Disusun oleh :
dr. Fortunata
1
DIABETES MELLITUS TIPE 2
Merupakan suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi
atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.
ETIOLOGI:
Diabetes Mellitus Tipe 2 disebabkan karena kegagalan relatif sel dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak
mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif
insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan
glukosa, namun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain.
Berarti sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Kapita Selekta Kedokteran,
2001).
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaring
dan diagnosis (mg/dl)
2
FAKTOR RESIKO
Risiko Diabetes Mellitus tipe 2 meningkat seperti pertambahan usia, terutama di atas 45
tahun. Ini mungkin karena orang cenderung lebih sedikit beraktivitas, lemahnya otot, dan
pertambahan berat badan.
Berdasarkan The Joint National Committe (JNC) VII, penilaian tekanan darah dengan
sistolik 140-159 dan diastolik 90-99, adalah hipertensi tahap pertama (stage 1 hypertension)
4. Riwayat keluarga DM
7. HDL cholesterol level <35 mg/dl dan triglyceride level >250 mg/dl
Kolesterol total (N < 200 mg/dl), trigliserida (N= 40-155 mg/dl), HDL (N laki-laki 35-55
mg/dl, wanita 45-65 mg/dl).
9. Ras/etnik
Meskipun tidak diketahui mengapa, orang-orang tertentu seperti ras Africa America, Latino,
Native American, Asian American, Pacific Islander, paling mungkin terkena Diabetes
Mellitus tipe 2.
3
1. Diabetes Mellitus Tipe 1
-Idiopatik
(bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relative
sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin)
-DNA Mitokondria
-Leprechaunism
4
-Rabson-Mendenhall syndrome
-Lipodystrophy syndromes
-Pankreatitis
-Pankreatektomi
-Neoplasia
-Fibrosis Kistik
-Hemokromatosis
*Endokrinopati:
-Akromegali
-Cushing’s Syndrome
-Glukagonoma
-Feokromositoma
-Hipertiroidisme
Somatostatinoma
-Aldosteronoma
-Vacor
-Pentamidin
5
-Asam Nikotinat
-Glukokortikoid
-Hormon Tiroid
-Diazoxide
-Agonis β adrenergic
-Thiazid
-Phenytoin
-Interferon-α
-Protease Inhibitor
-Clozapine
*Infeksi:
-Rubella Congenital
-Cytomegalovirus
-Coxsackie
*Imunologi (jarang):
-Sindrom “Stiff-man”
-Sindrom Down
-Klinefelter’s Syndrome
-Turner’s Syndrome
6
-Wolfram’s Syndrome
-Friedreich’s ataxia
-Huntington’s chorea
-Laurence-Moon-Biedl syndrome
-Distrofi Miotonik
-Porfiria
-Prader-Willi syndrome
Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia
terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon plasenta. Sesudah melahirkan
bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes gestasional akan kembali
normal.
EPIDEMIOLOGI:
Diabetes Mellitus Tipe 2, bisa juga terjadi akibat kelainan genetik. Hampir semua
penderita diabetes jenis ini memiliki resistensi insulin dan sel-sel β tidak dapat mengkompensasi
resistensi ini. Meskipun sebelumnya tipe ini jarang ditemui di anak-anak, namun kecenderungan
saat ini sekitar 20% dari total anak-anak penderita diabetes mellitus menderita diabetes mellitus
tipe 2 karena tingkat obesitas pada anak-anak yang semakin tinggi. Selain itu, resistensi insulin
juga memang bisa terjadi akibat kelainan genetic yang menyebabkan Maturity Onset Diabetes of
the Young (MODY).
7
WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3
juta pada tahun 2030.
Kekerapan DM tipe 2 di Eropa dan di Amerika Utara berkisar antara 2-5%, sedangkan di
Negara berkembang antara 1,5-2%. Di Indonesia berkisar antara 1,5-2,3% kurang lebih 15 tahun
yang lalu, tetapi pada tahun 2006 survei terakhir di Jakarta (Depok) menunjukkan kenaikan yang
sangat nyata yaitu menjadi 12,8%.
Tanpa intervensi yang efektif, kekerapan DM tipe 2 akan meningkat disebabkan oleh
berbagai hal misalnya bertambahnya usia harapan hidup, berkurangnya kematian akibat infeksi
dan meningkatnya factor resiko yang disebabkan oleh karena gaya hidup yang salah seperti
kegemukan, kurang aktivitas dan pola makan yang tidak sehat.
