Anda di halaman 1dari 3

PEMERIKSAAN

TEKANAN DARAH
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :

UPT PUSKESMAS
H.Sahruji,SE,SKM,MM
KEDIRI
NIP. 196712311989031130
1. Pengertian Pemeriksaan Tekanan Darah adalah pemeriksaan dengan alat khusus
bernama sphygmomanometer, yang bertujuan mengukur tekanan pada
pembuluh darah arteri ketika jantung berdenyut. Tes ini biasanya dilakukan
sebagai bagian dari pemeriksaan dokter rutin guna mendeteksi
adanya tekanan darah tinggi (hipertensi)
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas klinis dalam melaksanakan Pemeriksaan Tekanan
darah
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Kediri Nomor tentang Kajian
Awal Klinis
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 514 tahun 2015
tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama
5. Prosedur 1. Petugas klinis melakukan pemeriksaan dengan mematuhi Protokol
Kesehatan 3M:
- Memakai masker
- Mencuci tangan
- Menjaga jarak
2. Petugas klinis menganjurkan pasien dan keluarga memakai masker
dengan benar
3. Petugas klinis menyiapkan alat dan bahan:
- Sphygmomanometer
- Stetoskop
- Kursi dan meja periksa
4. Petugas klinis melakukan teknik pemeriksaan:
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Jelaskan kepada pasien jenis dan prosedur pemeriksaan yang akan
dilakukan.
3. Mempersilahkan pasien untuk istirahat paling tidak 5 menit dalam
posisi pemeriksaan (posisi duduk).
4. Pastikan ruang pemeriksaan tenang dan nyaman.
5. Lengan yang akan diperiksa harus bebas dari pakaian. Pastikan pada
lengan tersebut tidak terdapat cimino untuk dialisis, bekas luka yang
disebabkan putusnya arteri brachial sebelumnya maupun limfaoedem.
6. Lakukan palpasi pada arteri brakhialis untuk memastikan terabanya
denyut.
7. Posisikan lengan pasien sedemikian rupa sehingga arteri brakhialis
sejajar dengan jantung. Apabila pasien dengan posisi duduk maka
letakkan lengan pada meja sedikit diatas pinggul.
8. Tentukan ukuran manset. Bila manset terlalu besar untuk lengan
pasien, seperti pada anak-anak, maka pembacaannya akan lebih rendah
dari tekanan sebenarnya. Bila manset terlalu kecil, misalnya pada
penggunaan manset standar pada pasein obes, maka pembacaan tekanan
akan lebih tinggi dibanding tekanan sebenarnya.
9. Pasang manset dengan membalutkannya dengan kencang dan lembut
pada lengan atas. Batas bawah manset berada pada 2.5 cm di atas fossa
antecubiti, dan balon manset harus berada di tengah arteri brakialis.
10. Posisikan lengan pasien sedemikan rupa sehingga siku sedikit fleksi.
11. Pompa manset hingga mengembang. Untuk menentukan seberapa
tinggi tekanan manset, pertama-tama perkirakan tekanan sistolik dengan
palpasi. Raba arteri radialis dengan satu tangan, kembangkan manset
secara cepat sampai dengan pulsasi arteri radialis menghilang. Baca
tekanan yang terbaca pada manometer, lalu tambahkan 30 mmHg.
Gunakan jumlah ini sebagai target untuk mengembangkan manset
sehingga mengurangi ketidaknyamanan karena manset yang terlalu
kencang.
12. Kempiskan manset dan tunggu 15-30 detik.
13. Tempatkan membran stetoskop pada arteri brachialis.
14. Kembangkan manset secara cepat sampai dengan tekanan yang telah
ditentukan sebelumnya.
15. Kempiskan secara perlahan dengan kecepatan 2-3 mmHg per detik.
16. Dua bunyi pertama yang terdengar adalah tekanan sistolik pasien.
17. Turunkan tekanan 10-20 mmHg.
18. Kemudian kempiskan manset secara cepat hingga nol.
19. Titik dimana bunyi terdengar menghilang merupakan tekanan
diastolik pasien.
20. Tunggu selama 2 menit, kemudian ulangi pemeriksaan untuk
mendapatkan nilai rata-rata.

5. Petugas klinis melakukan analisa hasil pemeriksaan:


Bunyi pertama yang terdengar pada auskultasi arteri brakhialis saat
manset dikempiskan adalah tekanan darah sistolik (fase korotkof I).
Bunyi terkahir yang masih dapat terdengar adalah tekanan diastolic (fase
korotkof II).
Catatan: target tekanan darah pada pasiendengan hipertensi, DM atau
penyakit ginjal <130/80 mmHg
Apabila tekanan darah sistolik dan diastolik berada pada kategori yang
berbeda, gunakan kategori yang tertinggi. Misalnya, tekanan darah
170/92 mmHg berada pada kategori hipertensi stage II; tekanan darah
135/100 mmHg berada pada kategori hipertensi stage I.
Hipotensi ortostatik adalah penurunan tekanan darah sistolik ≥ 20 mmHg
atau tekanan darah diastolik ≥ 10 mmHg setelah pasien berdiri sampai
dengan 3 menit.
Tabael klasifikasi tekanan darah dewasa (>18tahun) menurut JNC 7:
KATEGORI SISTOLIK DIASTOLIK
Normal < 120 <80
Pre Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 90-99
Hipertensi stage 2 ≥ 160 ≥ 100

6. Petugas klinis melakukan pencatatan di Rekam Medis


6. Unit terkait UGD
Rawat Inap
Poli Umum
Poli KIA
Pustu, Ponkesdes

Anda mungkin juga menyukai