2
IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT DALAM
SEDIAAN SALEP
1. Tujuan
Mengkonfirmasi kesesuaian kandungan dan kadar asam salisilat dalam sampel
salep dengan persyaratan yang ditentukan.
2. Prinsip Percobaan
Titrasi Asam Basa merupakan titrasi yang didasarkan pada reaksi antara suatu
asam dengan basa. Dalam titrasi ini berlaku hubungan jumlah ekivalen asam (H3O+)
sama dengan jumlah ekivalen basa (OH-). Reaksi netralisasi terjadi antara ion hydrogen
sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang bersifat
netral. Berdasarkan konsep lain rekasi netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi
antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa). Titik akhir titrasi ditentukan
dengan memilih indikator yang warnanya berubah sekitar titik ekivalen. Pada
praktikum kali ini berupa sediaan semisolid (salep asam salisilat 2%), dimana asam
salisilat diekstraksi dari basis hingga terlarut dalam fasa air. Selanjutnya fasa air
dilakukan penetapan kadar dengan menggunakan titrasi asam basa.
3
viii. Besi (III) Klorida
ix. Asam Asetat 6 M
x. HCl 2 M
b. Alat
i. Buret mikro 10 ml
ii. Erlenmeyer 50 ml dan 100 ml
iii. Beaker glass 100 ml
iv. Gelas ukur 25 ml dan 50 ml
v. Cawan penguap
vi. Pipet volumetrik
vii. Timbangan analitik
viii. Hotplate
ix. Statif dan Klem
x. Balon karet
xi. Pipet tetes
xii. Spatel
xiii. Lumpang alu
4
Warna violet memudar dan
Penambahan asam hidroklorida
menghilang setelah
3 2M menghilangkan warna violet
penambahan HCl 2M dan
dan terbentuk endapan putih
terlihat adanya endapan putih
c. Pembakuan
Pembakuan Larutan Titer NaOH 0,1 N
1. Keringkan KHP di dalam oven (120°C, 2 jam), dinginkan dan simpan di
dalam desikator.
2. Timbang seksama ± 65 mg KHP yang telah dikeringkan.
3. Masukan ke dalam erlenmeyer lalu dilarutkan dalam 20 mL aquadest
bebas CO2, kocok homogen.
4. Tambahkan 2 tetes indikator fenolftalein, kocok homogen lalu tutup
dengan plastik dan karet.
5. Titrasi dengan NaOH 0,1 N hingga larutan berubah warna dari bening
menjadi merah muda.
6. Ulangi sebanyak dua kali lalu hitung normalitas NaOH.
d. Data Pembakuan
Data Pembakuan Larutan Titer NaOH 0,1 N
NaOH
No Berat KHP (mg)
Volume (mL) Normalitas (N)
1 65,80 0,00 – 3,30 0,0976
2 65,70 0,00 – 3,28 0,0980
3 65,89 0,00 – 3, 20 0,1008
Rata-rata 0,0988
e. Perhitungan Normalitas
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐾𝐻𝑃
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝐾𝐻𝑃 (204,22)
Percobaan 1
65,80 𝑚𝑔
𝑁= = 0,0976 𝑁
3,30 𝑚𝑙 × 204,22
5
Percobaan 2
65,70 𝑚𝑔
𝑁= = 0,0980 𝑁
3,28 𝑚𝑙 × 204,22
Percobaan 3
65,89 𝑚𝑔
𝑁= = 0,1008 𝑁
3,20 𝑚𝑙 × 204,22
6
RSD = = 𝟏, 𝟏𝟐
𝑆𝐷 1,12
KV = 𝑥̄ 𝑥̄ 100% = 88,94
𝑥̄100% = 𝟏, 𝟐𝟔 %
7
5. Tambahkan 2 tetes indikator fenolftalein
6. Titrasi dengan NaOH 0,1 N hingga warna larutan berubah dari kuning
muda menjadi merah muda
1 mL NaOH 0,1 N setara dengan 13,81 mg asam salisilat.
