PENDAHULUAN
Salah satu sifat unsur transisi adalah memiliki kecenderungan membentuk ion
kompleks atau senyawa kompleks. Ion-ion dari unsur logam transisi memiliki
orbital-orbital kosong yang dapat menerima pasangan elektron pada
pembentukan ikatan dengan molekul atau anion tertentu membentuk ion
kompleks.
Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat dikelilingi anion-anion atau molekul-
molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat disebut ion pusat atau
atom pusat. Anion atau molekul yang mengelilingi ion pusat disebut dengan
ligan. Ikatan antara ion pusat dengan ligan disebut dengan ikatan koordinasi dan
banyaknya ikatan koordinasi antara ion pusat dengan ligan tersebut disebut
dengan bilangan koordinasi.
Ion pusat merupakan ion unsur transisi yang dapat menerima pasangan elektron
bebas dari ligan. Pasangan elektron bebas dari ligan menempati orbital-orbital
kosong dalam subkulit 3d, 4s, 4p dan 4d pada ion pusat. Ligan ada yang bersifat
netral, dan negatif. Atom dalam suatu ligan yang terikat langsung dengan ion
pusat dikenal sebagai atom donor. Berdasarkan banyak atom donor yang ada,
ligan digolongkan sebagai monodentat, bidentat dan polidentat. Ligan
monodentat merupakan ligan yang memiliki satu atom didalamnya. Sebagai
contoh yaitu ligan H2O dan NH3 merupakan ligan monodentat.
Ion kompleks memiliki sifat magnetik. Sifat magnetik ini disebabkan adanya
subkulit d yang tidak terisi penuh pada ion pusatnya. Ion kompleks yang
memiliki elektron yang tidak berpasangan pada diagram pemisahannya bersifat
paramagnetik dan dapat ditarik oleh medan magnet. Sedangkan ion kompleks
yang memiliki elektron berpasangan pada diagram pemisahannya bersifat
diamagnetik dan dapat ditolak oleh medan magnet.
Sifat magnetik dari ion kompleks yang mengdanung ligan monodentat ini
tergantung dari kuat lemahnya ligan yang terdapat dalam ion kompleks tersebut.
Kuat lemahnya ligan ini ditentukan dari jenis ligannya yang diurutkan
berdasarkan deret spektrokimianya. Deret spektrokimia adalah daftar-daftar ligan
yang disusun berdasarkan kemampuannya membelah tingkat energi orbital d
kecil ke besar.
Berdasarkan hal tersebut maka pada makalah ini akan diuraikan mengenai sifat
magnetik dari ion kompleks dan pengaruh ligan monodentat terhadap sifat
magnetik ion kompleks.
Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah
yaitu sebagai berikut.
Dalam makalah ini pembahasan hanya terbatas pada sifat magnetik ion
kompleks yang dipengaruhi oleh ligan monodentat sehingga pada pembahasan ini
hanya digunakan contoh-contoh ion kompleks yang memiliki ion pusat, muatan ion
pusat dan bentuk geometri yang sama (fokus pada bentuk geometri oktahedral saja).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam ilmu kimia, kompleks atau senyawa koordinasi merujuk pada molekul atau
entitas yang terbentuk dari penggabungan ligan dan ion logam. Dulunya, sebuah
kompleks artinya asosiasi reversibel dari molekul, atom, atau ion melalui ikatan
kimia yang lemah. Pengertian ini sekarang telah berubah. Beberapa kompleks logam
terbentuk secara irreversibel, dan banyak diantara mereka yang memiliki ikatan yang
cukup kuat (Nuryono, 2003).
Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi kestabilan
kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah :
a. kekuatan basa dari ligan itu,
b. sifat-sifat penyepitan (jika ada), dan
c. efek-efek sterik (ruang)
Dari sudut pandangan aplikasi kompleks secara analisis, efek penyepitan mempunyai
arti yang teramat penting, maka hendaklah diperhatikan secara khusus. Istilah ‘efek
sepit’ mengacu pada fakta bahwa suatu kompleks bersepit, yaitu kompleks yang
dibentuk oleh suatu ligan bedentat atua multidentat, adalah lebiih stabil disbanding
kompleks padanannya denga ligan-ligan monodentat: semakin banyak titik lekat ligan
itu kepada ion logam,semakin besar kestabilan kompleks. Efek sepit ini sering dapat
disebabkan oleh kenaikan entropi yang menyertai penyempitan; dalam hubungan ini,
penggantian molekul-molekul air dari ion terhidrasi haruslah diingat-ingat. Efek
sterik yang paling umum adalah efek yang menghambat pembentukan kompleks yang
disebabkan oleh adanya suatu gugusan besar yang melekat pada atau berada
berdekatan dengan atom penyumbang (Wahyuni, 2007).
Berdasarkan data yang tekah didapat, maka diperoleh hasil pengamatan sebagai
berikut:
3.2 Pembahasan
Pada percobaan pengaruh ligan terhadap warna ion kompleks digunakan larutan Fe
Cl3. Warna awal dari FeCl3 yaitu orange kemudian larutan FeCl3 tersebut
dimasukkan ke dalam 7 tabung reaksi yang masing-masing tabung diisi 2 ml (40
tetes). Pada tabung pertama dijadikan sebagai pembanding. Pada tabung kedua
ditetesi dengan NH3, terjadi perubahan warna setelah ditetesi NH3 dari warna
awalnya orange menjadi merah bata. Reaksi yang terjadi antara FeCl3 dan NH3
yaitu:
Tabung ketiga ditetesi dengan H2O yang berwarna bening. Terjadi perubahan
warna dari orange menjadi orange pudar. Reaksi yang terjadi antara FeCl3 dan H2O
yaitu:
Tabung keempat diisi dengan H2C2O4 yang awalnya berwarna bening. Terjadi
perubahan warna dari orange menjadi kuning. Reaksi yang terjadi antara H2C2O4
dengan FeCl3 yaitu:
Pada tabung kelima yang ditetesi dengan NaCl yang berwarna bening. Setelah
ditetesi dengan NaCl terjadi perubahan warna dari orange menjadi orange lebih
pudar. Reaksi yang terjadi antara FeCl3 dengan NaCl yaitu:
Pada tabung keenam ditetsi dengan larutan CuSO4 yang berwarna biru. Setelah
ditetesi dengan CuSO4 terjadi perubahan warna dari orange menjadi hijau. Reaksi
yang terjadi antara FeCl3 dengan CuSO4 yaitu:
Pada tabung terakhir ditetesi dengan larutan KSCN yang berwarna bening. Setelah
ditetesi dengan KSCN terjadi perubahan warba dari orange menjadi merah darah.
Reaksi yang terjadi antara FeCl3 dengan KSCN yaitu:
Pada percobaan ini perlu diketahui beberapa istilah yaitu atom pusat, ligan,
bilangan koordinasi, ligan monodental, ligan bidental, dan ligan polidental. Ligan
Monodentat yaitu ligan yang hanya mampu memberikan satu pasang elektron
kepada satu ion logam pusat dalam senyawa koordinasi. Misalnya : ion halida,
H2O dan NH3. Ligan Bidentat yaitu ligan yang mempunyai dua atom donor
sehingga mampu memberikan dua pasang elektron. Dalam pembentukan ikatan
koordinasi, ligan bidentat akan menghasilkan struktur cincin dengan ion logamnya
(sering disebut cincin kelat). Ligan bidentat dapat berupa molekul netral (seperti
diamin, difosfin, disulfit) atau anion (C2O42-, SO42-, O22-). Ligan Polidentat yaitu
ligan-ligan yang memiliki lebih dari dua atom donor. Ligan ini dapat disebut tri,
tetra, penta, atau heksadentat, bergantung pada jumlah atom donor yang ada. Ligan
polidentat tidak selalu menggunakan semua atom donornya untuk membentuk
ikatan koordinasi. Misalnya : EDTA sebagai heksadentat mungkin hanya
menggunakan 4 atau 5 atom donornya bergantung pada ukuran dan stereokimia
kompleks.
