Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA KLIEN AN. M DENGAN ISPA

Dosen Pembimbing:
Rini Ambarwati,S.Kep.Ns.Msi

Disusun Oleh:
Kelompok 10
1. Hikmatus Saniyah A. (p27820118051)
2. Achmad Ristio (P27820118058)
3. Intan Lu’lu’ul Fu’adah (P27820118059)

III REGULER B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO
SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2020/202I
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Keluarga
A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah yang terdiri dari atas individu yang bergabung
bersama oleh ikatan penikahan, darah, atau adopsi dan tinggal didalam satu
rumah tangga yang sama (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Wall,
(1986) dalam Yolanda (2017), keluarga adalah sebuah kelompok yang
mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu atau lebih yang memiliki
hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum
atau dapat juga tidak, namun berfungsi sebagai sedemikian rupa sehingga
mereka menganggap dirinya sebagai keluarga.
UU No. 10 Tahun 1992, mengemukakan keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau suami istri, atau
ayah dan anak-anaknya, atau ibu dan anak-anaknya.Lain halnya menurut
BKKBN (1999) dalam Yolanda (2017), keluarga adalah dua orang atau
lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa
kepada tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota
keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. (Yolanda, 2017)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu
sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun
adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling
ketergantungan.

B. Fungsi Keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010) dalam Yolanda 2017:
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan
maupun untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendir, sehingga fungsi
afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting.Peran
utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini
berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap
kebutuhan sosioemosional semua anggota keluarganya.
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak
pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :
a) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
b) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
c) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.

2. Fungsi sosialisasi dan status social


Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang
diberikan dalam keluarga yang ditunjuk untuk mendidik anak–anak
tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran social orang dewasa
seperti peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau
pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian
status kepada anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga,
walaupun tradisi saat ini tidak menunjukan pola sebagian besar orang
dewasa Amerika.
3. Fungsi reproduksi
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan
masyarakat yaitu menyediakan angagota baru untuk masyarakat. Fungsi
ini untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga
adalah meneruskan keturunan.
4. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan
makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan
perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan adalah
fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga.
5. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya
yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai
melalui proses pengambilan keputusan.

C. Tahap-tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap I ( Keluarga dengan pasangan baru )
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru
dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan
intim yang baru. Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang
memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan
jaringan kekerabatan, perencanaan keluarga
2. Tahap II (Childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai berusia
30 bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci
menjadi siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan tahap II adalah
membentuk keluarga muda sebagai suatu unit yang stabil
( menggabungkan bayi yang baru kedalam keluarga), memperbaiki
hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan dan
kebutuhan berbagai keluarga, mempertahankan hubungan pernikahan
yang memuaskan, memperluas hubungan dengan hubungan dengan
keluarga besar dengan menambah peran menjadi orang tua dan menjadi
kakek/nenek
3. Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak
pertama berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun.
Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi
pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara lakilaki, dan putri-saudara
perempuan. Tugas perkembangan keluarga tahap III adalah memenuhi
kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi dan keamanan
yang memadai, menyosialisasikan anak, mengintegrasi anak kecil sebagai
anggota keluarga baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain,
mempertahankan hubungan yang sehat didalam keluarga dan diluar
keluarga
4. Tahap IV (Keluarga dengan anak sekolah)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam
waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai
pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal dan hubungan keluarga pada tahap ini juga maksimal.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV adalah menyosialisasikan
anak- anak termasuk meningkatkan restasi, mempertahankan hubungan
pernikahan yang memuaskan
5. Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau
perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung
selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap
tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama
pada keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan
keluarga untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang
lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda
6. Tahap VI ( keluarga melepaskan anak dewasa muda)
Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya
anak pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya
rumah”, ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tugas
keluarga pada tahap ini adalah memperluas lingkaran keluarga terhadap
anak dewasa muda, termasuk memasukkan anggota keluarga baru yang
berasal dari pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbarui
dan menyesuaikan kembali hubungan pernikahan, membantu orang tua
suami dan istri yang sudah menua dan sakit
7. Tahap VII (Orang tua paruh baya)
Merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika
anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau
kematian salah satu pasangan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini adalah menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,
mempertahankan kepuasan dan hubungan yang bermakna antara orangtua
yang telah menua dan anak mereka, memperkuat hubungan pernikahan
8. Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pension
salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai salah satu kehilangan
pasangan dan berakhir dengan kematian pasangan lain. Tujuan
perkembangan tahap keluarga ini adalah mempertahanka penataan
kehidupan yang memuaskan (Yolanda, 2017).

D. Tugas Keluarga
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman
(1998) dalam Dion & Betan (2013) adalalah sebagai berikut:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan
perubahan yang dialami anggota keluarga.Perubahan sekecil apapun
yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian
keluarga dan orang tua.Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal
fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan
gejala, factor penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga
terhadap masalah.
2. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji
keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam
membuat keputusan.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Ketika
memberiakn perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga
harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan
perawatannya).
b) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
c) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
d) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik,
psikososial).
e) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
4. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah
yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
b) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
c) Pentingnya hiegine sanitasi.
d) Upaya pencegahan penyakit.
e) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
f) Kekompakan antar anggota kelompok.
5. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga
harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a) Keberadaan fasilitas keluarga.
b) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
c) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
d) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh kelaurga

E. Peran Perawat Keluarga


Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) dalam
Yolanda (2017) adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan
pada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan
2. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan kesehatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan
yang komprehensif. Pelayanan keperawatan yang bersinambungan
diberikan untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit
pelayanan kesehatan.
3. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui
kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki
masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit
dapat menjadi “entry point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan keluarga secara komprehensif.
4. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap
melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko
tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat
direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak, sehingga perawat
mengetahui apakah keluarga menerapkan asuhan yang diberikan oleh
perawat.
5. Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi
hak-hak keluarga klien. Perawat diharapkan mampu mengetahui
harapan serta memodifikasi system pada perawatan yang diberikan
untuk memenuhi hak dan kebutuhan keluarga. Pemahaman yang baik
oleh keluarga terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien
mempermudah tugas perawat untuk memandirikan keluarga.
6. Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan
yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu jalan keluar
dalam mengatasi masalah.

7. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalah
kesehatan yang dialami oleh angota keluarga. Masalah kesehatan yang
muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya
yang dipraktikkan keluarga. Peran perawat keluarga dalam asuhan
keperawatan berpusat pada keluarga sebagai unit fungsional terkecil
dan bertujuan memenuhi kebutuhan dasar manusia pada tingkat
keluarga sehingga tercapai kesehatan yang optimal untuk setiap anggota
keluarga.Melalui asuhan keperawatan keluarga, fungsi keluarga
menjadi optimal, setiap individu didalam keluarga tersebut memiliki
karakter yang kuat, tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya
negative sehingga memiliki kemampuan berpikir yang cerdas.
II. Konsep ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
A. Definisi
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran
pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik
atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang
parenkim paru. ISPA adalah masuknya mikroorganisme (Bakteri, virus, dan
riketsia) ke dalam saluran pernapasan yang menimbulkan gejala penyakit
yang dapat berlangsung sampai 14 hari (Wijayaningsih, 2013). ISPA
merupakan salah satu penyakit menular yang dapat ditularkan melalui udara.
Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit
ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala berupa
tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau batuk berdahak
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013)
Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran
pernapasan, dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: infeksi adalah
masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran
pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta
organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Dengan demikian ISPA secara otomatis mencakup saluran pernapasan
bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru)
dan organ adneksa saluran pernapasan. Sesuai dengan batasan ini maka
jaringan paru-paru termasuk saluran pernapasan. Infeksi akut adalah infeksi
yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan
proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan
dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. (Depkes, 2010).

B. Etiologi
1. Bakteri : Streptococcus pneumonia adalah anggota dari genus
streptococcus yang gram positif menyebabkan gejala utama pneumonia
(Peradangan pada dinding alveolus, pneumococcus merupakan bakteri
yang sering kali mengancam anak-anak penyebarannya melalui
percikan air liur (Manurung, 2016 hal 25)
2. Virus : Coronavirus merupakan mikroorganisme yang dapat
menyebabkan penyakit ISPA dan penyebarannya bisa dialihkan lewat
udara pada penderita batuk ataupun bersin. Influenza merupakan virus
yang amat menular menyebabkan timbulnya flu penyebarannya lewat
udara dengan batuk dan bersih, adenovirus (Sekelompok virus yang
menginfeksi selaput dari saluran pernafasan) (Wijayaningsih, 2013 hal
2)
3. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah
2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna.
Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko
serangan ISPA.
4. Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian
ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi
kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan (Wijayaningsih, 2013)

C. Klasifikasi
Penyakit ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian
atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk paru-paru) dan organ
aksesoris saluran pernapasan. Berdasarkan batasan tersebut jaringan paru
termasuk dalam saluran pernapasan (Respiratory tract). Program
pemberantasan penyakit (P2) ISPA dalam 2 golongan yaitu :
1. ISPA Non-Pneumonia
Merupakan penyakit yang banyak dikenal masyarakat dengan istilah
batuk dan pilek (Common cold))
2. ISPA Pneumonia
Pengertian pneumonia sendiri merupakan proses infeksi akut yang
menguasai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh
invasi kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinik batuk, disertai
adanya nafas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah.
Berdasarkan kelompok umur program-program pemberantasan ISPA
(P2 ISPA) mengklasifikan ISPA sebagai berikut : (Cahyaningrum, 2012)
1. Kelompok umur kurang dari 2 bulan, di klasifikasikan atas :
a. Pneumonia berat
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya penarikan yang kuat
pada dinding dada bagian bawah ke dalam dan adanya nafas cepat,
frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia (Batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan yang kuat dinding dada bagian
bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat, frekuensi kurang dari 60
menit.
2. Kelompok umur 2 bulan <5 tahun di klasifikasikan atas :
a. Pneumonia berat
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya tarikan dinding dada
dan bagian bawah ke dalam.
b. Pneumonia
Tidak ada tarikan dada bagian bawah ke dalam, adanya nafas cepat,
frekuensi nafas 50 kali atau lebih pada umur 2 - <12 bulan dan 40
kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan - <5 tahun
c. Bukan pneumonia
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, tidak ada
nafas cepat , frekuensi kurang dari 40 permenit 12 bulan - <5 tahun.

D. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran pernafasan
bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu
tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka
virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan
(Colman, 1992). Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan
timbulnya batuk kering.
Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan
kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding
saluran pernafasan., sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang
melebihi normal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan
gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol
adalah batuk (Colman, 1992). Adanya infeksi virus merupakan predisposisi
terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi
kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan
mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri
sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran
pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza
dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi
sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan
dapat menyumbat saluran pernafasan sehingga timbul sesak nafas dan juga
menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini
dipermudahdengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.
Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan
infeksi virus pada saluran pernafasan dapat menimbulkan gangguan gizi
akut pada bayi dan anak. Virusyang menyerang saluran pernafasan atas
dapat menyebar ke tempat-tempat yang laindalam tubuh, sehingga dapat
menyebabkan kejang, demam, dan juga menyebar ke saluran pernafasan
bawah.
Dampak infeksi sekunder bakteri pun menyerang saluran pernafasan
bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam
saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi
paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Colman, 1992).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek
imunologis saluran pernafasan terutama dalam hal bahwa sistem imun di
saluran pernafasan yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama
dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran
pernafasan yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar,
merupakan ciri khas sistem imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah
bahwa imunoglobulin A (IgA) memegang peranan pada saluran pernafasan
atas sedangkan imunoglobulin G (IgG) pada saluran pernafasan bawah.
Diketahui pula bahwa sekretori IgA sangat berperan dalam mempertahankan
integritas mukosa saluran pernafasan (Colman, 1992). Dari uraiain diatas,
perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :
1. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum
menunjukkan reaksi apapun
2. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bia keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya memang sudah rendah
3. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul
gejala demam dan batuk
4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi 4 yaitu dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat
pneumonia
E. Pathway

