Anda di halaman 1dari 41

(PULULAE)PIL

DEFINISI DAN PENGGOLONGAN


• PIL adalah suatu sediaan berupa massa bulat,
mengandung satu atau lebih bahan obat.
• Berdasarkan beratnya, dibagi menjadi:
1. Pil (bobot ideal 100-150mg, rata-rata 120 mg)
2. Boli (pil yang beratnya >300mg)
3. Granula (pil yang beratnya kurang dari atau
sama dengan 30mg)
4. Bobot pil
1. 100 mg-500mg( F.I.ED.III)
2. 100mg-300 mg (N.P.V)
5. Bobot BOLi :
1.  500 Mg (F.I.ED.III)
2. 300 Mg (N.P.V)
6. Bobot GRANULA: ≤ 30 mg
PIL MASA KINI
• Contoh sediaan pilulae pada masa sekarang
adalah tablet.
• Lozenges/tablet hisap mengandung satu atau
lebih bahan obat, umumnya dengan bahan
dasar yang dapat membuat tablet hancur
/melarut perlahan dalam mulut (ex. gelatin),
dan bahan dasar yang beraroma manis (ex.
gula, sorbitol, sukrosa).
• Berdasarkan cara pembuatan lozenges
dibedakan menjadi 2 yaitu: Trochisi (dibuat
dengan cara kempa), dan Pastiles (yang dibuat
dengan cara dituang).
• Berdasarkan efek yang dihasilkan lozenges
dibagi menjadi 2 yaitu: efek lokal (FG throces,
degirol), efek sistemik (ISDN sub lingual tab)
A. KOMPONEN
• zat utama ----> jumlah kecil,
• ZAT PENGISI fungsinya untuk menambah
massa/memperbesar volume pil (ex. akar
manis/radix liquiritiae, SL, bolus alba)
• ZAT PENGIKAT ----> untuk melekatkan massa pil
antara yang satu dengan yang lain (ex. PGS,
PGA, tragachant, succus/sari akar manis...
ingat!!! zat pengikat adalah bahan-bahan yang
bersifat lengket bila terkena air)
• ZAT PEMBASAH ----> massa perlu dibahasi
untuk dapat dibentuk (ex. aqua, glycerol, situp,
madu, aqua glycerinata)
• ZAT PENABUR ----> setelah pil terbentuk, untuk
mencegah sediaan pil yang satu dengan lain
tidak melekat (talkum, likopodium).
• Jadi yang harus mutlak ada dalam pembuatan
pil adalah: zat pengisi, pengikat, pembasah dan
penabur.
ZAT PENYALUT ditambahkan untuk tujuan
tertentu. macam-macam tujuan penyalutan:
1. untuk menutup rasa dan bau yang tidak enak
dari zat aktifnya
2. mencegah perubahan/teroksidasinya zat aktif
oleh udara
3. supaya pil tidak pecah dilambung, karena zat
aktif dapat mengiritasi lambung atau zat aktif
rusak oleh asam lambung
contoh zat penyalut: perak, balsam tolu,
keratin, sirlak, kolodium, salol, gelatin, gula
PEMILIHAN BAHAN TAMBAHAN:
• Jika memungkinkan bobot obat + pengisi
+pengikat dalam tiap pil adalah 100 mg-150
mg,rata-rata 120 mg (N.P.V)
• Untuk pil dengan jumlah obat yang
kecil,digunakan sari akar manis.
• Jika pengikat dipakai sari akar manis
,banyaknya akar manis sekurang-kurangnya 2
kali Akar manis
• Jika jumlah obat besar,kita tidak bebas dalam
pemilihan zat pengisi dan pengikat.Disini
penggunaan pulvis pro pilulis yang paling cocok.
• Untuk bahan obat oksidator,dipakai bolus alba
sebagai pengisi

