

Tabung keempat diisi dengan H2C2O4 yang awalnya berwarna bening. Terjadi
perubahan warna dari orange menjadi kuning. Reaksi yang terjadi antara H2C2O4
dengan FeCl3 yaitu:

Fe3+ (aq) + 3C2O42- (aq) (Fe (C2O4)6)3-(aq)

Pada tabung kelima yang ditetesi dengan NaCl yang berwarna bening. Setelah
ditetesi dengan NaCl terjadi perubahan warna dari orange menjadi orange lebih
pudar. Reaksi yang terjadi antara FeCl3 dengan NaCl yaitu:

Fe3+ (aq) + 6Cl- (aq) (Fe (Cl)6)3-(aq)

Pada tabung keenam ditetsi dengan larutan CuSO4 yang berwarna biru. Setelah
ditetesi dengan CuSO4 terjadi perubahan warna dari orange menjadi hijau. Reaksi
yang terjadi antara FeCl3 dengan CuSO4 yaitu:

Fe3+ (aq) + 3SO42- (aq) (Fe2(SO4)3)3-(aq)

Pada tabung terakhir ditetesi dengan larutan KSCN yang berwarna bening. Setelah
ditetesi dengan KSCN terjadi perubahan warba dari orange menjadi merah darah.
Reaksi yang terjadi antara FeCl3 dengan KSCN yaitu:

Fe3+ (aq) + 6SCN- (aq) (Fe2(SCN)6)3-(aq)


Setelah itu mengurutkan warna dari yang pudar sampai ke yang lebih pekat. Di
dapat urutan larutan yaitu FeCl3 + H2C2O4, FeCl3 + NaCl, FeCl3 + air, FeCl3 +
CuSO4, FeCl3 + NH3, dan FeCl3 + KSCN.

Pada percobaan ini perlu diketahui beberapa istilah yaitu atom pusat, ligan,
bilangan koordinasi, ligan monodental, ligan bidental, dan ligan polidental. Ligan
Monodentat yaitu ligan yang hanya mampu memberikan satu pasang elektron
kepada satu ion logam pusat dalam senyawa koordinasi. Misalnya : ion halida,
H2O dan NH3. Ligan Bidentat yaitu ligan yang mempunyai dua atom donor
sehingga mampu memberikan dua pasang elektron. Dalam pembentukan ikatan
koordinasi, ligan bidentat akan menghasilkan struktur cincin dengan ion logamnya
(sering disebut cincin kelat). Ligan bidentat dapat berupa molekul netral (seperti
diamin, difosfin, disulfit) atau anion (C2O42-, SO42-, O22-). Ligan Polidentat yaitu
ligan-ligan yang memiliki lebih dari dua atom donor. Ligan ini dapat disebut tri,
tetra, penta, atau heksadentat, bergantung pada jumlah atom donor yang ada. Ligan
polidentat tidak selalu menggunakan semua atom donornya untuk membentuk
ikatan koordinasi. Misalnya : EDTA sebagai heksadentat mungkin hanya
menggunakan 4 atau 5 atom donornya bergantung pada ukuran dan stereokimia
kompleks.

Berdasarkan jenis ikatan koordinasi yang terbentuk, ligan dapat dikelompokkan


sebagai berikut.
a. Ligan yang tidak mempunyai elektron sesuai untuk ikatan π dan orbital kosong
sehingga ikatan yang terbentuk hanya ikatan σ, seperti H-, NH3, SO32-, atau RNH2.
b. Ligan yang mempunyai dua atau tiga pasang elektron bebas yang selain
membentuk ikatan σ, juga dapat membentuk ikatan π dengan ion logam, seperti
N3-, O2-, OH-, S2-, NH2-, R2S, R2O, NH2, dan ion benzena.
c. Ligan yang memiliki orbital π-antiikatan kosong dengan tingkatan benzen
rendah yang dapat menerijma elektron yang orientasinya sesuai dari logam, seperti
CO, R3P, CN-, py, dan acac.
d. Ligan yang tidak ada pasangan elektron bebasnya, tetapi memiliki elektron
ikatan-π, seperti alkena, alkuna, benzjena, dan anion siklopentadienil.
e. Ligan yang membentuk dua ikatan σ dengan dua atom logam terpisah dan
kemudian membentuk jembatan. Sebagai contoh, OH-, O2-, CO.