7. Ulangi prosedur sebanyak tiga kali lalu hitung kadar asam salisilat dalam
sediaan
8
4 500,1 0,00-3,80 11,74 105,76
5 500,0 0,00-3,90 12,05 108,56
6 500,7 0,00-3,42 10,55 95,04
1 501,2 0,00-4,70 14,48 108,46
2 120% 500,1 0,00-4,92 15,21 113,93 0,13 0,88
3 500,8 0,00-4,82 19,78 111,38
Rata-Rata = 𝟗, 𝟎𝟒%
%𝑲𝒂𝒅𝒂𝒓
%UPK= 𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕 𝑺𝒂𝒍𝒊𝒔𝒊𝒍𝒂𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒊𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
( 𝒙𝟏𝟎𝟎%𝒙𝒇)
𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕 𝑺𝒂𝒍𝒆𝒑 𝑺𝒊𝒎𝒖𝒍𝒂𝒔𝒊
𝟗,𝟔𝟑%
%UPK(1) = 𝟐𝟒𝟎,𝟏 𝒎𝒈 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟎𝟖, 𝟒𝟒%
( 𝒙𝟏𝟎𝟎%𝒙𝟏,𝟏𝟏)
𝟑𝟎𝟎𝟏 𝒎𝒈
𝟖,𝟗𝟎%
%UPK (2) = 𝟖,𝟖𝟖% 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟎𝟎, 𝟐𝟐%
𝟖,𝟓𝟖%
%UPK (3) = 𝟖,𝟖𝟖% 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟗𝟔, 𝟔𝟐%
RSD = = 𝟎, 𝟐𝟗
𝑆𝐷 1,12
KV = 𝑥̄ 100% = 𝑥̄100% = 𝟑, 𝟐𝟏 %
𝑥̄ 88,94
9
𝟎,𝟏𝟏𝟎𝟖 𝑵 𝒙 𝟑,𝟓𝟐𝒎𝒍 𝒙 𝟏𝟑𝟖,𝟏𝟐
%Kadar (1) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝒙 𝟏, 𝟏𝟏% = 𝟏𝟎, 𝟖𝟕%
𝟓𝟎𝟎,𝟓 𝒎𝒈
𝟎,𝟏𝟏𝟎𝟖 𝑵 𝒙𝟒,𝟎𝟎𝒎𝒍 𝒙 𝟏𝟑𝟖,𝟏𝟐
%Kadar (2) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝒙 𝟏, 𝟏𝟏% = 𝟏𝟐, 𝟑𝟒%
𝟓𝟎𝟎,𝟔 𝒎𝒈
𝟎,𝟏𝟏𝟎𝟖 𝑵 𝒙 𝟑,𝟔𝟒 𝒎𝒍 𝒙 𝟏𝟑𝟖,𝟏𝟐
%Kadar (3) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝒙 𝟏, 𝟏𝟏% = 𝟏𝟏, 𝟐𝟑%
𝟓𝟎𝟎,𝟓𝒎𝒈
𝟎,𝟏𝟏𝟎𝟖 𝑵 𝒙 𝟑,𝟖𝟎𝒎𝒍 𝒙 𝟏𝟑𝟖,𝟏𝟐
%Kadar (4) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝒙 𝟏, 𝟏𝟏% = 𝟏𝟏, 𝟕𝟒%
𝟓𝟎𝟎,𝟏𝒎𝒈
𝟎,𝟏𝟏𝟎𝟖 𝑵 𝒙𝟑,𝟗𝟎𝒎𝒍 𝒙 𝟏𝟑𝟖,𝟏𝟐
%Kadar (5) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝒙 𝟏, 𝟏𝟏% = 𝟏𝟐, 𝟎𝟓%
𝟓𝟎𝟎,𝟎 𝒎𝒈
𝟎,𝟏𝟏𝟎𝟖 𝑵 𝒙 𝟑,𝟒𝟐 𝒎𝒍 𝒙 𝟏𝟑𝟖,𝟏𝟐
%Kadar (6) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝒙 𝟏, 𝟏𝟏% = 𝟏𝟎, 𝟓𝟓%
𝟓𝟎𝟎,𝟖 𝒎𝒈
𝟏𝟎,𝟖𝟕%
%UPK(1) = 𝟓𝟎𝟎,𝟏𝒎𝒈 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟗𝟕, 𝟗𝟑%
( 𝒙𝟏𝟎𝟎%𝒙𝟏,𝟏𝟏)
𝟓𝟎𝟎𝟎,𝟕𝒎𝒈
𝟏𝟐,𝟑𝟒%
%UPK (2) = 𝟏𝟏,𝟏𝟎% 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟏𝟏, 𝟏𝟕%
𝟏𝟏,𝟐𝟑%
%UPK (3) = 𝟏𝟏,𝟏𝟎% 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟎𝟏, 𝟏𝟕%
𝟏𝟏,𝟕𝟒%
%UPK (4) = 𝟏𝟏,𝟏𝟎% 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟎𝟓, 𝟕𝟔%
𝟏𝟐,𝟎𝟓%
%UPK (5) = 𝟏𝟏,𝟏𝟎% 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟎𝟖, 𝟓𝟔%
𝟏𝟎,𝟓𝟓%
%UPK (6) = 𝟏𝟏,𝟏𝟎% 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟗𝟓, 𝟎𝟒%
RSD = = 𝟎, 𝟒𝟗
𝑆𝐷 1,12