Senyawa koordinasi merupakan senyawa yang tersusun atas atom pusat dan ligan
(sejumlah anion atau molekul netral yang mengelilingi atom atau kelompok atom
pusat tersebut) dimana keduanya diikat dengan ikatan koordinasi. Ditinjau dari
konsep asam-basa Lewis, atom pusat dalam senyawa koordinasi berperan sebagai
asam Lewis (akseptor penerima pasangan elektron), sedangkan ligan sebagai basa
Lewis (donor pasangan elektron).
Senyawa kompleks dapat berupa non-ion, kation atau anion, bergantung pada
muatan penyusunnya. Muatan senyawa kompleks merupakan penjumlahan muatan
ion pusat dan ligannya. Jika senyawa kompleks bermuatan disebut ion
kompleks/spesies kompleks. Bilangan koordinasi pada senyawa kompleks
menyatakan banyaknya ligan yang mengelilingi atom atau sekelompok atom pusat
sehingga membentuk kompleks yang stabil.
Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat dikelilingi anion-anion atau molekul-
molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat disebut ion pusat atau
atom pusat. Anion atau molekul yang mengelilingi ion pusat disebut ligan.
Banyaknya ikatan koordinasi antara ion pusat dan ligan disebut bilangan
koordinasi. Ion pusat merupakan ion unsur transisi, dapat menerima pasangan
elektron bebas dari ligan. Pasangan elektron bebas dari ligan menempati orbital-
orbital kosong dalam subkulit 3d, 4s, 4p dan 4d pada ion pusat.
Ligan adalah molekul atau ion yang dapat menyumbangkan pasangan elektron
bebas kepada ion pusat. Ligan ada yang netral dan bermuatan negatif atau positif.
Pemberian nama pada ligan disesuaikan dengan jenis ligannya. Bila ada dua
macam ligan atau lebih maka diurutkan menurut abjad.
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat
dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya
kepada ion logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat
menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut
senyawa koordinasi. Senyawa-senyawa kompleks memiliki bilangan koordinasi
dan struktur bermacam-macam. Mulai dari bilangan koordinasi dua sampai
delapan dengan struktur linear, tetrahedral, segiempat planar, trigonal bipiramidal
dan oktahedral. Namun kenyataan menunjukkan bilangan koordinasi yang banyak
dijumpai adalah enam dengan struktur pada umumnya oktahedral.
BAB IV
PENUTUP
1. Di dapat urutan larutan dari yang pudar sampai ke pekat yaitu FeCl3 + H2C2O4,
FeCl3 + NaCl, FeCl3 + air, FeCl3 + CuSO4, FeCl3 + NH3, dan FeCl3 + KSCN.
2. Monodentat yaitu ligan yang hanya mampu memberikan satu pasang elektron
kepada satu ion logam pusat dalam senyawa koordinasi.
3. Ligan Bidentat yaitu ligan yang mempunyai dua atom donor sehingga mampu
memberikan dua pasang elektron.
4. Ligan Polidentat yaitu ligan-ligan yang memiliki lebih dari dua atom donor.
5. Senyawa koordinasi merupakan senyawa yang tersusun atas atom pusat dan ligan
(sejumlah anion atau molekul netral yang mengelilingi atom atau kelompok atom
pusat tersebut) dimana keduanya diikat dengan ikatan koordinasi.
Petrucci, Ralph.H. 1987. Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Jilid 2. Jakarta:
Kalman Media Pusaka.
Oleh :
SURADI
1213023068
PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014