Anda di halaman 1dari 24

KASUS MINGGU KE-1

ORAL DIAGNOSIS

Pembimbing:

Sinta Deviyanti, drg., M. Biomed

Disusun oleh:

Amanda Jilan Dhiya (2019-16-131)

Feby Octavyana M (2019-16-141)

Yuliana Permatasari (2019-16-161)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF.DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

JAKARTA

2020
KASUS 1

Seorang pria usia 30 tahun yang bekerja sebagai karyawan swasta datang berobat

ke RSGM FKG UPDM(B) dengan keluhan utama ingin menambal gigi seri depan

atas kiri yang patah karena terjatuh dari motor 6 bulan yang lalu.

Pemeriksaan ekstra oral :

- Tidak ada kelainan

Pemeriksaan intra oral :

- Gigi seri pertama rahang atas kiri tampak patah hingga separuh mahkota

hingga pulpa terbuka dan warna mahkota gigi tampak gelap; Tes Thermal

negatif; Tes Perkusi dan Tekanan (P/T) negatif.

- Gigi premolar pertama atas kanan terdapat karies mencapai dentin dengan

kondisi dentin lunak, pulpa hanya tertutup selapis tipis dentin dan karies

terdapat dibagian mesio-oklusal meluas ke bagian tonjol gigi (cusp) bukal;

Tes Thermal positif

- Terdapat sisa akar di region gigi geraham dua bawah kiri.

- Kondisi gigi saat oklusi yaitu cusp/tonjol mesiobukal gigi permanen geraham

pertama rahang atas berkontak pada bukal groove gigi permanen geraham

pertama rahang bawah kanan-kiri.

- Terdapat kalkulus dan stain (noda)di regio anterior dan posterior rahang atas

dan bawah.
- Gingiva labial anterior rahang atas dan bawah terdapat pigmentasi berwarna

kecoklatan.

- Permukaan lidah, dasar mulut dan palatum normal

- Permukaan mukosa pipi kanan tampak bercak coklat berdiameter 1 cm

dengan batas tepi jelas dan permukaan rata sejajar permukaan mukosa pipi

disekelilingnya serta tidak sakit bila diraba.

Riwayat Sistemik :

- Pasien tidak ada riwayat penyakit sistemik

- Pasien memiliki kebiasaan merokok hingga 5 batang sehari sejak 2 bln yg

lalu.
1. Persiapan yang perlu kalian lakukan di dental unit sebelum melakukan

pemeriksaan pasien, pasien dipersilakan duduk dengan nyaman dan

menggunakan polibib. Persiapan alat seperti alat standar (2 kaca mulut, 1

sonde halfmoon, 1 ekskavator, dan 1 pinset), gelas kumur, lap putih.

Persiapan operator dengan memakai APD seperti masker dan sarung

tangan.

2. Saat pertama kali bertemu pasien sebelum mulai melakukan pemeriksaan

pada pasien yang dilakukan adalah menyapa pasien dan memperkenalkan

diri kepada pasien.

3. Identifikasi data informasi yang perlu dilengkapi sebagai prosedur awal

sebelum pemeriksaan subyektif adalah melakukan identifikasi pasien

dengan menanyakan nama pasien, usia/tanggal lahir pasien, pekerjaan

pasien, alamat tempat tinggal pasien, nomor telepon rumah pasien, email,

pendidikan terakhir, usia ayah dan ibu. Menanyakan perihal Psikososial

Budaya Ekonomi seperti status perkawinan, riwayat kebiasaan (kebiasaan

merokok hingga 5 batang sehari sejak 2 bln yg lalu), hambatan fisik,

kognitif, dan sosial (dengan cara melakukan inspeksi saat berinteraksi

dengan pasien dilakukan dengan cara melihat/memperhatikan keseluruhan

tubuh pasien secara rinci dan sistematis), bahasa yang diakui, dan ekonomi

pasien.
Selanjutnya pemeriksaan subyektif :

a) Informasi Medis

i. Tekanan Darah

Cara Pemeriksaan :

I. Posisikan pasien dengan nyaman (rileks)

II. Siapkan Sphygmomanometer buka kunci kran air raksa dan

posisikan dengan tepat sehingga operator mudah dalam

melakukan pengamatan

III. Persiapkan manset

IV. Pastikan tidak ada udara dalam manset

V. Pasang manset dengan erat 2/3 jari diatas fossa cubiti /

lipatan siku

VI. Kunci kran pada pompa balon

VII. Raba arteri radialis dengan 2/3 jari tangan kiri

VIII. Pompa manset dengan tangan kanan sampai denyut nadi

arteri radialis tidak teraba

IX. Setelah arteri radialis tidak teraba, naikkan air raksa 30

mmHg.