KV = 𝑥̄ 100% = 𝑥̄100% = 𝟒, 𝟐𝟕 %
𝑥̄ 88,94
10
Rata-Rata = 𝟏𝟒, 𝟖𝟑%
%𝑲𝒂𝒅𝒂𝒓
%UPK= 𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕 𝑺𝒂𝒍𝒊𝒔𝒊𝒍𝒂𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒊𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
( 𝒙𝟏𝟎𝟎%𝒙𝒇)
𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕 𝑺𝒂𝒍𝒆𝒑 𝑺𝒊𝒎𝒖𝒍𝒂𝒔𝒊
𝟏𝟒,𝟒𝟖%
%UPK(1) = 𝟑𝟔𝟎,𝟗𝒎𝒈 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟎𝟖, 𝟒𝟔%
( 𝒙𝟏𝟎𝟎%𝒙𝟏,𝟏𝟏)
𝟑𝟎𝟎𝟏 𝒎𝒈
𝟏𝟓,𝟐𝟏%
%UPK (2) = 𝟏𝟑,𝟑𝟓% 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟏𝟑, 𝟗𝟑%
𝟏𝟒,𝟖𝟕%
%UPK (3) = 𝟏𝟑,𝟑𝟓% 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟏𝟏, 𝟑𝟖%
RSD = = 𝟎, 𝟏𝟑
𝑆𝐷 1,12
KV = 𝑥̄ 100% = 𝑥̄100% = 𝟎, 𝟖𝟖 %
𝑥̄ 88,94
l. Penetapan Kadar
1. Timbang seksama ± 500 mg salep asam salisilat 10% (setara dengan 50 mg
asam salisilat) pada perkamen. Gunting perkamen hanya pada bagian yang
mengandung asam salisilat lalu masukan ke dalam erlenmeyer 100 mL .
2. Tambahkan 20 mL aquadest bebas CO2, panaskan hingga salep mencair dan
asam salisilatnya terlarut dalam fase air.
3. Tambahkan 4 mL etanol yang sebelumnya telah dinetralkan dengan fenol
merah hingga pH 7.
4. Tambahkan 2 tetes indikator fenolftalein.
5. Titrasi dengan NaOH 0,1 N hingga warna larutan berubah dari kuning muda
menjadi merah muda.
1 mL NaOH 0,1 N setara dengan 13,81 mg asam salisilat.
6. Ulangi prosedur sebanyak 3x lalu hitung kadar asam salisilat dalam sediaan
11
n. Perhitungan Penetapan Kadar
Rata-Rata = 𝟐, 𝟑𝟐%
%𝑲𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒂𝒏𝒂𝒍𝒊𝒔𝒊𝒔
%UPK= 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
% 𝑲𝒂𝒅𝒂𝒓 𝑬𝒕𝒊𝒌𝒆𝒕
𝟐,𝟑𝟓%
%UPK(1) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟏𝟕, 𝟓%
𝟐%
𝟐,𝟐𝟗%
%UPK (2) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟏𝟒, 𝟓%
𝟐%
𝟐,𝟑𝟐%
%UPK (3) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟏𝟔, 𝟎%
𝟐%
RSD = = 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟗
𝑆𝐷 1,12
KV = 𝑥̄ 100% = 𝑥̄100% = 𝟎, 𝟎𝟒 %
𝑥̄ 88,94
5. Pembahasan
a. Identifikasi
Asam salisilat atau asam 2-hidroksibenzenkarboksilat merupakan
serbuk putih atau kristalin tidak berwarna dan sedikit larut dalam air (BP, 2013)
dan merupakan suatu senyawa asam karboksilat organik yang memiliki gugus
fenol. Berikut adalah rumus bangun dari asam salisilat.
