Dosen Pembimbing:
Rini Ambarwati,S.Kep.Ns.Msi
Disusun Oleh:
Kelompok 10
1. Hikmatus Saniyah A. (p27820118051)
2. Achmad Ristio (P27820118058)
3. Intan Lu’lu’ul Fu’adah (P27820118059)
III REGULER B
I. Konsep Keluarga
A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah yang terdiri dari atas individu yang bergabung
bersama oleh ikatan penikahan, darah, atau adopsi dan tinggal didalam satu
rumah tangga yang sama (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Wall,
(1986) dalam Yolanda (2017), keluarga adalah sebuah kelompok yang
mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu atau lebih yang memiliki
hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum
atau dapat juga tidak, namun berfungsi sebagai sedemikian rupa sehingga
mereka menganggap dirinya sebagai keluarga.
UU No. 10 Tahun 1992, mengemukakan keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau suami istri, atau
ayah dan anak-anaknya, atau ibu dan anak-anaknya.Lain halnya menurut
BKKBN (1999) dalam Yolanda (2017), keluarga adalah dua orang atau
lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa
kepada tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota
keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. (Yolanda, 2017)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu
sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun
adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling
ketergantungan.
B. Fungsi Keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010) dalam Yolanda 2017:
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan
maupun untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendir, sehingga fungsi
afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting.Peran
utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini
berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap
kebutuhan sosioemosional semua anggota keluarganya.
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak
pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :
a) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
b) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
c) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.
D. Tugas Keluarga
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman
(1998) dalam Dion & Betan (2013) adalalah sebagai berikut:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan
perubahan yang dialami anggota keluarga.Perubahan sekecil apapun
yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian
keluarga dan orang tua.Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal
fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan
gejala, factor penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga
terhadap masalah.
2. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji
keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam
membuat keputusan.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Ketika
memberiakn perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga
harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan
perawatannya).
b) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
c) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
d) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik,
psikososial).
e) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
4. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah
yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
b) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
c) Pentingnya hiegine sanitasi.
d) Upaya pencegahan penyakit.
e) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
f) Kekompakan antar anggota kelompok.
5. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga
harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a) Keberadaan fasilitas keluarga.
b) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
c) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
d) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh kelaurga
7. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalah
kesehatan yang dialami oleh angota keluarga. Masalah kesehatan yang
muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya
yang dipraktikkan keluarga. Peran perawat keluarga dalam asuhan
keperawatan berpusat pada keluarga sebagai unit fungsional terkecil
dan bertujuan memenuhi kebutuhan dasar manusia pada tingkat
keluarga sehingga tercapai kesehatan yang optimal untuk setiap anggota
keluarga.Melalui asuhan keperawatan keluarga, fungsi keluarga
menjadi optimal, setiap individu didalam keluarga tersebut memiliki
karakter yang kuat, tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya
negative sehingga memiliki kemampuan berpikir yang cerdas.
II. Konsep ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
A. Definisi
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran
pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik
atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang
parenkim paru. ISPA adalah masuknya mikroorganisme (Bakteri, virus, dan
riketsia) ke dalam saluran pernapasan yang menimbulkan gejala penyakit
yang dapat berlangsung sampai 14 hari (Wijayaningsih, 2013). ISPA
merupakan salah satu penyakit menular yang dapat ditularkan melalui udara.
Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit
ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala berupa
tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau batuk berdahak
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013)
Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran
pernapasan, dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: infeksi adalah
masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran
pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta
organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Dengan demikian ISPA secara otomatis mencakup saluran pernapasan
bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru)
dan organ adneksa saluran pernapasan. Sesuai dengan batasan ini maka
jaringan paru-paru termasuk saluran pernapasan. Infeksi akut adalah infeksi
yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan
proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan
dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. (Depkes, 2010).
