Diabetes mellitus ialah suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin ataupun karena keduanya. Diabetes mellitus
karena hiperglikemianya, akan memberikan dampak kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan
berbagai organ terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Untuk menyeimbangkan kadar
glukosa dalam darah dibutuhkan 2 hormon yang dihasilkan dari jaringan endokrin pancreas yang
fungsinya saling berlawanan yakni hormone glucagon dan hormone insulin. jaringan endokrin pancreas
menyusun 1-5% dari total massa organ pancreas yang tersebar diseluruh bagian pancreas tapi paling
banyak terdapat pada caput pancreas. Jaringan endokrin pancreas ini mengandungi pulau Langerhans.
Dari pulau Langerhans, 15% terdiri dari sel alfa yang memproduksi hormone glucagon, sel beta 75%
memproduksi hormone insulin dan amylin. 5% sel delta memproduksi somatostatin dan 5% sel gama
memproduksi polipeptida pancreas.
Seseorang biasanya mengeluarkan insulin sebagai tanggapan terhadap kadar glukosa dalam darah
yang meningkat. Hormone ini bekerja dengan mempercepat pergerakan glukosa darah keluar dari
pembuluh darah dan masuk ke dalam sel. Sel cenderung tidak akan membiarkan gula darah masuk tanpa
hormone insulin, inilah yang dapat menyebabkan masalah, karena Insulin adalah hormon yang
diperlukan untuk mengkonversi gula, pati dan makanan lainnya menjadi energy dalam sel, sementara
Insulin diproduksi dalam tubuh oleh pankreas. Perlu diketahui bahwa hormone insulin berfungsi untuk
merangsang penyerapan glukosa kedalam sel, merangsang penyimpanan glukosa sebagai glikogen dihati
dan otot, serta merangsang konversi kelebihan glukosa menjadi lemak untuk disimpan. Dalam
pembawaan glikogen keluar dari penyimpanannnya, dilakukan bersamaan dengan hormone glucagon,
hormone stress epinephrine dan hormone hormone lainnya.
Biasanya didiagnosis pada anak-anak dan orang dewasa muda. Harus mengambil bidikan
insulin harian untuk tetap hidup. DMT1 menyumbang 5-10% dari populasi dengan diabetes.
Hiperglikemia yang terjadi dapat berkembang menjadi ketoacidosis jika insulin tidak
diberikan. Gejalanya adalah poliuria, penurunan berat badan, dan kelelahan. Pada pasien
DMT1 yang pertama terjadi ialah antibody yang bereaksi dengan insulin (fisrt autoantibody),
kemudian muncul Anti Glutamic acid decarboxylase (Anti-GAD) pada LADA, dan Islet Cell
Antibody (ICA) adalah yang terakhir kali muncul. Ada juga yang dinamakan sebagai Latent
Autoimmune Diabetes, yang mana ini merupakan DMT1 yang menyamar sebagai DMT2.
Secara profil, berusia dewasa diatas umur 25 tahun, dan memberi penampakan tubuh yang
lebih kurus dari DMT2. Progressnya akan bergantung pada insulin selama berbulan-bulan
bahkan beberapa tahun. Untuk mendiagnosanya dilakukan pemeriksaan antibody ICA dan
anti-GAD.
2. DMG
Wanita hamil memiliki kadar insulin yang lebih tinggi. Jika wanita mengalami
hiperglikemia, glukosa darahnya dapat melintasi plasenta tetapi insulinnya tidak, hal ini dapat
menyebabkan berat badan yang berlebih bagi bayi ketika lahir. DMG dan IGT (impaired
Glucose Tolerance) dapat mempengaruhi kehamilan wanita, bahkan keduanya dapat
dikaitkan dengan kondisi komplikasi pada kehamilan.
DMG adalah istilah untuk intoleransi glukosa apapun yang onset atau pengenalan
pertamanya terjadi selama kehamilan. Reklasifikasi 6 minggu setelah kehamilan (DM, IFG/
impaired Fasting Disease, IGT, normoglikemia). Factor resiko terkena DMG ialah
Terdiagnosis DMG sebelumnya
Usia diatas 35 tahun
Punya riwayat sindrom ovarium polikistik
Hirsutism (rambut wajah dan rambut tubuh yang berlebihan)
Acanthosis nigricans (gangguan kulit yang ditandai dengan penampilan bercak kulit
yang gelap)
Ras Aborigin, Hispanic, Asia Selatan, Asia ataupun Afrika. Karena wanita dengan
ras-ras tersebut, dianggap beresiko tinggi diabetes.
