Anda di halaman 1dari 60

BASIC HYPERTENSION

Definisi
• Hipertensi merupakan masalah kesehatan global berakibat peningkatan angka kesakitan dan
kematian serta beban biaya kesehatan termasuk di Indonesia
• Hipertensi merupakan faktor risiko terhadap kerusakan organ penting seperti otak, jantung,
ginjal, retina, pembuluh darah besar (aorta) dan pembuluh darah perifer.
• Diagnosis hipertensi ditegakkan bila TDS ≥140 mmHg dan/atau TDD ≥90 mmHg pada
pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan.
• Untuk mengkonfirmasi diagnosis hipertensi, harus dilakukan pengukuran minimal dua kali,
dalam interval 1-4 minggu, kecuali bila TD sudah ≥180/110 mm Hg pada kunjungan pertama,
atau sudah terbukti adanya HMOD (Hypertension-mediated organ damage)
• Alternatif lainnya, diagnosis juga dapat ditegakkan melalui pemeriksaan (Ambulatory Blood
Pressure Monitoring/ABPM) / (Home Blood Pressure Monitoring/HBPM) di rumah, dengan
nilai cut-off yang berbeda-beda minggu kedua
• Setelah bangun dan 1 jam sebelum tidur 1 minggu 4-5 kali TD ambang 135/85 (HBPM)
• Berikut merupakan kriteria hipertensi berdasarkan International
Society of Hypertension tahun 2020:

Unger T, et.al. 2020 International Society of Hypertension Global Hypertension Practice Guidelines. (Hypertension. 2020;75:1334-1357. DOI: 10.1161/HYPERTENSIONAHA.120.15026.)
Patofisiologi

Chilsom, OE. Pathophysiology of


Hypertension and Hypertension
Management. Texas Hypertension
Conference 2017
• Cardiac output
• Hearth rate (B2 agonit dobutamin dopamin)
• Stroke volume
• Vasodilator (ace inhibitor CCB)
• Menurunkan hearth rate (beta blocker)
• Variabilitas TD dalam 24 jam, dipengaruhi oleh 2 komponen penting:
• Dipping; derajat penurunan tekanan darah selama tidur
• Normal bila penurunan TD 10-20% no diiper 0-10% reverse dipper malah naik. Outcome
malah naik.
• Wake up/morning surge; peningkatan tekanan darah saat bangun dan berdiri
• Peningkatan mendadak (surge) pada saat bangun tidur dapat meningkatkan kejadian
kardiovaskuler

Kario K. Nocturnal Hypertension. Hypertension. 2018;71:997–1009.


https://www.ahajournals.org/doi/full/10.1161/HYPERTENSIONAHA.118.10971

Bochenek A, Krzych LJ. Blood pressure variability: epidemiological and clinical


issues. Cardiol J. 2013;20(2):112-20. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23558867/
1. Istirahat 5 menit sebelum pemeriksaan
2. Tidak mengkonsumsi kafein, rokok maupun
olahraga 30 menit sebelumnya
3. Tidak menggunakan obat-obatan yang
mengandung stimulan adrenergik seperti
fenilefrin atau pseudoefedrin sebelumnya
4. Gunakan ukuran manset yang sesuai dengan
lingkar lengan atas
5. Ukur tekanan darah 3 kali dengan selang waktu
1-2 menit, lalu ambil rerata dari 2 pemeriksaan
terakhir
6. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada kedua
lengan
7. Lakukan juga pemeriksaan dalam posisi berdiri
(1 menit dan 3 menit setelah berdiri untuk
menyingkirkan hipotensi ortostatik)