PATOGENESIS
1. Resistensi Insulin
Resistensi insulin didefinisikan sebagai resistensi terhadap efek dari insulin pada uptake
glukosa, metabolisme glukosa, dan penyimpanan glukosa. Sebagian besar pasien DM tipe
2 dikarenakan resistensi terhadap insulin dan kebanyakan terjadi pada obesitas. Resistensi
insulin menyebabkan menurunnya uptake glukosa dalam otot dan jaringan lemak serta
ketidakmampuan hormone untuk menghambat glukoneogenesis dalam hati. Studi
fungsional pada pasien DM dengan resistensi insulin menunjukkan beberapa kualitatif
dan kuantitatif abnormalitas pada insulin signaling pathway, termasuk diantaranya down
regulation pada resptor insulin, penurunan fosforilasi reseptor insulin dan aktivitas tirosin
kinase, dan kegagalan saat translokasi, docking, dan fusi antara GLUT-4 dengan
membran sel.
8
1.1. Defek genetic pada reseptor insulin dan insulin signaling pathway
Hilangnya fungsi atau berkurangnya jumlah reseptor insulin dapat menyebabkan
resistesnsi insulin pada DM tipe 2. Mutasi titik pada reseptor insulin jarang terjadi,
jumlahnya tidak lebih dari 1-5% dari jumlah penderita DM dengan resistensi insulin.
Untuk menganalisa gen-gen yang terpilih, akan diuji sekresi insulin dan insulin action-
nya. Seperti halnya studi tentang genom yang berpengaruh pada hereditas, penelitian
pada insulin juga banyak menghasilkan polymrofisme( variasi genetic) fenotip yang
berkaitan dengan DM tipe 2. Masalah genetik pada resistensi insulin ini, khususnya pada
DM tipe 2 masih belum banyak diketahui.
9
kemungkinan merupakan salah satu penyebab terjadinya resistensi insulin yang
dikaitkan dengan obesitas. Beberapa adipokin terlibat dalam mekanisme terjadinya
resistensi insulin, termasuk diantaranya leptin, adiponectin, dan resistin. Disini, yang
akan dibahas hanyalah leptin. Leptin bekerja pada reseptor SSP, mempengaruhi
intake makanan, dan mempengaruhi satietas(pemuasan penuh dari rasa lapar atau
haus). Defisiensi leptin pada binatang menunjukkan terjadinya resistensi insulin.
Walaupun sebagian besar dari kerja leptin insulin-sensitizing diperantarai oleh
reseptor SSP, beberapa efeknya mungkin dipengaruhi secara langsung oleh jumlah
insulin dalam jaringan target. Peran leptin dalam menyebabkan resistensi insulin pada
manusia masih dalam penelitian.
2. Disfungsi sel β
Disfungsi sel β pada DM tipe 2 disebabkan ketidakmampuan sel untuk berdaptasi terhadap
kebutuhan jangka panjang akibat resistensi peripheral insulin dan meningkatkan sekresi
insulin. Pada resistensi insulin, sekresi insulin lebih tinggi daripada jumlah glukosa. Keadaan
hiperinsulinemia adalah suatu tindakan kompensasi dari resistensi jaringan terhadap insulin
dan dapat memelihara kadar glukosa plasma normal selama bertahun-tahun. Namun,
bagaimanapun, kompensasi sel β menjadi inadekuat, dan ada kecenderungan untuk diabetes.
Disfungsi sel β pada DM tipe 2 dapat terjadi secara kualitatif maupun kuantitatif:
Pada Diabetes Mellitus terdapat beberapa gejala klinik yang khas, yaitu :
Poliphagi
Poliuri
Polidypsi
10
Penurunan berat badan
Lemah
Pembahasan patofisiologi sehingga dapat memunculkan gejala – gejala klinik tersebut akan
dibahas sebagai berikut :
Seluruh gejala klinik yang ditimbulkan merupakan akibat dari terganggunya metabolisme yang
dipengaruhi oleh insulin. Secara fisiologis, kerja insulin memberikan pengaruh pada proses
metabolisme yang terjadi pada jaringan lemak, otot, dan hepar.