12
Keberadaan gugus fenol pada asam salisilat memungkinkan identifikasi
larutan asam salisilat dapat dilakukan dengan penambahan Fe (III) klorida
sehingga terbentuk larutan berwarna ungu. Warna ungu tersebut muncul akibat
terbentuknya kompleks antara atom O dari gugus OH Fenol Asam Salisilat
dengan atom Fe, sehingga terbentuk ikatan O-FeCl2. Berikut adalah reaksi
kimia yang terjadi:
13
Gambar 3. Reaksi Pembakuan NaOH 0,1 N dengan KHP
Pembakuan dilakukan untuk menentukan normalitas dari NaOH secara
pasti, apakah larutan NaOH yang digunakan terdapat cemaran atau sudah
murni, yang selanjutnya normalitas ini akan digunakan untuk perhitungan kadar
pada setiap verifikasi metode (akurasi dan presisi) serta penetapan kadar dari
sediaan itu sendiri. Fungsi dari kalium hidrogen ptalat itu sendiri adalah untuk
menstandardisasi larutan NaOH. Rumus yang digunakan untuk menentukan
normalitas dari pembakuan NaOH ini adalah
Pembakuan larutan NaOH dilakukan secara triplo (tiga kali) dengan cara
mentitrasi larutan KHP dengan larutan NaOH sebagai titernya hingga mencapai
titik akhir (TA). Larutan KHP diperoleh dengan cara menimbang sebanyak ±
65 mg KHP dan dicampurkan ke dalam aquadest bebas CO2 sebanyak 20 mL.
Titik akhir dari titrasi ditandai dengan perubahan warna dari tidak berwarna
menjadi merah muda. Perubahan warna terjadi karena sebelumnya telah
diberikan indikator fenolftalein (PP) sebanyak 2 tetes pada larutan KHP.
Berdasarkan ketiga percobaan yang dilakukan, maka didapatkan normalitas
secara berturut-turut adalah 0,0976 N; 0,0980 N; dan 0,1008 N. Dari ketiga
hasil, maka dipilih yang nilai normalitasnya 0,1008 N.
14
baku ini adalah 88,37%; 88,22% dan 90,23%. Perbedaan % kadar dapat terjadi
karena preparasi yang kurang tepat dan juga titrasi yang kurang kuantitatif.
Praktikan memilih kadar yang bernilai 90,23%, karena mendekati dengan
100%. Dari hasil ini diketahui bahwa kadar standar tidak mencapai 100%
namun hanya mendekati, yang berarti kadar pada sediaan juga tidak akan sesuai.
Oleh karena itu, dari hasil kadar yang didapatkan dari orientasi baku ini
dijadikan faktor koreksi bagi penetapan kadar verifikasi metode (akurasi dan
presisi) serta penetapan kadar sediaan.
15
Uji Akurasi
Akurasi atau kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan
biasanya dinyatakan sebagai persen perolehan kembali. Dalam uji akurasi,
dilakukan dalam tiga konsentrasi yaitu 80%, 100%, dan 120%. Untuk menguji
akurasi, dilakukan dengan metode simulasi dimana sejumlah analit zat aktif
(asam salisilat) ditambahkan ke dalam campuran pembawa sediaan farmasi
(plasebo) dalam praktikum kali ini adalah basis salep lalu campuran tersebut
dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan
(kadar yang sebenarnya). Persyaratan yang menyatakan bahwa akurasi telah
terpenuhi adalah dengan menghitung % perolehan kembali dimana hasilnya
harus di antara 98% - 102%.
Pada perhitungan konsentrasi 80% didapatkan nilai kadar 9,63%;
8,90%; dan 8,58%. Kemudian didapatkan nilai recovery atau UPK (uji
perolehan kembali) sebesar 108,44%; 100,22%; dan 96,62% dengan rata-rata
sebesar 101,76%. Hasil tidak memenuhi syarat karena tidak masuk rentang 98-
120%. Selanjutnya dihitung nilai KV dan didapatkan nilai 3,21% yang
menunjukkan bahwa tidak memenuhi syarat presisi KV <2%.
Pada perhitungan konsentrasi 100% didapatkan nilai kadar 10,87%;
12,34%; 11,23%; 11,74%; 12,05%; dan 10,55%. Kemudian didapatkan nilai
recovery sebesar 97,93%; 111,17%; 101,17%; 105,76%; 108,56%; dan 95,04%
dengan rata-rata sebesar 103,27%. Hasil tidak memenuhi syarat karena tidak
dalam rentang 98-120%. Setelah itu, dihitung nilai KV dan didapatkan nilai
4,27% yang menunjukkan bahwa tidak memenuhi syarat presisi.
Pada perhitungan konsentrasi 120% didapatkan nilai kadar 14,48%;
15,21%; dan 14,87%. Dari hasil ini didapatkan nilai recovery sebesar 108,46%;
113,93%; dan 111,38% dengan rata-rata sebesar 111,26%. Hasil tidak
memenuhi syarat karena tidak berada dalam rentang 98-120%. Setelah itu
didapatkan nilai KV yaitu 0,88% yang menunjukkan bahwa memenuhi syarat
presisi yaitu KV <2%.