X. Kemudian buka kran pompa balon, sehingga air raksa turun

perlahan dan konstan

XI. Dengarkan denyut arteri brachialis dengan menggunakan

stetoskop sambil membaca ketinggian air raksa


XII. Amati tekanan darah sistolik yang terdengar melalui

stetoskop yaitu suara denyut pertama arteri brachialis yang

muncul setelah kran pompa dibuka

XIII. Turunkan air raksa perlahan dan konstan sampai suara

denyut arteri brachialis pada stetoskop tidak terdengar untuk

mengetahui tekanan darah distolik

XIV. Catat hasil pengamatan, pemeriksaan diulang 2 / 3 kali

untuk mendapatkan hasil yang akurat

XV. Rapikan sphygmomanometer

XVI. Kunci kran air raksa

XVII. Buang udara dalam manset dan lipat dengan baik

XVIII. Tekanan Darah menurut he 7th of Joint National Committe

on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of

High Blood Pressure (JNC-7) :

 Normal : 120/80 mmHg

 Prahipertensi : 120-139/80-89 mmHg

 Hipertensi Fase 1 : 140-159/90-99 mmHg

 Hipertensi Sedang: ≥160/ ≥100 mmHg

b) Nadi

Pemeriksaan pada arteri radialis dan carotis

I. Menjelaskan prosedur kepada pasien

II. Cuci tangan menurut WHO


III. Gunakan sarung tangan

IV. Posisikan pasien dengan nyaman (rileks)

V. Tentukan letak a. Radialis/ a. Carotis, raba menggunakan 2 /

3 jari dari samping tegak lurus dengan arteri

VI. Hitung denyut nadi (kali/ menit)

VII. Cuci tangan setelah prosedur selesai dilakukan.

Catatan hasil pengukuran denyut nadi:

 Remaja dan Dewasa: 60-100 kali/menit

c) Suhu

Keterangan hasil pengukuran suhu

 Hipotermi : <36°C

 Normal : 36 – 37,5°C

 Hipertermi : >37,5-40°C

 Pireksia : >40°C

d) Respirasi

Pasien diminta untuk menempatkan satu telapak tangan pasien

diatas dada sambal bernafas seperti biasa.

 Frekuensi normal: 16-20x pernafasan

e) Berat Badan

Dengan menimbang berat badan dengan menggunakan alat

timbangan berat badan yang dinyatakan dalam satuan kilogram

(kg).

f) Tinggi Badan
Dengan menimbang berat badan dengan menggunakan alat

timbangan berat badan yang dinyatakan dalam satuan kilogram

(kg).

g) Golongan Darah

Menanyakan kepada pasien, sebagai data informasi medis pasien.

ii. Pemeriksaan Penyakit Sistemik

 Penyakit Tekanan Darah

Normal, hipotensi dan hipertensi.

- hipotensi (tekanan darah arteri yang rendah). Menyakan

kepada pasien apakah terdapat gejala – gejala sebagai berikut.

Gejala hipotensi yaitu lelah, kepala pusing, mual, pusing

ketika berdiri langsung dari posisi duduk atau berbaring,

fainting, sinkop, kurang kosentrasi, kulit pucat, depresi, nafas

pendek dan cepat, dehidrasi.

- Hipertensi (peningkaran abnormal tekanan arterial).

