Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FARMAKOLOGI

OAD (ORAL ANTI DIABETIC)

Dosen pembimbing:
Dra Kiaonarni OW,.Apt,M.M.Kes

Disusun oleh:
1. Intan Lu’lu’ul Fu’adah (P27820118059)
2. Gracia Irnadianis Ivada (P27820118060)

Tingkat 1 Reguler B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO
TAHUN AJARAN 2019/2020
A. Patofisiologi
a. Diabetes melitus tipe 1 (Diabetes melitus tergantung insulin atau IDDM).
Diabetes melitus ini disebabkan oleh kegagalan sel pulau beta
langerhans oleh penyebab multifaktorial misalnya predisposisi genetik,
serangan virus atau autoimun pada sel pulau langerhans.
b. Diabetes melitus tipe 2 (Diabetes melitus tak tergantung insulin atau NIDDM).
Diabetes melitus ini terjadi dengan fungsi sel pulau beta langerhans yang
normal, tetapi jaringan perifer resisten terhadap insulin. Mungkin terjadi sedikit
penurunan pembentukan insulin atau keadaan hiperinsulin.
Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam
menyebabkan terjadinya diabetes melitus tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi
lemak dan rendah serat, serta kurang gerak badan. Obesitas atau kegemukan
merupakan salah satu faktor presdiposisi utama.
Pada penderita diabetes melitus tipe 2, terutama yang berada pada tahap
awal, umumnya dapat dideteksi jumlah insulin yang cukup di dalam darahnya,
disamping kadar glukosa yang juga tinggi. Jadi, awal patofisiologis diabetes
melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, tetapi karena
sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal.
Keadaan ini disebut sebagai “Resistensi Insulin”.
Disamping resistensi insulin, pada penderita diabetes melitus tipe 2
dapat juga timbul gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa yang hepatik
yang berlebihan, tetapi tidak terjadi pengrusakan sel-sel beta langerhans secara
autoimun sebagaimana yang terjadi pada diabetes melitus tipe 1. Dengan
demikian defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya
bersifat relatif, tidak absolut. Oleh sebab itu dalam penanganannya umumnya
tidak memerlukan terapi pemberian insulin.

Definisi
Obat antidiabetik oral, disebut juga obat hipoglikemi oral, ditemukan pada tahun
1950an. Obat-obat ini dipakai oleh penderita Diabetes tipe 2/NIDDM. Tidak boleh dipakai oleh
penderita Diabetes tipe 1/IDDM. Penderita NIDDM memiliki sedikit sekresi insulin oleh
pankreas., Obat antidiabetik oral merupakan pengontrol kadar gula darah dan meningkatkan
kerja insulin yang merupakan hal terpenting dalam metabolisme glukosa. Obat antidiabetik
oral dapat dibagi menjadi 8 golongan yaitu
1. Sulfonilurea
Sulfonilurea adalah agens oral pertama yang diperkenalkan. Obat ini
menstimulasi pankreas untuk melepaskan insulin. Sulfonilurea berkaitan dengan
saluran kalium pada sel beta pankreas untuk meningkatkan sekresi insulin. Obat ini
dapat meningkatkan ikatan insulin dengan reseptor insulin dan meningkatkan jumlah
reseptor insulin. Obat ini juga diketahui dapat meningkatkan efek hormon antidiuretik
pada sel ginjal. Sulfonilurea efektif hanya pada pasien yang sel beta-nya masih
berfungsi. Sulfonilurea tidak efektif untuk semua penderita diabetes dan dapat
kehilangan efektifitasnya sejalan dengan waktu pada orang lain. Semua sulfonilurea
dapat menyebabkan hipoglikemia.
a. Generasi Pertama
Sulfonilurea generasi pertama dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular dan meningkatkan kematian akibat penyakit kardiovaskular.
Sulfonilurea generasi pertama meliputi klorpropamid (Diabinese), tolbutamid
(Orinase), asetoheksamid (Dymelor), dan tolazamid (Tolinase).
a) Klorpropamid merupakan obat yang banyak digunakan dalam kelompok ini
karena memiliki efek yang paling dapat diperkirakan dan terbukti sangat dapat
diandalkan.
b) Tolbutamid dipilih untuk pasien yang menderita disfungsi ginjal, yang
mungkin tidak dapat mengekskresi klorpropamid, karena tolbutamid lebih
mudah dibersihkan dari tubuh.
c) Asetoheksamid dan tolazamid, merupakan sulfonilurea yang jarang
digunakan, biasanya diberikan setelah 2 obat pertama terbukti tidak efektif.
Asetoheksamid dan tolazamid tidak dapat diperkirakan keefektifannya pada
banyak pasien, tetapi sangat efektif pada beberapa pasien yang tidak berespon
terhadap klorpropamid. Tolbutamid, asetoheksamid, dan tolazamid terkadang
digunakan dalam kombinasi dengan insulin untuk mengurangi dosis insulin
dan mengurangi resiko hipoglikemia pada diabetes tipe 2 tertentu yang mulai
menggunakan insulin untuk mengendalikan kadar glukosa darah nya.
b. Generasi Kedua
Obat ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan obat generasi pertama, antara
lain:
a) Sulfonilurea generasi kedua diekskresikan melalui urine dan empedu,
membuatnya lebih aman untuk pasien yang menderita disfungsi ginjal.
b) Obat ini tidak seperti obat generasi pertama yang berinteraksi dengan banyak
obat lain yang berkaitan dengan protein.
c) Obat ini memiliki durasi kerja yang lebih lama, yang memungkinkannya untuk
digunakan hanya sekali atau dua kali sehari, sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan.
Sulfonilurea generasi kedua antara lain glimepirid (Amaryl), glipizid (Glucotrol),
dan gliburid (Diabeta dan lain-lain).