Pada jaringan lemak, insulin berperan dalam meningkatkan uptake glukosa, meningkatkan
lipogenesis serta menekan lipolysis. Pada otot, insulin berperan untuk meningkatkan uptake
glukosa yang kemudian dilanjutkan oleh proses glikogenesis dan meningkatkan sintesis protein.
Sedangkan pada hepar, insulin akan menekan proses glukoneogenesis, dan meningkatkan
glikogenesis (dengan enzim glukokinase) serta menekan glikogenolisis (dengan menghambat
fosforilase hati).
Defisiensi maupun resistensi terhadap insulin bukan hanya berpengaruh pada metabolisme
karbohidrat (glukosa), melainkan juga akan mempengaruhi metabolisme dari lemak dan protein.
Secara fisiologis, penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen terutama terjadi di hepar
dan otot. Glikogen yang terdapat dalam otot berperan sebagai sumber glukosa yang
kemudian digunakan untuk proses glikolisis dalam otot itu sendiri. Sedangkan glikogen
pada hepar berfungsi untuk mempertahankan kadar glukosa dalam darah.
Pada penderita Diabetes Mellitus type 2, dapat terjadi defisiensi dari jumlah insulin yang
disekresikan ataupun terjadi resistensi terhadap insulin yang telah disekresikan. Akibatnya,
glukosa yang beredar dalam darah tidak dapat masuk dan disimpan dalam sel – sel tubuh
sebagai glikogen. Maka terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia),
sementara sel – sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa tersebut sebagai sumber energi
→ terjadi “kelaparan” intrasel → merangsang hypothalamus → rasa lapar. Maka timbulah
gejala klinis berupa polyphagi.
11
Kadar glukosa darah pada penderita Diabetes Mellitus, akan melebihi nilai ambang yang
dimiliki ginjal untuk memfiltasi glukosa (180mg/dl) sehingga kelebihan glukosa tersebut
akan keluar bersama urin. Keluarnya glukosa ke dalam urin akan menimbulkan diuresis
osmotik yang sangat mengurangi kemampuan tubulus ginjal dalam mereabsorpsi air.
Akibatnya, urin akan dikeluarkan dalam jumlah besar dan menyebabkan dehidrasi
ekstrasel.
Selain dehidrasi ekstraseluler, keadaan hiperglikemia juga dapat menyebabkan dehidrasi
intraselular. Hal ini terjadi karena glukosa pada darah mengakibatkan peningkatan
konsentrasi pada cairan ekstrasel. Maka terjadi perpindahan air dari intrasel ke extrasel
secara osmotik. Lama - kelamaan maka akan terjadi dehidrasi.
Kedua mekanisme dehidrasi intra maupun ekstraseluler tersebut akan menyebabkan rasa
haus yang terus menerus. Mekanisme ini yang menyebabkan timbulnya gejala polyuri dan
polydypsi.
Ketika sel – sel tubuh kekurangan sumber energi yang berasal dari karbohidrat, maka
tubuh akan melakukan upaya untuk tetap mendapatkan energi. Yaitu dengan melakukan
“pergeseran” dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme lemak → glukoneogenesis.
Pada keadaan “kekurangan karbohidrat” akan meningkatkan jumlah free fatty acid dalam
sirkulasi yang juga akan meningkatkan asetil KoA.
Resistensi terhadap insulin akan meningkatkan proses lipolisis dan meningkatkan proses
ketogenesis. Proses ketogenesis akan menyebabkan peningkatan asam - asam keto (asam
asetoasetat dan asam β-hidroksibutirat) dan free fatty acid ke dalam plasma.
Akibat dari lipolisis ini penderita akan mengalami penurunan berat badan walaupun
nafsu makan justru meningkat.
Pada penderita Diabetes Mellitus, sama seperti lemak yang digunakan sebagai sumber
energi pengganti glukosa bagi sel-sel, protein juga mengalami peningkatan degradasi
12
protein. Peningkatan degradasi protein akan mengakibatkan meningkatnya kadar asam
amino dalam darah. Degradasi protein otot secara terus menerus akan menimbulkan
kelemahan otot.
Penggunaan lemak dan protein sebagai sumber energi lain selain glukosa merupakan proses
glukoneogenesis. Glukoneogenesis akan terjadi ketika tubuh membutuhkan glukosa dalam
jumlah yang tidak dapat terpenuhi dari karbohidrat saja.