Menyakan kepada pasien apabila, mengalami penyakit ginjal

kroik, coarctation aorta, sindrom cushing, penyakit

glukortikoid, dan terapi panjang kortikosteroid, uropati

obstruktif, pheochomocytoma, aldosteronism primer dan

kondisi mirnalkortikoid lainnya yang berlebihan, penyakit

paratiroid, dan tiroid. Gejala sistemik yaitu peningkatan


tekanan darah, gangguan penglihatan (penyempitan dan

skelerosis arteri retina, sakit kepala, pusing, dan tinutus)

 Penyakit Jantung

Menyakan kepada pasien apakah terdapat gejala seperti:

Sering mengalami lelah, infevtive Endocarditis: ptekie pada

konjungtiva palpebral, mukosa bukal, dan palatal,ishemic

Heart Dissease: terdapat nyeri dada, sesak, tertekan berat

pada dada tengah yang menjalar ke lengan kanan atau kiri

hingga leher atau rahang bawah, cardiac Arythmia: palpitasi,

sinkop, presinkop, nafas pendek, nadi terlalu cepat atau

lambat, dan edema perifer, heart Failure: nafas pendek &

cepat, berat badan berlebih dan vena leher membuncit

 Penyakit Diabetes

Menyakan kepada pasien apakah terdapat gejala penyakit

berupa: gangguan penglihatan, paralisis, kebutaan, gagal

ginjal, stroke, amputasi. Apakah pasien sering buang air kecil

tengah malam. Mulut kering, dan sering haus. polidipsi,

polyuria, dan polifagia, nafas bau keton, terdapat gigi goyang

atau lepas

 Penyakit Haemophilia
Gejala penyakit berupa: pendarahan hebat meski trauma

ringan, hemarthrosis, pendarahan spontan, ekimosis,

hematoma pada organ tubuh lainnya

 Penyakit Hepatitis

Gejala penyakit hepatitis, nyeri perut, mual yang hilang

timbul, muntah, lelah, myalgia, malaise, dan demam.

 Penyakit Gastritis

Gejala penyakut ini adalah rasa panas atau gnawing daerah

pencernaan, tidak nyaman daerah perut yang muncul

beberapa jam setelah makan, BAB yang berdarah.

 Alergi Obat- Obatan

Gejala alergi berupa batuk, bersin, gatal – gatal, bila setelah

minum obat atau makan mengalami gejala reaksi toksik

anestesi lokal seperti banyak berbicara, bicara cadel, pusing

mual, depresi, euphoria.

 TBC

Gejala pederita TBC tidak spesifik, tetapi dapat mengalami:

batuk, lesu, malaise, anoreksia, kehilangan berat badan tanpa

penyebab jelas, keringat dingin, dan dan demam. Peningkatan

suhu terjadi pada sore atu menjelang malam hari dan disertai

demam.

 Asma
Gejala penderita asma seperti batuk yang bertambah pada

malam hari, dada terasa sesak, dan flushing (berlangsung

cepat dengan puncak berlangsung dalam 10 sampai 15

menit).

iii. Status Gizi

iv. Resiko Jatuh

4. Pemeriksaan subyektif yang dilakukan kepada pasien yaitu menanyakan

keluhan utama pada pasien, yaitu ingin menambal gigi seri depan atas kiri

yang patah karena terjatuh dari motor 6 bulan yang lalu. Menanyakan

riwayat perjalanan penyakit, dan riwayat penyakit yang diturunkan.

5. Pemeriksaan obyektif yang dilakukan kepada pasien yaitu :

I. Ekstra Oral

a. Wajah

 Bentuk: persegi, lonjong, oval, bundar

 Simetris atau asimetris

 Profil: lurus (permukaan labial gigi anterior agak datar)

 cembung: permukaan labial gigi anterior sebaiknya cembung

 cekung: permukaan labial gigi anterior datar.

b. Pipi: simetris atau asimetris

c. Bibir: simetris atau asimetris


Palpasi jaringan lunak wajah bertujuan untuk mendeteksi adanya

pembesaran yang hampir tidak kentara kelenjar parotis, pipi, bibir,

struktur submandibular, TMJ, otot-otot ekstra oral.

d. Limfonodi: teraba atau tidak teraba

Inspeksi dan palpasi leher dimulai dengan mengatur pasien berbaring,

sehingga daerah submandibular, submental, dan anteroposterior otot

stenocleidomastoideus, garis tengah laring, trakea, dan kelenjar tiroid

dapat terlihat jelas.

e. TMJ: normal / unilateral / bilateral

Pemeriksaan dan penilaian sendi temporo mandibular terdiri dari

palpasi sendi temporo mandibular, penentuan pembukaan mulut paling

maksimum, observasi deviasi lateral mandibular saat gerakan

membuka dan menutup mandibular, palpasi otot pengunyahan.

