Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

Edukasi Praktis tentang Hipertensi..................................................................................................1

Pengantar tentang Hipertensi...........................................................................................................3

Diagnosis & Kriteria Hipertensi.......................................................................................................5

Pengukuran Tekanan Darah ............................................................................................................6

Penapisan dan Deteksi Hipertensi ..................................................................................................7

Home Blood Pressuring Monitoring................................................................................................8

Evaluasi Klinis Hipertensi.................................................................................................................9

Penilaian Resiko Penyakit Kardiovaskular ..................................................................................10

Penatalaksanaan Hipertensi............................................................................................................10

Penentuan Batas Tekanan Darah untuk Inisiasi Obat.................................................................12

Komplikasi ........................................................................................................................................13

Pengendalian Hipertensi sebagai Pencegahan Komplikasi.......................................................15

Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogykarta 2021 2
Pengantar tentang Hipertensi

A. Definisi

Berdasarkan JNC VII, seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan sistolik nya melebihi 140
mmHg dan atau diastoliknya melebihi 90 mmHg berdasarkan rerata dua atau tiga kali
kunjungan yang cermat sewaktu duduk dalam satu atau dua kali kunjungan.

Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di
dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal.

Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogykarta 2021 3
Faktor Resiko Hipertensi
Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin,
dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi.
o Usia
Usia mempengaruhi faktor resiko terkena Hipertensi dengan kejadian paling tinggi pada
usia 30 – 40 th.
o Jenis kelamin
Komplikasi hipertensi meningkat pada seseorang dengan jenis kelamin laki-laki.
o Riwayat keluarga
Riwayat keluarga dengan hipertensi memberikan resiko terkena hipertensi sebanyak 75%.
o Obesitas
Meningkatnya berat badan pada masa anak-anak atau usia pertengahan resiko hipertensi
meningkat
o Merokok
Resiko terkena hipertensi dihubungkan dengan jumlah rokok dan lamanya merokok
o Keturunan atau Gen
Kasus hipertensi 70%-80% diturunkan dari orang tuanya kepada anaknya.
o Stres Pekerjaan
Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang pendek, tetapi kemungkinan
bukan penyebab meningkatnya tekanan darah dalam waktu yang panjang
o Asupan Garam
Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan darah.
o Aktivitas Fisik (Olahraga)
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga teratur
dapat menurunkan tekanan darah.

Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogykarta 2021 4
Diagnosis Hipertensi

- Gejala

Sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa
saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah
yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

o Sakit kepala
o Kelelahan
o Mual
o Muntah
o Sesak nafas
o Gelisah
o Pandangan menjadi kabur

Klasifikasi Hipertensi

Kategori Tekanan Darah Sistole Tekanan Darah Diastole


Normal <130 dan 85
Normal-Tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi Derajat 1 140-159 dan/atau 90-99
Hipertensi Derajat 2 ≥160 dan/atau ≥100

Tekanan darah sistole (atas)

Tekanan darah diastole (bawah)

Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogykarta 2021 5
Pengukuran tekanan darah

Pengukuran tekanan dapat dilakukan di fasilitas kesehatan seperti puskesmas,


klinik kesehatan dan rumah sakit.

 Persiapan Pasien sebelum melakukan pemeriksaan tekanan darah

1. Pasien harus tenang, tidak dalam keadaan cemas atau gelisah, maupun kesakitan.
Dianjurkan istirahat 5 menit sebelum pemeriksaan.

2. Pasien tidak mengkonsumsi kafein maupun merokok, ataupun melakukan


aktivitas olah raga minimal 30 menit sebelum pemeriksaan.

3. Pasien tidak menggunakan obat-obatan seperti misalnya obat flu dan obat tetes
mata.

4. Pasien tidak sedang menahan buang air kecil maupun buang air besar.

5. Pasien tidak mengenakan pakaian ketat terutama di bagian lengan.

6. Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang tenang dan nyaman.