• Untuk pil dengan dengan jumlah obat yang


kecil,digunakan sari akar manis sebagai
pengikat dengan jumlah 2 gr untuk 60 pil.
• Penggunaan PGS sebanyak 1 – 1,5 gr untuk 60
pil
• Penggunaan campuran sari akar manis dan gula
sama banyak (pil kina cokelat)
• Penggunaan Adeps Lanae dan Vaselin khusus
untuk:
– BAHAN OKSIDATOR
– BAHAN OBAT BEREAKSI SATU SAMA LAIN
– OBAT YANG TERURAI OLEH AIR.
CARA PEMBUATAN:
1. Campur serbuk obat + zat pengisi + zat pengikat
dan gerus homogen
2. Tetesi/masukkan zat pembasah sambil digerus
dan ditekan sampai diperoleh massa yang saling
mengikat dan plastis
3. Massa pil dibuat bentuk batang dengan cara
digulungkan pada papan kayu yang datar lalu
dipotong dengan pisau pemotong yang ada
pada papan pil
4. Pil di atas digelindingkan sambil ditekan pada
papan pembulat pil sampai bulat.
5. Gunakan zat penabur untuk menghindari
melengketnya massa pil /pil pada alat yang
digunakan
Penggunaan bahan khusus
• Pil yang besarnya normal,dibuat dengan 125 mg
serbuk tumbuhan
• Untuk garam normal,beratnya = berat serbuk
tumbuhan
• Untuk garam yang berat,seperti KI(Kalium
Iodida) dihitung 1/3 berat garam
• Untuk Fe reduksi dan Fe PULV. Dan garam Fe
lainnya beratnya dihitung 1/5
• Untuk penggunaan bolus dan adeps Lanae----
sukar pecah + Bic.Natric.aa bolus atau Na.Sulfat
exscicc 1/3 kali bolus.
• Penggunaan Vaselin / Adeps Lanae---- 1/6 kali
berat zat padat
PEMBUATAN PIL DENGAN:
1. Ekstrak cair ;
 Bila banyak (1 gr) -- --uapkan dan
keringkan dengan akar manis .
 Bila  1 gram ---- berfungsi sebagai
pembasah
2. Ekstrak kental 1,5 gram /30 pil---- kebutuhan
sari akar manis dikurangi
3. Minyak menguap ,balsem, ekstrak eteris yang
tidak bersifat mengikat -----cairan diemulsikan
dengan air baru dibuat pil
Metode yang dipakai:
 Metode Blomberg(glis. & Radix) Untuk M.Eteris
----Gliserin Aa.
 Oleum chenopodii & ol.Eucalypty ----gliserin 1,5
kali
 Balsem ----gliserin ¾ kali
Gunakan gliserin bebas air & radix kering
 Metode succus liq,. & Gliserin zat diemulsikan
dengan succus & gliserin aa.Setelah itu gerus
sambil tekan.
 Dengan Garam Yang Higroskopis Seperti NaBr
dll,
 + air secukupnya ----gerus sampai larut buat
massa pil
 Sebagai pembasah jangan pakai air gliserin
 Harus disalut
 Senyawa oksidator (KMnO4, KNO3, FeCl3,
AgNO3) atau garam2 Pb, pengisinya
menggunakan 100 mg bolus alba, dan pengikat
adeps lanae atau vaselin q.s
 Garam2 ferro, harus dibalut dng tolu balsam
untuk mencegah oksidasi oleh udara
PIL YANG DIBUAT DGN AKAR MANIS TANPA
PENAMBAHAN AIR ANTARA LAIN :
• ICHTIOL : MASSA PIL JANGAN TERLALU KERAS
+ MASSA RADIX ---DALAM BOBOT YANG SAMA
• SARI-SARI KENTAL
• PIX LIQUIDA
SYARAT PIL MENURUT F.I ED.III:
• Pada penyimpanan bentuknya harus tetap,tidak
begitu keras sehingga dapat hancur dalam
saluran pencernaan
• Pil salut enterik disalut secara khusus sehingga
tidak hancur dalam lambung tetapi hancur
dalam usus halus
• Memenuhi keseragaman bobot FI
• Memenuhi waktu hancur FI.
ALAT PENCETAK SEDERHANA PIL
GRANULA
• Granula adalah pil kecil yang bobotnya ≤ 30 mg
dan mengandung 1 mg bahan berkhasiat
kecuali dinyatakan lain
• PEMBUATAN GRANULA = PILULAE
• Pengikat atau zat pengisi yg digunakan untuk
setiap granul adalah:
– 22 mg saccharum pulv. dan 3 mg pgs.
– 20 mg lactosum dan 5 mg pga
– 5 mg succus dan 20 mg radix
PEMBUATAN KHUSUS
 Jika diminta dalam resep 5 mg sari kental
/granul dikerjakan sesuai no.3,succus dikurangi
100 mg /60 granul
 10 mg sari kental ----penambahan succus
dihilangkan
 1 g sari kental untuk 60 granul, maka hanya
ditambah radix 800 mg, jika lembap ---
dipanaskan di atas water bath.
 Granul dengan bahan mengoksid dibuat dengan
bolus alba dan vaselin dan diambil 1,1 gr bolus +
0,5 gr vaselin /60 granul.
Contoh resep
R/ Aminophyllin 100 mg
Luminal 5 mg
m.f.pill.alba.dtd.No.XXX
S. t dd pill.I
Pro : Andy (15 thn)
1.Berat pil
Jika mungkin maka diusahakan supaya berat bahan
obat, bahan pengisi, bahan pengikat tiap pil dibuat
100 – 150 mg atau rata-rata 120 mg.
2. Bahan Pengisi
Pada umumnya dipakai Radix. Jika bahan obat
sedikit, maka untuk mendapatkan bobot seperti di
atas harus diberi bahan pengisi dan bahan pelekat
(pengikat). Bila Bahan pengikatnya Succus, maka
sebagai bahan pengisi kita ambil Radix sekurang-
kurangnya 2 x Succus.
Pil dengan “Pulvis Pro Pilulis” = p.p.p artinya pil
dengan Succus dan Radix sama banyak, hasil pil
terlalu keras. Pemakaian p.p.p sangat baik apabila
jumlah obatnya (bahan berkhasiat) banyak.