Efek Samping
Hipoglikemia adalah keadaan di mana kadar gula darah turun di bawah normal. Gejala
yang dialami pada keadaan ini adalah pusing, keringat dingin, gelisah, bingung, sulit
bicara, bahkan tidak sadarkan diri.
Efek hipoglikemia karena sulfonilurea ini lebih sering terjadi pada pasien yang:
 Melewatkan waktu makan atau setelah olahraga berat
 Minum obat dengan dosis tinggi
 Menggunakan sulfonilurea dengan aksi panjang seperti glibenklamid dan
klorpropamid
 Menggunakan obat bersamaan dengan salisilat, sulfonamid, gemfibrozil, dan
warfarin
 Minum obat dengan alcohol
 Baru keluar setelah rawat inap di rumah sakit
Efek hipoglikemia juga lebih mungkin terjadi pada pasien dengan usia lanjut,
kekurangan gizi atau lemah, gangguan ginjal dan hati parah, serta kekurangan adrenal
dan/ atau hipofisis. Efek hipoglikemia karena sulfonilurea juga bisa terjadi pada orang
sehat yang tidak sengaja meminum obat ini. Maka, obat diabetes ini harus disimpan
jauh-jauh dari jangkauan anak-anak.
Obat Golongan Sulfonilurea
1) Gliburid atau glibenklamid
Glibenklamid memiliki efek hipoglikemik yang kuat sehingga Anda perlu
melakukan jadwal makan yang ketat. Artinya jangan pernah meninggalkan
sarapan, makan siang, atau makan malam. Pasalnya, metabolit dari glibenklamid
juga memiliki kemampuan menurunkan gula darah. Berdasarkan Kriteria Beers
(AGS, 2015), obat ini dihindari penggunaannya untuk lansia karena potensi
hipoglikemia yang berat.
2) Glipizid
Glipizid termasuk dalam obat dengan waktu paruh yang pendek, dan kejadian
hipoglikemik lebih rendah dari glibenklamid.
3) Glikuidon
Obat ini memiliki efek hipoglikemik yang sedang dan jarang menimbulkan
serangan hipoglikemia. Obat ini hampir seluruhnya dikeluarkan melalui empedu
dan usus, sehingga boleh diberikan pada pasien yang memiliki gangguan fungsi
hati dan ginjal.
4) Glikazid
Berdasarkan Canadian Diabetes Association, kejadian hipoglikemia paling sedikit
dengan gliklazid dibandingkan dengan obat diabetes golongan sulfonilurea lainnya
(misalnya glimepirid, glibenklamid).
5) Glimepirid
Glimepirid termasuk dalam agen yang lebih baru dan lebih dipilih untuk pasien
diabetes yang juga memiliki penyakit jantung atau gagal ginjal non-dialisis.

2. Golongan Biguanid
Biguanide adalah sejumlah obat untuk diabetes tipe 2 (diminum) yang mencegah
produksi glukosa di dalam hati, meningkatkan sensitivitas tubuh Anda terhadap insulin,
dan mengurangi jumlah gula yang diserap usus.