Dinyatakan hipotensi ortostatik bila terdapat


penurunan TDS sistolik ≥20 mmHg atau TDD
Unger T, et.al. 2020 International Society of Hypertension Global Hypertension Practice Guidelines.
≥10 mmHg dalam kondisi berdiri selama 3
(Hypertension. 2020;75:1334-1357. DOI: 10.1161/HYPERTENSIONAHA.120.15026.) menit
HBPM (Home Blood Pressure Monitoring)
• Merupakan metoda pengukuran tekanan darah yang dilakukan sendiri oleh pasien di rumah atau di luar klinik
(out of office)
• Beberapa kegunaan HBPM diantaranya:
• Menegakkan diagnosis hipertensi, terutama dalam mendeteksi hipertensi jas putih (white coat
hypertension) dan hipertensi terselubung (masked hypertension)
• Memantau tekanan darah, termasuk variabilitas tekanan darah, pada pasien hipertensi yang mendapat
pengobatan maupun tidak
• Menilai efektivitas pengobatan, penyesuaian dosis, kepatuhan pasien dan mendeteksi resistensi obat
• Pengukuran dilakukan 2x per hari, pada pagi hari dilakukan 1 jam setelah bangun tidur, serta pada malam hari
sebelum tidur. Dilakukan 2x pemeriksaan per kali, dengan interval 1 menit.
• Hasil akhir merupakan rerata dari minimal 2 kali pemeriksaan dalam waktu 3 hari atau lebih dengan
membedakan hasil pengukuran pagi dan malam hari
• Dinyatakan hipertensi bila TD sistol lebih dari sama dengan 135 mmHg dan/atau TD diastol lebih dari sama
dengan 85 mmHg
ABPM (Ambulatory Blood Pressure
Monitoring)
• Merupakan metoda pengukuran tekanan darah selama 24
jam, termasuk saat tidur
• Kegunaan dari ABPM yaitu:
• Memberikan data TD dan frekuensi nadi selama 24 jam
• Memberi informasi variabilitas TD, grafik sirkadian TD,
lonjakan TD fajar (morning surge), dan penurunan TD
malam hari (night time dipping)
• Untuk mengkonfirmasi pasien dengan hipertensi
resisten, dugaan hipertensi jas putih (white coat
hypertension), pasien OSA (obstructive sleep apnea),
serta
• Evaluasi efek terapi terhadap profil TD 24 jam
• Dinyatakan hipertensi bila rerata TD sistol selama 24 jam
lebih dari sama dengan 130 mmHg, dan/atau TD diastole
lebih dari sama dengan 80 mmHg.
White Coat Hypertension dan Masking
Hypertension
• White Coat Hypertension 
• Pasien dengan hipertensi jenis ini memiliki TD klinik tinggi, namun normal dengan pengukuran HBPM
atau ABPM
• Hal ini disebabkan oleh respon adrenergic sesaat yang muncul saat pengukuran TD di klinik
• Terapi obat rutin tidak dianjurkan, namun dibutuhkan intervensi gaya hidup dan evaluasi jangka panjang
berkala
• Masked Hypertension
• Merupakan kondisi klinis dimana tekanan darah di klinik adalah normal, tetapi TD meningkat dengan
pengukuran HBPM atau ABPM
• Kemungkinan disebabkan aktivitas simpatis berlebihan yang dipicu oleh stress fisik dan/atau emosional
atau pengaruh adrenergik lain yang hilang saat datang ke klinik
• Hipertensi terselubung harus diidentifikasi karena berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskular
dan HMOD (Hypertension-mediated Organ Damage) 🡪 seringkali membutuhkan pengobatan
HAFAL
HMOD (Hypertension-mediated Organ
Damage)
• Kerusakan organ yang dimediasi hipertensi (Hypertension-mediated Organ Damage/HMOD)
merupakan gangguan struktural dan/atau fungsional dari pembuluh darah arteri dan/atau organ
yang disebabkan oleh peningkatan tekanan darah.
• Organ yang menjadi target HMOD termasuk otak, jantung, ginjal, arteri besar dan perifer, serta
mata.
• Penilaian HMOD dilakukan dengan melakukan skrining terhadap target organ, meliputi:
• EKG dan ekokardiografi untuk melihat LVH sebagai penanda kerusakan pada jantung
• Pemeriksaan urinalisa untuk melihat albumin urin sebagai penanda kerusakan pada ginjal, selain ureum, kreatinin dan
laju filtrasi glomerulus
• Funduskopi untuk deteksi retinopati hipertensi
• USG karotis untuk mengukur ketebalan tunika-intima dan media, serta plak pada arteri karotis
• Ankle-Brachial Index (ABI) sebagai penapisan terdapatnya penyakit pembuluh darah tungkai (ABI < 0,9), serta
• CT scan kepala untuk mendeteksi kejadian stroke iskemik/hemoragik akibat komplikasi hipertensi
Dalam kuantifikasi risiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi, perlu diperhitungkan efek berbagai
faktor risiko lain yang dimiliki pasien