Konsekuensi yang akan dirasakan ibu dengan DMG ialah sekitar 40% ibu dengan
diagnosis DMG akan berkembang jadi Diabetes dalam 20 tahun kehamilan mereka. Resiko
lain dari komplikasi kehamilan bagi ibu yang terdiagnosis DMG diantaranya seperti bayi
makrosomia, Disproportasi Chepalopelvic, membrannya rupture premature, kelahiran pra-
jangka panjang, dan perdarahan yang berlebihan. Untuk konsekuensi keturunan saat lahir
yakni hipoglikemia neonatal, jaundice, respiratory distress syndrome, dan IUFD. Untuk
konsekuensi jangka panjang bagi keturunannya, terjadi peningkatan resiko obesitas dan
peningkatan resiko diabetes.
Gejala-gejala dari DMT2 meliputi: merasa lelah dan lemah, sering buang air kecil
terutama malam, rentan terkena infeksi, pandangan mata yang kabur, penurunan berat badan,
serta haus dan lapar yang berlebihan. Keluhan yang diderita pasien DM terbagi 2, yakni
keluhan klasik dan keluhan penyerta lain. Untuk keluhan klasik meliputi polifagia,
polydipsia, polyuria serta penurunan berat badan. Sementara gejala lainnya disertai dengan
lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus
vulva pada wanita.
Kriteria Diagnosis DM:
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL. Puasa adalahkondisi tidak ada asupan
kalori minimal 8 jam.(B)
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dL 2-jam setelah TesToleransi Glukosa Oral
(TTGO) dengan beban glukosa 75 gram. (B)
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL dengan keluhan klasik.
Atau
Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5% dengan menggunakan metode yangterstandarisasi oleh
National Glycohaemoglobin Standarization
Program (NGSP). (B)
Kadar ters laboratorium darah untuk diagnosis, normal, DM, dan pre-DM:
• Tiga
hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan (dengan karbohidrat yang cukup) dan
melakukan kegiatan jasmani seperti kebiasaan sehari - hari
• Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air
putih tanpa glukosa tetap diperbolehkan
• Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa
• Diberikanglukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 g/kgBB (anak - anak), dilarutkan
dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit
• Berpuasakembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
• Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
• Selama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok
Pemeriksaan penyaring dilakukan untuk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus Tipe
2 dan prediabetes pada kelompok risiko tinggi yang tidak menunjukkan gejala klasik DM
yaitu:
1. Kelompok dengan berat badan lebih (Indeks Massa Tubuh [IMT] ≥ 23 kg/m2) yang
disertai dengan satu atau lebih faktor risiko sebagai berikut :
Catatan:
Kelompok risiko tinggi dengan hasil pemeriksaan glukosa plasma normal sebaiknya
diulang setiap 3 tahun, kecuali pada kelompok prediabetes pemeriksaan diulang tiap 1
tahun.
Pada keadaan yang tidak memungkinkan dan tidak tersedia fasilitas pemeriksaan
TTGO, maka pemeriksaan penyaring dengan mengunakan pemeriksaan glukosa darah
kapiler diperbolehkan untuk patokan diagnosis DM.
Tata laksana DM
Dalam management tata laksana DM, terbagi 2, yakni jangka panjang (mencegah
komplikasi, serta mengurangi tingkat mobiditas dan mortalitas), dan jangka pendek
(mengeliminasi gejala-gejala dan mempertahanan kondisi baik). Dimana dari keduanya
dilakukan dengan strategi, menormalkan kadar glukosa, lipid dan insulin.
Pengobatan prioritas DMT2 ialah kontrol glukosa sedekat mungkin dengan normal
(microvaskular disease), dan Kontrol resistensi Insulin: Hiperinsulinemia, Obesitas,
Intoleransi glukosa, Dislipidemia, Hipertensi, dan Keadaan prokoagulan (macrovaskular
disease).