Obat Metformin
Metformin merupakan obat dari kelompok biguanida. Biasanya, obat ini diresepkan
secara tunggal, tetapi juga dapat dikombinasikan dengan obat lain dalam satu tablet,
misalnya, metformin+pioglitazone (Competact), metformin+vildagliptin (Eucreas) dan
metformin+sitagliptin (Janumet). Kadang-kadang digunakan dalam kombinasi dengan
insulin bagi penderita diabetes tipe 1.
Ada dua jenis metformin, yaitu:
 Metformin IR (immediate release), minum sampai 3 kali sehari.
 Metformin SR (slow release), biasanya diminum 1 kali sehari.
Mekanisme Kerja
Biguanida bekerja dengan cara mencegah hati memecah lemak dan asam amino
menjadi glukosa. Obat ini mengurangi jumlah gula yang diproduksi oleh hati,
meningkatkan jumlah gula yang diserap oleh sel-sel otot, juga mengaktifkan enzim
(AMPK) untuk membantu respon sel-sel menjadi lebih efektif terhadap insulin dan
menyerap glukosa dari darah.
Biguanida tidak menyebabkan pankreas memproduksi lebih banyak insulin. Anda juga
tidak akan mengalami gula darah rendah (hipoglikemia) atau berat badan naik, kecuali
jika Anda mengombinasikan obat ini dengan obat-obatan yang memungkinkan
terjadinya hal-hal tersebut. Kemungkinan Anda akan kehilangan berat badan saat
menggunakan obat ini.

Efek Samping
Segera hubungi 112 atau layanan darurat lainnya jika Anda mengalami:
1. Kesulitan bernafas
2. Pembengkakan pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan
Hubungi dokter jika Anda mengalami:
1. Gatal-gatal
2. Gejala laktat asidosis yang meliputi bernafas terengah-engah, keringat berlebih,
keluar keringat dingin atau kulit terasa dingin, nafas berbau tak sedap, sakit
perut, mual atau muntah, dan/atau mengalami kebingungan
Efek samping yang umum terjadi dari penggunaan obat ini, antara lain:
1. Mual sementara dan/atau diare
2. Kehilangan selera atau nafsu makan
3. Perut kembung
4. Mengecap rasa logam pada lidah
Sebagai obat monoterapi, biguanida tidak menyebabkan hipoglikemia atau berat badan
naik. Namun, risiko efek samping ini mungkin meningkat bila Anda menggunakannya
bersama insulin atau sulfonilurea.

Perhatian
 Ketika Anda mulai menggunakan biguanida, biasanya dosis ditambah secara
bertahap untuk mencegah timbulnya efek samping. Anda juga dapat mengurangi
rasa mual dengan meminum obat sambil makan.
 Seiring berjalannya waktu, kadar vitamin B12 akan menurun saat Anda
menggunakan biguanida. Apabila Anda telah menggunakan obat ini selama
beberapa tahun atau lebih, bicarakan kepada dokter Anda untuk menjalani
pemeriksaan vitamin B12.
 Jika Anda memiliki gagal ginjal atau hati, kadar oksigen rendah dalam darah,
mengonsumsi alkohol, memiliki infeksi akut, atau dehidrasi, maka kemungkinan
Anda akan mengalami asidosis laktat. Bila Anda menggunakan biguanida saat
menjalani operasi atau pemeriksaan sinar-X yang menggunakan pewarna, Anda
juga bisa terkena asidosis laktat. Pastikan dokter tahu bahwa Anda sedang
menggunakan obat ini, bila perlu jalani pemeriksaan yang melibatkan penggunaan
pewarna atau operasi. Kemungkinan Anda harus menghentikan penggunaan
biguanida untuk sementara waktu.
 Apabila menstruasi berakhir sebelum mulai menggunakan biguanida, Anda bisa
menstruasi lagi dan bisa hamil.
3. Golongan Alfa Glukosa Inhibitor
Alfa-glukosidase merupakan salah satu enzim yang memecah karbohidrat menjadi
partikel gula lebih kecil yang disebut glukosa, dan kemudian akan diserap oleh organ
dan digunakan sebagai energi. Inhibitor Alfa-glukosidase (AGI) kadang dikenal
sebagai penghambat pati yang merupakan obat anti-diabetes untuk mengurangi kadar
gula darah setelah makan.
Tidak seperti kebanyakan jenis obat diabetes lainnya, alfa-glukosidase tidak
memberikan efek langsung pada sekresi atau sensitivitas insulin. Sebaliknya, obat ini
memperlambat pemecahan karbohidrat yang terdapat dalam makanan bertepung.
Inhibitor alfa-glukosidase tergolong ke dalam acarbose dan miglitol