B. Etiologi
1. Bakteri : Streptococcus pneumonia adalah anggota dari genus
streptococcus yang gram positif menyebabkan gejala utama pneumonia
(Peradangan pada dinding alveolus, pneumococcus merupakan bakteri
yang sering kali mengancam anak-anak penyebarannya melalui
percikan air liur (Manurung, 2016 hal 25)
2. Virus : Coronavirus merupakan mikroorganisme yang dapat
menyebabkan penyakit ISPA dan penyebarannya bisa dialihkan lewat
udara pada penderita batuk ataupun bersin. Influenza merupakan virus
yang amat menular menyebabkan timbulnya flu penyebarannya lewat
udara dengan batuk dan bersih, adenovirus (Sekelompok virus yang
menginfeksi selaput dari saluran pernafasan) (Wijayaningsih, 2013 hal
2)
3. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah
2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna.
Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko
serangan ISPA.
4. Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian
ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi
kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan (Wijayaningsih, 2013)
C. Klasifikasi
Penyakit ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian
atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk paru-paru) dan organ
aksesoris saluran pernapasan. Berdasarkan batasan tersebut jaringan paru
termasuk dalam saluran pernapasan (Respiratory tract). Program
pemberantasan penyakit (P2) ISPA dalam 2 golongan yaitu :
1. ISPA Non-Pneumonia
Merupakan penyakit yang banyak dikenal masyarakat dengan istilah
batuk dan pilek (Common cold))
2. ISPA Pneumonia
Pengertian pneumonia sendiri merupakan proses infeksi akut yang
menguasai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh
invasi kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinik batuk, disertai
adanya nafas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah.
Berdasarkan kelompok umur program-program pemberantasan ISPA
(P2 ISPA) mengklasifikan ISPA sebagai berikut : (Cahyaningrum, 2012)
1. Kelompok umur kurang dari 2 bulan, di klasifikasikan atas :
a. Pneumonia berat
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya penarikan yang kuat
pada dinding dada bagian bawah ke dalam dan adanya nafas cepat,
frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia (Batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan yang kuat dinding dada bagian
bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat, frekuensi kurang dari 60
menit.
2. Kelompok umur 2 bulan <5 tahun di klasifikasikan atas :
a. Pneumonia berat
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya tarikan dinding dada
dan bagian bawah ke dalam.
b. Pneumonia
Tidak ada tarikan dada bagian bawah ke dalam, adanya nafas cepat,
frekuensi nafas 50 kali atau lebih pada umur 2 - <12 bulan dan 40
kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan - <5 tahun
c. Bukan pneumonia
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, tidak ada
nafas cepat , frekuensi kurang dari 40 permenit 12 bulan - <5 tahun.
D. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran pernafasan
bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu
tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka
virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan
(Colman, 1992). Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan
timbulnya batuk kering.
Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan
kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding
saluran pernafasan., sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang
melebihi normal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan
gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol
adalah batuk (Colman, 1992). Adanya infeksi virus merupakan predisposisi
terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi
kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan
mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri
sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran
pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza
dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi
sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan
dapat menyumbat saluran pernafasan sehingga timbul sesak nafas dan juga
menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini
dipermudahdengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.
Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan
infeksi virus pada saluran pernafasan dapat menimbulkan gangguan gizi
akut pada bayi dan anak. Virusyang menyerang saluran pernafasan atas
dapat menyebar ke tempat-tempat yang laindalam tubuh, sehingga dapat
menyebabkan kejang, demam, dan juga menyebar ke saluran pernafasan
bawah.
Dampak infeksi sekunder bakteri pun menyerang saluran pernafasan
bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam
saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi
paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Colman, 1992).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek
imunologis saluran pernafasan terutama dalam hal bahwa sistem imun di
saluran pernafasan yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama
dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran
pernafasan yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar,
merupakan ciri khas sistem imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah
bahwa imunoglobulin A (IgA) memegang peranan pada saluran pernafasan
atas sedangkan imunoglobulin G (IgG) pada saluran pernafasan bawah.
Diketahui pula bahwa sekretori IgA sangat berperan dalam mempertahankan
integritas mukosa saluran pernafasan (Colman, 1992). Dari uraiain diatas,
perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :
1. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum
menunjukkan reaksi apapun
2. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bia keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya memang sudah rendah
3. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul
gejala demam dan batuk
4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi 4 yaitu dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat
pneumonia
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
1. Gejala dari ISPA ringan :
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan
satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Batuk : merupakan gambaran umum dari penyakit pernapasan.