7. Pasien dalam keadaan diam, tidak berbicara saat pemeriksan

 Posisi

1. Posisi pasien: duduk, berdiri, atau berbaring (sesuai kondisi klinik).

2. Pada posisi duduk:

o Gunakan meja untuk menopang lengan dan kursi


bersandar

o Posisi punggung tetap tegak

o Posisi lengan dan ditekuk dengan siku diletakkan


di meja

o Kedua kaki menyentuh lantai dan tidak


disilangkan.

Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogykarta 2021 6
Penapisan dan deteksi dini Hipertensi

Penapisan dan deteksi Hipertensi atau tekanan darah tinggi di rekomendasikan untuk yang
berusia di atas 18 tahun.

Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogykarta 2021 7
Pemantauan Tekanan Darah Sendiri di Rumah

Pemantauan Tekanan Darah Sendiri di Rumah / Home Blood Pressure Monitoring (HBPM)

Pemantauan Tekanan Darah Sendiri di Rumah / Home Blood Pressure Monitoring


(HBPM) adalah sebuah metode pengukuran yang dilakukan sendiri di rumah atau di tempat
lain di luar klinik yang dilakukan sendiri oleh masyarakat yang memiliki beberapa manfaat
yaitu :

a. Menegakkan diagnosis hipertensi

b. Memantau tekanan darah, baik pada pasien yang rutin mengonsumsi obat
antihipertensi maupun tidak.

c. Menilai efektivitas pengobatan, dosis, kepatuhan masyarakat dalam mengonsumsi


obat, dan resistensi obat

Metode ini dilakukan pada pagi hari (1 jam setelah bangun tidur, sudah BAK, belum
sarapan, dan sudah mengonsumsi obat antihipertensi) dan malam hari sebelum tidur. Selain
itu, pengukuran juga dilakukan dalam posisi duduk, kaki menapak, punggung bersandar,
dan lengan berada di atas permukaan yang datar dan setinggi jantung. Dilarang mengobrol
atau menyilangkan kedua tungkai ketika tekanan darah sedang diperiksa, serta pengukuran
dilakukan minimal 2x setiap pemeriksaan dengan interval 1 menit. Hasil yang didapat lalu
dibuat rata-rata. Pengukuran hari pertama perlu diabaikan dan tidak dimasukkan dalam
catatan.

Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogykarta 2021 8
Evaluasi Klinis tentang Hipertensi

Evaluasi ini memiliki tujuan sebagai :


- Penegakan diagnosis dan derajat hipertensi;
- Penapisan penyebab lain hipertensi;
- Identifikasi faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan hipertensi
(gaya hidup, obat lain, atau riwayat keluarga)
- Identifikasi faktor risiko kardiovaskular yang lain (termasuk gaya hidup
dan riwayat keluarga)
- Identifikasi penyakit penyerta
- Menentukan ada tidaknya HMOD (Hypertension-mediated Organ Damage)
atau penyakit pembuluh darah dan jantung atau ginjal yang sudah ada
sebelumnya untuk stratifikasi risiko.
Evaluasi ini dapat dilakukan dengan cara melakukan beberapa metode
pemeriksaan, yaitu :
- Rekam Jantung EKG : untuk penapisan gangguan pada jantung
- Albuminuria : untuk deteksi kerusakan ginjal
- Funduskopi : deteksi retinopati hipertensi terutama pada derajat 2-3
- Ekokardiografi : detelski kelainan struktur dan fungsi jantung
- PWV (Pulse Wave Volocity) : index kekakuan arteri dan arteriosklerosis
- Perdarahan Otak : evaluasi adanya penyempitan pembuluh darah atau
perdarahan pada otak, terutama pada masyarakat dengan penyakit stroke
atau penurunan fungsi kognitif.

Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogykarta 2021 9
FAKTOR RISIKO KARDIOVASKULAR PASIEN HIPERTENSI

Jenis kelamin (laki-laki > perempuan)


Usia
Merokok (saat ini atau riwayat)
Kolesterol total dan HDL
Asam urat
Diabetes
Overweight atau obesitas
Riwayat keluarga CVD (cardiovascular disease) dini (laki-
laki usia <55 tahun dan perempuan <65 tahun)
Riwayat keluarga atau orangtua dengan onset dini
hipertensi
Menopause onset dini
Pola hidup inaktif (sedentary)
Faktor psikososial dan sosioekonomi
Denyut jantung (nilai istirahat >80 kali/menit)
HMOD (hypertension-mediated organ damage) asimtomatik
Adanya penyakit kardiovaskular atau ginjal, seperti
stroke iskemik dan gagal jantung

PENATALAKSANAAN HIPERTENSI

INTERVENSI POLA HIDUP

Pola hidup sehat dapat mencegah ataupun memperlambat awitan hipertensi dan dapat
mengurangi risiko kardiovaskular. Pola hidup sehat yang telah terbukti menurunkan
tekanan darah sebagai berikut:

a) Pembatasan konsumsi garam


Konsumsi garam berlebih terbukti meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan
prevalensi hipertensi. Rekomendasi penggunaan natrium (Na) sebaiknya tidak lebih dari 2
gram/hari (setara dengan 5-6 gram NaCl perhari atau 1 sendok teh garam dapur). Sebaiknya
menghindari makanan dengan kandungan tinggi garam.

Perubahan pola makan

Pasien hipertensi disarankan untuk konsumsi makanan seimbang yang mengandung


sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan segar, produk susu rendah lemak, gandum, ikan,
dan asam lemak tak jenuh (terutama minyak zaitun), serta membatasi asupan daging merah
dan asam lemak jenuh.

Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogykarta 2021 10
Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal

Tujuan pengendalian berat badan adalah mencegah obesitas (IMT >25 kg/m2), dan
menargetkan berat badan ideal (IMT 18,5 – 22,9 kg/m2) dengan lingkar pinggang <90 cm
pada laki-laki dan <80 cm pada perempuan.

Olahraga teratur

Olahraga aerobik teratur bermanfaat untuk pencegahan dan pengobatan hipertensi,


sekaligus menurunkan risiko dan mortalitas kardiovaskular. Olahraga teratur dengan
intensitas dan durasi ringan memiliki efek penurunan TD lebih kecil dibandingkan dengan
latihan intensitas sedang atau tinggi, sehingga pasien hipertensi disarankan untuk
berolahraga setidaknya 30 menit latihan aerobik dinamik berintensitas sedang (seperti:
berjalan, joging, bersepeda, atau berenang) 5-7 hari per minggu.

Berhenti merokok

Merokok merupakan faktor risiko vaskular dan kanker, sehingga status merokok harus
ditanyakan pada setiap kunjungan pasien dan penderita hipertensi yang merokok harus
diedukasi untuk berhenti merokok.

Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogykarta 2021 11
PENENTUAN BATAS TEKANAN DARAH UNTUK INISIASI OBAT

Penatalaksanaan medikamentosa pada penderita hipertensi merupakan upaya untuk


menurunkan tekanan darah secara efektif dan efisien.
Meskipun demikian
pemberian obat

antihipertensi
bukan selalu

merupakan langka Hipertensi HMOD=hypertension-mediated organ damage; PJK=penyakit


jantung koroner; PKV=penyakit kardiovaskular; TD=tekanan darah.

*Inisiasi terapi obat pada kelompok pasien ini disarankan untuk dikonsultasikan kepada
spesialis dengan target tatalaksana disesuaikan dengan panduan penyakit spesifik.

Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogykarta 2021 12
KOMPLIKASI HIPERTENSI

Tekanan darah tinggi (hipertensi) bisa merusak pembuluh darah dan organ-organ lain
di dalam tubuh. Menurut Ardiansyah, M. (2012) komplikasi dari hipertensi adalah:

1. Stroke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh darah yang ada di dalam otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak. Stroke bisa terjadi pada
hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi
dan penebalan pembuluh darah sehingga aliran darah pada area tersebut berkurang.
Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan
terbentuknya aneurisma.