3. Bahan Pengikat
Umumnya dipakai Succus liq 2 gram untuk 60 pil.
Jumlah ini sudah cukup apabila jumlah obat yang
tertulis sedikit tetapi jika jumlah obatnya banyak,
mungkin jumlah Succus tersebut tidak cukup. Hal ini
tergantung pada sifat bahan-bahan obta tersebut.

Misal : pil dengan Chloramon dibuat menurut resep


standar Vadeemecum ( untuk 50 pil pakai 4 g p.p.p)
Bahan pengikat selain Succus liquiritae :
a.Pulvis Gumosus = PGS = Serbuk Gom Majemuk
Dibuat dari campuran sama banyak antara
Saccharum pulveratum, PGA dan tragacanth.
Digunakan 0,5 g untuk 60 pil. Bila bahan-bahannya
volumineus (bervolume besar) 1 – 1,5 g untuk 60
pil. Pembasah biasanya digunakan Sirup Simplek
tapi lebih baik digunakan Aqua glycerinate. Bahan
pengisi umumnya dipakai Saccharum.

b. Succus dan Saccharum ãã (sama banyak)


Sebagai bahan pengikat dan pengisi. Pembasah
dipakai Aq. Glyc (hati-hati harus dikepal betul-
betul). Dipakai 75 gram untuk 1000 pil misalnya
pada pil Sulfatis chinini dan pil. Acidi arsenicosi.

c. Ekstrak kental (extr spiss)


Bukan ekstrak kental yang merupakan bahan obat/
bekerja keras (misalnya ekstrak Belladon,
Hyosciami, Canabis indicae). Ekstrak kental yang
boleh dipakai untuk pengikat hanya Ekstrak
liquiritae 1 – 2 g untuk 60 pil, tapi hal ini sukar
dikerjakan. Lebih banyak dipakai Ekstrak Gentianae
2 – 4 gram untuk 60 pil, tapi ini hanya
diperbolehkan atas permintaan dokter.

d. Glycerinum cum Tragacantha


Digunakan jika berat pil sudah terlalu banyak atau
berat satu pil sudah melebihi berat normal.
Komposisinya adalah 10% Tragacanth dalam
glycerin. Sebelum dipakai perlu diaduk dulu
tersendiri sampai homogeny, baru ditimbang ± 3 g
untuk 10 g campuran serbuk, tapi dipakai q.s
(secukupnya). Hanya dipakai pada pil dengan
susunan yang tetap misalnya Pil Alceticae ferratae
(CMN) dan pil Myrrhae Aloeticae.

e. Adeps lanae dan Vaselinum album


Digunakan bila oleh sesuatu hal dalam pil tersebut
tidak boleh digunakan air atau cairan yang
mengandung air. Bahan pengisi digunakan Radix liq.
Pemakaian Adeps lane sedapat mungkin dihindari
karena menghasilkan pil yang sukar hancur dalam
lambung. Kita memakai Adeps lanae atau Vaselinum
album apabila :

4. Bahan Pembasah untuk massa pil


Untuk ini dapat dipakai air, tetapi lebih baik/tepat
bila dipakai Aqua glycerinate sebab kalau airnya
menguap, masih tertinggal Glycerinnya sehingga pil
tidak terlalu keras. Dapat pula dipakai Sirup simplek,
Sirup glukosi tapi ini kurang baik.

5. Penyelesaian massa pil


Setelah massa pil jadi, maka harus digulung,
dipotong dan dibulatkan. Untuk mencegah
melekatnya massa pil pada alat pembuat pil pada
waktu menggulung/membulatkan dan mencegah
melekatnya pil pada penyimpanan, massa pil harus
dibalut/ditutpi dengan zat penabur. Umumnya
dipakai lycopodium, tetapi kadang dipakai pula
Talcum.
Setelah dibalut, kadang-kadang pil-pil harus dilapisi
dengan bahan-bahan istimewa. Pemberian lapisan
istimewa ini gunanya antara lain :

Untuk menutupi rasa yang tidak enak.


Untuk melindungi isinya terhadap pengaruh udara,
terutama terhadap oksidai (misalnya pil-pil dengan
garam Ferro, vit A, dan vit C, Fosfor)
Untuk mencegah pecahnya pil dalam lambung, jika
pil itu harus bekerja di dalam usus.
Jika pil harus dilapisi dengan salah satu dari bahan-
bahan istimewa di atas, maka pil harus dibuat tanpa
penabur.

Bahan-bahan untuk melapisi pil tersebut antara lain


:
Balsamum tolutanum in chloroform 10%
Gunanya untuk menghindari oksidasi dari udara
pada pil-pil yang mengandung garam-garam Ferro,
Ferro Iodida, Ferro Chlorida, vit A, vit C dan fosfor.
Caranya :

Pil-pil dimasukka ke dalam sebuah cawan.


Ditambahkan sedikit larutan Tolubalsam dalam
Chloroform 10%.
Cawan digoyangkan sehingga seluruh permukaan pil
terkena larutan Tolu balsam dalam Chloroform
tersebut.
Pindahkan ke dalam piring yang bersih dan biarkan
mengering.
Karena sifat karsinogenik dari chloroform, bisa
diganti dengan pelarut lain.

2. Perak

Pil dibasahi / dilembabkan sedikit dengan Sir.


Simplek atau mucilage Gummi arabicum. Kocok
dengan Argentum foliatum (kertas perak) 2 lembar
untuk 60 pil, dilakukan dalam pengocok pil.
Cara ini tidak boleh dipakai untuk pil yang
mengandung Belerang, Iodida, Bromida dan
Chlorida karena dapat bereaksi dengan Perak.
Untuk ini pil harus dilapisi dulu dengan Collodium.

3. Collodium

1 bagian Collodium dalam 2 bagian Ether cum


spiritus dikerjakan seperti pada Tolubalsam.

4. Salol

Pemakaian harap hati-hati karena Salol ber DM.


Untuk 60 pil dipakai 2 g Salol, caranya :

Dalam cawan dilebur 2 g Salol di atas water bad.


Masukkan pil-pilnya, kocok-kocok lalu pil-pil
dipindahkan ke cawan lain, dimana pil-pil tersebu
diputar-putar sampai terjadi penghabluran dari
Salol.
Cara ini dipakai untuk melapisi darmpillen (pil yang
harus pecah di dalam usus).

Pil diputar-putar dalam sedikt Sirup Simplek.


Lalu dalam campuran :
Sacch pulv 1

Amyk Trit 2

PGA 0,5

Istilah Canderen artinya adalah memberi lapisan


gula pada pil.

5.Schlellak
Digunakan untuk darmpillen. Mula-mula pil dilapisi
larutan 10% Schellak dalam Ammonium dan spiritus
90% (sama banyak). Setelah kering dilapisi dengan
larutan Schellak 5 + Bals Tolu 5 + Ac. Stearinic 2.5 +
Aether c Spiritus 50. Kalau pil harus dilapisi Schellak
pada resep dapat ditulis sebagai berikut : f. pil non
solubilis in Succo-gastrica.

6.Grafiet

Untuk mencegah oksidasi dan agar mengkilat


seperti logam

7. Syarat pecahnya pil

Untuk dapat pecahnya pil diadakan syarat sbb :


Bila pil dimasukkan dalam 10 cc HCl 0,04 N pada
suhu 370C dan dikocok berulang-ulang selama 10
menit lalu dikocok keras, maka pil harus hancur.
Pada waktu pil disimpan dalam botol, dalam
tekanan rendah, tidak boleh berubah bentuknya.
Demikian materi untuk Pilulae, contoh perhitungan
dalam pil, bisa dibaca di Seri II.
SUPPOSITORIA
Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan obat
padat yang umumnya dimaksudkan untuk
dimasukkan kedalam rectum, vagina (ovula) dan
jarang digunakan untuk uretra.
Suppositoria terdiri dari
 zat aktif (obat)
 basis

Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat


ideal dibawah ini Yaitu ;
Telah mencapai kesetimbangan kristalisasi,
dimana sebagian besar komponen mencair
pada temperatur rectal 360 C , tetapi basis
dengan kisaran leleh yang lebih tinggi dapat
digunakan untuk campuran eutektikum,
penambahan minyak-minyak, balsam-balsam,
serta suppositoria yang digunakan pada iklim
tropis.
Secara keseluruhan basis tidak toksik dan tidak
mengiritasi pada jaringan yang peka dan
jaringan yang meradang.
Dapat bercampur dengan berbagai jenis obat.
Basis suppositoria tersebut tidak mempunyai
bentuk meta stabil.
Basis suppositoria tersebut menyusut
secukupnya pada pendinginan, sehingga dapat
dilepaskan dari cetakan tanpa menggunakan
pelumas cetakan
Basis suppositoria tersebut tidak merangsang
Basis suppositoria tersebut bersifat membasahi
dan mengemulsi.
“Angka air “ yang tinggi maksudnya jumlah air
yang bias masuk kedalam basis tinggi.
Basis suppositoria tersebut stabil pada
penyimpanan, maksudnya warna, bau, dan pola
penglepasan obat tidak berubah.
Suppositoria dapat dibuat dengan mencetak
dengan tangan, mesin, kompressi atau ekstrusi.
Jika basis tersebut berlemak, basis suppositoria
memiliki persyaratan tambahan sebagai berikut
:
“Angka asam” dibawah 0,2.
“Angka penyabunan” berkisar dari 200-245
“Angka iod” kurang dari 7.
Interval antara titik leleh dan titik memadat
kecil
Basis suppositoria berdasarkan sifat fisikanya
dibagi kedalam 3 kelompok yaitu :
Basis berminyak atau berlemak
Basis yang paling sering digunakan adalah lemak
coklat karena basis ini tidak toksik, lunak, tidak
reaktif dan meleleh pada suhu tubuh. Akan
tetapi lemak coklat memiliki kelamahan yaitu
mudah tengik, meleleh pada udara panas,
menjadi cair bila dicampur dengan obat-obat
tertentu dan pemanasan yang lama, trisomerasi
dengan titik leleh yang lebih rendah.
Selain lemak coklat basis yang lain yaitu asam-
asam lemak yang dihidrogenasi dengan minyak
nabati dan gliserin yang digabungkan dengan
asam-asam lemak yang mempunyai berat
molekul tinggi contohnya gliseril monostearat.
Basis larut dalam air atau bercampur dengan
air
Basis memiliki supositoria yang sering
digunakan yaitu suppositoria gliserin yang
berfungsi sebagai basis sekaligus bahan aktif,
ada dua macam formula suppositoria yang
terkenal yaitu
Suppositoria yang digunakan untuk katartik
yaitu :
Gliserin 91 g
Natrium stearat 9 g
Air murni 5g
Formula ini merupakan formula resmi menurut
USP XX, sedangkan formula lainnya yang tidak
resmi yaitu :
Obat dalam air murni 10 g
Gelatin 20 g
Gliserin 70 g
Basis I
Polietilen glikol 1000 96%
Polietilen glikol 4000 4%
Basis II
Polietilen glikol 1000 75%
Polietilen glikol 4000 25%
Pembuatan Suppositoria
 Empat metode yang digunakan dalam
pembuatan suppositoria adalah
◦ mencetak dengan tangan,,
◦ kompressi,
◦ mencetak tuang dan
◦ kompressi pada suatu pres tablet regular
 Mencetak dengan tangan
 Yaitu dengan cara menggulung basis
suppositoria yang telah dicampur homogen dan
mengandung zat aktif, menjadi bentuk yang
dikehendaki. Mula-mula basis diiris, kemudian
diaduk dengan bahn-bahan aktif dengan
menggunakan lumping dan mortar, sampai
diperoleh massa akhir yang homogen dan
mudah dibentuk. Kemudian massa digulung
menjadi suatu batang silinder dengan garis
tengah dan panjang yang dikehendaki. Amilum
atau talk dapat mencegah pelekatan pada
tangan. Batang silinder dipotong dan salah satu
ujungnya diruncingkan
Mencetak kompressi
 Hal ini dilakukan dengan mengempa parutan