II. Intra Oral

i. Jaringan Keras

 Oklusi

Melihat hubugan gigitan berdasarkan kontak gigi M1 atas

dan M1 bawah.

 Vitalitas Gigi: +/-

Vitalitas gigi diperiksa dengan tes termal. Panas dengan

menggunakan guttaperca panas (jarang dilakukan) dan

dingin menggunakan butiran kapas yang dibasahi etil


klorida sampai terlihat buga es kemudian ditempelkan pada

daerah permukaan bukal atau labial. Pasien diminta untuk

mengangkat tangannya bila sensasi di gigi yang sedang

diperiksa.

Hasil (+) : memberikan respon

 Perkusi: +/-

Menentukan keadaan jarigan periodontium dan periapeks.

Caranya dengan mengetuk permukaan insisal/oklusal

dengan ujung pegangan kaca mulut yang diletakkan parallel

dengan eksis gigi kemudian menggigit obyek yang tidak

terlalu keras, misalnya cotton rol atau bila nyeri parah tekan

dengan ujung jari secara perlahan

Hasil (+) : adanya rasa nyeri menunjukkan inflamasi

periapical.

 Mobilitas

Guna menentukan derajat kegoyangan gigi. Caranya dengan

di goyangkan ke arah lateral menggunakan jari telunjuk

diletakkan pada permukaan labial kearah palatal atau bukal.

kegoyangan vertikal, jari telunjuk ditekankan pada

permukaan insisal atau oklusal kea rah apeks.

Hasil (+) : menunjukkan adanya kegoyangan

 Migrasi : +/-

Dicatat bila gigi malposisi atau migrasi (pergeseran gigi).


 Titik Kontak

Pembentukan area kontak awalnya ketika awalnya ketika

gigi erupsi awalnya berupa kontak poin setelah. Setelah

dewasa maka bentuk gigi kontak anterior berbeda dengan

gigi posterior. Gigi anterior berupa titik, sedangkan gigi

posterior berupa bidang.

ii. Jaringan Lunak

 Palplasi ( +/- )

Pemeriksaan palpasi dilakukan dengan bertujuan untuk

menentukan luas penyebaran proses inflamasi. Caranya

dengan melakukan tekanan kuat pada mukosa di atas apeks

dengan ujung jari untuk melihat adanya fluktuasi, krepitasi,

keras atau lunak.

 Pocket (+/-)

 Resesi (+/-)

Pemeriksaan poket / resesi dan hilangnya perlekatan dapat

diperiksa secara bersama sama dan langsung dicatat dalam

kolom-kolom yang disepakati sbb: Kolom resesi dibagi

empat masing-masing untuk permukaan mesial (m), distal

(d), dan liangal/palatal (l/p).

Cara pemeriksaan dengan menggunakan poket probe. Probe

periodontal digunakan jika terdapat resesi gingiva. Apabila


poket probe dimasukkan dalam poket di bagian bukal

misalnya, yang perlu dicatat adalah :

Kedalaman poket (Pb) adalah jarak antara puncak gingival

sampai dasar poket. Bersamaan dengan mengukur

kedalaman poket diukur sekaligus hilangnya perlekatan

adalah jarak antara cemento enamel junction (CEJ) ke dasar

poket. Bila pada permukaan gigi diperiksa terdapat resesi

terbuka (bukan terselubung) CEJ dapat dilihat dengan

mudah tetapi apabila CEJ tidak dapat dilihat, perkiraan

posisi CEJ didasarkan atas pengetahuan anatomi gigi.Hasil

(+) bila terdapat poket. Resesi gingival yang dicatat adalah

resesi yang terbuka bukan yang terselubung. Resesi diukur

dari CEJ ke puncak tepi gingival. Resesi gingival

diklasifikasikan berdasarkan Miller.