1. Bila klasifikasi didapatkan risiko


rendah atau sedang, dapat
dilanjutkan dengan stratifikasi
risiko lanjutan 🡪 SCORE
(Systematic COronary Risk
Evaluation)

2. Pada individu dengan kategori


risiko tinggi dan sangat tinggi,
hipertensi dengan komorbidnya
perlu langsung diobati

Unger T, et.al. 2020 International


Society of Hypertension Global
Hypertension Practice Guidelines.
(Hypertension. 2020;75:1334-1357.
DOI:
10.1161/HYPERTENSIONAHA.120.
15026.)
Tatalaksana Hipertensi
1. Intervensi pola hidup
• Pembatasan konsumsi garam
• Tidak lebih dari 2 gram/hari (setara dengan 5-6 gram NaCl perhari atau 1 sendok teh
garam dapur)
• Perubahan pola makan
• Mengandung sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan segar, produk susu rendah
lemak, gandum, ikan
• Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal
• Target BMI: 18,5 – 22,9 kg/m2
• Target lingkar pinggang: <90 cm (laki-laki) dan <80 cm (perempuan)
• Olahraga teratur
• Setidaknya 30 menit latihan aerobik dinamik berintensitas sedang (seperti: berjalan,
joging, bersepeda, atau berenang) 5-7 hari per minggu
• Berhenti Merokok
Unger T, et.al. 2020
International Society of
Hypertension Global
Hypertension Practice
Guidelines. (Hypertension.
2020;75:1334-1357. DOI:
10.1161/HYPERTENSION
AHA.120.15026.)
Unger T, et.al. 2020
International Society of
Hypertension Global
Hypertension Practice
Guidelines. (Hypertension.
2020;75:1334-1357. DOI:
10.1161/HYPERTENSION
AHA.120.15026.)
• AKI 
• CKD 
• Gagal jantung 
• Target TD pada Stroke hemoragic kapan harus trombolitik dan tidak
HIPERTENSI DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER HIPERTENSI DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIK

1. Target TD < 130/80 mmHg (<140/80 mmHg pada usia tua) 1. Target TD < 130/80 mmHg (<140/80 mmHg pada usia tua)
2. Regimen penurun lipid (target LDL < 55 mg/dL) dan 2. ACE-i/ARB sebagai lini pertama (mengurangi risiko albuminuria) +
antiplatelet direkomendasikan CCB dan diuretic
3. Laju filtrasi glomerulus, elektrolit dan mikroalbuminuria harus
Lukito AA, Harmeiwaty E, Hustrini NM. KONSENSUS PENATALAKSANAAN diobservasi berkala
HIPERTENSI 2019. Jakarta, 2019
HIPERTENSI DENGAN GAGAL JANTUNG HIPERTENSI DENGAN FIBRILASI ATRIUM
PENURUNAN FRAKSI EJEKSI