Dapat menjadi bukti hanya selama fase akut. (Wijayaningsih, 2013,
hal. 4)
b) Serak, yaitu anak bersuara purau pada waktu mengeluarkan suara
c) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
d) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 C
2. Gejala dari ISPA sedang :
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika ditemukan
satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Pernapasan cepat (Fast Breathing) sesuai umur yaitu : untuk
kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas kali per menit
atau lebih untuk umur 2 - <12 bulan dan 40 kali per menit atau
lebih pada umur 12 bulan - <5 tahun.
b) Demam : sering tampak sebagai tanda infeksi pertama. Paling
sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai
39,5-40,5ºC bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan
peka rangsang atau terkadang euforia (perasaan senang berlebihan)
dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan cepat
kecepatan yang tidak biasa.(Wijayaningsih, 2013, hal. 3)
c) Sakit tenggorokan : merupakan keluhan yang sering terjadi pada
anak yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk
minum dan makan per oral. (Wijayaningsih, 2013, hal. 4)
d) Timbul bercak-bercak merah pada kuit menyerupai bercak campak
e) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (Mendengkur)
3. Gejala dari ISPA berat :
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ditemukan
satu atau ebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Bibir atau kulit membiru
b) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
c) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
d) Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernapas
e) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
f) Tenggorokan berwarna merah
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi :
1. Pemeriksaan kultur / biakan kuman (Swab) : Hasil yang didapatkan
adalah biakan kuman (+) sesuai dnegan jenis kuman. Dapat dilakukan
bila didapat eksudat di orofaring atau plica vocalis. Dapat dilakukan
untuk mengetahui penyebab penyakit, misalnya bakteri Streptococcus
grup A
2. Pemeriksaan hitung darah (Deferential count) : Laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adanya thrombositopenia dan,
3. Pemeriksaan foto thorax jika diperlukan,
4. Foto rontgen leher AP : Mencari gambaran pembengkakan jaringan
subglotis (Steeple sign)
H. Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh
sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya.Komplikasi yang dapat
terjadi adalah sinusitis paranasal, penutupan tuba eusthacii dan penyebaran
infeksi.
1. Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi
dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum tampak
lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya
didaerah sinus frontalis dan maksilaris. Diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi pada anak besar.
Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise,
cepat lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang
disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus
menerus disertai secret purulen dapat unilateral ataupun bilateral.Bila
didapatkan pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang
menetap tanpa sebab yang jelas perlu yang dipikirkan terjadinya
komplikasi sinusitis.Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan
memberikan antibiotik.
2. Penutupan tuba eusthachi
Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat
menembus langsung kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis
media akut (OMA).Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai
suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang
demam.
Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau
memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui
dengan menekan telinganya dan biasanya bayi akan menangis keras).
Kadang-kadang hanya ditemui gejala demam, gelisah, juga disertai
muntah atau diare. Karena bayi yang menderita batuk pilek sering
menderita infeksi pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya
OMA dan sering menyebabkan kejang demam, maka bayi perlu
dikonsul kebagian THT. Biasanya bayi dilakukan parsentesis jika
setelah 48-72 jam diberikan antibiotika keadaan tidak membaik.
Parasentesis (penusukan selaput telinga) dimaksudkan mencegah
membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis media perforata
(OMP).
Faktor-faktor OMP yang sering dijumpai pada bayi dan anak adalah :
a) Tuba eustachii pendek, lebar dan lurus hingga merintangi
penyaluran sekret.
b) Posisi bayi anak yang selalu terlentang selalu memudahkan
perembesan infeksi juga merintangi penyaluran sekret.
c) Hipertrofi kelenjar limfoid nasofaring akibat infeksi telinga tengah
walau jarang dapat berlanjut menjadi mastoiditis atau ke syaraf
pusat (meningitis).
3. Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti
laryngitis, trakeitis, bronkiis dan bronkopneumonia.Selain itu dapat pula
terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta.
I. Penatalaksanaan
Meliputi langkah-langkah atau tindakan sebagai berikut:
1. Upaya pencegahan :
a. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik diantaranya
dengan cara memberikan makanan kepada anannk yang mengandung
cukup gizi
b. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya taha
tubuh terhadap penyakit baik
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih
d. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA.