 Torus Palatinus

Cara pemeriksaan dengan melihat dan dibantu

perabaan/palpasi. Pada torus palatinus dilihat pada palatum

durum tampak penonjolan dengan palpasi keras dan

berwarna sewarna dengan mukosa sekitar atau pucat di

tengah palatum durum.

 Torus Mandibularis

Torus mandibularis tampak penonjolan dengan palpasi

keras dan berwarna sewarna dengan mukosa sekitar atau


pucat dilihat pada prosesus alveolaris sisi lingual di region

rahang bawah dekat dengan gigi P2 dan C. Cara

pemeriksaan dengan melihat dan dibantu perabaan/palpasi.

 Palatum ( dalam / sedang / dangkal)

Cara pemeriksaan dengan kaca mulut no.4 yang diletakkan

di daerah palatum durum kemudian dilihat seberapa

banyaknya bagian dari kaca mulut yang tertanam

dibandingkan dengan tinggi servikal gigi atau prosesus

alveolaris.

palatum dalam apabila lebih dari ½kaca mulut tertanam,

palatum sedang apabila ½dari kacamulut tertanam, palatum

dangkal apabila kurang dari ½kaca mulut tertanam.

Hasil : permukaan palatum normal.

 Vestibulum ( dalam / sedang / dangkal)

Cara pemeriksaan dengan kaca mulut no.4 yang diletakkan

di daerah vestibulum tanpa tekanan. Kemudian dilihat

seberapa banyaknya bagian dari kaca mulut yang tertanam

dibandingkan dengan tinggi prosesus alveolaris. Vestibulum

dalam apabila lebih dari ½ kaca mulut tertanam, vestibulum

sedang apabila ½ dari kaca mulut tertanam, vestibulum

dangkal apabila kurang dari ½ kaca mulut tertanam.

 Frenulum (tinggi / sedang / rendah)


Cara pemeriksaan dengan sedikit menarik bibir/pipi dan

melihat seberapa jauh perlekatan frenulum terhadap tinggi

prosesus alveolaris. Frenulum tinggi apabila perlekatanya

mendekati puncak prosesus alveolaris atau lebih dari ½

tinggiprosesus alveolaris., frenulum sedang apabila

perlekatanya pada ½ tinggi prosesus alveolaris, frenulum

rendah apabila perlekatanya kurang dari ½tinggi prosesus

alveolaris.

 Perlekatan dasar Mulut: (tinggi / sedang / rendah)

Cara pemeriksaan dengan meninstruksikan pasien

mengangkat lidahnya dan melihat bagaimana perlekatan

dasar mulut terhadap tinggi prosesus alveolaris Perlekatan

tinggi apabila perlekatanya mendekati puncak prosesus

alveolaris atau lebih dari ½tinggi prosesus alveolaris,

perlekatan sedang apabila perlekatanya pada ½ tinggi

prosesus alveolaris, perlekatan rendah apabila perlekatanya

kurang dari ½tinggi prosesus alveolaris.

Hasil : perlekatan dasar mulut normal

 Mukosa Oral

Prosedur pemeriksaan intra oral:Pemeriksaan klinis harus

dilakukan untuk mendeteksi suatu lesi. Pedoman WHO

merekomendasikan penggunaan 2 kaca mulut dan


pemeriksaan palpasi digital untuk pemeriksaan lesi tertentu.

Gigi tiruan harus dilepas sebelum pemeriksaan.