1. Target TD < 130/80 mmHg tetapi > 120/70 mmHg


2. Pertimbangkan ARNI

Lukito AA, Harmeiwaty E, Hustrini NM. KONSENSUS PENATALAKSANAAN


HIPERTENSI 2019. Jakarta, 2019
• Hipertensi dengan Riwayat • Hipertensi dengan Diabetes
Stroke • Target TD < 130/80 mmHg (<140/80
• Target TD < 130/80 mmHg (<140/80 mmHg pada usia tua/>65 tahun)
mmHg pada usia tua/>65 tahun) • Strategi penanganan harus meliputi
• ACE-i/ARB + CCB dan diuretik regimen ACE-i/ARB, ditambah dengan
merupakan lini pertama CCB dan/atau diuretik mirip tiazid
• Agen penurun lipid wajib diberikan • Statin diperlukan (bila masuk ke dalam
dengan target LDL <70 mg/dL pada kategori high/very –high risk)
stroke iskemik
• Rutin antiplatelet dianjurkan pada stroke
iskemik (bukan pada stroke hemoragik)
Hipertensi Resisten
• Definisi: tekanan darah belum mencapai target TDS <140 mmHg dan/atau
TDD <90 mmHg, dengan syarat:
• Sudah mendapatkan 3 anti-hipertensi berbeda golongan dengan dosis maksimal
(salah satunya adalah diuretik)
• Sudah menjalankan rekomendasi modifikasi gaya hidup
• Sudah mengeksklusi hipertensi resisten palsu dan hipertensi sekunder
• Tatalaksana:
• Tetap modifikasi gaya hidup
• Tambahkan obat golongan lain seperti spironolakton
• Bila belum tercapai target, dapat ditambahkan alpha-blocker (misal doxazosin),
penyekat beta ataupun central alpha-agonist (seperti clonidine)
• Rujuk ke Spesialis Jantung
Hipertensi Resisten Palsu
• Poor adherence to prescribed medicines is a frequent
cause of pseudo-resistant hypertension, occurring in
<_50% of patients assessed by therapeutic drug
monitoring, and is directly related to the number of
tablets prescribed.
• White-coat phenomenon (in which office BP is elevated
but BP is controlled at ABPM or HBPM) is not uncommon
in these patients, hence the recommendation to confirm
office hypertension with ABPM or HBPM before
confirming the diagnosis of resistant hypertension.
• Poor office BP measurement technique, including the
use of cuffs that are too small relative to the arm
circumference, can result in a spurious elevation of BP.
• Marked brachial artery calcification, especially in older
patients with heavily calcified arteries.
• Clinician inertia, resulting in inadequate doses or
irrational combinations of BP-lowering drug therapies.
Hipertensi Sekunder Karakteristik Klinis yang Mengarah
Hipertensi Sekunder

• Sekitar 5-10% pasien hipertensi merupakan


suatu hipertensi sekunder
• Beberapa penyebab:
• Penyakit ginjal (baik parenkimal maupun
renovaskular),
• Masalah endokrin (seperti aldosteronisme
primer, feokromositoma, sindrom
Cushing, dan akromegali)
• Tatalaksana: rujuk
Hipertensi Krisis (Emergensi dan Urgensi)
• Hipertensi
Emergensi:
Hipertensi dengan HMOD
akut 🡪 rawat dan
penanganan segera

• Hipertensi
Urgensi: Hipertensi
tanpa HMOD 🡪 dapat
diberikan terapi oral

Lukito AA, Harmeiwaty E, Hustrini NM.