F. Manifestasi Klinis
1. Gejala dari ISPA ringan :
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan
satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Batuk : merupakan gambaran umum dari penyakit pernapasan.
Dapat menjadi bukti hanya selama fase akut. (Wijayaningsih, 2013,
hal. 4)
b) Serak, yaitu anak bersuara purau pada waktu mengeluarkan suara
c) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
d) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 C
2. Gejala dari ISPA sedang :
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika ditemukan
satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Pernapasan cepat (Fast Breathing) sesuai umur yaitu : untuk
kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas kali per menit
atau lebih untuk umur 2 - <12 bulan dan 40 kali per menit atau
lebih pada umur 12 bulan - <5 tahun.
b) Demam : sering tampak sebagai tanda infeksi pertama. Paling
sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai
39,5-40,5ºC bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan
peka rangsang atau terkadang euforia (perasaan senang berlebihan)
dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan cepat
kecepatan yang tidak biasa.(Wijayaningsih, 2013, hal. 3)
c) Sakit tenggorokan : merupakan keluhan yang sering terjadi pada
anak yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk
minum dan makan per oral. (Wijayaningsih, 2013, hal. 4)
d) Timbul bercak-bercak merah pada kuit menyerupai bercak campak
e) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (Mendengkur)
3. Gejala dari ISPA berat :
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ditemukan
satu atau ebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Bibir atau kulit membiru
b) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
c) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
d) Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernapas
e) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
f) Tenggorokan berwarna merah

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi :
1. Pemeriksaan kultur / biakan kuman (Swab) : Hasil yang didapatkan
adalah biakan kuman (+) sesuai dnegan jenis kuman. Dapat dilakukan
bila didapat eksudat di orofaring atau plica vocalis. Dapat dilakukan
untuk mengetahui penyebab penyakit, misalnya bakteri Streptococcus
grup A
2. Pemeriksaan hitung darah (Deferential count) : Laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adanya thrombositopenia dan,
3. Pemeriksaan foto thorax jika diperlukan,
4. Foto rontgen leher AP : Mencari gambaran pembengkakan jaringan
subglotis (Steeple sign)

H. Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh
sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya.Komplikasi yang dapat
terjadi adalah sinusitis paranasal, penutupan tuba eusthacii dan penyebaran
infeksi.
1. Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi
dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum tampak
lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya
didaerah sinus frontalis dan maksilaris. Diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi pada anak besar.
Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise,
cepat lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang
disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus
menerus disertai secret purulen dapat unilateral ataupun bilateral.Bila
didapatkan pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang
menetap tanpa sebab yang jelas perlu yang dipikirkan terjadinya
komplikasi sinusitis.Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan
memberikan antibiotik.
2. Penutupan tuba eusthachi
Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat
menembus langsung kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis
media akut (OMA).Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai
suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang
demam.
Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau
memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui
dengan menekan telinganya dan biasanya bayi akan menangis keras).
Kadang-kadang hanya ditemui gejala demam, gelisah, juga disertai
muntah atau diare. Karena bayi yang menderita batuk pilek sering
menderita infeksi pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya
OMA dan sering menyebabkan kejang demam, maka bayi perlu
dikonsul kebagian THT. Biasanya bayi dilakukan parsentesis jika
setelah 48-72 jam diberikan antibiotika keadaan tidak membaik.
Parasentesis (penusukan selaput telinga) dimaksudkan mencegah
membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis media perforata
(OMP).
Faktor-faktor OMP yang sering dijumpai pada bayi dan anak adalah :
a) Tuba eustachii pendek, lebar dan lurus hingga merintangi
penyaluran sekret.
b) Posisi bayi anak yang selalu terlentang selalu memudahkan
perembesan infeksi juga merintangi penyaluran sekret.
c) Hipertrofi kelenjar limfoid nasofaring akibat infeksi telinga tengah
walau jarang dapat berlanjut menjadi mastoiditis atau ke syaraf
pusat (meningitis).
3. Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti
laryngitis, trakeitis, bronkiis dan bronkopneumonia.Selain itu dapat pula
terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta.

I. Penatalaksanaan
Meliputi langkah-langkah atau tindakan sebagai berikut:
1. Upaya pencegahan :
a. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik diantaranya
dengan cara memberikan makanan kepada anannk yang mengandung
cukup gizi
b. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya taha
tubuh terhadap penyakit baik
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih
d. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA.
2. Perawatan :
a. Meningkatkan istirahat minimal 8 jam perhari,
b. Meningkatkan makanan bergisi,
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum air putih.,
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersikan lubang hidung dengan
sapu tangan bersih,
e. Bilaa badan demam,
f. gunakan pakaian yang cukup tipis dan tidak terlalu ketat.Bila
terserang pada anak atau bayi berikan makanan bergisi dan ASI bila
anak masih menete.
3. Pengobatan :
a. Pneumonia berat: dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotic
parenteral, oksigen dan sebagainya
b. Pneumonia: diberi obat antibiotic kotrimoksasol peroral. Bila
penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan
pemberian kontrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai
obat antibiotic pengganti yaitu ampisilin, amoksilin atau penisilin
prokain.
c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotic. Diberikan
perawatn di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk
tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang
merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan antihistamin bila
deman diberikan obat
d. Penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk
pilek bila ada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah
disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai
radang tenggorokan oleh kuman streptococcus dan harus diberi
antibiotic( penisilin) selama 10 hari
DAFTAR PUSTAKA

