Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
Drg.Hardy Prabowo, Sp.Pros
DEPARTEMEN PROSTHODONTI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
endokrin yang kompleks dan diatur dengan baik dengan melalui sistem tersebut ,
tubuh bergantung pada hormon dan jalur yang pensinyalan kimiawi untuk
merespons tekanan eksternal seperti perubahan suhu, pH, dan kadar glukosa
darah. Kondisi ini disebut dengan homeostatis. Diabetes mellitus (DM) mengacu
kadar glukosa darah. Oleh karena itu, diabetes mellitus (DM) menunjukkan
berdampak pada kualitas hidup dan umur panjang dari penderita, serta biaya
perawatan kesehatan. Jumlah orang dengan diabetes telah meningkat dari 108 juta
pada 1980 menjadi 422 juta pada 2014. Prevalensi diabetes secara keseluruhan
pada orang dewasa di atas 18 tahun telah meningkat 4,7% pada 1980 menjadi
8,5% pada 2014 dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan akan
meningkat menjadi 439 juta, hampir 10% dari orang dewasa pada tahun 2030.2
Hiperglikemia adalah kelainan metabolik yang paling penting secara klinis
pada diabetes mellitus dan dasar diagnosanya. Terlepas dari pengaruh yang jelas
yang disertai tingkat yang lebih besar atau lebih kecil oleh perubahan metabolisme
karbohidrat, protein dan lipid, selain itu jika dalam kondisi kronis dapat
mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah. 2,3 Salah satu komplikasi DM yang sering
dialami penderita diabetes adalah oral diabetic, yang meiputi mulut kering,
dampak diabetes pada penyakit gigi dan perawatan gigi seperti pada pembuatan
gigi tiruan. Dokter gigi harus mengetahui penyakit DM dan manifestasi kliniknya
sehingga dapat diperoleh gigi tiruan yang baik, serta penjelasan yang sejelasnya
untuk penyakit penyerta yang menyertai diabetes mellitus yang sudah lama.3,4
BAB 2
darah) yang bersifat absolut karena pengeluaran insulin yang rendah dari pankreas
atau kurangnya reaksi jaringan perifer terhadap insulin.4,5 Risiko kematian secara
keseluruhan di antara penderita diabetes setidaknya dua kali lipat risiko rekan-
etiologi multipel selain pengaruh yang jelas dari gangguan metabolisme glukosa,
dan protein akibat defek sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya. 2,3,5 DM
sekresi atau respons insulin atau keduanya di beberapa tempat selama perjalanan
penyakit.6
Diabetes melitus tipe 1 terjadi akibat aktivasi autoimun yang menyerang sel beta
ditandai dengan adanya anti glutamic acid dekarboksilase, sel pulau atau antibodi
kerusakan sel beta. Pada pasien diabetes tipe 1 akan membutuhkan terapi insulin
Diabetes melitus disebabkan tidak adanya mekanisme auto imun. Masalah genetik
berperan pada DM tipe 2. DM tipe ini ditandai dengan hiperglikemia kronis yang
aktivitas fisik. Pasien dengan DMT2 mengalami penurunan harapan hidup secara
stroke, neuropati perifer, dan penyakit ginjal.6 Ini lebih sering terjadi pada wanita,
Kelompok ini termasuk orang-orang dengan cacat genetik dari fungsi sel beta
youth) atau dengan cacat kerja insulin; orang dengan penyakit pankreas eksokrin,
seperti pankreatitis atau fibrosis kistik; orang dengan disfungsi yang terkait
Diabetes gestasi
Diabetes gestasi merupakan suatu kondisi bagi seorang wanita yang awalnya tidak
didiagnosis DM, menunjukan level glukosa darah tinggi selama hamil. Wanita
kelainan ini dimulai pada trimester ketiga kehamilan. Tidak ada penyebab khusus
yang telah diidentifikasi namun dipercaya bahwa hormon yang dihasilkan pada
glukosa terganggu.4,6
2.2.2 Patogenesis
Timbulnya penyakit klinis merupakan tahap akhir dari kerusakan selbeta yang
memiliki riwayat keluarga dengan penyakit serupa, faktor genetik diakui berperan
dengan kelompok kontrol. Namun, saat inifokus genetik bergeser ke lokus HLA-