Mekanisme Kerja
Inhibitor alfa-glukosidase bekerja secara kompetitif dan reversibel dalam menghambat
alfa-glukosidase, enzim usus. Ini akan memperlambat pencernaan karbohidrat serta
menunda penyerapan glukosa yang juga memperlambat mengurangi peningkatan
dalam kadar glukosa darah setelah makan secara efektif sepanjang hari. Penelitian
menunjukkan bahwa inhibitor alfa-glukosidase dapat mengurangi hemoglobin A1C
sebesar 0,5% ke 0,8%, yakni sebuah tes untuk mengetahui serta mengontrol kadar
glukosa darah.
Cara Penggunaan
Obat ini diminum pada suapan pertama makanan. Biasanya diminum sebanyak 3 kali
sehari. Obat ini tidak membuat pankreas memproduksi lebih banyak insulin dan tidak
akan menyebabkan gula darah rendah (hipoglikemia), kecuali bila Anda meminum
inhibitor alfa-glukosidase bersama obat diabetes lainnya atau dengan insulin.

Efek Samping
Segera hubungi 112 atau layanan darurat lainnya jika Anda mengalami:
1. Kesulitan bernafas
2. Pembengkakan pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan
Hubungi dokter jika Anda mengalami:
1. Gatal-gatal
2. Mata menguning
3. Kulit menjadi kuning
Efek samping umum akibat penggunaan obat ini antara lain:
1. Kentut
2. Merasa kembung
3. Sakit perut
4. Diare

Perhatian
Obat ini tidak menyebabkan gula darah rendah atau berat badan bertambah. Akan
tetapi, apabila Anda tidak makan atau berolahraga, minum alkohol, atau menggunakan
obat lain yang menyebabkan gula darah rendah, mungkin saja Anda akan mengalami
gula darah rendah. Ketika menggunakan obat ini, gula darah rendah dapat diobati
dengan memakan makanan yang mengandung gula yang cepat dicerna, kecuali gula
meja atau minuman soda, karena gula tersebut tidak akan berhasil.
Jika Anda banyak mengeluarkan kentut ketika menggunakan obat ini, sebaiknya Anda
mengurangi dosis obat dan menambahkannya sedikit demi sedikit. Diet rendah
karbohidrat juga bisa membantu. Anda tidak bisa menggunakan obat ini, jika Anda
memiliki masalah dengan sistem pencernaan.
4. Golongan DPP4 Inhibitor
Golongan obat yang termasuk pada golongan inhibitor Dipeptidyl Peptidase IV
(DPP-4) dan agonis reseptor Glucagon-like peptide 1 (GLP-1) memiliki mekanisme
kerja meningkatkan sekresi insulin dan menurunkan sekresi glukagon.

Efek Samping
 Menimbulkan urtikaria dan umumnya efikasi HbA1c rendah.
 Menimbulkan efek samping pada saluran cerna itu sendiri dan rendahnya efikasi
HbA1c.
 Golongan agonis dopamin-2 akan meningkatkan sensitifitas insulin yang juga
dapat disertai terjadinya nausea dan pusing serta efikasi HbA1c rendah.
 Ada pula yang mempunyai mekanisme kerja dalam menurunkan sekresi glukagon
serta memperlambat pengosongan lambung yaitu pada obat golongan amylin
mimetics yang memiliki kerugian akan terjadinya hipoglikemi serta pemakaian
yang susah karena harus diinjeksikan.
 Golongan obat yang terakhir adalah insulin yang dapat meningkatkan pembuangan
glukosa dan menurunkan produksi glukosa hati. Namun pemakaian insulin harus
dilakukan secara injeksi sehingga membutuhkan ketrampilan khusus dalam
memakainya serta dapat menimbulkan hipoglikemia (Inzucchi et al., 2012).