2. Perawatan :
a. Meningkatkan istirahat minimal 8 jam perhari,
b. Meningkatkan makanan bergisi,
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum air putih.,
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersikan lubang hidung dengan
sapu tangan bersih,
e. Bilaa badan demam,
f. gunakan pakaian yang cukup tipis dan tidak terlalu ketat.Bila
terserang pada anak atau bayi berikan makanan bergisi dan ASI bila
anak masih menete.
3. Pengobatan :
a. Pneumonia berat: dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotic
parenteral, oksigen dan sebagainya
b. Pneumonia: diberi obat antibiotic kotrimoksasol peroral. Bila
penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan
pemberian kontrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai
obat antibiotic pengganti yaitu ampisilin, amoksilin atau penisilin
prokain.
c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotic. Diberikan
perawatn di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk
tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang
merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan antihistamin bila
deman diberikan obat
d. Penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk
pilek bila ada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah
disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai
radang tenggorokan oleh kuman streptococcus dan harus diberi
antibiotic( penisilin) selama 10 hari
DAFTAR PUSTAKA
Keterangan :
Tn.S adalah anak 1 dari 3 bersaudara yang terdiri dari 3 laki-laki. Ny.O
adalah anak 2 dari 5 bersaudara yang terdiri dari 1 laki-laki, 4 perempuan.
Kakak 1 dan 3 dari Ny.O telah meninggal akibat penyakit jantung. Tn.S
mempunyai istri bernama Ny.O dan dikaruniai 3 orang anak yang terdiri dari
3 perempuan. Anak pertama Tn.S sudah menikah dan tidak tinggal serumah
lagi dengan Tn.S
6. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn.S adalah keluarga besar yang terdiri dari suami,
istri, 2 anak dan 1 cucu.
7. Suku Bangsa
Tn. S bersuku jawa dan Ny.O bersuku sunda dan mereka tidak
mengikuti adat adat kebiasaan yang ada di wilayah kampung mereka
masing-masing.
8. Agama
Tn. S dan Ny. O rajin beribadah dan sholat 5 waktu setiap hari dan
ke tiga anaknya juga rajin mengikuti sholat 5 waktu setiap hari.
9. Status Sosial dan Ekonomi
Keluarga Tn.S memberikan kebutuhan keluarga dengan
memberikan financial untuk keperluan keluarga, dengan jumlah sebesar
kurang lebih Rp.1.500.000,00 meliputi uang jajan sekolah/les, bayar
uang les, membayar uang kontrakan, listrik dan lain-lain. Untuk
memenuhi kebutuhannya Tn.S bekerja sebagai pedagang, penghasilan
setiap bulan kurang lebih Rp.1.500.000 sampai dengan
Rp.2.000.000,00. Terkadang penghasilan Tn.S tidak mencukupi
kebutuhan sehari-hari.
10. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Tn.S tidak pernah melakukan liburan keluar rumah seperti
pergi ke mall secara bersama setiap ada kerja maupun hari sabtu dan
minggu. Menurut keluarga liburan ke luar rumah tidak terlalu penting.
Keluarga Tn.S hanya melakukan liburan dengan menonton tv dan
mengobrol dengan anggota keluarganya dalam mengisi waktu sengang.
III. Lingkungan
15. Karakteristik Rumah (termasuk denah rumah)
Keterangan : Rumah yang ditempati adalah rumah kontrakan. Jenis bangunan rumah
permanen, luas bangunan panjang kurang lebih 5 M, lebar kurang lebih 1,5 sampai
dengan 2 meter, tembok yang ada dirumahnya adalah triplek dan hanya sebagian
disemen. Rumah yang ditempati terdiri dari ruang tamu sebagai tempat tidur, ruang
dapur yang kotor dan penataan kurang, tempat kamar mandi berada diluar bareng dengan
tetangga sekitarnya. Airnya berasal dari pompa, tidak berbau, putih, kamar mandi
tampak licin, pencahyaan dikamar mandi cukup terang, pencahyaan di rumah cukup
terang juga, tempat pembuangan sampah kurang memadai.