Adib Huda Mutjaba. 2017. Aplikasi Fisiologi dan Patofisiologi System


Pernapasan Manusia.
Manurung, N. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta
: Trans Info Media
Marni. 2014. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta : Trans
Info Media.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Wahid, A. 2013. Asuhan keperawatan Anak. Jakarta Timur : Trans Info Media
Wijayaningsih, K. S. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : Trans Info
Media.
A. PENGKAJIAN
I. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. S
2. Alamat dan No. Telepon : Jl. Utan Panjang/0816xxxxxxxx
3. Pekerjaan Kepala Keluarga : Wiraswasta
4. Pendidikan Kepala Keluarga : SMA
5. Komposisi Keluarga :
a. Susunan Anggota

Status Imunisasi Ket


Hub.
Polio DPT Hepatitis
Nama JK Dng Umur Pendidikan Campak
KK BCG
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3

Ny. O P Istri 33 th SMP ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Lengkap


An. R P Anak 13 th Siswa ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Lengkap
An. M P Anak 11 th Siswa ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Lengkap
An. A P Anak 9 th Siswa ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Lengkap

b. Genogram Keluarga Tn. S

Keterangan :
Tn.S adalah anak 1 dari 3 bersaudara yang terdiri dari 3 laki-laki. Ny.O
adalah anak 2 dari 5 bersaudara yang terdiri dari 1 laki-laki, 4 perempuan.
Kakak 1 dan 3 dari Ny.O telah meninggal akibat penyakit jantung. Tn.S
mempunyai istri bernama Ny.O dan dikaruniai 3 orang anak yang terdiri dari
3 perempuan. Anak pertama Tn.S sudah menikah dan tidak tinggal serumah
lagi dengan Tn.S
6. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn.S adalah keluarga besar yang terdiri dari suami,
istri, 2 anak dan 1 cucu.
7. Suku Bangsa
Tn. S bersuku jawa dan Ny.O bersuku sunda dan mereka tidak
mengikuti adat adat kebiasaan yang ada di wilayah kampung mereka
masing-masing.
8. Agama
Tn. S dan Ny. O rajin beribadah dan sholat 5 waktu setiap hari dan
ke tiga anaknya juga rajin mengikuti sholat 5 waktu setiap hari.
9. Status Sosial dan Ekonomi
Keluarga Tn.S memberikan kebutuhan keluarga dengan
memberikan financial untuk keperluan keluarga, dengan jumlah sebesar
kurang lebih Rp.1.500.000,00 meliputi uang jajan sekolah/les, bayar
uang les, membayar uang kontrakan, listrik dan lain-lain. Untuk
memenuhi kebutuhannya Tn.S bekerja sebagai pedagang, penghasilan
setiap bulan kurang lebih Rp.1.500.000 sampai dengan
Rp.2.000.000,00. Terkadang penghasilan Tn.S tidak mencukupi
kebutuhan sehari-hari.
10. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Tn.S tidak pernah melakukan liburan keluar rumah seperti
pergi ke mall secara bersama setiap ada kerja maupun hari sabtu dan
minggu. Menurut keluarga liburan ke luar rumah tidak terlalu penting.
Keluarga Tn.S hanya melakukan liburan dengan menonton tv dan
mengobrol dengan anggota keluarganya dalam mengisi waktu sengang.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


11. Tahap Perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn.S adalah perkembangan dewasa
awal karena anak pertama berumur 23 tahun yaitu Ny.B dan sudah
menikah dan tidak tinggal satu rumah. Pada tahap ini biasanya dimulai
saat anak pertama meninggalkan rumah. Tugas perkembangan pada
tahap dewasa awal :
1) Memperluas keluarga inti menjadi kelurga besar
Anak pertama dari Tn.S sudah menikah dan sudah pisah rumah
tidak lagi tinggal bersama.
2) Mempertahankan keintiman
Suami Ny.O selalu meluangakan waktu untuk mengobrol
bersama-sama.
3) Membantu orang tua memasuki masa tua
Anak pertama dari Tn.S yang bernama Ny.B tidak bekerja.
4) Membantu anak untuk mandiri dimasyarakat
Tn.S memberikan kebebesan dan tanggung jawab untuk anak-
anak. Anak pertama Tn.S belum bekerja, anak kedua Tn.S
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
Tn.S mengatakan sekarang berperan menjadi kepala keluarga
12. Tahap Perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
1) Membantu orang tua memasuki masa tua
Anak pertama dari Tn.S yang bernama Ny.B tidak bekerja.
13. Riwayat Keluarga inti
Tn.S asli dari majalengka dan Ny.O asli dari majalengka, mereka
bertemu di rumah Ny.O pada tahun 1992 saat Tn.S main ke rumah
Ny.O. mereka menikah pada tahun 1993 dan tinggal di majalengka
sebelum menetap dijakarta sampai saat ini. Anak pertama Tn.S sudah
menikah dan tidak tinggal dengan Tn.S
14. Riwayat keluarga sebelumnya
Tn. S mempunyai riwayat darah tinggi dari orang tuanya yaitu
bapak, lalu dari pihak Ny. B juga mempunyai riwayat dari stroke dari
orang tua yaitu ibunya.