Perkembangan
Perkembangan pengobatan DM pada akhir-akhir ini lebih banyak fokus pada
obat-obat inkretin. Salah satunya adalah obat oral golongan inhibitor dipeptidyl
peptidase IV (DPP-4). DPP-4 merupakan sebuah enzim yang secara alami ada di dalam
tubuh yang akan menurunkan aktivitas 2 jenis hormon inkretin utama di dalam tubuh
yaitu glucagon-like peptide-1 (GLP-1) dan glucose-dependent insulinotropic
polypeptide (GIP). Hormon inkretin utama ini bersifat insulinotropik kuat dan
sekresinya akan meningkat dengan pemberian glukosa secara oral. Apabila kedua
hormon ini dihambat maka aktivitasnya dalam merangsang eksresi insulin juga akan
terhambat. Oleh karena hal tersebut, maka peningkatan aktivitas GLP-1 dan GIP saat
ini telah menjadi target terapi pada penderita DM tipe 2 (Monika etal., 2009).
Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan enzim DPP-4 yang akan
direaksikan dengan kombinasim ekstrak air salam sambiloto dengan perbandingan
yang telah dilakukan pada 5 penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan alat
microplate reader dalam mengamati aktivitas enzimatis yang terjadi. Prinsip dari
pengamatan pada penelitian ini adalah secara spektrofotometrik di mana produk yang
dihasilkan oleh reaksi antara enzim dengan substrat akan diamati serapannya pada
panjang gelombang 405 nm.

Contoh Obat
Obat-obat golongan inhibitor DPP-4 yang telah beredar dimasyarakat dan telah
mendapat persetujuan dari badan kesehatan dunia (FDA) adalah sitagliptin dan
vildagliptin. Inhibitor DPP-4 bekerja antara lain dengan mengambat aktivitas DPP-4,
meningkatkan kadar GLP-1 dan GIP sehingga sekresi insulin juga meningkat.
Sitagliptin telah beredar dipasaran dengan merk dagang Januvia serta merk Galvus yang
berisi vildagliptin juga telah diluncurkan ke pasar setelah Januvia (Istyastono,2008).

5. Golongan Kombinasi
1) Akarbosa, merupakan penghambat alpha-glukosidase intestinal, yang
memperlambat absorbsi karbohidrat dan sukrosa. Akarbosa mempunyai efek kecil
tapi bermakna dalam menurunkan glukosa darah dan dapat digunakan tunggal atau
sebagai penunjang terapi jika metformin atau sulfonilurea tidak memadai.
Hiperglikemia postprandial pada diabetes tipe 1 (tergantung insulin) dapat
dikurangi dengan akarbosa, tetapi sekarang jarang digunakan. Terjadinya flatulensi
menghalangi penggunaan akarbosa walaupun efek samping ini cenderung menurun
dengan waktu.
2) Nateglinid dan repaglinid menstimulasi pelepasan insulin. Kedua obat ini
mempunyai mula kerja cepat dan kerja singkat, dan diminum dekat sebelum tiap
kali makan. Repaglinid diberikan sebagai monoterapi pada pasien yang tidak
kelebihan berat badan atau pada pasien yang kontraindikasi atau tidak tahan dengan
metformin, atau dapat diberikan kombinasi dengan metformin. Nateglinid hanya
disetujui digunakan bersama metformin.
3) Tiazolidindion dan pioglitazon, menurunkan resistensi insulin perifer,
menyebabkan penurunan kadar glukosa darah. Obat ini juga digunakan tunggal
atau kombinasi dengan metformin atau dengan sulfonilurea (jika metformin tidak
sesuai), kombinasi tiazolindindion dan metformin lebih baik dari kombinasi
tiazolidindion dan sulfonilurea terutama pada pasien dengan berat badan berlebih.
Respon yang tidak memadai terhadap kombinasi metformin dan sulfonilurea
menunjukkan kegagalan pelepasan insulin, pemberian pioglitazon tidak begitu
penting pada keadaan ini dan pengobatan dengan insulin tidak boleh ditunda.
Kontrol glukosa darah dapat memburuk sementara jika tiazolindindion diberikan
sebagai pengganti obat antidiabetik oral yang sebelumnya digunakan dalam bentuk
kombinasi dengan antidiabetik lain. Keuntungan penggunaan jangka panjang
tiazolidindion belum diketahui.

6. Golongan Thiazolidinediones
Pioglitazone adalah obat yang digunakan untuk menangani penyakit diabetes
tipe 2. Diabetes tipe 2 merupakan kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan
insulin secara efektif, sehingga kadar gula di dalam darah meningkat dan tidak
terkontrol. Obat ini diperlukan jika metode penanganan awal, seperti olahraga dan
memperbaiki pola makan yang sehat, tidak dapat menormalkan gula darah.
Pioglitazone bisa dikombinasikan bersama obat antidiabetes lain, misalnya metformin
atau obat sulfonilurea, seperti glimepirid.