Senyawa koordinasi merupakan senyawa yang tersusun atas atom pusat dan ligan
(sejumlah anion atau molekul netral yang mengelilingi atom atau kelompok atom
pusat tersebut) dimana keduanya diikat dengan ikatan koordinasi. Ditinjau dari
konsep asam-basa Lewis, atom pusat dalam senyawa koordinasi berperan sebagai
asam Lewis (akseptor penerima pasangan elektron), sedangkan ligan sebagai basa
Lewis (donor pasangan elektron).

Senyawa kompleks dapat berupa non-ion, kation atau anion, bergantung pada
muatan penyusunnya. Muatan senyawa kompleks merupakan penjumlahan muatan
ion pusat dan ligannya. Jika senyawa kompleks bermuatan disebut ion
kompleks/spesies kompleks. Bilangan koordinasi pada senyawa kompleks
menyatakan banyaknya ligan yang mengelilingi atom atau sekelompok atom pusat
sehingga membentuk kompleks yang stabil.

Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat dikelilingi anion-anion atau molekul-
molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat disebut ion pusat atau
atom pusat. Anion atau molekul yang mengelilingi ion pusat disebut ligan.
Banyaknya ikatan koordinasi antara ion pusat dan ligan disebut bilangan
koordinasi. Ion pusat merupakan ion unsur transisi, dapat menerima pasangan
elektron bebas dari ligan. Pasangan elektron bebas dari ligan menempati orbital-
orbital kosong dalam subkulit 3d, 4s, 4p dan 4d pada ion pusat.

Ligan adalah molekul atau ion yang dapat menyumbangkan pasangan elektron
bebas kepada ion pusat. Ligan ada yang netral dan bermuatan negatif atau positif.
Pemberian nama pada ligan disesuaikan dengan jenis ligannya. Bila ada dua
macam ligan atau lebih maka diurutkan menurut abjad.
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat
dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya
kepada ion logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat
menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut
senyawa koordinasi. Senyawa-senyawa kompleks memiliki bilangan koordinasi
dan struktur bermacam-macam. Mulai dari bilangan koordinasi dua sampai
delapan dengan struktur linear, tetrahedral, segiempat planar, trigonal bipiramidal
dan oktahedral. Namun kenyataan menunjukkan bilangan koordinasi yang banyak
dijumpai adalah enam dengan struktur pada umumnya oktahedral.
BAB IV
PENUTUP

Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Di dapat urutan larutan dari yang pudar sampai ke pekat yaitu FeCl3 + H2C2O4,
FeCl3 + NaCl, FeCl3 + air, FeCl3 + CuSO4, FeCl3 + NH3, dan FeCl3 + KSCN.

2. Monodentat yaitu ligan yang hanya mampu memberikan satu pasang elektron
kepada satu ion logam pusat dalam senyawa koordinasi.

3. Ligan Bidentat yaitu ligan yang mempunyai dua atom donor sehingga mampu
memberikan dua pasang elektron.

4. Ligan Polidentat yaitu ligan-ligan yang memiliki lebih dari dua atom donor.

5. Senyawa koordinasi merupakan senyawa yang tersusun atas atom pusat dan ligan
(sejumlah anion atau molekul netral yang mengelilingi atom atau kelompok atom
pusat tersebut) dimana keduanya diikat dengan ikatan koordinasi.

6. Bilangan koordinasi pada senyawa kompleks menyatakan banyaknya ligan yang


mengelilingi atom atau sekelompok atom pusat sehingga membentuk kompleks
yang stabil.
7. Senyawa kompleks dapat berupa non-ion, kation atau anion, bergantung pada
muatan penyusunnya.
8. Ligan adalah molekul atau ion yang dapat menyumbangkan pasangan elektron
bebas kepada ion pusat.
9. Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat
dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya
kepada ion logam pusat.
DAFTAR PUSTAKA

Nuryono. 2003. Kimia Koordinasi. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik Jurusan


Kimia FMIPA Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Hala, Harun. 2008. Kimia Dasar Universitas. Jakarta: Balai Pustaka

Petrucci, Ralph.H. 1987. Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta:
Erlangga

Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Jilid 2. Jakarta:
Kalman Media Pusaka.

Wahyuni, Endang Tri. 2007. Handout Analisis Instrumental I, “Spectrophotometer


UV-Vis”. Jakarta: Erlangga
PENGARUH LIGAN TERHADAP WARNA ION KOMPLEKS

(Laporan Praktikum Kimia Anorganik I)

Oleh :

SURADI

1213023068

PENDIDIKAN KIMIA

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2014

Anda mungkin juga menyukai