KETOASIDOSIS DIABETIK
OLEH:
K1 A1 13 035
PEMBIMBING
I. Pendahuluan
insulin absolut atau relatif. KAD merupakan manifestasi awal dari diabetes
melitus tipe 1 atau akibat dari peningkatan kebutuhan insulin pada keadaan
osmotik, KAD biasanya mengalami dehidrasi berat dan bahkan dapat sampai
menyebabkan syok.1,2,3
II. Epidemiologi
orang di seluruh dunia menderita Diabetes Melitus, atau sekitar 2,8% dari
pada tahun 2030, angka ini akan bertambah menjadi 366 juta atau sekitar
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dari 24417 responden berusia >15
200 mg/dl setelah puasa selama 14 jam dan diberi glukosa oral 75 gram).
1
mengalami Diabetes Melitus yang tidak terdiagnosis. Baik DM maupun TGT
lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria, dan lebih sering pada
golongan dengan tingkat pendidikan dan status sosial rendah. Daerah dengan
angka penderita DM paling tinggi yaitu Kalimantan Barat dan Maluku Utara
tahun yaitu 13,5%. Beberapa hal yang dihubungkan dengan risiko terkena DM
insiden KAD sebesar 8 per 1000 pasien DM per tahun untuk semua kelompok
umur, sedangkan untuk kelompok usia di bawah 30 tahun sebesar 13,4 per
1000 pasien DM per tahun. Walaupun data komunitas di Indonesia belum ada,
Indonesia umumnya berasal dari data rumah sakit dan terutama pada pasien
DM tipe 2.1,2
atau 9 – 10%. Sedangkan di klinik dengan sarana sederhana dan pasien usia
lebih tinggi pada beberapa keadaan yang menyertai KAD, seperti sepsis, syok
2
berat, infark miokard akut yang luas, pasien usia lanjut, kadar glukosa darah
awal yang tinggi, uremia dan kadar keasaman darah yang rendah.
Kematian pada pasien KAD usia muda umumnya dapat dihindari dengan
Patofisiologi DM
dari luar. Keadaan ini disebabkan oleh lesi pada sel beta pankreas karena
insulin dalam sirkulasi darah akibat defek sel beta penghasil insulin pada
3
Diabetes melitus tipe 2
sangat berkurang. Obat anti diabetik yang bekerja melalui jalur ini
4
2. Liver:
yang bekerja melalui jalur ini adalah metformin, yang menekan proses
gluconeogenesis.
3. Otot:
4. Sel lemak:
insulin di liver dan otot. FFA juga akan mengganggu sekresi insulin.
5
5. Usus:
6
normal. Obat yang menghambat sekresi glucagon atau menghambat
amylin.
7. Ginjal:
Sembilan puluh persen dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap kembali
8. Otak:
7
akibat adanya resistensi insulin yang juga terjadi di otak. Obat yang
insulin.2,3,5
infeksi saluran kemih yang mencakup antara 30% sampai 50% kasus.
8
Tabel 1. Kondisi-kondisi pencetus KAD pada pasien diabetes mellitus3
Infeksi 19-56
insulin kerja pendek dalam jumlah kecil dan sering telah dikaitkan dengan
pendek yang bila terganggu tidak meninggalkan cadangan untuk kontrol gula
darah.3
9
Ketoasidosis Diabetik (KAD) merupakan suatu keadaan dimana
glukosa oleh sel tubuh menurun, dengan hasil akhir hiperglikemia. Pada
ringannya KAD.2
nonkarbohidrat (alanin, laktat, dan gliserol pada hepar, dan glutamin pada
10
yang bertanggung jawab terhadap keadaan hiperglikemia pada pasien dengan
KAD.1,2
yang sensitif pada jaringan lemak. Peningkatan aktivitas ini akan memecah
trigliserid menjadi gliserol dan asam lemak bebas (free fatty acid/FFA).
A carboxylase, enzim pertama yang dihambat pada sintesis asam lemak bebas.
enzim untuk transesterifikasi dari fatty acyl Co A menjadi fatty acyl camitine,
11
dimana asam lemak teroksidasi. Peningkatan aktivitas fatty acyl Co A dan
1. Peranan Insulin1,6,7
patofisiologi yang nyata pada 3 organ yaitu sel-sel lemak, hati dan
12
otot. Perubahan yang terjadi terutama melibatkan metabolisme lemak
dan karbohidrat.