Mekanisme Kerja
Pioglitazone bekerja dengan cara meningkatkan sensitivitas sel tubuh untuk
menggunakan insulin secara efektif, sehingga menurunkan kadar gula darah. Obat ini
tidak efektif untuk digunakan dalam pengobatan penyakit diabetes tipe 1.

Dosis Pioglitazone
Pioglitazone umumnya dikombinasikan bersama metformin atau sulfonilurea, yang
diberikan dalam ukuran dosis yang berbeda, tergantung kepada kondisi penyakit dan
respons tubuh pasien terhadap obat.
Untuk menangani diabetes tipe 2, dosis pioglitazone yang umumnya diberikan adalah
sebanyak 15-30 miligram, sekali sehari. Dosis bisa dinaikkan jika dibutuhkan. Dosis
maksimal adalah 45 miligram per hari.

Efek Samping
 Nyeri dada
 Sesak napas
 Kelelahan
 Gangguan pada gigi
 Berat badan bertambah
 Napas berbunyi atau mengi
 Pelebaran pembuluh darah leher
 Gangguan irama jantung
 Jumlah urine yang dikeluarkan sedikit
 Bengkak pada wajah, jari tangan, jari kaki, atau betis hingga telapak kaki.

7. Gol SGLT2-Inhibitor
Obat golongan ini bekerja menghambat enzim natrium glukosa transporter
(SGLT), sehingga akan menghambat pengeluaran kembali gula di ginjal. Dengan
demikian, gula akan dikeluarkan melalui urin dan kadar gula dalam darah dapat
diperoleh. Contoh obat golongan ini adalah Depaglifozin.
Hal yang harus diperhatikan jika seseorang menggunakan obat ini adalah
kebersihan daerah genital, terutama setelah buang air kecil. Karena urin mengandung
gula, maka jika kebersihan tidak dijaga dapat menyebabkan penyakit infeksi saluran
urin.

Obat Depagliflozin
Indikasi
Membantu mengontrol gula darah dalam tubuh pasien dengan diabetes tipe 2. Obat ini
tidak diperuntukkan bagi mereka dengan diabetes 1 ataupun yang memiliki diabetes
ketoasidosis.

Mekanisme Kerja
Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan kemampuan ginjal dalam mengurangi
penyerapan kembali glukosa. Dengan menurunkan tingkat reabsorpsi glukosa, glukosa
akan dikeluarkan melalui urin sehingga gula yang beredar dalam darah akan berkurang.

Aturan Pakai
Obat ini dapat diminum bersamaan dengan jadwal makan ataupun sesuai dengan
anjuran yang diberikan oleh dokter. Obat ini biasanya dikonsumsi satu kali dalam sehari
pada pagi hari. Dokter biasanya akan memberikan dosis rendah terlebih dulu pada awal
pengobatan dan meningkatkannya jika diperlukan.
Jangan mengurangi atau menambahkan sendiri dosis melebihi yang telah diresepkan
oleh dokter. Dosis diberikan dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan dan respons
tubuh Anda terhadap pengobatan.

Dosis pada usia dewasa


Dosis awal: 5 mg/hari. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 10 mg bagi pasien yang
membutuhkan kontrol glikemik tambahan. Dosis harian maksimal yang dianjurkan: 10
mg.

Efek Samping
 Sering buang air kecil, termasuk saat malam hari
 Rasa haus yang berlebihan
 Terkadang dapat menyebabkan rasa sakit saat buang air kecil atau kencing
berdarah yang menjadi pertanda infeksi saluran kemih. Namun gejala tersebut
juga dapat menjadi pertanda suatu kondisi langka, yaitu kanker saluran kemih.
 Infeksi jamur pada area genital. Mereka yang pernah menderita infeksi jamur
sebelumnya di area yang sama, memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan
mereka yang tidak pernah terinfeksi. Pria yang belum dikhitan juga lebih
berisiko untuk terkena infeksi. Tanda-tandanya antara lain rasa panas terbakar,
gatal, bau tidak sedap (pada vagina) atau kemerahan, gatal, pembengkakkan
(pada penis).
 Kehilangan banyak cairan tubuh yang akan berujung pada masalah ginjal.
Pastikan tubuh Anda mendapatkan asupan cairan yang cukup untuk mencegah
terjadinya dehidrasi. Beri tahu dokter Anda jika mengalami kondisi sebagai
berikut.
 Mual dan muntah
 Diare
 Berkeringat secara berlebihan
 Mulut kering
 Degup jantung cepat
 Pusing bahkan pingsan
 Reaksi alergi diketahui jarang terjadi akibat penggunaan obat ini. Namun,
hentikan pengobatan dan segera hubungi dokter jika muncul gejala seperti gatal,
ruam, bengkak pada area wajah, lidah, dan mata, sulit bernapas, dan bengkak
pada tenggorokan.