III. Lingkungan
15. Karakteristik Rumah (termasuk denah rumah)

Keterangan : Rumah yang ditempati adalah rumah kontrakan. Jenis bangunan rumah
permanen, luas bangunan panjang kurang lebih 5 M, lebar kurang lebih 1,5 sampai
dengan 2 meter, tembok yang ada dirumahnya adalah triplek dan hanya sebagian
disemen. Rumah yang ditempati terdiri dari ruang tamu sebagai tempat tidur, ruang
dapur yang kotor dan penataan kurang, tempat kamar mandi berada diluar bareng dengan
tetangga sekitarnya. Airnya berasal dari pompa, tidak berbau, putih, kamar mandi
tampak licin, pencahyaan dikamar mandi cukup terang, pencahyaan di rumah cukup
terang juga, tempat pembuangan sampah kurang memadai.
16. Karakteristik tetangga dan komunitas
Hubungan keluarga Tn.S dan Ny.O dengan tetangga terjalin dengan
tidak baik, dikarenakan Ny.O tidak pernah mengikuti pengajian, ibu
PKK dan arisan yang diadakan setiap minggu ataupun setiap bulannya
yang dikarenakan Ny.O sibuk mengurus anak-anaknya sekolah dan
mengantarkan cucunya berangkat les. Sedangkan Tn.S selalu mengikuti
kegiatan gotong royong yang diselenggarakan sebulan 2-3 kali
dilingkungan sekitarnya
17. Mobilitas Geografis keluarga
Keluarga Tn. S sudah lama tinggal di kemayoran dan untuk tinggal
di sini Tn. S ngontrak.
18. Perkumpulan keluarga & interaksi dengan masyarakat
Tn. S hubungan dengan keluarga nya baik dan interaksi dengan
anak anaknya juga baik, lalu hubungan Tn. S dengan masyarakat
komunikasi nya juga baik dikarenakan sering mengikuti kegiatan
gotong royong. Sedangkan Ny. O jarang berinteraksi dengan
masyarakat karena jarang keluar rumah.
19. Sistem Pendukung Keluarga
Di dalam keluarga Tn. S bahwa untuk pengambilan keputusan di
lakukan secara bermusyawarah lalu bila tidak bisa dilakukan untuk
bermusyawarah memerlukan saudara terdekat.

IV. Struktur Keluarga


20. Pola komunikasi Keluarga
Pola komunikasi keluarga yang digunakan adalah pola komunikasi
terbuka yaitu dengn musyawarah dan dilakukan pada waktu yang tidak
menentu ketika ada urusan yang mendesak saja. Pola interaksi dalam
keluarga Tn.S dilakukan saat makan bersama. Anggota keluarga yang
paling dominan adalah istrinya Ny.O karena dia yang tinggal serumah.
21. Struktur Kekuatan Keluarga
Hubungan antara anggota keluarga Tn.S terlihat harmonis, saling
terbuka satu sama lain dan menghargai satu sama lain, mendukung dan
membantu dalam keadaan dan kegiatan apapun.
22. Struktur Peran
1) Tn.S adalah kepala rumah tangga yang berperan sebagai pencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari, memberikan
keamanan dalam keluarga
2) Ny. O adalah ibu rumah tangga berperan mengurus anak – anaknya
sekolah, menggurus pekerjaan rutin di dalam rumah tangga.
3) An. R adalah anak kedua yang berperan sebagai seorang pelajar
yang menempuh bangku smp
4) An. M adalah anak ketiga yang berperan sebagai anak pra sekolah.
5) An. A adalah cucu dari anak pertama Ny.B dan Tn. D yang
berperan sebagai anak usia pra sekolah
23. Nilai dan norma budaya
Nilai yang dianut oleh keluarga Tn.S tidak ditemukan nilai-nilai
budaya yang bertentangan dengan penyakit ispa dan begitu pula dengan
kegiatan didalam keluarga Tn.S tidak ada yang bertentangan. Menurut
keluarga Tn.S kesehatan merupakan hal yang penting dalam kehidupan.

V. Fungsi Keluarga
24. Fungsi Afektif
Semua anggota keluarga Tn.S saling menyayangi seperti
memberikan perhatian dan saling mendukung satu sama lain dan bila
ada anggota keluarga yang berhasil anggota keluarga yang lain merasa
senang dan bahagia. Apabila ada anggota keluarga yang menderita
penyakit, semua anggota keluarga saling membantu untuk merawat.
25. Fungsi sosialisasi
Anggota keluarga Tn.S sering menigikuti acara gotong royong
dengan masyarakat meskipun begitu keluarga Tn.S tetap sedangkan
Ny.O jarang berinteraksi dengan masyarakat.
26. Fungsi reproduksi
Ny.O sejak masih usia dalam produktif (42 Tahun) telah menjadi
ikatan aseptor alat KB sejak 3 tahun yang lalu dengan menggunakan
alat kontrasepsi alat Implan sejak 1 tahun yang lalu dilanjutkan dengan
alat IUD selama 2 tahun.
27. Fungsi perawatan kesehatan
1) Kebiasaan keluarga Tn.S jika ada anggota keluarga yang sakit beli
obat sendiri. Tetapi jika menurutnya belum ada perubahan baru
dibawa ke dokter atau ke klinik maupun puskesmas terdekat.
2) Kelurga Tn.S dalam pengadaan makanan sehari – hari dengan cara
memasak sendiri. Komposisi jenis makanan sehari – hari selalu ada
makanan pokok, lauk-pauk (protein hewani dan nabati), sayuran
sedangkan untuk buah dan susu ketersediannya kadang – kadang.
3) Cara menyajikan makanan dalam kelurga Tn.S kadang-kadang
tertutup. Keluarga Tn.S tidak memiliki pantangan makanan apapun.
Kebiasaan keluarga dalam mengelola air minum menggunakan air
minum isi ulang atau terkadang juga dimasak, sedangkan
mengelola makanan biasanya dipotong dulu baru dicuci. Kebiasaan
makan keluarga Tn.S adalah sendiri – sendiri sesuai dengan
keinginan.
4) Pemeliharaan kebutuhan kebersihan diri.Kebiasaan anggota
keluarga Tn.S dalam pemenuhan kebersihan diri yaitu mandi 3x/hr,
sikat gigi 2x/hr, serta cuci rambut 2x/hr. Semua anggota keluarga
Tn.S menggunakan bahan – bahan dalam pemenuhan kebutuhan
kebersihan diri dengan sabun, shampoo, pasta gigi, dan lain-lain.
28. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn.S memberikan kebutuhan keluarga dengan
memberikan financial untuk keperluan keluarga, dengan jumlah sebesar
kurang lebih Rp.1.500.000,00 meliputi uang jajan sekolah/les, bayar
uang les, membayar uang kontrakan, listrik dan lain-lain. Untuk
memenuhi kebutuhannya Tn.S bekerja sebagai pedagang, penghasilan
setiap bulan kurang lebih Rp.1.500.000 sampai dengan
Rp.2.000.000,00. Terkadang penghasilan Tn.S tidak mencukupi
kebutuhan sehari-hari.