1. Hemoglobin A1c (hemoglobin glikosilat)
HbA1c merupakan indikator kontrol glukosa darah yang baik. Memberikan % yang
menunjukkan kontrol selama 2-3 bulan sebelumnya. Dilakukan 2 - 4 kali setahun.
Hemoglobin 6% menunjukkan kontrol dan yang baik dan adar > 8% menunjukkan
pemerluan tindakan. (6% -- 135mg/dL, 7% -- 170mg/dL, 8% -- 205mg/dL, 9% --
240mg/dL, 10% -- 275mg/dL, 11% -- 310mg/dL,dan 12% -- 345mg/dL).
Ada 5 komponen dalam management diabetes yakni
1. Edukasi
a. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di pelayanan kesehatan primer yang
meliputi:
Materi tentang perjalanan penyakit DM
Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara
berkelanjutan.
Penyulit DM dan risikonya.
Intervensi non-farmakologi dan farmakologis serta target pengobatan.
Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat antihiperglikemia
oral atau insulin serta obat-obatan lain.
Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau
urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia).
Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia
Pentingnya latihan jasmani yang teratur
Pentingnya perawatan kaki.
Cara menggunakan fasilitas perawatan kesehatan
b. Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan Sekunder
dan / atau Tersier, yang meliputi:
Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.
Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM.
Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain.
Rencana untuk kegiatan khusus (contoh : olahraga prestasi)
Kondisi khusus yang dihadapi (contoh : hamil, puasa, hari – hari sakit)
Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir tentang
DM.
Pemerliharaan/perawatan kaki.
Edukasi perawatan kaki diberikan secara rinci pada semua orang dengan ulkus
maupun neuropati perifer dan peripheral arterial disease (PAD):
1. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dan air
2. Periksa kaki setiap hari dan dilaporkan pada dokter apabila kulit terkelupas,
kemerahan atau luka
3. Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya
4. Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah, dan menggoleskan krim
pelembab pada kulit kaki yang kering
5. Potong kuku secara teratur
6. Keringkan kaki dan sela-sela jari kaki secara teratur setelah dari kamar mandi
7. Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan lipatan pada ujung
ujung jari kaki
8. Kalau ada kalus atau mata ikan, tipiskan secara teratur
9. Jika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki yang dibuat khusus
10. Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, jangan gunakan hak tinggi
11. Hindari penggunaan bantal atau botol berisi air panas/batu untuk menghangatkan
kaki.
Komplikasi dari DM terbagi menjadi 2, yakni: komplikasi akut seperti Ketoacidosis,
syndrome hyperosmolar non-ketotik, serta hypoglikemia, komplikasi kronik yang
terbagi menjadi 2 sub bagian. Bagian pertama ialah kelompok microangiopathy
(retinopathy, nephropathy, serta neuropathy), dan bagian kedua ialah kelompok
macroangiopathy (CAD/Coronary Arterial Disease,PVD/Peripheral Vascular Disease,
dan stroke/Cerebrovascular Disease).
Intervensi gaya hidup mewakili langkah pertama dalam mengobati DMT2. Dalam
Studi Diet Belfast, manajemen diet awalnya terkait dengan pengurangan FPG dan berat.
Namun, setelah 6 tahun diamati, kenaikan progresif FPG berkaitan dengan penurunan
fungsi sel-sel β pancreas. Sebagian besar pasien memerlukan farmakoterapi oral selama
beberapa tahun diagnosis.
o Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm,
rumus dimodifikasi menjadi:
Berat badan ideal (BBI) =
BB normal : BB ideal ± 10 %
Kurus : kurang dari BB ideal – 10%
Gemuk : lebih dari BB ideal + 10%
Klasifikasi IMT :
o BB kurang < 18,5
o BB normal 18,5 – 22,9
o BB lebih ≥ 23,0
- Dengan risiko 23,0 – 24,9
- Obese I 25,0 – 29,9
- Obese II ≥ 30
• Keb Kalori Basal = BB ideal x 25 kal (wanita) dan BB ideal x 30 kal (pria)
• Usia 40 – 59 = -5% Usia 60 – 79 = -10% Usia > 70 = -20%
• Aktivitas istirahat = + 10%
Aktivitas ringan (IRT, kantoran, guru) = +20%
Aktivitas sedang (peg industri, militer yg tdk perang, mahasiswa) = + 30%
Aktivitas berat (buruh, atlet, militer lagi latihan) = +40%
Aktivitas sangat berat (tukang gali, tukang becak) = +%
• Stress metabolik = +10 -30%
• BB gemuk = -20-30% BB kurus = +20-30%
• Minimal wanita 1000-1200, minimal pria 1200-1600 kal/hr.
