Anda di halaman 1dari 24

Penyakit Jantung dan

Pembuluh Darah

Arifin
CURICULUM VITAE

Nama : dr. Arifin, SpPD, KIC, FINASIM


Tempat/tgl lahir : Jombang, 8 Januari 1972
Agama : ISLAM
Alamat kantor: SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Jl. Kolonel Sutarto 132 Surakarta
Alamat rumah : Jl. Tarumanegara III No. 39 Banyuanyar Banjarsari Surakarta
Handphone : +62813 2751 2014, +6281 7946 9272
Email : arifinkic@staff.uns.ac.id
Spesialis : Penyakit Dalam FK UNS 2008
Konsultan : Konsultan Intensive Care FK UI/RSCM Jakarta 2015
Jabatan : Kepala Medical ICU RSUD Dr Moewardi
Tujuan Pembelajaran Umum
• Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
melakukan penanggulangan PTM terpadu di
FKTP
Penanggulangan Tujuan Pembelajaran Khusus
penyakit jantung • Menjelaskan langkah-langkah pengendalian
faktor risiko PTM terpadu di FKTP
dan pembuluh Pokok Bahasan
darah di FKTP • Penanggulangan PTM di FKTP

Sub Pokok Bahasan


• Penanggulangan Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah
HIPERTENSI (“bahaya diam-diam”)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi  tekanan darah sistolik ≥140


mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg
(Joint National Committe on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High Pressure VII/ JNC-VII, 2003)

Banyak orang yang merasa sehat dan energik walaupun memiliki


tekanan darah tinggi  tidak menunjukan gejala khas

Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan


melakukan pemeriksaan tekanan darah.

Jika hipertensi dapat dideteksi lebih dini  tatalaksana dilakukan


lebih awal  mencegah timbulnya komplikasi lebih lanjut.
• Beberapa gejala yang sering dirasakan, tetapi
tidak semua bergejala :
Cara mengukur tekanan darah

Persiapan :
• Duduk tenang 3-5 menit
• Buang air kecil terlebih dahulu
• Hindari konsumsi kopi, alkohol dan rokok minimal 30
menit sebelum pengukuran
Proses pengukuran tekanan darah dilakukan dengan :

1.Posisi bersandar dan rileks


2.Lengan diposisikan di atas meja dengan ketinggian sejajar dengan posisi jantung
3.Posisi kaki tidak menyilang dan telapak kaki rata menyentuh lantai
4.Lengan baju tidak dilipat
5.Tidak bergerak dan berbicara selama pengukuran
6.Gunakan manset dengan lebar ¾ dari ukuran lengan atas, letak manset sejajar posisi
jantung, batas bawah manset sekitar 2,5 cm (2 jari) di atas lipatan siku.
7.Bila menggunakan tensimeter digital, pastikan baterai berfungsi dengan baik
8.Lakukan pengukuran 2 (dua) kali, dengan jeda 1-2 menit. Ambil nilai rata-rata dari kedua
pengukuran tersebut.
9.Pada kunjungan pertama, pengukuran tekanan darah dilakukan pada kedua lengan
untuk mendeteksi kemungkinan adanya perbedaan tekanan. Pengukuran selanjutnya
dapat menggunakan sisi lengan dengan pengukuran tertinggi sebagai referensi.
10.
Pada kunjungan pertama pasien diabetes melitus, lanjut usia dan kondisi lain dengan
kecurigaan kemungkinan terjadi hipotensi ortostatik, maka lakukan pula pengukuran
tekanan darah 1-3 menit setelah posisi berdiri.
tekanan darah sistolik dan atau
tekanan darah diastolik
≥140 mmHg ≥ 90 mmHg

Diagnosis
Hipertensi
Pengukuran tekanan darah dilakukan
dan bila salah satu baik dengan cara seperti yang telah
sistolik maupun diastolik dijelaskan
meningkat diatas, minimal 2x kunjungan dengan
jarak antara kunjungan 1 minggu.
Klasifikasi Hipertensi
Tatalaksana Hipertensi
Kriteria Merujuk Pasien Hipertensi
Tatalaksana Hipertensi dan Diabetes Terpadu
Penyakit Jantung Koroner
• Penyakit jantung akibat penyempitan/penyumbatan arteri koroner jantung

• Ketidakseimbangan kebutuhan oksigen miokard dan kemampuan


menyediakan oksigen cukup

• Penyakit jantung koroner stabil tanpa gejala, angina pektoris stabil, dan
sindrom koroner akut (SKA).

• Penyakit jantung koroner stabil tanpa gejala biasanya diketahui dari skrining, sedangkan angina
pektoris stabil didapatkan gejala nyeri dada bila melakukan aktivitas yang melebihi aktivitas
sehari-hari.
Sindrom
Koroner Akut STEMI
(KEGAWATAN)

NSTEMI

UAP
Diagnosis
• Tipe nyeri  nyeri dada yang tipikal (angina tipikal) atau atipikal (angina
ekuivalen).

• Keluhan angina tipikal berupa rasa tertekan/berat daerah retrosternal,


menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, area interskapular, bahu, atau
epigastrium. Keluhan ini dapat berlangsung intermiten/beberapa menit atau
persisten (>20 menit).

• Keluhan angina tipikal sering disertai keluhan penyerta seperti diaphoresis,


mual/muntah, nyeri
abdominal, sesak napas, dan sinkop.
Tatalaksana Penyakit Jantung
Tatalaksana
Gagal
Jantung
Kronik
Study kasus
Pasien laki-laki berumur 56 tahun, gemuk datang dengan
keluhan nyeri dada sejak 2 jam yang lalu, ketika nyeri datang
pasien sedang tidak melakukan apa-apa. Riwayat merokok
sejak 15 tahun yang lalu. Sifat nyeri dada seperti tertekan
dan menjalar ke muka dan lengan. Riwayat penyakit lain
tidak diketahui.
A. Faktor risiko pada pasien ini ?
B. Apa yang harus dilakukan ?
Thank You

Anda mungkin juga menyukai