2. Peranan Glukagon2,6,8
13
3. Hormon Kontra Regulator Insulin Lain1,3,8,9
insulin.
Sebagian besar pasien KAD merupakan pasien DM. Keadaan ini dapat
dapatkan pada pasien KAD yaitu pernapasan cepat dan dalam (Kussmaul),
berbagai derajat dehidrasi (turgor kulit berkurang, lidah dan bibir kering),
poliuri dan polidipsi sering kali mendahului KAD serta didapatkan riwayat
gejala yang sering dijumpai terutama pada KAD anak. Dapat pula dijumpai
14
nyeri perut yang menonjol dan hal itu berhubungan dengan gastroparesis-
dilatasi lambung.
mentis, delirium atau delirium sampai dengan koma. Bila dijumpai pasien
perforasi usus. Bila ternyata pasien tidak menunjukan respon yang baik
V. Diagnosis1, 3
Langkah pertama yang harus diambil pada pasien KAD terdiri dari
15
Setelah melakukan anamnesis, dapat dilakukan pemeriksaan
kualitatif jumlah glukosa, keton, nitrat, dan lekosit dalam urine. Pemeriksaan
koma. Lebih dari 25% pasien KAD menjadi muntah-muntah yang tampak
pasien dengan abdominal pain, karena gejala ini dapat merupakan akibat atau
lebih lanjut diperlukan jika gejala ini tidak membaik dengan koreksi dehidrasi
16
Tabel 2. Kriteria diagnostik KAD menurut American Diabetes Association
Keton urine + +
Keton serum + +
Catatan :
nitroprusida
(mg/dl)/18
17
VI. Penatalaksanaan3,5,7,9
komorbid, dan pemantauan pasien terus menerus. Berikut ini beberapa hal
1. Terapi cairan
insulin hanya efektif jika cairan diberikan pada tahap awal terapi dan
hanya dengan terapi cairan saja akan membuat kadar gula darah
18
adalah penentuan difisit cairan yang terjadi. Beratnya kekurangan
terjadi, fungsi ginjal, dan intake cairan penderita. Hal ini bisa
takikardia
berikutnya.
19
liter, kemudian setiap 4 jam kemudian 1 liter sampai pasien
terehidrasi.
dengan kelainan ginjal, jantung atau hati terutama orang tua, harus
menolong. Ketika kadar gula darah mencapai 250 mg/dl, cairan diganti
cepat.
20
Gambar 4. Alur penatalaksanaan KAD sesuai dengan rekomendasi ADA
2004.
2. Terapi Insulin
21
Efek kerja insulin terjadi dalam beberapa menit setelah insulin
ketonemia.
dose” insulin regular 0,4 – 0,6 u/kgBB, setengah dosis sebagai bolus
u/kgBB/jam.
setiap kenaikan gula darah 50 mg/dl pada gula darah di atas 150 mg/dl
22
3. Kalium
mEq/L kalium (2/3 KCl dan 1/3 KPO4) untuk setiap liter cairan infus
hipokalemia signifikan.7
4. Glukosa
23
mg%/jam. Bila konsentrasi glukosa mencapai <200 mg%? maka dapat
ketogenesis.
5. Bikarbonat
VII. Komplikasi1,3
24
VIII. Pencegahan1,3
Faktor utama dari KAD ialah pemberian dosis insulin yang kurang
memadai dan kejadian infeksi. Upaya pencegahan dapat dimulai dari akses
pada sistem pelayanan kesehatan lebih baik (termasuk edukasi DM) dan
(misalnya batuk pilek, diare, demam, luka). Selain itu harus memperhatikan
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Soewondo, Pradana .2009. Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI Jilid II Hal. 1906 -
1911. Jakarta
Sanglah Denpasar
Indonesia. 2015
Journal
Jersey. Journal
8. Ilyas, Ermita. 2016. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Hal. 783 - 785. Jakarta:
26
9. British Society of Paediatric Endocrinologi and Diabetes (BSPED). 2010. The
27