Langkah 1 Bibir harus diperiksa baik saat mulut tertutup

dan terbuka. Tekstur bibir, warna bibir dan abnormalitas

vermillion borderharus dicatat, langkah 2 mukosa labial

anterior bawah, sulkus dan alveolus harus diperiksa dengan

menarik bibir bawah dengan 2 kaca mulut, langkah 3

mukosa bukal kanan ditarik dengan 2 kaca mulut dan

komisura, mukosa bukal dan sulkus kanan atas dan bawah

hingga dapat terlihat keseluruhan. Pemeriksaan seluruh

mukosa bukal harus dimulai dari komisura hingga pilar

tonsil anterior. Mukosa alveolar labial kanan atas dan

bawah harus bisa dilihat, langkah 4 sulkus labial atas

anterior, mukosa dan alveolar harus diperiksa dengan

menarik bibir atas dengan 2 kaca mulut, langkah 5 mukosa

bukal kiri harus diretraksi seperti langkah 3 dan komisura

kiri, sulkus atas kiri dan sulkus bawah dapat terlihat.

Pemeriksaan mukosa bukal secara keseluruhan harus

diperiksa dari komisura hingga pilar tonsil. Pada saat yang

sama, mukosa alveolar labial bawah dan atas harus dapat

diamati, langkah 6 palatum keras diperiksa dengan mulut

pasien terbuka lebar. Palatum lunak dapat diperiksa dengan

menekan lidah menggunakan kaca mulut, langkah 7 mukosa


alveolar kanan bawah dapat diperiksa dengan bantuan kaca

mulut untuk menurunkan lidah dan pada saat bersamaan

dasar mulut kanan dapat diperiksa, langkah 8 mukosa

alveolar lingual anterior bawah dapat diperiksa dengan

bantuan kaca mulut, dan saat bersamaan dasar mulut

anterior dapat diobservasi dengan meminta pasien

menaikkan lidahnya, langkah 9 mukosa alveolar lingual kiri

dan dasar mulut kiri dapat diperiksa sesuai langkah 7,

langkah 10 dorsum lidah dapat diperiksa pada posisi

istirahat dan setiap pembengkakan, perubahan

warna/tekstur/pola papilla harus dicatat. Margin lidah kanan

dilanjutkan ujung dan sisi kiri lidah harus diperiksa. Margin

harus diperiksa lebih teliti dengan menarik ujung lidah

dengan kassa untuk mendukung protusi menyeluruh. Pada

saat bersamaan, julurkan lidah ke sisi kiri untuk memeriksa

ventral lidah kanan dan sebaliknya. Jika dibutuhkan,

lakukan palpasi digital lidah.

Hasil :

- Terdapat makula berwarna kecoklatan pada gingiva

labial anterior rahang atas dan bawah.

- Makula berwarna kecoklatan pada permukaan

mukosa labial dengan berbatas tepi jelas,

berdiameter 1 cm serta permukaannya rata sejajar


dengan permukaan mukosa labial disekelilingnya,

dan tidak terasa sakit bila diraba.

6. Adakah pemeriksaan penunjang ?

Hasil : ada, perlu dilakukan rontgen periapikal pada gigi 21

7. Diagnosis dan diagnosis banding yang dapat ditentukan dari hasil

pemeriksaan subyektif dan pemeriksaan obyektif pada pasien tersebut,

yaitu :

Diagnosis: Nekrosis pulpa pada gigi 21 oleh karena fraktur

Diagnosis banding: pulpitis irreversible, gangren pulpa

Nekrosis pulpa oleh karena trauma

Alasan : karena kecelakaan jatuh dari motor 6 bulan yang lalu, mengakibatkan

nekrosis pulpa.

Nekrosis pulpa merupakan Nekrosis pulpa atau kematian jaringan pulpa adalah

kondisi irreversibel yang ditandai dengan dekstruksi jaringan pulpa. Nekrosis

pulpa dapat terjadi secara parsial maupun total.

Nekrosis pulpa dibagi menjadi dua tipe :

a. Nekrosis koagulasi

Pada kondisi ini, terjadi kerusakan sel, yaitu proses fosforilasi oksidatif terganggu

sebagai respon dari kerusakan pada mitokondria.

b. Nekrosis Liquefaksi
Nekrosis liquefaksi disebabkan oleh kolonisasi primer atau sekunder bakteri

anaerob, dimana terjadi dekstruksi enzimatik jaringan. Area nekrosis liquefaksi

dikelilingi oleh zona leukosit PMN, dan sel inflamatori kronik yang padat.

Pada kasus dijelaskan tes thermal ( - ), T/P ( - ) menunjukan nekrosis pulpa oleh

karena trauma.

