Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

FARMAKOLOGI BAHAN ALAM

(ANTIDIABETES)

DISUSUN OLEH

Kelompok 5

1. Prilli Anastasia Mokay (20180511064016)


2. Sarce Magdalena Sasarari (20180511064021)
3. Yuliana Itlay (20180511064002)
4. Evelyn Margrid Sada (2017051106406

PROGRAM STUDI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS CENDERAWASIHH
JAYAPURA
2021
DAFTAR ISI

BAB 1.................................................................................................................... 3
1.1 Latar belakang ............................................................................................ 3
1.2 Patofisiologi Diabetes Melitus .................................................................... 4

BAB 2.................................................................................................................... 5
2.1 Antidiabetes ................................................................................................. 5
2.2 Pengobatan Diabetes Melitus..................................................................... 5
2.3 Tanaman Obat Antidiabetes ...................................................................... 7

BAB 3.................................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes militus (DM) didefinisikan sebagai penyakit kronis atau gangguan


metabolisme karbohidrat, protein dan lemak akibat tidak cukupnya sekresi insulin pada
jaringan. Diabetes militus merupakan penyakit metabolik dengan karateristik
hiperglikemia, karena kelainanan sekresi insulin, kerja insulin dan keduanya.
Hiperglikemia adalah suatu kegiatan dimana kadar glukosa dalam darah mengikat atau
melebihi batas nirmal (Dwi aulia,2019)

Diabetes Mellitus (DM) lebih sederhana disebut diabetes adalah kondisi serius, jangka
panjang atau kronis yang terjadi ketika ada peningkatan kadar glukosa dalam darah
seseorang karena tubuh mereka tidak dapat menghasilkan hormon insulin atau tidak dapat
efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Insulin adalah hormon penting yang
diproduksi di pankreas. Ini memungkinkan glukosa dari aliran darah untuk memasuki sel-
sel tubuh dimana glukosa diubah menjadi energi. Insulin juga penting untuk metabolisme
protein dan lemak. Kurangnya insulin atau ketidakmampuan sel untuk meresponnya
menyebabkan tingginya kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang merupakan indikator
klinis diabetes. Defisit insulin, jika dibiarkan dalam jangka panjang dapat menyebabkan
kerusakan pada banyak organ tubuh yang menyebabkan komplikasi kesehatan yang
melumpuhkan dan mengancam jiwa seperti penyakit kardiovaskular (CVD), kerusakan
ginjal (nefropati), penyakit mata (retinopati) kerusakan saraf (neuropati) hingga terjadi
ulkus diabetik dan akhirnya berakhir menjadi amputasi (IDF, 2019).

Klasifikasi Diabetes Mellitus

1) Diabetes Mellitus mencakup 3 sub kelompok diagnostik, yaitu :

a) Diabetes Mellitus tipe I (Insulin dependent) : DM jenis ini paling sering terdapat
pada anak-anak dan dewasa muda, namun demikian dapat juga ditemukan pada
setiap umur. Destruksi sel-sel pembuat insulin melalui mekanisme imunologik
menyebabkan hilangnya hampir seluruh insulin endogen. Pemberian insulin
eksogen terutama tidak hanya untuk menurunkan kadar glukosa plasma melainkan
juga untuk menghindari ketoasidosis diabetika (KAD) dan mempertahankan
kehidupan.
b) Diabetes Mellitus tipe II (non-insulin dependent) : DM jenis ini biasanya timbul
pada umur lebih 40 tahun. Kebanyakan pasien DM jenis ini bertubuh gemuk, dan
resistensi terhadap kerja insulin dapat ditemukan pada banyak kasus. Produksi
insulin biasanya memadai untuk mencegah KAD, namun KAD dapat timbul bila
ada stress berat. Insulin eksogen dapat digunakan untuk mengobati hiperglikemia
yang membandel pada para pasien jenis ini.
c) Diabetes Mellitus lain (sekunder) : Pada DM jenis ini hiperglikemia berkaitan
dengan penyebab lain yang jelas, meliputi penyakit-penyakit pankreas,
pankreatektomi, sindroma cushing, acromegaly dan sejumlah kelainan genetik
yang tak lazim.
2) Toleransi Glukosa yang terganggu merupakan klasifikasi yang cocok untuk para
penderita yang mempunyai kadar glukosa plasma yang abnormal namun tidak
memenuhi kriteria diagnostik.
3) Diabetes Mellitus Gestasional : istilah ini dipakai terhadap pasien yang menderita
hiperglikemia selama kehamilan. Ini meliputi 2-5% dari seluruh diabetes. Jenis ini
sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak
ditangani dengan benar (Suyono, 2006).