16. Karakteristik tetangga dan komunitas
Hubungan keluarga Tn.S dan Ny.O dengan tetangga terjalin dengan
tidak baik, dikarenakan Ny.O tidak pernah mengikuti pengajian, ibu
PKK dan arisan yang diadakan setiap minggu ataupun setiap bulannya
yang dikarenakan Ny.O sibuk mengurus anak-anaknya sekolah dan
mengantarkan cucunya berangkat les. Sedangkan Tn.S selalu mengikuti
kegiatan gotong royong yang diselenggarakan sebulan 2-3 kali
dilingkungan sekitarnya
17. Mobilitas Geografis keluarga
Keluarga Tn. S sudah lama tinggal di kemayoran dan untuk tinggal
di sini Tn. S ngontrak.
18. Perkumpulan keluarga & interaksi dengan masyarakat
Tn. S hubungan dengan keluarga nya baik dan interaksi dengan
anak anaknya juga baik, lalu hubungan Tn. S dengan masyarakat
komunikasi nya juga baik dikarenakan sering mengikuti kegiatan
gotong royong. Sedangkan Ny. O jarang berinteraksi dengan
masyarakat karena jarang keluar rumah.
19. Sistem Pendukung Keluarga
Di dalam keluarga Tn. S bahwa untuk pengambilan keputusan di
lakukan secara bermusyawarah lalu bila tidak bisa dilakukan untuk
bermusyawarah memerlukan saudara terdekat.
V. Fungsi Keluarga
24. Fungsi Afektif
Semua anggota keluarga Tn.S saling menyayangi seperti
memberikan perhatian dan saling mendukung satu sama lain dan bila
ada anggota keluarga yang berhasil anggota keluarga yang lain merasa
senang dan bahagia. Apabila ada anggota keluarga yang menderita
penyakit, semua anggota keluarga saling membantu untuk merawat.
25. Fungsi sosialisasi
Anggota keluarga Tn.S sering menigikuti acara gotong royong
dengan masyarakat meskipun begitu keluarga Tn.S tetap sedangkan
Ny.O jarang berinteraksi dengan masyarakat.
26. Fungsi reproduksi
Ny.O sejak masih usia dalam produktif (42 Tahun) telah menjadi
ikatan aseptor alat KB sejak 3 tahun yang lalu dengan menggunakan
alat kontrasepsi alat Implan sejak 1 tahun yang lalu dilanjutkan dengan
alat IUD selama 2 tahun.
27. Fungsi perawatan kesehatan
1) Kebiasaan keluarga Tn.S jika ada anggota keluarga yang sakit beli
obat sendiri. Tetapi jika menurutnya belum ada perubahan baru
dibawa ke dokter atau ke klinik maupun puskesmas terdekat.
2) Kelurga Tn.S dalam pengadaan makanan sehari – hari dengan cara
memasak sendiri. Komposisi jenis makanan sehari – hari selalu ada
makanan pokok, lauk-pauk (protein hewani dan nabati), sayuran
sedangkan untuk buah dan susu ketersediannya kadang – kadang.
3) Cara menyajikan makanan dalam kelurga Tn.S kadang-kadang
tertutup. Keluarga Tn.S tidak memiliki pantangan makanan apapun.
Kebiasaan keluarga dalam mengelola air minum menggunakan air
minum isi ulang atau terkadang juga dimasak, sedangkan
mengelola makanan biasanya dipotong dulu baru dicuci. Kebiasaan
makan keluarga Tn.S adalah sendiri – sendiri sesuai dengan
keinginan.
4) Pemeliharaan kebutuhan kebersihan diri.Kebiasaan anggota
keluarga Tn.S dalam pemenuhan kebersihan diri yaitu mandi 3x/hr,
sikat gigi 2x/hr, serta cuci rambut 2x/hr. Semua anggota keluarga
Tn.S menggunakan bahan – bahan dalam pemenuhan kebutuhan
kebersihan diri dengan sabun, shampoo, pasta gigi, dan lain-lain.
28. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn.S memberikan kebutuhan keluarga dengan
memberikan financial untuk keperluan keluarga, dengan jumlah sebesar
kurang lebih Rp.1.500.000,00 meliputi uang jajan sekolah/les, bayar
uang les, membayar uang kontrakan, listrik dan lain-lain. Untuk
memenuhi kebutuhannya Tn.S bekerja sebagai pedagang, penghasilan
setiap bulan kurang lebih Rp.1.500.000 sampai dengan
Rp.2.000.000,00. Terkadang penghasilan Tn.S tidak mencukupi
kebutuhan sehari-hari.