KONSENSUS PENATALAKSANAAN
HIPERTENSI 2019. Jakarta, 2019

Unger T, et.al. 2020 International Society of


Hypertension Global Hypertension Practice
Guidelines. (Hypertension. 2020;75:1334-
1357. DOI:
10.1161/HYPERTENSIONAHA.120.15026.
Hipertensi Pada Kehamilan
• Definisi: pengukuran tekanan darah di klinik, dimana TDS >140 mmHg dan/atau TDD >90 mmHg
• Klasifikasi berdasarkan berat/ringannya:
1. Ringan : TD 140-159/90-109 mmHg
2. Berat : TD >= 160/110 mmHg
• Klasifikasi dibagi menjadi:
• Pre-existing hypertension (hipertensi kronik): Onset dimulai sebelum kehamilan atau sebelum minggu
ke-20 kehamilan, dan biasanya menetap selama lebih dari 6 minggu pasca persalinan dan dapat disertai
proteinuria
• Hipertensi gestasional: Terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan dan biasanya membaik dalam 6
minggu pasca-persalinan
• Hipertensi kronik plus superimposed hipertensi gestasional dengan proteinuria
• Pre-eclampsia: Hipertensi gestasional dengan proteinuria bermakna (>0,3 g/24 jam atau >30 mg/mmol
ACR)
• Eclampsia: Hipertensi pada kehamilan dengan kejang, sakit kepala parah, gangguan penglihatan, sakit
perut, mual dan muntah, output urin rendah.
• Sindrom HELLP (hemolisis, peningkatan enzim hati, kadar platelet rendah)
• Prevensi Pre-eclampsia:
• 75-162 mg aspirin pada minggu 12-36
• Suplementasi kalsium oral 1,5–2 g/hari direkomendasikan pada wanita dengan
asupan makanan rendah (<600 mg/hari)
• Prevensi Pre-eclampsia diberikan pada:
• Wanita berisiko tinggi (hipertensi pada kehamilan sebelumnya, PGK, penyakit
autoimun, diabetes, hipertensi kronis),
• Wanita berisiko sedang (kehamilan pertama pada wanita >40 tahun, interval
kehamilan >10 tahun, IMT >35 kg/m2, riwayat keluarga preeklamsia,
kehamilan ganda)
• Tatalaksana Hipertensi pada Kehamilan
• Hipertensi Ringan
• Inisiasi obat ketika:
• TD > 150/95 mmHg pada semua wanita hamil
• TD > 140/90 mmHg pada hipertensi gestasional
• Target TD < 140/90 mmHg
• Terapi dengan metildopa, beta bloker (Labetalol), dan DHP-CCB (nifedipine). ACE-i/ARB merupakan kontraindikasi mutlak
karena teratogenik
• Bedanya CCB dihidropiridin tidak menurunkan hearth rate nondihidropiridin buka SFR verapramil diltiazem SFR turun HR
turun

• Hipertensi Berat
• TDS >170 mmHg atau TDD >110 mmHg adalah keadaan gawat darurat pada ibu hamil 🡪 perlu segera rawat inap
• Pada kondisi pre-eclampsia berat/eclampsia:
• Rawat Inap
• MgSO4 IV (mencegah eklampsia dan untuk penatalaksanaan kejang)
• Target TD <160/105 mmHg
• Pre-eclampsia berat: Nicardipin IV
• Pre-eclampsia dengan edema paru: NTG IV start 5μg/menit drip, dinaikkan bertahap setiap 3–5 menit hingga dosis
maksimal 100μg/menit
• Penggunaan hidralazin hanya digunakan bila regimen lain gagal mencapai target

• Indikasi persalinan:
1. Urgensi pada pre-eklampsia disertai gangguan penglihatan atau gangguan hemostasis
2. Pada usia kehamilan 37 minggu untuk ibu asimtomatik
Hipertensi
Hipertensi Emergensi
• Definition of Hypertensive Emergencies and Their Clinical • Patients with substantially elevated BP who lack acute HMOD are
Presentation not considered a hypertensive emergency and can typically be
treated with oral antihypertensive therapy.
• A hypertensive emergency is the association of substantially
elevated BP with acute HMOD. Target organs include the retina, • The clinical presentation of a hypertensive emergency can vary
brain, heart, large arteries, and the kidneys. and is mainly determined by the organ(s) acutely affected.
• Specific clinical presentations of hypertensive emergencies • There is no specific BP threshold to define a hypertensive
include: emergency
• Malignant hypertension: Severe BP elevation (commonly • Symptoms include headaches, visual disturbances, chest pain,
>200/120 mm Hg) associated with advanced bilateral dyspnea, neurologic symptoms, dizziness, and more unspecific
retinopathy (hemorrhages, cotton wool spots, papilledema) presentations
• Hypertensive encephalopathy: Severe BP elevation
associated with lethargy, seizures, cortical blindness and • Medical history: preexisting hypertension, onset and duration of
coma in the absence of other explanations symptoms, potential causes (nonadherence with prescribed
antihypertensive drugs, lifestyle changes, concomitant use of BP
• Hypertensive thrombotic microangiopathy: Severe BP elevating drugs [NSAIDS, steroids, immunesuppressants,
elevation associated with hemolysis and thrombocytopenia sympathomimetics, cocaine, antiangiogenic therapy])
in the absence of other causes and improvement with BP-
lowering therapy.
• Other presentations of hypertensive emergencies include
severe BP elevation associated with cerebral hemorrhage,
acute stroke, acute coronary syndrome, cardiogenic
pulmonary edema, aortic aneurysm/dissection, and severe
preeclampsia and eclampsia.
ISH 2020
HMOD (Hypertension-mediated Organ
Damage)
Kerusakan organ yang dimediasi hipertensi