DR kelas II, serta ditemukan bahwa DR3 dan DR4 lebih menonjol daripada HLA-
13 pada DM tipe 1. Selain itu, lokus alel HLA-DQ juga berperan sebagai faktor
untuk memperkuat urutan DNA spesifik. Bukti lain menunjukkan bahwa faktor
genetik yang berperan sebagai salah satu faktor risiko DM tipe 1 berada dalam
hubungan antara subtipe DR4 dan DM tipe 1 terkait alel DQ. Ditemukan bahwa
hanya mereka yang memiliki haplotipe DR4 positif yang membawa alelDQW8
Resistensi insulin pada sel otot dan hati, serta kegagalan sel beta pankreas telah
terbaru telah diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat
dari yang diperkirakan sebelumnya. Organ lain yang juga terlibat pada DM tipe 2
glukosa), dan otak (resistensi insulin), yang ikut berperan menyebabkan gangguan
toleransi glukosa. Saat ini sudah ditemukan tiga jalur patogenesis baru dari
Sebelas organ penting dalam gangguan toleransi glukosa ini (egregious eleven)
menyampaikan, bahwa tidak hanya otot, hepar, dan sel beta pankreas saja
terdapat delapan organ lain yang berperan, disebut sebagai the egregious
eleven.11
(egregious eleven) yaitu kegagalan sel beta pankreas, disfungsi sel alfa pankreas,
sel lemak, otot, hepar, otal, kolon/mikrobiota, usus halus, ginjal, lambung, sistem
imun.11
2.2.3 Patofisiologi
glukosa darah. Ini disekresikan dengan cepat ke dalam darah sebagai respons
terhadap perubahan gula darah. Ketika kadar gula darah meningkat (yaitu, setelah
glukosa di hati sebagai glikogen. Pada pasien diabetes, sel yang bergantung pada
insulin tidak dapat menggunakan glukosa darah yang tersedia sebagai sumber
poliuria adalah tanda klasik DM. Kehilangan cairan yang meningkat akibat buang
air kecil yang berlebihan menyebabkan dehidrasi; oleh karena itu, polidipsia
adalah tanda klasik lainnya. Polifagia juga dialami oleh pasien DM karen sel
yang bergantung pada glukoseter dan insulin pada pasien diabetes kekurangan
a. Penyakit Periodontal
pada penderita diabetes dengan kontrol glikemik yang buruk (gambar 4).5
b. Penyakit Gingiva
Ini adalah infeksi bakteri kronis yang mempengaruhi jaringan gingiva dan
tulang yang menopang gigi (Gambar 6). Jika tidak diobati, penyakit gusi
dapat menyebabkan abses atau kerusakan total jaringan pendukung gigi
karies gigi yang lebih aktif (gambar 6). Selain itu, penurunan aliran saliva
prevalensi karies. 5
Sejumlah jenis lesi mukosa mulut, termasuk lichen planus dan stomatitis
oral secara signifikan lebih tinggi pada pasien dengan DM tipe I dan
e. Infeksi jamur
adalah infeksi jamur sistemik yang jarang tetapi serius yang dapat terjadi
khusus dan obat antijamur dan dengan mengontrol kadar gula darah.5,3
f. Sensasi terbakar
Riwayat kesahatan
pada pertemuan awal. Dokter gigi juga harus bertanya kepada pasien
tentang kadar glukosa darah terkini, tipe diabetes yang diderita, obat
antidiabetic, dosis, waktu pemberian dan obat lain yang diresepkan secara
bersamaan.
Waktu kunjungan
dikarenakan kadar kortisol endogen umumnya lebih tinggi pada saat ini.
Pada pasien yang menerima terapi insulin waktu kunjungan harus
Diet
Penting bagi dokter gigi untuk memastikan bahwa pasien telah makan
dengan normal dan meminum obat seperti biasa. Jika pasien melewatkan
sarapan karena janji dengan dokter gigi tetapi tetap menggunakan dosis
Utnuk prosedur tertentu misalnya sedasi sadar dokter gigi dapat meminta
pasien mengubah pola makan dan dosis obat mungkin perlu diubah dengan
yang akan dilakukan dokter gigi mungkin perlu mengukur kadar glukosa
sekitar 70-130 mg/dL dua jam setelah makan, kadar naik dari batas
tersebut sekitar kurang dari 140 mg/dL , setelah tidak makan (puasa)
selama setidaknya delapan jam: kurang dari 100 mg/dL dan menjelang
tidur 100-140 mg/ dL, kadar gula darah wanita dan pria tida memiliki
pasien.
Tepi gigi tiruan dan permukaan jaringan gigi palsu harus halus tanpa ada
pilihan yang lebih baik karena memberikan sedikit tekanan pada gigi yang
sudah lemah. Hukum ante juga harus diperhatikan karena pasien diabetes
terhadap infeksi dan penyembuhan luka yang tertunda. Pada pasien yang
setengah dosis insulin harian pada pagi hari pengobatan. Glukosa darah
harus diukur sebelum oprasi jika nilainya antara 100-200 mg/dL prosedur
darah harus diukur setiap jam. DM tipe 1 dianggap sebagai faktor risiko
terkait dengan infeksi oleh karena itu Ketika prosedur gigi invasive akan
kemerahan pada gusi, bengkak, gusi berdarah. Sebutkan juga gejala lain
- Sikat gigi dua kali sehari dengan sikat gigi yang lembut dan pasta gigi
berfluoride
plak
Pasien dengan DM yang tidak terkontrol memiliki risiko lebih besar terkena
infeksi dan mungkin memiliki penyembuhan luka yang tertunda. Infeksi akut
dengan keluhan utama gigi depan atas tanggal dan ingin menggantinya, dalam
sepuluh tahun terakhir pasien kehilangan gigi dan digantikan dengan Gigi Tiruan
mengalami kecelakaan dan mengalami patah pada dua gigi belakang kanan yang
kemudian dicabut.9
Riwayat Kesehatan:
8pengobatan
dengan hasil gula darah 184 mg/dL dan hemoglobin 10,4 g/dL. Kemudian
semua gigi rahang atas dalam satu kunjungan. Disarankan dalam satu
kunjungan agar semua gigi rahang atas dapat dijahit dalam 2 kuadran dan
EO :
TAK
dukungan periodontal yang buruk dari sisa gigi yang ada dan disarankan untuk
pemasangan Gigi Tiruan Penuh (GTP). Setelah 8 gigi rahang atas diekstraksi (gigi
DISKUSI:
Immediate denture merupakan salah satu solusi terbaik yang ditawarkan dokter
gigi kepada pasien sesaat setelah pasien dilakukan ekstraksi giginya atau selama
periode edentulisme. Terdapat 2 jenis yaitu gigi tiruan langsung konvensional dan
gigi tiruan langsung sementara (atau transisi), gigi tiruan langsung konvensional
diindikasikan ketika hanya gigi anterior saja yang tersisa dan ridge residual
posterior sembuh dengan baik. Setelah pencabutan gigi anterior gigi tiruan segera
disediakan dan hanya perlu dipasang Kembali setelah masa penyembuhan. Gigi
tiruan Sebagian adalah protesa gigi lepasan yang dirancang untuk meningkatkan
estetika, stabilitas dan/ fungsi untuk jangka yang terbatas lalu setelah itu harus
digantikan dengan protsa definitf. Hal ini diindikasikan Ketika gigi anterior dan
posterior harus dicabut sebelum gigi tiruan dipasang dikarenakan gigi tiruan
penuh (GTP) baru dapat dibuat setelah masa penyembuhan. Pasien juga harus
diinstruksikan untuk tidak segera melepaskan gigi tiruan selama 24 jam pertama,
hiperglikemi dan komplikasi lainnya. Penting bagi dokter gigi untuk mengetahui
dan mengenal jenis tanda dan gejala pasien DM, Penatalaksanaan pasien gigi
dengan penyakit diabetik harus berfokus pada Kesehatan mulut secara umum dan
2. Obradors E.M, Devesa A.E, Salas E.J, Vinas M, Lopez J.L. Oral
MOPCB. 2017;22(5):e586-594.
– JDMS. 2019;18(8):21-23.
1432.
296.
10. Ozougwa J.C, Obimba K.C, Belonwu C.D, Unakalamba C.B. The