VII.Harapan Keluarga
Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar meningkatkan mutu
pelayanan dan membantu masalah Kesehatan Tn. S
ANALISIS DATA
No Kelompok Data Etiologi Masalah
1 DS : Ketidakmampuan Bersihan jalan nafas
1) Ny.O nengatakan bahwa ISPA keluarga merawat tidak efektif
adalah penyakit batuk-batuk, anggota keluarga
pilek, demam dan sesak napas dengan masalah
2) Ny.O mengetahui apa penyebab ISPA.
dari penyakitnya yaitu bakteri
dan cuaca
3) Ny.O mengatakan tanda dan
gejala yang dirasakan oleh An.A
meliputi batuk-batuk selama 14
hari, pilek, demam, sesak napas.
4) Ny.O mengatakan An.A pernah
memeriksakan kesehatannya
kepuskesmas tetapi tidak ada
perubahan kesehatan pada An.A.
Namun kesehatan An.A belum
kunjung sembuh, akhirnya Ny.O
membawa lagi ke puskesmas
terdekat.
5) Keluarga Tn. S mengatakan bila
An.A merasa batuk-batuk, pilek,
demam, An.A beristirahat dan
terkadang minum obat dari
warung untuk menghilangkan
batuk-batuk, pilek, demam dan
jika rasa sakitnya belum sembuh
juga keluarga Tn.S langsung
pergi ke puskesmas untuk
memeriksa kesehatannya diantar
dengan keluarganya.
6) Ny.O mengatakan Kondisi
rumah berantakan, udara
lembab, kotor, jendela rumah
hanya dibuka setiap pagi hari
saja.
7) Keluarga mengatakan jika ada
anggota keluarga yang sedang
sakit, keluarga segera membawa
ke klinik / puskesmas terdekat
DO :
1) Kesadaran: Composmetis
2) TTV : N : 95 x/mnt
3) RR : 18 x/mnt
4) S : 37,7C
5) Terdengar suara ronchi
diintercota 2
6) Kliendihidung tampak
adanya cairan putih
7) Dada klien tampak tidak
simetris.
2 DS : Ketidakmampuan Resiko infeksi
1. Ny.O mengatakan An.A masih keluarga merawat menular pada
batuk-batuk sudah kurang lebih 2 anggota keluarga keluarga Tn. S
minggu, pilek, demam. yang sakit khusunya An. A
2. Ny.O mengatakan An.A kalau
malam hari suka terbangun karena
batuknya
3. Ny.O mengatakan An.A bila batuk
tenggorokannya suka sakit karena
sering batuk.
DO :
1. Kesadaran : Composmetis
2. TTV : N : 95 x/mnt
3. RR : 18 x/mnt
4. S : 37,7 0C
5. Terdengar suara ronchi di IC 2
6. Klien terlihat batuk-batuk.
7. Dihidung tampak adanya cairan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Berdasarkan hasil analisa data semaka diagnosa keperawatan yang
dimunculkan pada kasus keluarga dengan Ispa adalah :
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif pada keluarga Tn. S khususnya An. A
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan masalah ISPA
b) Resiko infeksi menular pada keluarga Tn.S khusunya An.A
berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga
2) Skoring Masalah Keperawatan
Dalam menentukan prioritas diagnosa keperawatan keluarga
menggunakan teknik skoring keperawatan berdasarkan masalah yang telah
disusun dalam analisa data. Skoring keperawatan, sebagaimana dijelaskan
pada tabel-tabel dibawah ini :
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif pada keluarga Tn. T khususnya An. M
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan masalah ISPA
No Kritetia Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah : 1 3/3 x 1 = 1 Masalah ini bersifat aktual karena Ny.O
Tidak/kurang sehat : 3 mengatakan An.R masih batuk-batuk,
Ancaman kesehatan : 2 pilek, demam, mual dan muntah, tidak
Keadaan sejahtera : 1 nafsu makan. Jika tidak ditangani segera
dapat mengakibatkan penyakit
komplikasi