Target
HMOD
Arteri kecil dan
Jantung Ginjal Mata perifer Otak
ADD score lebih dari 2

• Rasa tajam mendadak hebat punggung diiris disayat


• Penampakan : Marfan syndrom (jari leher panjang)
• Murmur daerah abdomen
• Pengukuran tekanan darah atas dan bawah

• 5 tidak
• Nyeri
• Emosi
• Aktifitas fisik bermakna
• Makanan keras
• mengedan
• Mikro otak mata ginjal
• Makro yang lainnya
Kiri hafal
• Follow-Up
• Patients who experienced a hypertensive
emergency are at increased risk of
cardiovascular and renal disease
• Thorough investigation of potential underlying
causes and assessment of HMOD is mandatory
to avoid recurrent presentations with
hypertensive emergencies.
• Similarly, adjustment and simplification of
antihypertensive therapy paired with advice
for lifestyle modification will assist to improve
adherence and long-term BP control.
• Regular and frequent follow-up (monthly) is
recommended until target BP and ideally
regression of HMOD has been achieved.
HIPERTENSI DENGAN GAGAL JANTUNG
PENURUNAN FRAKSI EJEKSI

1. Target TD < 130/80 mmHg tetapi > 120/70 mmHg


2. Pertimbangkan ARNI
White Coat Hypertension dan Masking
Hypertension
• White Coat Hypertension
• Pasien dengan hipertensi jenis ini memiliki TD klinik tinggi, namun normal dengan pengukuran HBPM
atau ABPM
• Hal ini disebabkan oleh respon adrenergic sesaat yang muncul saat pengukuran TD di klinik
• Terapi obat rutin tidak dianjurkan, namun dibutuhkan intervensi gaya hidup dan evaluasi jangka panjang
berkala
• Masked Hypertension
• Merupakan kondisi klinis dimana tekanan darah di klinik adalah normal, tetapi TD meningkat dengan
pengukuran HBPM atau ABPM
• Kemungkinan disebabkan aktivitas simpatis berlebihan yang dipicu oleh stress fisik dan/atau emosional
atau pengaruh adrenergik lain yang hilang saat datang ke klinik
• Hipertensi terselubung harus diidentifikasi karena berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskular
dan HMOD (Hypertension-mediated Organ Damage) 🡪 seringkali membutuhkan pengobatan
Orthostatic Hypotension
• Dinyatakan hipotensi ortostatik bila terdapat penurunan TDS sistolik ≥20 mmHg atau TDD ≥10 mmHg dalam
kondisi berdiri selama 3 menit
• Lakukan juga pengukuran tekanan darah 1 menit dan 3 menit setelah berdiri untuk menyingkirkan hipotensi
ortostatik. Pemeriksaan ini juga disarankan untuk dilakukan berkala pada pasien-pasien geriatri, pasien
diabetes, dan pasien-pasien lain yang dicurigai memiliki hipotensi ortostatik

Konsensus InaSH 2019

The goal of management of orthostatic hypotension is to raise the patient’s standing blood pressure without also raising
his or her supine blood pressure, and specifically to reduce orthostatic symptoms, increase the time the patient can
stand, and improve his or her ability to perform daily activities. No specific treatment is currently available that
achieves all these goals, and drugs alone are never completely adequate