DASAR DIAGNOSIS
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis tidak
dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria.Dalam menentukan diagnosis DM harus
diperhatikan asal bahan darah yang diambil. Perbedaan antara uji diagnostic DM dan
pemeriksaan penyaring. Uji diagnostic DM dilakukan pada mereka yang menunjukan
gejala/tanda DM, sedangkan pemeriksaan penyring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka
yang tidak bergejala, akan tetapi mempunyai risiko DM. Serangkaian uji diagnostic akan
dilakukan kemudian pada mereka yang hasil pemeriksaan penyaringnya positif, untuk
memastikan diagnosis definitive.
13
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke
dalam kelompok Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu
(GDPT) tergantung dari hasil yang diperoleh.
TGT : Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa
plasma 2 jam setelah beban antara 140 – 199 mg/dL (7.8-11.0 mmol/L).
GDPT : Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa
didapatkan antara 100 – 125 mg/dL (5.6 – 6.9 mmol/L).
Untuk diagnosis dan klasifikasi ada indeks tambahan yang dapat dibagi atas 2 bagian :
1. Indeks penentuan derajat kerusakan sel β
Dinilai dengan pemeriksaan kadar insulin, pro-insulin, dan skeresi peptide
penghunbung. Nilai-nilai “glycosilated hemoglobin”, nilai derajat glikosilasi dari protein
lain dan tngkat gangguan toleransi glukosa juga bermanfaat untuk penilaian kerusakan.
2. Indeks proses diabetogenik
Penilaian proses diabetogenik pada saat ini telah dapat dilakukan penentuan tipe
dan sub-tipe HLA; adanya tipe dan titer antibody dalam sirkulasi yang ditunjukkan pada
pulau-pula langerhans (islet cell antibodies), anti GAD (Glutamic Acid Decrboxylase)
dan sel endokrin lainnya adanya cell mediated immunity terhadap pancreas; ditemkannya
susunan DNA spesifik pada genoma manusia dan ditemukannya penyakit lain pada
pancreas dan pada penyakit endokrin lainnya.
14
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
DIABETES MELLITUS TYPE 2 dengan HIPERTENSI dan DISLIPIDEMIA
DIABETES MELLITUS TYPE 1 dengan HIPERTENSI dan DISLIPIDEMIA
Untuk membedakan DM tipe 1 dan DM tipe 2 dapat dilihat dari beberapa ciri – ciri di bawah ini:
DM type 1 DM type 2
10-15 % penderita DM masuk golongan ini Bentuk lazim sekitar 85% dari DM
Ketoasidosis sering terjadi karena tak Ketoasidosis jarang kecuali bila ada penyakit
terkontrol lain yang berat
15
dijumpai diawali oleh gangguan ginjal atau
kardiovaskular
Insulin yang beredar tidak dapat diukur Kadar insulin rendah, normal, atau bahkan
tinggi
Reseptor insulin tidak terganggu Reseptor berkurang atau tidak efektif
Sering didapat antibody terhadap sel pulau Antibodi terhadap sel pulau tidak ada
Jumlah sel beta berkurang banyak Jumlah sel beta berkurang sedikit
Tidak ada respons terhadap obat hipoglikemik Obat hipoglikemik orang sering efektif
oral
Ada hubungan dengan fenotipe HLA antigen Tidak ada hubungan dengan fenotipe HLA
DR3 dan DR4 (juga B8,B15); heterozigot
DR3/DR4 merupakan risiko khusus
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk DM, yaitu
kelompok usia dewasa tua (> 40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga DM,
riwayat kehamilan dengan berat badan bayi > 4000 gr, riwayat DM pada kehamilan dan
dislipidemia.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksan glukosa darah sewaktu, kadar
glukosa darah puasa. Kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
standar.
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
2. Berpuasa paling sedikit 8jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih
tanpa gula tetap diperbolehkan
16
3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kg BB (anak-anak), dilarutkan
dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
7. Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl
sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Bila hasil pemeriksaan glukosa darah
meragukan, pemeriksaaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis DM. Untuk diagnosis
DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban
glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi
diagnosis DM pada hari yang alain atau TTGO yang abnormal.