Peringatan
 Beri tahu dokter Anda jika Anda memiliki riwayat alergi obat Dapagliflozin,
atau obat-obatan lain. Beri tahu pula jika Anda memiliki alergi tertentu, seperti
alergi pada makanan tertentu.
 Beri tahu dokter atau apoteker Anda mengenai obat-obatan yang Anda konsumsi
atau akan Anda konsumsi. Pastikan untuk menyebutkan beberapa jenis berikut:
angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor, seperti benazepril, captopril,
enalapril, fosinopril, lisinopril, moexipril, perindopril, ramipril, and
trandolapril; angiotensin receptor blockers (ARB) seperti azilsartan,
candesartan, eprosartan, irbesartan, losartan, aspirin and obat NSAID lainnya
seperti ibuprofen; obat-obatan diabetes, seperti glimepiride, glipizide
(Glucotrol), glyburide (DiaBeta, Glynase), repaglinide, dan tolbutamide;
diuretik dan insulin
 Beri tahu dokter Anda jika Anda tengah melakukan cuci darah atau memiliki
masalah dengan penyakit ginjal
 Beri tahu dokter Anda jika Anda hamil, berencana hamil, atau menyusui.
Penggunaan obat ini pada ibu hamil hanya diberikan apabila benar-benar
dibutuhkan
 Jika Anda berencana melakukan operasi, termasuk operasi gigi, beri tahu dokter
gigi Anda tentang penggunaan Dapagliflozin
Interaksi
Interaksi obat dapat mengubah kinerja obat Anda atau meningkatkan risiko efek
samping yang serius. Simpan daftar semua produk yang Anda gunakan (termasuk
obat-obatan resep/nonresep dan produk herbal) dan konsultasikan pada dokter atau
apoteker. Jangan memulai, memberhentikan, atau mengganti dosis obat apa pun
tanpa persetujuan dokter.
Menggunakan obat ini dengan salah satu obat-obatan biasanya tidak dianjurkan, tapi
mungkin diperlukan dalam beberapa kasus. Jika kedua obat diresepkan bersamaan,
dokter Anda dapat mengubah dosis atau mengatur seberapa sering Anda dapat
menggunakan salah satu atau kedua obat.
Risiko dehidrasi dan hipertensi akan meningkat jika obat ini digunakan bersamaan
dengan diuretik. Efek hipoglikemia juga dapat meningkat jika digunakan bersamaan
dengan insulin dan golongan sulfonilurea.
8. Golongan GLP 1 Analog
Agonis reseptor peptida-1 seperti glukagon, juga dikenal sebagai agonis
reseptor GLP-1. Kelas obat ini digunakan untuk pengobatan diabetes tipe 2. Salah satu
kelebihannya dibandingkan dengan sekretagog insulin yang lebih tua, seperti
sulfonilurea atau meglitinisa, bahwa mereka memiliki risiko lebih rendah untuk
menyebabkan hipoglikemia.
Ada beberapa perselisihan mengenai profil keamanan obat-obatan ini karena
efek proliferatif di pankreas. Diabetes dikaitkan dengan pankreatitis akut atau kanker
pankreas. Sementara beberapa penelitian baru-baru ini tidak menemukan bahwa
obat-obatan ini dapat menyebabkan pankreatitis atau kanker, sebuah penelitian di
tahun 2017 menemukan bahwa resep baru-baru inidari increatin dikaitkan dengan
peningkatan risiko kanker pankreas dibandingkan obat anti diabetes non-insulin
(NIADs)
Mekanisme agen ini bekerja dengan mengaktifkan GLP-1R, daripada
menghambat pemecahan GLP-1 seperti halnya penghambat DPP-4, dan umunya
dianggap lebih kuat.

Anda mungkin juga menyukai