Komponen yang tidak memenuhi persyaratan dapat terjadi karena
beberapa hal diantaranya :
1. Penimbangan yang tidak akurat
16
2. Pencampuran yang tidak homogen, dimana obat tidak terdistribusi secara
homogen dalam basis salep sehingga didapatkan kadar salep yang berbeda-
beda setiap pengujian titrasi
3. Over titration menyebabkan titik akhir titrasi menjadi tidak akurat
sehingga kadar dan UPK yang dihasilkan menjadi tidak akurat pula
4. Kesalahan dalam membaca skala ukur pada buret
5. Kesalahan dalam menentukan titik akhir titrasi dan titik ekivalen
6. Asam salisilat belum sepenuhnya terlarut dalam air. Hal ini dapat terjadi
saat sampel dipanaskan hingga basis salep mencair.
e. Penetapan Kadar
Praktikum ini bertujuan untuk memperoleh kadar salep asam salisilat.
Indikator yang digunakan pada percobaan ini adalah indikator fenolftalein (PP).
Indikator PP digunakan karena titrasi merupakan titrasi asam lemah oleh basa
kuat. Indikator PP memiliki rentang harga pH dari 8,30 sampai 10,00. Titik
ekuivalen berada di daerah basa. Rangkaian proses titrasi disusun dan buret diisi
dengan NaOH. Sampel salep asam salisilat dilarutkan dengan aqua bebas CO2
dalam labu ukur hingga 100 mL sambil dikocok homogen. Sampel salep
dipanaskan di atas penangas untuk memastikan bahwa asam salisilat terlarut di
dalam aquades. Selanjutnya ditambahkan etanol yang telah dinetralkan untuk
meningkatkan kelarutan asam salisilat. Hal ini dikarenakan asam salisilat larut
dalam etanol dan eter serta sukar larut dalam air. Lalu, ditambahkan indikator
PP dan dilakukan titrasi hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda.
Reaksi penetapan kadar salep asam salisilat dengan NaOH adalah:
17
memenuhi syarat dikarenakan tidak masuk dalam rentang yang diperbolehkan
yaitu, 1,9%-2,1%. Hal ini dapat disebabkan karena kesalahan praktikan dalam
melakukan percobaan, mungkin praktikan kurang teliti dalam melakukan titrasi,
pengamatan nilai akhir titrasi (TA terlewat), kurang tepat saat penimbangan,
serta preparasi sampel yang kurang tepat. Selain itu, dikhawatirkan bahwa tidak
seluruh asam salisilat terlarut dalam fase air sehingga tidak dapat dilakukan
kuantifikasi asam salisilat dalam sediaan salep.
6. Kesimpulan
No Parameter Uji Hasil Syarat Kesimpulan
Keberterimaan
1. Identifikasi Terbentuk warna Sesuai monografi Memenuhi
violet setelah syarat
penambahan Fe (III)
Klorida
Warna violet masih
terbentuk setelah
penambahan asam
asetat 6 M
Warna violet hilang
setelah penambahan
HCl 2 M
2. Presisi (%KV) Nilai %KV lebih besar KV : ≤2% Tidak
dari 2% memenuhi
syarat
3. Akurasi (%UPK) Rata %UPK : 98%-102% Tidak
Konsentrasi 80%: memenuhi
101,76% syarat
Konsentrasi 100%:
103,27%
Konsentrasi 120%:
111,26%
4. Kadar Kadar rata-rata sebesar 1,9%-2,1% Tidak
2,32% memenuhi
syarat
18
Dari hasil yang didapatkan, metode ini tidak dapat digunakan untuk pengujian
penetapan kadar Asam salisilat dalam sediaan Salep Asam Salisilat pada Laboratorium
Kimia Farmasi Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia karena tidak memenuhi syarat
akurasi dan presisi yang baik
7. Daftar Pustaka
1. Harmita.(2015). Buku Ajar Analisis Fisikokimia :Kromatografi. Depok:
Fakultas Farmasi UI
2. Harmita.(2015). Buku Ajar Analisis Fisikokimia : Potensiometri dan
Spektroskopi. Depok: Fakultas Farmasi UI
3. British Pharmacopoeia (BP), 2009. The Department of Health, Great Britain,
London (CD).
19
8. Lampiran
a. Lembar hasil pengamatan praktikum
20
21
22
23
24
b. Foto Hasil Praktikum
i. Identifikasi
Terbentuk warna violet Warna violet tidak hilang Warna violet hilang
pekat saat penambahan asam seiring dengan
asetat 6 M penambahan HCl 2 M
dan terbentuk endapan
kristalin
ii. Pembakuan
25
iii. Orientasi Baku
26
- Akurasi 100%
- Akurasi 120%
27
v. Penetapan Kadar
28