Therapies primarily consist of a combination of vasoconstrictor drugs, volume expansion, compression garments, and
postural adjustment. Education about orthostatic stressors and warning symptoms empowers the patient to adopt easy
lifestyle changes to minimize and handle orthostatic stress
Because the mainstays of treatment are volume expansion and vasoconstriction, it is difficult to improve the symptoms
of orthostatic hypotension without inducing some degree of supine hypertension.
Hipertensi Pada Kehamilan
• Definisi: pengukuran tekanan darah di klinik, dimana TDS >140 mmHg dan/atau TDD >90 mmHg
• Klasifikasi berdasarkan berat/ringannya:
1. Ringan : TD 140-159/90-109 mmHg
2. Berat : TD >= 160/110 mmHg
• Klasifikasi dibagi menjadi:
• Pre-existing hypertension (hipertensi kronik): Onset dimulai sebelum kehamilan atau sebelum minggu
ke-20 kehamilan, dan biasanya menetap selama lebih dari 6 minggu pasca persalinan dan dapat disertai
proteinuria
• Hipertensi gestasional: Terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan dan biasanya membaik dalam 6
minggu pasca-persalinan
• Hipertensi kronik plus superimposed hipertensi gestasional dengan proteinuria
• Pre-eclampsia: Hipertensi gestasional dengan proteinuria bermakna (>0,3 g/24 jam atau >30 mg/mmol
ACR)
• Eclampsia: Hipertensi pada kehamilan dengan kejang, sakit kepala parah, gangguan penglihatan, sakit
perut, mual dan muntah, output urin rendah.
• Sindrom HELLP (hemolisis, peningkatan enzim hati, kadar platelet rendah)
• Tatalaksana Hipertensi pada Kehamilan
• Hipertensi Ringan
• Inisiasi obat ketika:
• TD > 150/95 mmHg pada semua wanita hamil
• TD > 140/90 mmHg pada hipertensi gestasional
• Target TD < 140/90 mmHg
• Terapi dengan metildopa, beta bloker (Labetalol), dan DHP-CCB (nifedipine). ACE-i/ARB merupakan kontraindikasi mutlak
karena teratogenik

• Hipertensi Berat
• TDS >170 mmHg atau TDD >110 mmHg adalah keadaan gawat darurat pada ibu hamil 🡪 perlu segera rawat inap
• Pada kondisi pre-eclampsia berat/eclampsia:
• Rawat Inap
• MgSO4 IV (mencegah eklampsia dan untuk penatalaksanaan kejang)
• Target TD <160/105 mmHg
• Pre-eclampsia berat: Nicardipin IV
• Pre-eclampsia dengan edema paru: NTG IV start 5μg/menit drip, dinaikkan bertahap setiap 3–5 menit hingga dosis
maksimal 100μg/menit
• Penggunaan hidralazin hanya digunakan bila regimen lain gagal mencapai target

• Indikasi persalinan:
1. Urgensi pada pre-eklampsia disertai gangguan penglihatan atau gangguan hemostasis
2. Pada usia kehamilan 37 minggu untuk ibu asimtomatik
Breastfeeding and Post
Partum
• All antihypertensives excreted into breast
milk at low concentrations. Avoid
atenolol, propranolol, nifedipine (high
concentration in milk).
• Prefer long acting CCBs.
• If hypertension persists, any of
recommended drugs except methyldopa
(postpartum depression).
Dalam kuantifikasi risiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi, perlu diperhitungkan efek berbagai
faktor risiko lain yang dimiliki pasien

1. Bila klasifikasi didapatkan risiko


rendah atau sedang, dapat
dilanjutkan dengan stratifikasi
risiko lanjutan 🡪 SCORE
(Systematic COronary Risk
Evaluation)

2. Pada individu dengan kategori


risiko tinggi dan sangat tinggi,
hipertensi dengan komorbidnya
perlu langsung diobati