17
KOMPLIKASI
18
PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGI DAN NON-FARMAKOLOGI
Dosis
Dosis awal pasien muda 0,7-1,5 U/kg berat badan
Dewasa : Kurus : 8-10U insulin kerja sedang 20-30 sebelum makan pagi dan 4-5U
sebelum makan malam
Gemuk : 20U pagi hari dan 10U sebelum makan malam
19
OBAT HIPOGLIKEMI ORAL (OHO)
Penatalaksanaan Non-Farmakologi
1. Edukasi
2. Diet bagi DM
3. Latihan Jasmani
Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan diet dan latihan jasmani selama beberapa
waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi
farmakologis dengan obat hyperglikemik oral dan atau suntikan.
Edukasi
Pada penderita diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada pola gaya hidup dan perilaku telah
tebentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan aktipasi aktiv pasien,
keluarga dan masyarakat. Dokter harus mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku.
20
Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku diperlukan edukasi dan upaya peningkatan
motivasi.
Pasien dengan diabetes memerlukan diet gizi khusus untuk secara efektif
mengatur kadar gula darah mereka seraya memenuhi kebutuhan gizi mereka.
Dengan kebutuhan nutrisi yang sama seperti orang lain, tantangan terbesar
penderita diabetes terletak pada batasan dietnya. Hal ini dikarenakan segala sesuatu
yang mereka makan memiliki efek langsung pada tingkat gula darah mereka, yang
menempatkan mereka dalam bahaya yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan gizi mereka.
Tujuan diet DM :
21
Menurunkan kadar gula darah mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan
makanan, insulin/obat penurun gula darah, dan aktivitas fisik
Menurunkan gula dalam air air kencing dan mengurangi keluhan sering kencing
Memberikan cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal
J1 : Jumlah Kalori
Makanlah makanan sesuai dengan kebutuhan kalori tubuh
J2 : Jadwal
Makan harus diikutisesuai dengan jam makan
J3 : Jenis Makanan
Makanan harus diperhatikan (Pantang gula dan makanan manis
Makanan yang sebaiknya dihindari:
- Untuk status gizi normal energi yang kita butuhkan per harinya adalah 1.700-2.100 kkal
15.00
22
Jenis yang di
2 maksimal 3 maksimal 2
- Untuk status gizi obesitas (gemuk) energi yang kita butuhkan adalah 1.300-1500
15.00
potong) potong)
maksimal 1 maksimal 1
- Untuk status gizi kurus energi yang kita butuhkan adalah 2.300-2500
23
07.00 10.00 13.00 siang 18.00
15.00
Jenis yang di
2 maksimal 3 maksimal 2
b. Jadwal
24
Karbohidrat
Karbohidrat yang diberikan pada diabetisi lebih dari 55-65% dari total kebutuhan energy
sehari, tidak boleh lebih dari 70% jika dikombinasi dengan pemberian asam lemak tidak jenuh
rantai tunggal (MUFA= monounsaturated fatty acids)
Protein
Jumlah kebutuhan protein yang direkomendasikan sekitar 10-15 % dari total kalori per
hari. Pada penderita dengan kelainan ginjal, dimana diperlukan pembatas asupan protein sampai
40 gram per hari, maka perlu ditambahkan pemberian suplementasi asam amino esensial. Protein
mengandung energi sebesar 4 kilokalori/gram.
Rekomendasi pemberian protein :
25
Kebutuhan protein 15-20% dari total kebutuhan energy per hari
Pada keadaan kadar glukosa dalam darah tidak terkontrol, pemberian protein sekitar 0,8-
1,0 mg/kg berat badan/hari
Pada gangguan fungsi , jumlah asupan protein diturunkan sampai 0,85 gram/kg berat
badan /hari dan tidak kurang dari 40 gram
Jika terdapat komplikasi kardiovaskular , maka sumber protein nabati lebih dianjurkan
dari protein hewani.
Lemak
Lemak mempunyai kadar energy sebesar 9 kalori pergramnya. Bahan makanan ini sangat
penting untuk membawa vitamin A,D,E,K.