VI. Stress dan Koping Keluarga


29. Stressor jangka pendek
Yang dikeluhkan Ny.O yaitu stress karena anak kaduanya belum
sembuh dari batuk dan pileknya. Keluarga Tn.S ingin mempunyai rumah
sendiri apabila mempunyai uang yang tercukupi
30. Kemampuan Keluarga berespon terhadap masalah
Keluarga Tn.S menghadapi masalah dengan biasa saja dan jarang
bersikap panik selalu menggunakan bermusyawarah dengan anggota
keluarga. Jika musyawarah tidak menemukan jalan keluar maka
keluarga Tn. S mencari bantuan.
31. Strategi koping yang digunakan
Apabila ada masalah apapun keluarga Tn.S selalu melakukan
musyawarah dengan cara berdiskusi untuk menyelesaikan masalahnya
secara bersama-sama dan tidak saling menyembunyikan masalah satu sama
lain.
32. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum :
a. Tanda-tanda Vital
TD : 100/70 mmhg
RR : 18x/menit
Suhu : 37,7 ℃
Nadi : 95x/menit
BB : 35 kg
TB : 145 cm
b. Pemeriksaaan Cepalo Caudal

1) Kepala dan Rambut


Bentuk kepala simetris, wajah terlihat pucat. tidak ada
benjolan, rambut bersih dan berwarna hitam, tidak berminyak.
2) Hidung
Terdapat cairan putih lendir di hidung.
3) Telinga
Bentuk telinga simetris, tidak terdapat serumen.
4) Mata
Konjungtiva anemis dan sklera putih.
5) Mulut, Gigi, Lidah, Tonsil dan Pharing
Mukosa bibir lembab. Gigi lengkap tidak terdapat karies
dan bersih. Lidah tidak kotor, tidak ada pembesaran pada
tonsil.
6) Leher dan Tenggorokan
Tidak ada pembersaran kelenjar getah bening, tidak ada
pembesaran vena jugularis.
7) Dada/ Thorak
a) Pemeriksaan Paru
 Inspeksi = tampak penggunaan otot bantu nafas
diafragma, ekspansi paru simetris.
 Palpasi = tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat
vocal fremitus.
 Perkusi = Terdengar suara sonor pada ICS 1-5 dextra
dan ICS 1-2 sinistra.
 Auskultasi = terdapat suara Ronchi pada ICS 3.
b) Pemeriksaan Jantung
 Inspeksi = didapatnya adanya kelemahan fisik secara
umum
 Palpasi = denyut nadi cepat
 Perkusi = batas jantung mengalami pengeseran
 Auskultasi = tekanan darah meningkat
8) Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi = dinding perut simetris, tidak terdapat asites.
 Auskultasi = suara peristaltic usus 10x/menit.
 Palpasi = tidak terdapat nyeri tekan.
 Perkusi = suara abdomen normal (timpani), dan pekak
pada daerah hati tidak terdapat pembesaran hati dan limpa,
9) Ekstrimitas, Kuku
 Extermitas atas : tidak terdapat kesulitan dalam
pergerakan, tidak terdapat Edema, tidak ada luka atau
bekas luka, tidak terdapat nyeri tekan, turgor kulit keliatan
kering.
 Extermitas bawah : turgor kulit terlihat kering, tidak ada
luk atau bekas laki dan tidak terdapat nyeri tekan, tidak
terdapat kesulitan dalam pergerakan, tidak terdapat edema.
 Kuku = tidak adanya Clubbing finger. CRT ≤3 detik.

10) Genetalia dan Anus


Tidak dikaji.
11) Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran = Compos mentis.
GCS = 3 4 5

VII.Harapan Keluarga
Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar meningkatkan mutu
pelayanan dan membantu masalah Kesehatan Tn. S
ANALISIS DATA
No Kelompok Data Etiologi Masalah
1 DS : Ketidakmampuan Bersihan jalan nafas
1) Ny.O nengatakan bahwa ISPA keluarga merawat tidak efektif
adalah penyakit batuk-batuk, anggota keluarga
pilek, demam dan sesak napas dengan masalah
2) Ny.O mengetahui apa penyebab ISPA.
dari penyakitnya yaitu bakteri
dan cuaca
3) Ny.O mengatakan tanda dan
gejala yang dirasakan oleh An.A
meliputi batuk-batuk selama 14
hari, pilek, demam, sesak napas.
4) Ny.O mengatakan An.A pernah
memeriksakan kesehatannya
kepuskesmas tetapi tidak ada
perubahan kesehatan pada An.A.
Namun kesehatan An.A belum
kunjung sembuh, akhirnya Ny.O
membawa lagi ke puskesmas
terdekat.
5) Keluarga Tn. S mengatakan bila
An.A merasa batuk-batuk, pilek,
demam, An.A beristirahat dan
terkadang minum obat dari
warung untuk menghilangkan
batuk-batuk, pilek, demam dan
jika rasa sakitnya belum sembuh
juga keluarga Tn.S langsung
pergi ke puskesmas untuk
memeriksa kesehatannya diantar
dengan keluarganya.
6) Ny.O mengatakan Kondisi
rumah berantakan, udara
lembab, kotor, jendela rumah
hanya dibuka setiap pagi hari
saja.
7) Keluarga mengatakan jika ada
anggota keluarga yang sedang
sakit, keluarga segera membawa
ke klinik / puskesmas terdekat
DO :
1) Kesadaran: Composmetis
2) TTV : N : 95 x/mnt
3) RR : 18 x/mnt
4) S : 37,7C
5) Terdengar suara ronchi
diintercota 2
6) Kliendihidung tampak
adanya cairan putih
7) Dada klien tampak tidak
simetris.
2 DS : Ketidakmampuan Resiko infeksi
1. Ny.O mengatakan An.A masih keluarga merawat menular pada
batuk-batuk sudah kurang lebih 2 anggota keluarga keluarga Tn. S
minggu, pilek, demam. yang sakit khusunya An. A
2. Ny.O mengatakan An.A kalau
malam hari suka terbangun karena
batuknya
3. Ny.O mengatakan An.A bila batuk
tenggorokannya suka sakit karena
sering batuk.