Patofisiologi Diabetes Melitus

 Diabetes Melitus tipe 1

Gangguan produksi insulin pada DM Tipe 1 umumnya terjadi karena kerusakan sel-sel β
pulau Langerhans yang disebabkan oleh reaksi otoimun. Namun ada pula yang
disebabkan oleh bermacam-macam virus, diantaranya virus Cocksakie, Rubella,
CMVirus, Herpes, dan lain sebagainya. DM Tipe 1 adalah rusaknya kemampuan tubuh
untuk mensekresi glukagon sebagai respon terhadap hipoglikemia.

 Diabetes Melitus tipe 2


Pada diabetes tipe 2 terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin, yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa
oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka
awitan diabetes tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Antidiabetes
Antidiabetes adalah Obat-obatan untuk menurunkan kadar gula darah yang
berlebihan dalam tubuh . Pasien diabetes mellitus tipe 1 menggunakan antidiabetes
berupa insulin, sementara pasien diabetes mellitus tipe 2 menggunakan antidiabetes
oral seperti metformin, glibenklamid, dan acarbose.

2.2 Pengobatan Diabetes Melitus

 Diabetes Melitus tipe 1


Pada DM Tipe I, sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak,
sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka
penderita DM Tipe I harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar
metabolisme karbohidrat di dalam tubuhnya dapat berjalan normal. Insulin
adalah hormon yang bertanggungjawab, terutama pada metabolisme glukosa.
Insulin akan menaikan pengambilan glukosa ke dalam sel, menaikan peguraian
glukosa secara oksidatif, menaikan pembentukan glikogen dalam hati dan otot
serta menstimulasi pembentukan lemak dan protein.

 Diabetes Melitus tipe 2


Pengobatan penyakit diabetes melitus tipe 2 yaitu menggunakan obat-obat kimia
yaitu Sulfonilurea, Biguanida, Alpha Glikosidase, Meglitinid, Tiazolidinedion.
1. Sulfonilurea
Merupakan obat hipoglikemik oral yang paling dahulu ditemukan. Sampai
beberapa tahun yang lalu, dapat dikatakan hampir semua obat hipoglikemik
oral merupakan golongan sulfonilurea. Obat-obat kelompok ini bekerja
merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas, oleh sebab itu hanya
efektif apabila sel-sel β Langerhans pankreas masih dapat berproduksi.
Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian senyawa-
senyawa sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin oleh
kelenjar pancreas. Dikenal 2 generasi Sulfonilurea :
- Generasi I : Tolbutamid, Tolazonamid dam Klorpropamid
- Generasi II : Gliburid, Glipizid, Gliklazid dan Glimepirid

2. Golongan Meglitinida dan Turunan Fenilalanin


Obat-obat hipoglikemik oral golongan glinida ini merupakan obat
hipoglikemik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan
sulfonilurea. Kedua golongan senyawa hipoglikemik oral ini bekerja
meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas.
Umumnya senyawa obat hipoglikemik golongan meglitinida dan turunan
fenilalanin ini dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat
antidiabetik oral lainnya.
3. Golongan Biguinida
Obat hipoglikemik oral golongan biguanida bekerja langsung pada hati
(hepar), menurunkan produksi glukosa hati. Senyawa-senyawa golongan
biguanida tidak merangsang sekresi insulin, dan hampir tidak pernah
menyebabkan hipoglikemia. Contoh obat yang masih digunakan yaitu
Metformin.

4. Golongan tiazolidindion
Senyawa golongan tiazolidindion bekerja meningkatkan kepekaan tubuh
terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARγ (peroxisome
proliferator activated receptor-gamma) di otot, jaringan lemak, dan hati
untuk menurunkan resistensi insulin. Senyawa-senyawa TZD juga
menurunkan kecepatan glikoneogenesis.

5. Golongan Inhibitor α-Glukosidase


Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa
glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus. Enzimenzim α-
glukosidase (maltase, isomaltase, glukomaltase dan sukrase) berfungsi
untuk menghidrolisis oligosakarida, pada dinding usus halus. Inhibisi kerja
enzim ini secara efektif dapat mengurangi pencernaan karbohidrat
kompleks dan absorbsinya, sehingga dapat mengurangi peningkatan kadar
glukosa post prandial pada penderita diabetes.