2. Infark Miokardium
Infark miokard terjadi saat arteri coroner mengalami arterosklerotik tidak pada
menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk thrombus yang dapat
menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi
kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

3. Gagal Ginjal
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-kapiler
glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat protein keluar melalui urin dan
terjadilah tekanan osmotic koloid plasma berkurang, sehingga terjadi edema pada
penderita hipertensi kronik.

4. Ensefalopati
Kerusakan otak (ensefelopati) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang
mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi disebabkan oleh
kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam

Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogykarta 2021 13
ruang interstitium diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya saraf-saraf disekitarnya
terjadi koma dan kematian.

5. Demensia
Penyakit ini merupakan penyakit otak yang membuat penderitanya sulit
berpikir, berbicara, bernalar, mengingat, melihat, maupun bergerak. Ada beberapa
penyebab kondisi ini, salah satunya adalah demensia vascular. Demensia vascular
terjadi akibat penyempitan pembuluh darah, yang membuat tersumbatnya suplai
darah ke otak.

6. Gangguan pada mata


Hipertensi pada mata terjadi pada pembuluh darah bagian retina yang
berfungsi untuk mengubah cahaya yang masuk ke mata, menjadi sinyal saraf untuk
disampaikan ke otak. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat membuat pembuluh
darah retina menebal, lalu menyempit dan akhirnya menghambat aliran darah di
sekitar retina. Keadaan ini dapat membunuh sel-sel saraf di mata dan mengganggu
kemampuan penglihatan, bahkan menyebabkan kebutaan.

7. Disfungsi Seksual
Komplikasi hipertensi juga dapat berupa disfungsi seksual, baik pada pria
maupun wanita. Hal ini dikarenakan tekanan darah tinggi menghambat aliran darah,
termasuk darah yang menuju organ penis, sehingga jika pria terkena hipertensi maka
akan berisiko mengalami disfungsi ereksi atau kesulitan mempertahankan ereksi.
Wanita dengan hipertensi pun juga berisiko mengalami penurunan hasrat seksual dan
membuat vagina kering sehingga sulit orgasme.

Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogykarta 2021 14
MENGENDALIKAN HIPERTENSI AGAR TERHINDAR DARI KOMPLIKASI

Penderita hipertensi sebaiknya meningkatkan pengetahuan terkait hipertensu


sehingga dapat mengatasi kekambuhan secara dini atau berupaya melakukan
pencegahan sehingga mengurangi terjadinya komplikasi. Menjaga dan
mempertahankan berat badan, mengurangi makan-makanan yang mengandung
kolesterol,, mengurangi konsumsi garam dalam makanan, melakukan diet tinggi
serat, serta lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur adalah upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah kekambuhan hipertensi.

Gaya sehat yang dimaksud adalah aktivitas keseharian, baik dalam pola
makan, gerak fisik, maupun menjaga pikiran dari sesuatu yang memicu stress.
Mengatur pola makan adalah sesuatu yang sulit untuk dilakukan pada awalnya baik
dalam hal ketepatan waktu makan maupun apa yang harus dikonsumsi atau tidak
baik dikonsumsi sehingga perlu dihindari. Mengurangi konsumsi makanan berlemak
atau makanan bergaram sangat penting bagi penderita hipertensi. Adapun aktivitas
fisik yang disarankan adalah dengan melakukan olahraga secara teratur. Hal lain yang
perlu dilakukan dalam mengurangi resiko kekambuhan adalah dengan tidak
merokok, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, dan menghindari pikiran yang
menimbulkan stress. Pasien juga sebaiknya meningkatkan kepatuhan dalam
pengobatan seperti minum obat sesuai dosis secara berkala dan berkelanjutan.

Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogykarta 2021 15

Anda mungkin juga menyukai