3. Latihan Fisik
Dilakukan 3-5 hari seminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit per
minggu, dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Latihan fisik
yang dianjurkan berupa latihan fisik yang bersifat aerobic dengan intensitas sedang (50-
70% denyut jantung maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan
berenang. Pemeriksaan glukosa darah dianjurkan sebelum latihan fisik. Pasien dengan
kadar glukosa darah < 100 mg/dL harus mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan
bila > 250 mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan fisik. Idealnya setiap orang harus
aktif selama 30 menit sehari untuk hampir seluruh hari dalam seminggu. 30 menit
tersebut bukan berarti dilakukan dalam satu waktu yang sama, dalam artian, 10 menit
dalam 3 waktu sehari berarti 30 menit per hari.
Latihan ini dilakukan 30-50 menit dalam sehari, 3 sampai 4 kali dalam seminggu,
dan harus memenuhi 5 prinsip; Continous, Rhytmical, Interval, Progressive, &
Endurance Training (CRIPE).
4. Terapi Farmakologis
Menggunakan obat antihiperglikemia oral dan antihiperglikemia suntik.
1. Obat Antihiperglikemia Oral
Berdasarkan cara kerjanya, obat anti-hiperglikemia oral dibagi menjadi 6
golongan:
Biguanides
Generasi pertamanya adalah phenformin, dengan efek samping asidosis
laktat dan resiko gangguan kardiovascular. Generasi keduanya adalah
metformin, obat ini jarang menimbulkan asidosis laktat kecuai dibawah kondisi
predisposing.
Biguanid adalah turunan agen antimalarial chloroguanide. Yang ditemukan
memiliki tindakan hipoglikemik. Yang paling sering digunakan dari golongan
biguanid ialah metformin. Biguanides [Metformin] adalah antihyperglycemic
dan bukan agen hipoglikemik. Biguanid tidak menstimulasi pancreas untuk
menghasilkan insulin, dan juga tidak menyebabkan hipoglikema sebagai efek
sampingnya walaupun dengan dosis yang besar. Metformin juga tidak memiliki
efek sekresi hormone glucagon maupun somatostatin.
Mekanisme kerja dari biguanid ini adalah antihiperglikemia;
- Memperbaiki peningkatan output glukosa hati dengan cara menghambat
glukogenesis dan menghambat aktivitas glukosa-6-phosphate sehingga
hemat glikogen
- Menurunkan resistensi insulin
- Dimediasi oleh aktivasi 5’AMP-activated protein kinase (AMPK)
dalam sel-sel hati dan otot.
- Tidak meningkatkan sekresi insulin, dan tidak menyebabkan
hipoglikemia walaupun dengan dosis tinggi.
Efek samping dari golongan Biguanid adalah diare, ketidaknyamanan perut,
mual, rasa metallic dan penurunan penyerapan vitamin B12. Biguanid juga
memiliki kontraindikasi, yakni pasien dengan gangguan ginjal atau hati, riwayat
asidosis laktat, gagal jantung, dan penyakit paru kronis. Kondisi kondisi ini
akan mempredisposisikan untuk peningkatan laktat yang menyebabkan asidosis
laktat yang berakibat fatal.
a. Peningkatan sensitivitas terhadap insulin
Metformin
Metformin mempunyai efek utama meng-urangi produksi glukosa
hati (glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan
perifer. Metformin merupakan pilihan pertama pada sebagian besar
kasus DM tipe 2. Dosis metformin diturunkan pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal (LFG 30 – 60 ml/menit/1,73 m2). Metformin
tidak boleh diberikan pada beberapa keadaan LFG < 30 mL/menit/1,73
m2, adanya gangguan hati berat, serta pasien-pasien dengan
kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit serebrovaskular, sepsis,
renjatan, PPOK, gagal jantung NYHA fungsional class III-IV). Efek
samping yang mungkin terjadi adalah gangguan saluran pencernaan
seperti dispepsia, diare, dan lain-lain.