massa dingin menjadi suatu bentuk yang
dikehendaki. Suatu roda tangan berputar
menekan suatu piston pada massa suppositoria
yang diisikan dalam sulinder, sehingga massa
terdorong kedalam cetakan.
Mesin Pencetak otomatis
 Sama proses diatas tetapi menggunakan mesin
secara otomatis melakukan semuanya.
 Mencetak tuang
 Pertama-tama bahan basis dilelehkan,
sebaiknya diatas penangas air atau penangas
uap untuk menghindari pemanasan setempat
yang berlabihan, kemudian bahan-bahan aktif
diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya.
Akhirnya massa dituang kedalam cetakan logam
yang telah didinginkan, yang umumnya dilapisi
krom atau nikel
a. Basis surfaktan
Surfaktan tertentu disarankan sebagai basis
hidrofilik sehingga dapat digunakan tanpa
penambahan zat tambahan lain. Surfaktan juga
dapat dikombinasikan dengan basis lain. Basis
ini dapat digunakan untuk memformulasi obat
yang larut air dan larut lemak.
Beberapa surfaktan nonionik dengan sifat
kimia mendekati polietilen glikol dapat
digunakan sebagai bahan pembawa
suppositoria. Contoh surfaktan ini adalah ester
asam lemak polioksietilen sorbitan dan
polioksietilen stearat.
Surfaktan ini dapat digunakan dalam bentuk
tunggal atau kombinasi dengan pembawa
suppositoria lain untuk memperoleh rentang
suhu lebur yang lebar dan konsistensi. Salah
satu keuntungan utama pembawa ini adalah
dapat terdispersi dalam air. Tetapi harus hati-
hati dalam penggunaan surfaktan, karena dapat
meningkatkan kecepatan absorpsi obat atau
dapat berinteraksi dengan molekul obat yang
menyebabkan penurunan aktivitas terapetik.
Keuntungan :
1. Dapat disimpan pada suhu tinggi
2. Mudah penanganannya
3. Dapat bercampur dengan obat
4. Tidak mendukung pertumbuhan mikroba
5. Nontoksik dan tidak mensensitisasi
(Lachman, Teory and Practice of Industrial
Pharmacy, 575, 578)
1.3. Pendekatan Formulasi Dalam Sediaan
Farmasi
Apakah untuk tujuan sistemik atau lokal?
Di mana lokasi pemberian suppositoria?
Rektal, vaginal, atau uretral?
Bagaimana efek yang diinginkan? Cepat atau
lambat?
a. Suppositoria untuk tujuan sistemik
1. Basis yang digunakan tersedia dan
ekonomis.
2. Zat aktif harus terdispersi baik dalam basis
dan dapat lepas dengan baik (pada
kecepatan yang diinginkan) dalam cairan
tubuh di sekitar suppositoria.
3. Jika zat aktif larut air, gunakan basis lemak
dengan kadar air rendah.
4. Jika zat aktif larut lemak, gunakan basis
larut air. Dapat ditambahkan surfaktan
untuk mempertinggi kelarutannya.
5. Untuk meningkatkan homogenitas zat aktif
dalam basis sebaiknya digunakan pelarut
yang melarutkan zat aktif atau zat aktif
dihaluskan sebelum dicampur dengan basis
yang meleleh.
6. Zat aktif yang larut sedikit dalam air atau
pelarut lain yang tercampur dalam basis,
dilarutkan dulu sebelum dicampur dengan
basis.
7. Zat aktif yang langsung dapat dicampur
dengan basis, terlebih dahulu digerus halus
sehingga 100 % dapat melewati ayakan 100
mesh.
b.Suppositoria untuk efek lokal
1. Untuk hemoroid, anestetika lokal dan
antiseptik (tidak untuk diabsorbsi).
2. Basis tidak diabsorpsi, melebur dan
melepaskan obat secara perlahan-lahan.
3. Basis harus dapat melepas sejumlah obat
yang memadai dalam 1/2 jam, dan meleleh
seluruhnya dengan melepas semua obat
antara 4-6 jam agar terjadi efek lokal dalam
kisaran waktu tersebut.
4. Pilih basis untuk efek local
5. Obat harus didistribusikan secara homogen
dalam basis suppositoria.
(Lachman, “Theory and Practice of Industrial
Pharmacy” 3rd ed, 582-583)