DO :
1. Kesadaran : Composmetis
2. TTV : N : 95 x/mnt
3. RR : 18 x/mnt
4. S : 37,7 0C
5. Terdengar suara ronchi di IC 2
6. Klien terlihat batuk-batuk.
7. Dihidung tampak adanya cairan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Berdasarkan hasil analisa data semaka diagnosa keperawatan yang
dimunculkan pada kasus keluarga dengan Ispa adalah :
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif pada keluarga Tn. S khususnya An. A
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan masalah ISPA
b) Resiko infeksi menular pada keluarga Tn.S khusunya An.A
berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga
2) Skoring Masalah Keperawatan
Dalam menentukan prioritas diagnosa keperawatan keluarga
menggunakan teknik skoring keperawatan berdasarkan masalah yang telah
disusun dalam analisa data. Skoring keperawatan, sebagaimana dijelaskan
pada tabel-tabel dibawah ini :
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif pada keluarga Tn. T khususnya An. M
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan masalah ISPA
No Kritetia Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah : 1 3/3 x 1 = 1 Masalah ini bersifat aktual karena Ny.O
Tidak/kurang sehat : 3 mengatakan An.R masih batuk-batuk,
Ancaman kesehatan : 2 pilek, demam, mual dan muntah, tidak
Keadaan sejahtera : 1 nafsu makan. Jika tidak ditangani segera
dapat mengakibatkan penyakit
komplikasi
2 Kemungkinan masalah 2 2/2 x 2 = 2 Kemungkinan masalah dapat diubah
dapat diubah : dengan mudah, keluarga sudah
Mudah : 2 mengetahui beberapa mengenai penyakit
Sebagian : 1 An.A, sehingga saat batuk dan pilek
Tidak dapat : 0 keluarga langsung membawa ke
puskesmas terdekat
3 Potensial masalah dapat 1 2/3 x 1= 1 Potensial masalah untuk dicegah cukup
dicegah : karena Ny.O mengatakan An.A sehabis
Tinggi : 3 aktivitas yang berlebih dan batuk-batuk,
Cukup : 2 pilek, demam terjadi, An.A langsung
Rendah : 1 beristirahat dan meminum obat dari
puskemas
4 Menonjolnya masalah 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan apabila ada anggota
Skala : keluarga sudah merasakan tanda dan
Masalah berat, harus gejala penyakit tersebut. Keluarga segera
segera ditangani : 2 membawa ke klinik / puskesmas terdekat

Ada masalah tetapi


tidak perlu ditangani : 1
Masalah tidak dirasakan
:0
Total Score 4 2/3

b) Resiko infeksi menular pada keluarga Tn.S khusunya An.A


berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga
No Kritetia Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah : 1 2/3 x 1 = 1 Masalah ini belum terjadi sehingga perlu
Tidak/kurang sehat : 3 ditangani namun
Ancaman kesehatan : 2
Keadaan sejahtera : 1
2 Kemungkinan masalah 2 2/2 x 2 = 2 Motivasi Ny.O untuk mengatasi masalah
dapat diubah : ISPA untuk sembuh karena Ny.O
Mudah : 2 mengatakan apabila An.A sedang
Sebagian : 1 mengalami masalah tersebut langsung
Tidak dapat : 0 dibawa ke klinik atau puskesmas
terdekat.
3 Potensial masalah dapat 1 1/3 x 1= 1 Resiko penularan penyakit sulit dicegah
dicegah : karena kondisi rumah Tn.S yang kotor,
Tinggi : 3 berdebu dan interaksi antara anggota
Cukup : 2 keluarga yang lain kurang dari 1 meter.
Rendah : 1 Anggota keluarga Tn.S menggunakan
masker apabila ada yang sedang sakit
seperti ISPA
4 Menonjolnya masalah 1 2/2 x 1 = 1 Resiko penularan harus segera ditangani
Skala : untuk tidak terjadi pada anggota
Masalah berat, harus keluarga yang lainnya
segera ditangani : 2
Ada masalah tetapi
tidak perlu ditangani : 1
Masalah tidak dirasakan
:0
Total Score 4