Batasi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, jumlah maksimal 10% dari
total kenbutuhan kalori perhari
Jika kadar kolesterol LDL >100 mg/dl, asupan lemak jenuh diturunkan maksimal 7% dari
total kalori perhari
Konsumsi kolesterol maksimal 300 mg/hari, jika kadar kolesterol LDL >100 mg/dl, maka
maksimal kolesterol yang dapat dikonsumsi 200 mg perhari
Batas asupan asam lemak bentuk trans
Konsumsi ikan 2-3 kali seminggu untuk kebutuhan asam lemak
Asupan asam lemak tidak jenuh rantai panjang per hari maksimal 10% dari asupan kalori
total
Beras 50 ½ gls
Bihun 50 ½ gelas
26
Bubur 400 2 gls
Biskuit 40 4 bh bsr
1. Rendah lemak
27
Ikan asin 15 1 ptg kcl
1. Lemak Sedang
28
Golongan II : sumber protein
1.Tinggi lemak
29
Tahu 110 1 bj besar
Lobak Tomat
30
Golongan IV: Sayuran C
3 gr protein, 10 gr karbohidrat
Kacang kedelai
Apel 85 1 bh
Blewah 70 1 tg sdg
Duku 80 9 bh
Durian 35 2 bj segar
31
Kedondong 120 2 bh sdg
Apel 85 1 bh
Blewah 70 1 tg sdg
Duku 80 9 bh
Durian 35 2 bj segar
32
Kurma 15 3 bh
Nanas 95 ¼ bh sdg
Rambutan 75 8 bh
Sawo 55 1 bh sdg
Sirsak 60 ½ gls
Salak 65 2 bh bsr
33
Golongan VI: Susu tinggi lemak
1. Agar-Agar
2. Sereal, Kentang, Singkong, Roti Gandum, Telur
3. Apel, Pir, Jeruk, Wortel, Strawberry
4. Susu, Yogurt,The
5. Kacang-kacangan
1. Semangka, Kurma
2. Soda/Soft Drink, Friedfries
3. Pasta, Bihun, Cookies
34
4. Nasi Putih, Biskuit, Pizza
1. Kebutuhan basal :
Rumus broca
(150-100)X10%= 45
(65:45)X100%=144%
• Diet untuk NY D
35
45X25=1125
• Karbohidrat
• Protein
• Lemak
1012.5X20%=202.5 Kal/hari
Latihan jasmani
Pengelolaan Diabetes mellitus yang dapat meliputi 4 pilar, aktivitas fisik merupakan
salah satu dari keempat pilar tersebut. Kegiatan fisik akan mengurangi risiko kejadian
kardiovaskular dan meningkatkan harapan hidup. Kegiatan fisik akan meningkaatkan rasa
nyaman, baik secara fisik maupun social tampak sehat. Kegiatan fisik post absorpsi makan ,
maka kebutuhan energy otot yang bekerja akan dipenuhi oleh proses pemecahan glikogen
intramuscular, cadangan trigliserida dan juga peningkatan sediaan glukosa hati dan asam lemak
bebas dari cadangan trigliserida ekstramuskular. Pada diabetisis dengan gula darah yang tak
terkontrol, latihan jasmani akan menyebabkan terjadi penigkatan kadar glukosa darah dan benda
keton yang dapat berakibat fatal.
36
Jenis :latihan jasmani endurans (aerobic) untuk kemampuan kardiorespirasi
seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda.
Pencegahan
1. Program penurunan berat badan. Beberapa penelitian menunjukan penurunan berat badan
5-10% dapat mencegah atau memperlambat munculnya DM tipe-2.
2. Diet sehat
Dianjurkan diberikan pada setiap orang yang mempunyai risiko
Jumlah asupan kalori ditunjukan untuk mencapai berat badan ideal
Karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang
sehingga tidak menimbulkan puncak glukosa darah yang tinggi setelah maka.
Mengandung sedikit lemak jenuh, dan tinggi serat larut
3. Latihan jasmani
Perlu pemeriksaan lipid pada saat diagnosis diabetes ditegakan. Perlu pada usia dewasa
pemeriksaan profil lipid sedikitnya setaun sekali. Pemeriksaan profil lipid hasil baik
(LDL<100mg/dl;HDL>50mg/dl(laki-laki>40mg/dl,wanita>50mg/dl);trigliserid<150mg/dl).
Pengurangan asupan kolesterol san penggunaan lemak jenuh serta peningkatan aktivitas fisik
Indikasi pengobatan:
Bila TD sistolik >130mmhg/TD diastolic>80mmHg
Pengelolaan:
Merubah gaya hidup: menurunan berat badan, meningkatkan aktivitas fisik.
37
Obesitas pada Diabetes
Untuk mencegah terjadinya luka/ulkus pada kaki penderita DM ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, seperti :
38