c. Pemilihan Obat / Zat Aktif
Suatu zat aktif dapat dberikan dalam bentuk
suppositoria jika:
1. Dapat diabsorpsi dengan cukup melalui
mukosa rektal untuk mencapai kadar
terapeutik dalam darah (absorpsi dapat
ditingkatkan dengan bahan pembantu).
2. Absorpsi zat aktif melalui rute oral buruk
atau menyebabkan iritasi mukosa saluran
pencernaan, atau zat aktif berupa antibiotik
yang dapat mengganggu keseimbangan flora
normal usus.
3. Zat aktif berupa polipeptida kecil yang dapat
mengalami proses enzimatis pada saluran
pencernaan bagian atas (sehingga tidak
berguna jika diberikan melalui rute oral).
4. Zat aktif tidak tahan terhadap pH saluran
pencernaan bagian atas.
5. Zat aktif digunakan untuk terapi lokal
gangguan di rektum atau vagina.
Sifat dari zat aktif yang mempengaruhi
pengembangan produk suppositoria:
1. Sifat fisik
 Zat aktif dapat berupa cairan, pasta atau
solida.
 Penurunan ukuran partikel dapat
meningkatkan bioavailabilitas obat
(melalui peningkatan luas permukaan)
dan meningkatkan kinetika disolusi pada
ampula rektal.
 Penurunan ukuran partikel dapat
menyebabkan pengentalan campuran zat
aktif/eksipien, yang menyebabkan aliran
menjadi jelek saat pengisian suppositoria
ke cetakan, dan juga memperlambat
resorpsi zat aktif.
 Adanya zat aktif berupa kristal kasar
(baik karena kondisi zat aktif saat
ditambahkan ke dalam basis atau karena
pembentukan kristal) dapat menyebabkan
iritasi permukaan mukosa rektal yang
sensitif.
2. Densitas bulk
Jika terdapat perbedaan yang signifikan
antara densitas zat aktif dengan
eksipien,diperlukan perlakuan khusus untuk
mencapai homogenitas produk. Usaha yang
dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini
yaitu dengan menurunkan ukuran partikel
atau meningkatkan viskositas produk.
Peningkatan viskositas produk dapat
dicapai dengan penambahan bahan
pengental, atau dengan menurunkan suhu
campuran agar mendekati titik solidifikasi
sehingga fluiditasnya turun.
3. Kelarutan (solubilitas)
 Peningkatan kelarutan zat aktif dalam
basis meningkatkan homogenitas produk,
tetapi menyulitkan/mengurangi pelepasan
zat aktif jika terjadi kecenderungan yang
besar dari zat aktif untuk tetap berada
dalam basis.
 Afinitas zat aktif terhadap basis/eksipien
dapat diatur dengan derajat misibilitas
dari kedua komponen suppositoria.
b.Pemilihan Basis
Peran utama basis suppositoria:
1. Menjadikan zat aktif tertentu dapat dibuat
dalam bentuk suppositoria yang tepat
dengan karakteristik fisikokimia zat aktif
dan keinginan formulator.
2. Basis digunakan untuk mengatur
penghantaran pengobatan pada tempat
absorpsinya.
Karakteristik basis yang menentukan selama
produksi:
1. Kontraksi
Sedikit kontraksi pada saat pendinginan
volume suppositoria diinginkan untuk
memudahkan pengeluaran dari cetakan.
2. Ke-inert-an (inertness)
Tidak boleh ada interaksi kimia antara basis
dengan bahan aktif.
3. Pemadatan
Interval antara titik leleh dengan titik
solidifikasi harus optimal: jika terlalu
pendek maka penuangan lelehan ke dalam
cetakan akan sulit; jika terlalu panjang,
waktu pemadatan menjadi lama sehingga
laju produksi suppositoria menurun.
4. Viskositas
Jika viskositas tidak cukup, komponen
terdispersi dari campuran akan membentuk
sedimen, mengganggu integritas dari
produk akhir.
Peraturan umum pada pembuatan pil :
MAKALAH MATERI PIL DAN SUPPOSITORIA
ILMU RESEP

NAMA : SYAHRANI
NIS : 17081
KELAS : XI.B

SMK FARMASI YAMASI MAKASSAR


TAHUN AJARAN 2019-2020

Anda mungkin juga menyukai