Unger T, et.al. 2020 International


Society of Hypertension Global
Hypertension Practice Guidelines.
(Hypertension. 2020;75:1334-1357.
DOI:
10.1161/HYPERTENSIONAHA.120.
15026.)
Kasus 2-Hipertensi Emergency
Pasien usia 55 th, datang dengan keluhan Nyeri Kepala
1. Lakukan Anamnesa secara singkat terarah dan menunjukkan profesionalitas
• Perkenalkan diri dan bilang mau periksa; cuci tangan
• Selamat pagi, perkenalkan saya dr. X, saya disini akan melakukan pemeriksaan…Dengan ibu siapa?
keluhannya apa?
• Karakteristik nyeri kepala dan onset kronik/akut? Riwayat trauma kepala? Pingsan? Upaya utk
meredakan nyeri kepala? Riw. pengobatan?
• Target organ damage dan Gejala penyerta 🡪 Nyeri dada/ACS? Kelemahan sisi tubuh? Bicara pelo? Sesak
napas? Berdebar 🡪 AF paroksismal? Nyeri dada seperti dirobek? Nyeri punggung? Penglihatan kabur?
Riwayat penurunan kesadaran sebelumnya/altered mental status? Riwayat muntah (kalau muntah 🡪
karakteristik muntah) dan mual ?
• 2. Mintalah pemeriksaan fisik yang relevan
• GCS dan penilaian kesadaran
• TTV : TD 4 ekstremitas dan saturasi 4 ekstremitas
• Status generalis : bruit arteri carotis ? JVP ? Pemeriksaan cor dan pulmo (nilai murmur, regularitas denyut jantung, bunyi
paru)
• Penilaian neurologis : status sensorik dan motorik keempat ekstremitas; penilaian nervus kranialis 🡪 cari deficit
neurologis
• Pemeriksaan funduskopi : penilaian pupil? edema serebri?
• Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan UL : albuminuria dan Pemeriksaan ekokardiografi
• DATA : nyeri kepala sekali, TD 210/110, HR 100, ECG: LVH; CXR: HH config/cardiomegaly, Cr: 1.0, BUN 39.

• 3. Apakah working Dx, Dx tambahan dan DD

• DU : HT emergency dgn TOD Susp. CVD-SNH


• DT : HHD
• DD : encephalopathy HT; HT urgency dgn cephalgia

• 4. Jelaskan penatalaksanaan pd emergensi pasien


• Rawat inap, pasang monitor hemodinamik
• Turunkan TD : Nicardipine IV (5-15 mg/jam titrasi 2.5 mg tiap 15-30 menit) dgn target MAP 20-25% dalam 1 jam
• 5. Jelaskan Tata laksana pasien selanjutnya (saa pasien sudah stabil di ruangan)

• Konsul TS neurologi dan hasil MSCT kepala


• Konsul TS mata dan hasil funduskopi
• Optimalisasi anti-HT oral sesuai compelling indication : kombinasi ACE-I + CCB (ramipril
1x5 mg dan amlodipine 1x10 mg)
• Target TD < 140/90 (sesuai JNC 8)

• Evaluasi faktor risiko kardiovaskular lainnya


• Fungsi ginjal, urinalisa, profil gula darah (GDP dan GD2JPP), profil lipid
• Tatalaksana non farmakologis : CERDIK (enyah rokok, rajin OR, diet rendah garam, istirahat cukup, Kelola stress)
• Evaluasi HT sekunder (DUS renal, metanephrine urin)
• Stratifikasi risiko total KV : SCORE
Tatalaksana Hipertensi
1. Intervensi pola hidup
• Pembatasan konsumsi garam
• Tidak lebih dari 2 gram/hari (setara dengan 5-6 gram NaCl perhari atau 1 sendok teh garam
dapur)
• Perubahan pola makan
• Mengandung sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan segar, produk susu rendah lemak, gandum,
ikan
• Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal
• Target BMI: 18,5 – 22,9 kg/m2
• Target lingkar pinggang: <90 cm (laki-laki) dan <80 cm (perempuan)
• Olahraga teratur
• Setidaknya 30 menit latihan aerobik dinamik berintensitas sedang (seperti: berjalan, joging,
bersepeda, atau berenang) 5-7 hari per minggu
• Berhenti Merokok
Drug Treatment
of
Hypertension
: Thresholds
and Targets

Unger T, et.al. 2020


International Society of
Hypertension Global
Hypertension Practice
Guidelines. (Hypertension.
2020;75:1334-1357. DOI:
10.1161/HYPERTENSION
AHA.120.15026.)
Unger T, et.al. 2020
International Society of
Hypertension Global
Hypertension Practice
Guidelines. (Hypertension.
2020;75:1334-1357. DOI:
10.1161/HYPERTENSION
AHA.120.15026.)
1. kompenen diet brush  JNC
2. Pilihan BB paling kardio selektif metoprolol non propanolol
3. Efek rebound paling tinggi Pilihan penurun TD poten alfa blocker 
clonidin

Anda mungkin juga menyukai