2 Kemungkinan masalah 2 2/2 x 2 = 2 Kemungkinan masalah dapat diubah
dapat diubah : dengan mudah, keluarga sudah
Mudah : 2 mengetahui beberapa mengenai penyakit
Sebagian : 1 An.A, sehingga saat batuk dan pilek
Tidak dapat : 0 keluarga langsung membawa ke
puskesmas terdekat
3 Potensial masalah dapat 1 2/3 x 1= 1 Potensial masalah untuk dicegah cukup
dicegah : karena Ny.O mengatakan An.A sehabis
Tinggi : 3 aktivitas yang berlebih dan batuk-batuk,
Cukup : 2 pilek, demam terjadi, An.A langsung
Rendah : 1 beristirahat dan meminum obat dari
puskemas
4 Menonjolnya masalah 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan apabila ada anggota
Skala : keluarga sudah merasakan tanda dan
Masalah berat, harus gejala penyakit tersebut. Keluarga segera
segera ditangani : 2 membawa ke klinik / puskesmas terdekat
R
e
s
p
o
n
V
e
r
b
a
l
P
si
k
o
m
o
t
o
r
2 Resiko Setelah Setelah 1. Diskusika
infeksi dilakukan dilakukan keluarga cara
menular pada tindakan pertemuan virus atau ba
keluarga Tn.S keperawata 3x45 menit dengan meng
khusunya n selam 3x diharapkan lembar balik
An.A kunjungan keluarga 2. Tanyakan
berhubungan diharapkan mampu : kepada kelua
dengan diharapkan 1. Menjelask R Keluarga masalah ISP
ketidak keluarga an mengenai e mampu 3. Beri pujian
mampuan dapat cara ISPA s menjelaskan yang dilakuk
keluarga melakukan menyebar ke p mengenai cara 4. Demostras
dalam pencegaha orang lain o penularan virus keluarga tent
merawat n infeksi n atau bakteri menggunaka
anggota V yaitu melalui yang benar
keluarga e kontak dengan 5. Berikan ke
r percikan air liur pada keluarg
b orang yang bertanya apa
a terinfeksi. ada yang bel
l Virus atau
bakteri dalam
percikan liur
2. Menjelask akan menyebar
an mengenai melalui udara,
cara masuk ke
pencegahan hidung atau
ISPA mulut orang
lain.
Keluarga
mampu
3. Mendemon menjelaskan
strasikan cara R cara mencegah
batuk yang e penularan virus
benar s atau bakteri
p ISPA yaitu
o dengan
n melakukan pola
V hidup sehat dan
e menjaga
r kebersihan.
b
a Keluarga
l mampu
mendemonstras
ikan etika batuk
yang benar
yaitu dengan
menutup mulut
menggunkan
lengan atas
R bagian dala,.
e
s
p
o
n
V
e
r
b
a
l
P
si
k
o
m
o
t
o
r
TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa
Tujuan
No Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi
Khusu
Keluarga
1. Bersihan jalan Setelah 1 September 09.00 WIB. S: Keluarga klien
nafas tidak efektif dilakukan 2020 Mengedukasi mengatakan
pada keluarga Tn. pertemuan keluarga klien sudah mengerti
S khususnya An. A 3x45 menit mengenai masalah cara perawat
berhubungan diharapkan ISPA, penyebab klien ISPA
dengan keluarga ISPA, dampak O:
ketidakmampuan mampu : yang ditimbulkan 1. Keluarga
keluarga merawat 1. Mengenal ISPA pasien dapat
anggota keluarga masalah menjelaskan
dengan masalah ISPA. 10.00 WIB. mengenai
ISPA 2. Mampu Mengedukasi ISPA,
menjelaska keluarga klien penyebab
n cara bagaimana cara ISPA, dampak
perawatan pencegahan yang
klien ISPA penularan virus ditimbulkan
3. Mendemon atau bakteri ISPA 2. Setelah
trasikan dengan melakukan keluarga klien
cara pola hidup sehat dapat
perawatan dan menjaga mempraktekan
ISPA kebersihan batuk klien
dengan berkurang
cara 11.10 WIB. 3. Klien tampak
inhalasi Mendemonstrasik lebih tenang
buatan an kepada tidak sesak
keluarga klien A: masalah
cara perawat klien keperawatan
dengan inhalasi keluarga teratasi
buatan sebagian.
P: Intervensi
dilanjutkan