Penelitian klinik memberikan hasil monoterapi yang bermakna
dalam penurunan glukosa darah puasa (60-70 mg/dL) dan HbA1c (1-
2%) dibandingkan dengan placebo pada pasien yang tidak dapat
terkendali hanya dengan diet.
Tiazolidinedion
Tiazolidinedion merupakan agonis dari peroxisome proliferator
activated receptor gamma (PPAR-ꝩ ). Tiazolidinedion meningkatkan
retensi cairan tubuh sehingga dikontraindikasikan pada pasien dengan
gagal jantung (NYHA fungsional class III-IV) karena dapat
memperberat edema/retensi cairan. Hati hati pada gangguan faal hati,
obat yang termasuk golongan ini adalah pioglitazone.
Monoterapi dengan glitazone dapat memperbaiki konsentrasi
glukosa darah puasa hingga 59-80 mg/dL dan HbA1c 1,4%-2,6%
dibandingkan dengan placebo (ekuivalen dengan metformin dan SU).
Thiazolidinediones mengurangi resistensi insulin dengan membuat
sel otot dan adiposa lebih sensitif terhadap insulin. Tiazolidinedion juga
dapat menekan produksi glukosa hepatic. Kemanjuran obat ini ialah
dapat mengurangi glukosa plasma puasa ~ 35-40 mg/dl (1,9-2,2
mmol/L), murangi A1C ~0,5-1,0%, dan penggunaan 6 minggu untuk
efek yang maksimum.
Efek lain dari obat ini adalah kenaikan berat badan, edema,
hipoglikemia (jika dibarengkan dengan insulin atau agen yang
merangsang pelepasan insulin), kontraindikasi pada pasien dengan
fungsi hati abnormal atau CHF, meningkatkan kolesterol HDL dan
trigliserida plasma; biasanya netral LDL. Obat-obatan di Kelas ini
meliputi pioglitazone (Actos), rosiglitazone (Avandia), [troglitazone
(Rezulin) – bisa di dapat dipasaran untuk toksisitas hati].
Mekanisme kerja Thiazolidinedion ialah sebagai ligan untuk
PPARꝩ . Peroxisome proliferator mengaktifkan reseptor ꝩ . Gen target
yang mungkin untuk peningkatan sensitivitas insulin meliputi:
TNF-α, merusak interaksi dengan sinyal insulin (ekspresi
penurunan)
Leptin, dapat mengganggu sinyal insulin (ekspresi penurunan)
Lipoprotein lipase, uptake trigliserida oleh lemak (ekspresi
peningkatan)
aP2, asam lemak mengikat protein (ekspresi peningkatan)
GLUT4 dan GLUT1 (ekspresi peningkatan)
Gangguan Koagulasi
Terapi aspirin 75-162 mg/hari digunakan sebagai strategi pencegahan primer kejadian kardiovaskular
pada penyandang DM dengan factor resiko kardiovaskular (risiko kardiovaskular dalam 10 tahun
mendatang > 10%). Terapi aspirin 75-162 mg/hari perlu diberikan sebagai strategi pencegahan sekunder
kejadian kardiovaskular bagi penyandang DM dengan riwayat pernah mengalami penyakit
kardiovaskular.clopidogrel 75 mg/hari dapat digunakan sebagai pengganti aspirin.
Insulin
Aksi Insuli meliputi kemampuan insulin untuk menurunkan konsentrasi glukosa yang beredar,dengan
cara menekan produksi glukosa di hati, dan menstimulasi utilisasi glukosa di otot dan jaringan lemak.
Lantus (glargine) merupakan insulin long acting yang durasinya selama 24 jam, levemir adalah jenis lain
dari insulin long acting, dosis awal biasa 10-20 unit. Epidra, novolog, Humalog merupakan insulin rapid
acting, diberikan 1 -15 menit sebelum makan, membantu menurunkan gula darah pasca prandial, dosis
awal yang biasa adalah 3-5 unit. NPH dan Lente merupakan insulin intermediate acting diberikan 2 kali
sehari. Insulin short acting tidak banyak digunakan.