8. Bagaimana prognosis dari kasus pasien tersebut?

Prognosis dari kasus tersebut yaitu sedang karena pasien kooperatif,

tidak ada penyakit sistemik dan OH buruk.

9. Rencana perawatan yang dapat dilakukan yaitu :

Rencana Perawatan :

 Kegawat darurat : tidak

 DHE : iya,seperti memberitahu cara sikat gigi yang baik dan

benar, cara menggunakan denta floss.

 OHI : iya, seperti instruksikan pasien untuk sikat gigi yang baik

dan benar, instruksi kan berkumur kumur, instruksikan untuk

menggunakan dental floss

 Scalling : iya, karena pasien terdapat kalkulus dan stain di regio

anterior dan posterior rahang bawah

 Pencabutan : iya pada gigi 37 karena terdapat sisa akar

 Tumpatan : iya pada gigi 14 karena terdapat karies

 Permbuatan gigi tiruan : iya pada gigi 37 karena telah dilakukan

pencabutan dan dapat dibuat (GTSL)


 Pembuatan pesawat orto : tidak diperlukan perawatan orto karena

perawatan orto dilakukan apabila pasien memiliki crowding

 Pembedahan : tidak

 Perawatan oklusi : tidak dilakukan perawatan oklusi karena

oklusinya normal

10. Apa saja yang perlu kalian komunikasikan ke pasien terkait temuan-

temuan dari seluruh pemeriksaan yang telah dilakukan tersebut diatas ?

 Menjelaskan kepada pasien bahwa di gigi seri pertama rahang atas

kiri pasien terdapat nekrosis pulpa dimana perawatan yang harus

dilakukan berupa perawatan saluran akar untuk memperbaiki gigi

pasien sehingga gigi seri tersebut dapat dipertahakan sehingga pasien

dapat percaya diri kemudian pasien dirujuk ke Spesialis konservasi

 Kemudian memberikan penjelasan kepada pasien bahwa terdapat

karang gigi dan noda di gigi depan dan belakang pada rahang atas

dan rahang bawah sehingga pasien harus dirujuk ke spesialis perio

untuk melakukan scalling.

 Pada gigi geraham dua bawah kiri pasien terdapat sisa akar, sehingga

pasien perlu dilakukan pencabutan pada gigi tersebut dan pada gigi

premolar pertama atas kanan terdapat karies mencapai dentin dengan

kondisi dentin lunak, pulpa hanya tertutup selapis tipis dentin


sehingga pasien harus dilakukan pencabutan dan penambalan yang

dirujukan ke spesialis konservasi.

 Kemudian pada permukaan mukosa pipi kanan pasien nampak

bercak coklat sehingga pasien harus dirujuk ke spesiali oral

medicine.

 Setelah dilakukan Perawatan Saluran Akar (PSA) pada gigi seri

pertama rahang atas kiri pasien sehingga pasien perlu untuk

memasang crown pada gigi dan pada gigi geraham dua bawah kiri

pasien setelah dilakukan pencabutan perlu dilakukan pembuatan gigi

tiruan sebagian lepasan (GTSL) sehingga pasien perlu dirujuk ke

spesialis prostodonti,.

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiman BJ, Hafiz A. Epistaksis dan Hipertensi. Jurnal Kesehatan

Andalas. 2012; 1(1): 75-79.


2. Hermawan L, Subiyono HS, Rahayu S. Pengaruh Pemberian Asupan

Cairan (Air) Terhadap Profil Denyut Jantung Pada Aktivitas Aerobik.

Journal of Sport Sciences and Fitness. 2012; 1(2).

3. Manaf A, Nabilla F, Wahyudianto NF. Pemeriksaan Denyut Nadi.

Praktikum Biomekanika & Transportasi. Univ. Airlangga. 2018. (4): 1 – 6.

4. Wibowo A. Pengaruh umur dan jenis kelamin terhadap angka kejadian

nekrosis pulpa dengan abses periapikal. UPT Pepuskataan Universitas

Sebelas Maret. 2015 (3): 1-17

Anda mungkin juga menyukai