3) Daftar Prioritas Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan hasil perhitungan scoring keperawatan keluarga didapatkan
diagnosa keperawatan prioritas sesuai dengan jumlah yang tertinggi, adapun
urutan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :
No Diagnosa Keperawatan Score
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif pada keluarga Tn. S 4 2/3
khususnya An. A berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah ISPA
2 Resiko infeksi menular pada keluarga Tn.S khusunya An.A 3
berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana
No Keperawata
Umum Khusus Kriteria Standar
n Keluarga
1. Bersihan Setelah Setelah 1. Diskusikan
jalan nafas dilakukan dilakukan keluarga p
tidak efektif tindakan pertemuan ispa denga
pada keluarga keperawata 3x45 menit mengguna
Tn. S n selam 3x diharapkan balik.
khususnya kunjungan keluarga 2. Tanyakan
An. A diharapkan mampu : kepada kel
berhubungan diharapkan 1. Menjelaska R ISPA adalah tentang ma
dengan jalan tidak n keluarga e infeksi saluran 3. Beri pujian
ketidakmamp efektif klien s pernapasan akut yang dilak
uan keluarga dapat mengenai p yang terjadi keluarga
merawat teratasi masalah o secara tiba – 4. Demostras
anggota ISPA. n tiba yang keluarga te
keluarga V menyerang mengguna
dengan e hidung, buatan
masalah ISPA r tenggorokan 5. Berikan ke
2. Mampu b saluran bagian pada kelua
menjelaskan a dalam sampai mencoba m
cara l ke paru – paru. inhalasi bu
perawatan 6. Berikan ke
klien ISPA Keluarga dapat pada kelua
menjelaskan bertanya
cara perawatan
3. Mendemost ISPA dengan
rasikan cara inhalasi buatan,
perawatan membuatkan
ISPA dengan R jeruk nipis dan
cara inhalasi e kecap.
buatan s
p Keluarga dapat
o mendemonstras
n ikan cara
V perawatan
e ISPA dengan
r inhalasi buatan,
b membuatkan
a jeruk nipis dan
l kecap.

R
e
s
p
o
n
V
e
r
b
a
l
P
si
k
o
m
o
t
o
r
2 Resiko Setelah Setelah 1. Diskusika
infeksi dilakukan dilakukan keluarga cara
menular pada tindakan pertemuan virus atau ba
keluarga Tn.S keperawata 3x45 menit dengan meng
khusunya n selam 3x diharapkan lembar balik
An.A kunjungan keluarga 2. Tanyakan
berhubungan diharapkan mampu : kepada kelua
dengan diharapkan 1. Menjelask R Keluarga masalah ISP
ketidak keluarga an mengenai e mampu 3. Beri pujian
mampuan dapat cara ISPA s menjelaskan yang dilakuk
keluarga melakukan menyebar ke p mengenai cara 4. Demostras
dalam pencegaha orang lain o penularan virus keluarga tent
merawat n infeksi n atau bakteri menggunaka
anggota V yaitu melalui yang benar
keluarga e kontak dengan 5. Berikan ke
r percikan air liur pada keluarg
b orang yang bertanya apa
a terinfeksi. ada yang bel
l Virus atau
bakteri dalam
percikan liur
2. Menjelask akan menyebar
an mengenai melalui udara,
cara masuk ke
pencegahan hidung atau
ISPA mulut orang
lain.

Keluarga
mampu
3. Mendemon menjelaskan
strasikan cara R cara mencegah
batuk yang e penularan virus
benar s atau bakteri
p ISPA yaitu
o dengan
n melakukan pola
V hidup sehat dan
e menjaga
r kebersihan.
b
a Keluarga
l mampu
mendemonstras
ikan etika batuk
yang benar
yaitu dengan
menutup mulut
menggunkan
lengan atas
R bagian dala,.
e
s
p
o
n
V
e
r
b
a
l
P
si
k
o
m
o
t
o
r
TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa
Tujuan
No Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi
Khusu
Keluarga
1. Bersihan jalan Setelah 1 September 09.00 WIB. S: Keluarga klien
nafas tidak efektif dilakukan 2020 Mengedukasi mengatakan
pada keluarga Tn. pertemuan keluarga klien sudah mengerti
S khususnya An. A 3x45 menit mengenai masalah cara perawat
berhubungan diharapkan ISPA, penyebab klien ISPA
dengan keluarga ISPA, dampak O:
ketidakmampuan mampu : yang ditimbulkan 1. Keluarga
keluarga merawat 1. Mengenal ISPA pasien dapat
anggota keluarga masalah menjelaskan
dengan masalah ISPA. 10.00 WIB. mengenai
ISPA 2. Mampu Mengedukasi ISPA,
menjelaska keluarga klien penyebab
n cara bagaimana cara ISPA, dampak
perawatan pencegahan yang
klien ISPA penularan virus ditimbulkan
3. Mendemon atau bakteri ISPA 2. Setelah
trasikan dengan melakukan keluarga klien
cara pola hidup sehat dapat
perawatan dan menjaga mempraktekan
ISPA kebersihan batuk klien
dengan berkurang
cara 11.10 WIB. 3. Klien tampak
inhalasi Mendemonstrasik lebih tenang
buatan an kepada tidak sesak
keluarga klien A: masalah
cara perawat klien keperawatan
dengan inhalasi keluarga teratasi
buatan sebagian.
P: Intervensi
dilanjutkan

2. Resiko infeksi 1. Setelah 1 September 13.00 WIB. S: Keluarga klien


menular pada dilakukan 2020 Mengedukasi mengatakan
keluarga Tn.S tindakan keluarga klien bahwa sekarang
khusunya An.A keperawat mengenai cara sudah tidak
berhubungan an selam penularan virus khawatir tertular
dengan ketidak 3x atau bakteri ISPA ISPA karena
mampuan keluarga kunjungan sudah mengetahui
dalam merawat diharapkan 13.30 WIB. bagaimana cara
anggota keluarga diharapkan Mengedukasi pencegahannya
keluarga keluarga klien O:
dapat bagaimana untuk 1. Keluarga klien
melakukan menjaga pola dan klien
pencegaha hidup sehat dan dapat
n infeksi menjaga menjelaskan
kebersihan diri mengenai cara
dan lingkungan penularan
virus atau
14.00 WIB. bakteri ISPA
Mendemonstrasik 2. Keluarga klien
an cara melakukan dapat
etika batuk yang menjelaskan
benar kepada manfaat dari
keluarga klien menjaga pola
hidup sehat
dan menajaga
kebersihan
3. Keluarga klien
dan klien
dapat
mendemonstra
sikan etika
batuk yang
benar dengan
menutup
maulut dengan
lengan atas
bagian dalam
atau
menggunakan
tisu
A: Masalah
Kesehatan
Keluarga
teratasi
Sebagian.
P: Intervensi
dilanjutkan.

Anda mungkin juga menyukai