6. Penghambat DPP-IV
Incretin peptida seperti gastric inhibitory polypeptide (GIP) dan
glukagonlike peptide (GLP-1) bertanggung jawab untuk modulasi glukosa
darah postprandial dengan mempromosikan sekresi insulin dari sel β
pankreas dan melalui efek glukagonostatik. GLP-1 dan GIP cepat tidak
aktif oleh DPP-IV, yang mengarah ke waktu paruh pendek. DPP-IV juga
menunjukkan peningkatan sensitivitas insulin, mengurangi hipertrofi islet
pankreas, dan perlindungan terhadap streptozotocin yang menginduksi
hilangnya sel β dan hiperglikemia.
2.3 Tanaman Obat Antidiabetes

1. Pare

Buah pare yang belum masak mengandung saponin,


flavonoid, dan polifenol (antioksidan kuat), serta
glikosida cucurbitacin, momordicin, dan charantin
(Depkes RI, 1995). Kandungan dalam buah pare yang
berguna dalam penurunan gula darah adalah charantin,
dan polypeptide-P insulin (polipeptida yang mirip
insulin) yang memiliki komponen yang menyerupai
sulfonilurea (obat anti diabetes paling tua dan banyak
dipakai). Cara kerja bahan-bahan aktif yang dimiliki
pare adalah menstimulan aktivitas pelepasan insulin
agar lebih baik lagi sekaligus melawan resistensi insulin
yang disebabkan komplikasi diabetes.

2. Lidah Buaya
Kandungan zat aktif pada Aloe vera yang telah
diketahui mekanisme kerjanya sebagai antidiabetes
yaitu Alprogen. Alprogen memiliki mekanisme
penghambatan absorbsi glukosa di saluran
gastointestinal. Alprogen akan masuk ke dalam saluran
pencernaan dan melapisi permukaan sel-sel epitel usus.
Pada penelitian yang dilakukan Ro, et al (2000)
didapatkan kandungan alprogen pada Aloe vera
memiliki efek inhibisi masuknya Ca2+ pada tractus
gastrointestinal sehingga tidak terjadi eksositosis
Sodium Glucose Transporter 1 (SGLT1) dan
mengakibatkan tidak terjadinya absorbsi glukosa pada
lumen usus.

3. Daun Salam

Eugenol yang terkandung dalam daun salam


merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas
antioksidan yang mirip dengan α–tochopherol yang
mampu melindungi membran sel dari proses lipid
peroksidasi. Senyawa antioksidan yang dimiliki oleh
daun salam inilah yang dapat membantu memperbaiki
kerusakan sel β pankreas serta memberikan
perlindungan pada sel yang masih sehat, sehingga
dapat menormalkan kembali produksi insulin.
Perbaikan produksi insulin inilah yang pada akhirnya
4. Sambiloto akan membuat kadar glukosa darah kembali normal.
Sambiloto memiliki aktivitas antidiabetes karena
mengandung andrografolid yang dapat meningkatkan
penggunaan glukosa dalam otot tikus yang diinduksi
menderita diabetes melalui proses stimulasi
transporter GLUT-4.

5. Beras Merah

Beras merah mengandung serat yang

tinggi (berperan untuk mencegah penyakit

gastrointestinal serta pada penderita diabetes),

kandungan vitamin B dan mineral yang tinggi

(mencegah beri-beri), kandungan lemak tinggi

(sebagai sumber energi), kandungan asam py

tat tinggi (sebagai antioksidan, anti kanker,

menurunkan serum kolesterol, mencegah pe

nyakit kardiovaskular), beras merah memiliki


BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Antidiabetes merupakan obat-obatan untuk menurunkan kadar gula darah yang
berlebihan dalam tubuh . Pasien diabetes mellitus tipe 1 menggunakan antidiabetes
berupa insulin, sementara pasien diabetes mellitus tipe 2 menggunakan antidiabetes
oral seperti metformin, glibenklamid, dan acarbose.
Senyawa-senyawa penurun kadar darah ini juga bisa ditemukan pada beberapa
tumbuhan seperti lidah buaya, daun salam, Pare dll.
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA) , 2012. Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus. Diabetes Care volume 35 Supplement 1 pp.64-71.

Basuki E. Penyuluhan Diabetes Mellitus. Dalam Soegondo S, Soewondo P dan Subekti I


(eds). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, Pusat Diabetes dan Lipid RSUP
Nasional Cipto Mangunkusumo-FKUI, Jakarta,2004.

Dwi aulia ramadani dkk. Evaluasi rasionalitas penggunaan obat diabetes militus tipe ll
pada pasien rawat jalan di Puskesmas pasir sakti tahun 2019. Jurnal Farmasi Lampung
(9)(1)2019.

Wulan tresnawati dkk. Analisis penentuan glibenklamid dalam pharmaceutical dosage


forms. Jurnal farmaka suplemen (14)(2)

Anonimous. 2014. Obat Diabetes Melitus.net. Diakses dari http://obatdiabetesmelitus.


net/, pada tanggal 14 April 2016.

Hidayat, S. 2005. Ramuan Tradisional Ala 12 Etnis Indonesia. Jakarta: Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai