Anda di halaman 1dari 22

REFERAT PEDODONSIA

PENATALAKSANAAN PERAWATAN GIGI PADA

PASIEN KANKER ANAK

DISUSUN OLEH :

INTEGRASI D

Yashinta Marcelia S.KG 2019-16-160


Yuliana Permatasari S.KG 2019-16-161
Natasha Hana Putri S.KG 2019-16-162

Pembimbing:

Drg. Rini Triani, Sp.KGA

,
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dewasa ini, kanker menjadi penyebab kematian populasi manusia di
urutan keenam. Diperkirakan, sekitar 2-3% dari keseluruhan kasus kanker
menyerang anak. Data kesehatan tahun 2007 menyebutkan bahwa di Indonesia
setiap tahun ditemukan sekitar 4.100 kasus baru anak dengan kanker. 1 Pasien
kanker pada anak umumnya harus menjalani perawatan jangka panjang yang
seringkali membuat tidak nyaman penderitanya seperti kemoterapi, terapi radiasi,
imunoterapi, pembedahan, dan transplantasi sel hematopoietik (HCT) untuk
mengobati keganasan yang mendasarinya. Penurunan daya tahan tubuh yang
signifikan dan infeksi yang serius yang berawal dari rongga mulut seringkali
terjadi. 2 Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang telah menjadi
masalah kesehatan di dunia, dan dapat menyerang semua kelompok umur. 3
Kanker adalah penyakit yang menyerang proses kehidupan sel, mengubah genom
sel, dan menyebabkan penyebaran sel-sel. Tubuh terbentuk dari beberapa jenis sel,
pada keadaan normal sel tubuh akan membelah diri ketika tubuh benar-benar
membutuhkan untuk menghasilkan sel-sel baru. Proses ini berlangsung untuk
menjaga tubuh agar tetap dalam kondisi yang baik. Namun kadang kala ada sel
yang tetap membelah diri padahal tidak dibutuhkan.1,4
Jenis kanker yang ditemukan pada anak berbeda dengan yang ditemukan
pada orang dewasa. Pada anak, jenis kanker yang umum ditemukan adalah
leukemia (kanker darah), limfoma (kanker kelenjar getah bening), brain and
spinal tumours (kanker otak), neuroblastoma (kanker saraf tepi), retinoblastoma
(kanker bola mata), wil’s tumour (kanker ginjal), osteosarcoma (kanker tulang)
dan rhabdomyosarcoma (kanker otot polos). Diantara jenis-jenis kanker tersebut,
yang paling umum ditemukan adalah leukemia, limfoma dan kanker otak.
Leukemia mempunyai prevalensi tertinggi yaitu sepertiga dari keseluruhan kanker
pada anak dengan jenis leukemia limfoblastik akut. 1,5
Pengobatan pada kanker juga mempunyai beberapa efek samping,
diantaranya penurunan daya tahan tubuh dan penurunan sekresi pada tubuh.
Bahkan, infeksi dan komplikasi serius yang berawal di rongga mulut akibat
kanker seringkali terjadi. Selain itu ada beberapa jenis kanker yang mempunyai
manifestasi gejala rongga mulut. Dokter gigi dapat menjadi orang pertama yang
menemukan dan mendeteksi penyakit ini, anamnesis yang tepat dan baik menggali
informasi tentang riwayat penyakit, pemeriksaan klinis yang tepat, menegakkan
diagnosis dan menentukan rencana perawatan dengan demikian diharapkan dokter
gigi anak bisa berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien kanker
anak. 1,4
BAB II

Kanker dan Manifestasi Oral

Kanker adalah penyakit yang menyerang proses kehidupan sel, mengubah


genom (komplemen genetic total sel), dan menyebabkan penyebaran pada sel-sel.
Tubuh terbentuk dari beberapa jenis sel, pada keadaan tubuh normal sel tubuh
akan membelah diri ketika tubuh benar-benar membutuhkan untuk menghasilkan
sel-sel baru. Proses ini berlangsung untuk menjaga tubuh agar tetap dalam kondisi
yang baik. Namun, kadang ada sel yang tetap membelah diri padahal tidak
dibutuhkan. Dalam istilah umum menggambarkan pertumbuhan sel yang tidak
normal tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol dan tidak (berirama) yang dapat
menyusup ke jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. 1,3
Penyebab pasti kanker pada anak dan remaja belum diketahui secara pasti,
kanker pada orang dewasa lebih jelas menunjukkan hubungan dengan faktor-
faktor tiologi, sedangkan pada anak tidak terdapat hubungan yang kuat dengan
faktor-faktor yang diduga menjadi faktor penyebab. Namun, ada beberapa hal
yang dianggap menjadi faktor penyebab yaitu faktor lingkungan. Faktor
lingkungan terdiri dari ionizing radiation (paparan sinar-X, tenaga nuklir), non-
ionizing radiation (sinar UV), infeksi dan chemical exposure (logam berat,
pestisida). Beberapa infeksi virus dan parasit juga dianggap sebagai penyebab
beberapa jenis kanker diantaranta adalah Epstein-Barr virus sebagai penyebab
limfoma Burkitt, limfoma Hodgkin dan kanker nasofaring. Virus hepatitis B
sebagai penyebab kanker hati, human papilloma sebagai penyebab kanker leher
Rahim serta infeksi oleh Clonorchis sebagai penyebab kanker pancreas dan
saluran empedu. 1,2,6
Pasien kanker anak akan menerima pengobatan jangka Panjang dan sering
menimbulkan rasa tidak nyaman, bahkan rasa sakit pada pasien. Secara umum,
pengobatan kanker terdiri bedah, kemoterapi dan radioterapi. 4 Kemoterapi dan
radioterapi ditujukan untuk menghambat pertumbuhan yang cepat dari sel-sel
kanker, tetapi berefek negative terhadap sel-sel yang normal. Dalam hal ini,
perawatan tidak dapat membedakan antara sel normal dan sel ganas. Efek negatif
ini dapat menyebabkan penekanan system imun dan penurunan sekresi tubuh. 1
Terdapat jenis – jenis kanker yang menyerang anak, yaitu :7

 Leukemia (kanker darah)

leukemia merupakan jenis kanker yang paling banyak diderita oleh anak-
anak yaitu sekitar 33 persen dari seluruh kanker yang ada pada anak-anak.
Leukemia menyerang sumsum tulang yang merupakan tempat produksi sel
darah. Gejala utama yang timbul, antara lain anak terlihat pucat dan sering
demam tanpa sebab. Selain itu bisa juga terjadi perdarahan di kulit, gusi,
dan hidung (mimisan). Gejala lain, seperti kejang, nyeri tulang, perut
membesar, serta testis membesar dan mengeras akan muncul jika sel
kanker mulai menyebar ke organ tubuh lainnya. Dengan pengobatan yang
tepat, leukimia bisa disembuhkan. Pengobatan yang diberikan mulai dari
kemoterapi untuk membunuh sel-sel kanker, hingga transplantasi sel induk
(stem cell) untuk mengganti sumsum tulang yang rusak.7
 Limfoma (kanker kelenjar getah bening)
Limfoma merupakan jenis kanker yang umumnya ditandai dengan
pembesaran dan pembengkakan kelenjar getah bening yang cepat tanpa
disertai rasa nyeri. Limfoma menyerang anak usia sekolah biasanya
menyerang anak diatas usia 5 tahun dan juga bisa diderita oleh orang
dewasa. Selain usia, faktor risiko lainnya adalah keturunan (gen).
Pembesaran kelenjar dapat terjadi di daerah leher, ketiak, selangkangan,
bahkan usus. Limfoma yang muncul di usus akan mengakibatkan
sumbatan pada usus dengan gejala sakit perut, muntah, tidak bisa buang
air besar, dan demam.7
 Retinoblastoma (kanker mata)
Retinoblastoma adalah kanker pada mata yang menyerang retina (selaput
jala mata) yang terletak pada dinding mata sebelah dalam. Retinoblastoma
dapat mengenai salah satu atau kedua mata sekaligus. Kanker ini
umumnya diderita oleh anak di bawah usia 5 tahun (balita). Anak yang
terjangkit retinoblastoma diduga karena faktor genetik. Gejala umum
retinoblastoma berupa adanya warna putih pada mata, saat disinari cahaya
(seperti mata kucing), ditandai dengan pupil yang berubah warna dari
hitam jadi pink atau putih sehingga berkurangnya tingkat penglihatan.
Gejala lain yang perlu diperhatikan antara lain yaitu penglihatan yang
terganggu, mata menjadi juling, dan bola mata menonjol keluar pada
stadium lanjut. Kanker ini bisa mengakibatkan kebutaan. Semakin dini
mengetahui gejala retinoblastoma dapat dideteksi sejak dini pada mata
anak, maka kemungkinan untuk sembuh cukup tinggi. Jika masih dalam
stadium ringan, pengobatan retinoblastoma menggunakan terapi laser.
Penanganan lain disesuaikan stadium dapat berupa krioterapi (terapi
dingin), termoterapi (terapi panas), kemoterapi, hingga operasi
pengangkatan bola mata bila kanker sudah terlalu besar.7
 Neuroblastoma (kanker sistem syaraf)

Neuroblastoma merupakan kanker pada sistem saraf anak dan tergolong


jenis kanker yang langka. Kanker ini biasanya ditemukan pada anak-anak
balita karena kanker ini tumbuh pada awal pembentukan sel-sel saraf pada
janin. Penyebab pasti kanker sistem saraf belum diketahui, namun
penyebab tersebut ada kaitannya dengan faktor lingkungan, genetik, dan
ras. Gejala neuroblastoma yang timbul bergantung letak kanker tersebut
berada. Jika menyerang saraf tulang belakang, tubuh bagian bawah akan
terasa lemah, mati rasa, dan mengalami gangguan pergerakan. Apabila
bagian tulang yang terkena maka akan mengalami nyeri tulang dan
gangguang pergerakan. Sementara jika kanker ada di bagian dada,
gejalanya adalah terasa nyeri di dada, sesak napas, serta terjadi kelainan
pada mata.7
 Rabdomiosarkoma (kanker otot lurik)

Rabdomiosarkoma merupakan kanker otot lurik yang biasanya pada anak


ditemui pada otot di daerah kepala, kaki atau tangan; mata, leher, kandung
kemih, prostat (kelenjar kelamin pria), dan vagina. Kanker ini sering
muncul pada sel yang akan tumbuh sebagai ototo kerangka (skeletal
muscle). Kanker jenis ini banyak ditemukan pada anak di bawah usia 10
tahun. Faktor genetik dan lingkungan dapat meningkatkan risiko terkena
rabdomiosarkoma. Gejala yang ditimbulkan bisa bermacam-macam
tergantung organ yang terkena tetapi biasanya ditandai dengan rasa nyeri
dan pembengkakan. Di ronggga mata bisa menyebabkan mata menonjol,
di telinga akan menimbulkan rasa nyeri atau keluarnya darah dari lubang
telinga, dan di tenggorokan akan menyumbat jalan napas, radang sinus
(rongga-rongga sekitar hidung), mimisan, serta sulit menelan. Sementara
kanker yang tumbuh di saluran kemih berakibat adanya gangguan buang
air kecil atau air seni yang mengandung darah. Jika mengenai otot anggota
gerak akan terjadi pembengkakan/benjolan.7
 Tumor Wilms

Tumor Wilms adalah kanker ginjal yang paling sering dijumpai pada anak.
Kanker ini dapat menyerang satu atau kedua ginjal anak biasanya
didiagnosis pada balita usia 3 sampai 4 tahun dan jarang sekali ditemui
pada anak di atas 6 tahun. Kanker ini dapat ditandai dengan
pembengkakan perut sehingga rasa tidak enak di dalam perut dan bila
sudah cukup besar terasa keras jika diraba, biasanya diketahui ketika anak
dimandikan, kencing berdarah, disertai mual, demam, dan hilangnya nafsu
makan.7
Tingkat kelangsungan hidup pada pasien kanker anak yang tinggi telah
menimbulkan kekhawatiran tentang efek kesehatan jangka panjang yang dapat
merugikan dalam beberapa bidang seperti pembelajaran, fungsi motorik,
pertumbuhan, kesuburan (fertilitas), fungsi jantung dan ginjal, penglihatan,
pendengaran, dan risiko kanker kedua. Efek lanjut yang merugikan dapat
disebabkan oleh operasi, iradiasi, kemoterapi, atau kombinasi dari modalitas ini.8
Terdapat efek buruk dari kanker dan terapi kanker pediatrik pada
pengembangan gigi anak – anak, efek terapi tersebut dapat menyebabkan
abnormalitas dental. Abnormalitas dental meliputi hipodontia (gigi yang hilang
secara perkembangan), mikrodontia (gigi kecil), enamel hipoplasia, root stunting,
taurodontia (ruang pulpa yang membesar), retensi gigi primer yang berlebihan,
gangguan mineralisasi. Telah dilaporkan bahwa anak-anak mungkin berisiko lebih
besar untuk kelainan perkembangan odontogenik jika mereka dirawat dengan
kemoterapi pada usia <5 tahun. karena proliferasi sel-sel induk gigi selama
periode ini. Namun, toksisitas odontogenik yang diinduksi oleh masing-masing
agen kemoterapi tetap tidak jelas.8
Kemoterapi untuk menghancurkan sel-sel tumor, dengan toksisitas minimal
terhadap sel-sel normal. Selain itu, meskipun radiasi hanya mempengaruhi sel di
jalurnya, kemoterapi memiliki efek sistemik. Mengembangkan sel odontogenik
yang jauh dari tumor rentan terhadap kerusakan kemoterapi karena agen
kemoterapi menyebabkan cacat gigi biasanya terlokalisir, akibat dari perubahan
sementara dalam fungsi odontoblas daripada kematian odontoblas. Beberapa agen
kemoterapi seperti vinblastin dan vincristine juga memengaruhi odontoblas
sekretorik dan ameloblas yang matang. Gangguan dengan mikrotubulus
odontoblas mengganggu pembentukan fibril kolagen dan sekresi matriks dentin,
menghasilkan akar pendek, tipis, meruncing.9
Anak-anak dan remaja berada pada risiko tinggi untuk mengembangkan
komplikasi gigi jangka panjang dari perawatan kanker karena masa kanak-kanak
adalah usia paling aktif dari perkembangan gigi. Sejak perkembangan gigi sulung
dimulai dalam rahim dan berlanjut selama 3 sampai 4 tahun ke depan, kuman gigi
sulung jarang rusak selama terapi kanker. Namun, perkembangan gigi permanen
dimulai segera setelah lahir dan selesai sekitar usia 14 hingga 16 tahun dengan
penyelesaian akar gigi molar kedua, sehingga dapat memberikan peluang bagi
pengobatan kanker untuk mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen secara
negatif. Manifestasi gigi spesifik dari perawatan kanker anak termasuk
peningkatan risiko untuk karies gigi, xerostomia, dentalagenesis, mikrodontia,
hipoplasia enamel, dan menumpulkan akar. Mikrodontia dan akar tumpul dapat
dilihat pada pasien yang ditunjukkan pada gambar 3.1 dan gambar 3.2
menunjukkan kerusakan gigi pada anak yang menerima terapi radiasi untuk
rhabdomyosarcoma maksila ketika dia berusia 10 tahun.9,10
Gambar 3.1. Maloklusi, Obliturasi ruang pulpa, dan akar tumpul
(blunt rooot) dari semua gigi permanen pada anak berusia 18 tahun
yang merupakan 16 tahun yang selamat dari neuroblastoma 9

Gambar 3.2 Kerusakan gigi pada anak


yang menerima terapi radiasi untuk
rhabdomyosarcoma rahang bawah ketika ia
berusia 10 tahun.9

Gigi permanen yang terkena dampak, keparahan anomali gigi tergantung


pada usia anak dan tahap perkembangan gigi pada saat kemoterapi kanker atau
terapi radiasi, serta intensitas terapi kanker. Insiden anomali gigi yang lebih tinggi
dan defek gigi yang berkembang diperkirakan pada anak-anak yang menerima
terapi kanker sebelum usia 3 tahun. Sejarah transplantasi sel induk hematopoietik,
penggunaan beberapa kelas agen kemoterapi (lebih dari 4), dan penggunaan agen
logam berat secara signifikan meningkatkan risiko gangguan gigi. Gambar 3.3
adalah radiografi panoramik pria berusia 8 tahun dengan anemia Diamond-
Blackfan yang menerima kemoterapi dan transplantasi sel induk hematopoietik
pada usia 3 tahun. Radiografinya menunjukkan agenesis dari banyak gigi, ditandai
dengan panah merah, dan mikrodontia dari banyak gigi, ditandai dengan panah
hijau. Semua gigi yang terkena akan berada pada tahap formatif awal pada usia 3
tahun berdasarkan standar.8,9

Gambar 3.3 Laki-laki berusia 8 tahun dengan riwayat anemia Diamond-


Blackfan, kemoterapi, dan transplantasi sel induk hematopoietik pada usia
3 tahun. Agenesisis ditunjukkan oleh panah merah, dan mikrodontia
ditunjukkan oleh panah hijau.9
BAB III

Komplikasi dan penatalaksanaanya

Komplikasi oral yang disebabkan oleh kanker dan perawatan kanker


menyebabkan toksisitas terlambat dan akut.11 Selama perawatan, lesi dapat
bertambah parah, dikarenakan kemoterapi bekerja pada sel-sel yang memiliki
diferensiasi buruk atau metabolisme tinggi, memengaruhi tidak hanya sel blast,
tetapi juga sel tubuh normal. Kemoterapi dapat menjadi toksik dan memengaruhi
mukosa oral melalui sirkulasi sistemik. Terlebih lagi, obat-obatan yang digunakan
umumnya disekresi saliva, yang menyebabkan adanya paparan obat pada rongga
mulut. Namun, dari beberapa penelitian yang sudah ada, hanya ada enam jenis
obat-obatan yang berhubungan dengan manifestasi oral.12

Ada beberapa pendekatan yang dilakukan untuk menetapkan klasifikasi


komplikasi oral pada anak-anak dengan penyakit kanker, namun, klasifikasi yang
paling luas dan dapat diterima disebutkan sebagai berikut:

 Komplikasi Primer: Biasanya timbul oleh karena penyakit itu sendiri;


dihasilkan dari infiltrasi leukemia pada struktur oral seperti gingiva dan
tulang. Contoh: pembengkakan gingiva

 Komplikasi Sekunder: Biasanya berkaitan dengan pengaruh langsung dari


radiasi atau kemoterapi, seperti yang berkaitan dengan trombositopenia,
anemia, dan granulositopenia. Ini juga termasuk kemungkinan pendarahan,
rawan terhadap infeksi, ulserasi, dll.

 Komplikasi Tersier: Biasanya dikarenakan oleh kompleksitas dari terapi


yang saling memengaruhi, efek samping, dan kondisi sistemik yang
meningkat dikarenakan terapi. Bisa berupa ulserasi, mukositis, perubahan
pengecapan, candidiasis, pendarahan gingiva, xerostomia, infeksi bakteri,
trismus, dll. Terkadang efek laten seperti lesi vaskuler, atrofi jaringan,
perubahan pengecapan sementara atau permanen, fibrosis, edema, nekrosis
jaringan lunak, kehilangan gigi, flow saliva menurun, karies, juga terlihat
pada komplikasi tersier ini.
A. Mukositis
Mukositis adalah proses inflamasi yang dihasilkan dari rusaknya jaringan
oleh karena kemoterapi dan/atau radioterapi. Mukositis sekunder untuk
radioterapi untuk kanker daerah kepala dan leher adalah komplikasi
locoregional; mukositis kemungkinan melibatkan gastrointestinal ketika ia
menjadi sekunder untuk kemoterapi atau iradiasi tubuh total. 11 Mukositis
merupakan manifestasi oral yang paling sering terjadi pada pasien anak yang
telah melewati perawatan untuk kanker. Banyak peneliti mengungkapkan,
mukositis dikarenakan oleh kemoterapi dan muncul karena proses dinamik
yang merusak sel basal dikarenakan adanya kontak dengan agen
antineoplastik.12
Pasien biasanya merasakan mukosa oral terbakar, mulut kering dan tidak
nyaman sebagai gejala awal. Secara klinis, manifestasi mukositis
menunjukkan kemerahan yang tergeneralisasi atau terkadang pucat dengan
eritema, ulserasi menyebar dan/atau pendarahan di beberapa titik. Bahkan
iritasi lokal ringan seperti gigi atau restorasi tajam, adanya kalkulus dan plak
dapat memperberat inflamasi mukosa.13 Perkembangan dan keparahan
mukositis pada pasien kanker juga merupakan faktor besar dalam defisiensi
nutrisi sekunder dikarenakan rasa nyeri dan sulit ketika makan, minum dan
berbicara akibat mukositis pada oral yang dapat menyebabkan turun berat
badan, anoreksia, dehidrasi dan malnutrisi.13,14 Mukositis oral dapat timbul
pada hari ke-empat sampai ke-tujuh dari perawatan kemoterapi, atau bisa lebih
lama. Biasanya melibatkan palatum lunak, orofaring, mukosa labial dan bukal,
dasar mulut, ventral dan lateral lidah.13
Kualitas hidup pasien dapat sangat dipengaruhi oleh mukositis. Resolusi
komplit dari mukositis timbul dalam 7-14 hari setelah waktu onset dan
berhentinya terapi. Terkadang, mukositis karena radiasi dapat tetap ada selama
berminggu-minggu hingga berbulan-bulan dan mereda dengan sangat lama.12
Perawatan dan/atau pencegahan mukositis dapat menurunkan penggunaan
nutrisi parental, penggunaan ruang emergensi dan hospitalisasi tidak
berencana, dan menurunkan kebutuhan dosis obat yang berhubungan dengan
komplikasi ini.14
B. Kandidiasis
Candida albicans dan jamur-jamur lain merupakan penghuni rongga
mulut. Pada keadaan normal, mereka hidup berdampingan dengan
mikroorganisme lain dan tidak menyebabkan penyakit.14 Kandidiasis sering
disebut sebagai penyakit dari penyakit. Hal ini merupakan infeksi oportunistik
yang paling umum pada anak-anak dengan kanker darah. Anak dengan kanker
darah menunjukkan immunosupresi dan karenanya, mereka berisiko lebih
tinggi terhadap penyebaran infeksi kandida, dan kemungkinan mengancam
nyawa.13

Keterlibatan jamur pada komplikasi kemoterapi masih menjadi suyek yang


terkait dengan mukositis oral dan masih menjadi sebuah kontroversi.
Kandidiasis adalah penemuan umum pada pasien yang terpapar radiasi
terutama di daerah leher dan kepala atau kemoterapi. Maka, tidak heran ketika
melihat adanya kandida pada pasien kanker yang juga terkena mukositis.15
Namun, pada penelitian yang sudah dilakukan pada 115 anak oleh Epstein 11,
ditemukan hasil bahwa mukositis tidak disebabkan dan tidak dipengaruhi oleh
kolonisasi kandida.15

Berbagai agen antijamur topikal dan sistemik digunakan untuk perawatan


kandidiasis. Agen antijamur topikal yang paling umum digunakan adalah
nistatin, clotrimazole, dan ketoconazole. Dalam kasus yang parah, agen
sistemik seperti flukonazol, itrakonazol, dan ketokonazol diresepkan. Terlihat
bahwa kandidiasis membaik dengan peningkatan imun.15

C. Infeksi Oportunistik Lainnya


Berbagai infeksi oportunistik selain kandidiasis terlihat pada anak-anak
dengan kanker darah karena imunosupresi yang disebabkan oleh penyakit
serta agen kemoterapi yang digunakan untuk penatalaksanaannya. Infeksi
virus yang terlihat pada anak-anak dengan kanker darah adalah herpes
simpleks, varicella zoster, cytomegalovirus, adenovirus, dan virus Epstein
barr.13 Infeksi parah dapat menyebabkan dehidrasi dan malnutrisi, dan
komplikasi mematikan termasuk ensefalitis dan infeksi luas.14
Herpes simplex secara klinis dimanifestasikan sebagai bisul multipel di
sudut mulut, bibir, langit-langit, dan gingiva. Eritema juga dapat terlihat di
sekitar lesi ulseratif. Obat anti-virus seperti asiklovir dan valasiklovir
digunakan untuk pengobatannya. HSV merupakan fokus utama ketika
melakukan profilaksis pada pasien kanker. Pasien dengan HSV juga terkadang
mendapatkan diagnosis salah di mana dokter menyebut pasien tersebut
memiliki mukositis.13,14
Varicella zoster dipandang sebagai banyak lepuh. Zoster kemungkinan
melibatkan paru-paru, SSP, dan hati dan berhubungan dengan morbiditas
tinggi. Penatalaksanaannya bersifat paliatif, ditujukan untuk mengontrol nyeri,
perawatan suportif, dan mempertahankan hidrasi.14
Bakteri yang membentuk flora normal pada rongga mulut tidak terhitung
jumlahnya, tetapi kemungkinan bersifat patogen dengan imunosupresi.
Kemungkinan infeksi oral harus dipertimbangkan untuk sepsis yang tidak
diketahui asalnya pada pasien kanker. Spesies Virdans Strep, Prevotellae,
Fusobacterium, Actinobacillus, Actinomycetemcomitans, dan Actinomyces
dapat menyebabkan infeksi mukosa mulut. Infeksi bakteri oral dapat
disebabkan oleh enterobacteria oportunistik, seperti Pseudomonas dan E. coli.
Pada pasien immunocompromised, baik mikrobiota amfibi dan oportunistik
dapat menjadi berbahaya secara patogen dan menyebabkan infeksi parah yang
dapat mencapai aliran darah dan menyebabkan terjadinya infeksi umum.14,15
Infeksi semacam itu biasanya terlokalisir dan dapat diobati dengan
kombinasi penisilin dan metronidazol, dengan prosedur gigi berikutnya sesuai
kebutuhan. Menghilangkan bakteri dari gigi dengan menyikat dengan lembut
menggunakan sikat gigi yang lembut, flossing, dan penggunaan obat kumur
antimikroba mungkin bisa membantu. Jika ada kerusakan mukosa,
penggunaan sikat gigi yang kaku dapat menyebabkan bakteremia. Dalam
situasi ini, obat kumur yang mengandung chlorhexidine direkomendasikan.
13,14,15

Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif.
Infeksi bakteri yang resistan terhadap obat, khususnya oleh staphyloccoccus,
terlihat dengan frekuensi yang meningkat. Komplikasi yang mengancam jiwa
seperti endokarditis atau sindrom Lemierre, ketika infeksi menyebar melalui
faring ke mediastinum yang menyebabkan sepsis, juga dapat terjadi.15
D. Dysgeusia / Kehilangan Pengecapan
Penyebab umum kehilangan pengecapan termasuk faktor lingkungan di
dalam rongga mulut (infeksi mulut, kebersihan mulut, asupan oral), intervensi
bedah, obat-obatan, kerusakan radioterapi pada kuncup pengecap dan kelenjar
air liur. Karena air liur yang sangat kental dan minimal, makanan yang
dimakan tidak sampai ke pengecap yang terletak di bagian posterior lidah dan
juga dapat menyebabkan perubahan rasa. Ini menyebabkan berkurangnya 50%
dalam persepsi rasa pahit dan asam. Sensasi manis biasanya lebih dulu,
sehingga meningkat pada rasa pahit dan asam. Hal ini diikuti oleh rasa
abnormal umum dan penurunan ketajaman pengecapan. Kehilangan rasa asin
sangat penting dalam diet dan asupan nutrisi oral karena memengaruhi minat
makan (kenikmatan, kesenangan). Kehilangan asin memiliki hubungan yang
paling kuat dengan penurunan kualitas hidup. Obat kemoterapi juga
menyebabkan rasa tidak enak, disebut sebagai fenomena rasa vena yang
dihasilkan dari difusi obat ke dalam rongga mulut. Kehilangan rasa sering kali
bersifat transisi karena buds yang terkena biasanya beregenerasi. Pemulihan
sebagian atau total dapat terjadi antara 2-12 bulan setelah terapi
myelosuppresive. Suplementasi zinc dalam bentuk zinc sulfat dengan dosis
220 mg dua kali sehari dapat digunakan untuk pengobatan dysgeusia.11,13
E. Trismus
Pembukaan mulut terbatas atau trismus sering dilihat sebagai komplikasi
oral yang disebabkan oleh terapi kanker. Ini terutama merupakan konsekuensi
dari edema, kerusakan sel, dan fibrosis otot yang disebabkan oleh agen
kemoterapi. Kadang-kadang otot yang terpapar di jalur radiasi langsung juga
dapat mengembangkan fibrosis atau degenerasi. Pembukaan mulut yang
terbatas juga dapat menyebabkan kebersihan mulut yang tidak memadai, lebih
lanjut menghambat kesehatan rongga mulut. Pasien harus mengikuti latihan
teratur untuk merangsang pembukaan dan penutupan mulut. Pengurangan
gejala dapat dicapai dengan pemberian obat antiinflamasi, dan pelemas otot.13
F. Gangguan Pertumbuhan Orofasial
Jika kemoterapi atau radiasi terkena kuman gigi formatif yang
berkembang selama tahun-tahun (sebelum usia 9 tahun), itu dapat merusak
ameloblas dan odontoblas selama tahap mitosis. Hal ini dapat menyebabkan
hipomineralisasi atau hipomaturasi email atau pembentukan akar yang pendek,
tipis, dan meruncing. Secara klinis, enamel dan dentin yang rusak akan terlihat
sebagai mahkota gigi yang cacat dan berubah warna. Radiasi langsung pada
daerah kepala dan leher dapat menyebabkan perkembangan rahang yang tidak
lengkap, gigi berukuran lebih kecil karena perkembangan gigi yang terhenti,
atrofi jaringan lunak di atasnya, malformasi jaringan keras gigi, seperti enamel
dan kalsifikasi gigi yang tidak lengkap. Semakin muda anak, semakin besar
risiko kelainan kraniofasial dan perkembangan.13

G. Nyeri Neuropatik
Anak-anak yang menerima agen kemoterapi alkaloid tanaman seperti
vincristine dan vinblastine dapat mengalami nyeri neuropatik yang biasanya
mempengaruhi gigi mandibula. Anak-anak ini mengeluh nyeri yang dalam
pada rahang dan gigi tanpa adanya sumber nyeri odontogenik. Nyeri
neuropatik semacam itu biasanya bersifat sementara pada anak-anak dan
berkurang atau hilang setelah kemoterapi selesai. Tanpa adanya definisi yang
pasti. Obat untuk nyeri neuropatik yang diinduksi kemoterapi, perawatan
paliatif dapat diberikan dengan obat nyeri yang dijual bebas.14
H. Xerostomia
Anak-anak yang menerima kemoterapi kanker dan / atau terapi radiasi
kepala dan leher mengembangkan xerostomia selama dan di luar fase
perawatan. Xerostomia meningkatkan risiko karies dan memperburuk
mucositis. Penggunaan permen karet bebas gula, permen bebas gula dan tablet
hisap, pengganti air liur, obat kumur bebas alkohol, dan pelembab oral
membantu meringankan xerostomia. Pasien dengan xerostomia juga harus
didorong untuk minum air sesering mungkin.14

Perawatan rutin rongga mulut setelah perawatan kanker harus direncanakan


sesuai dengan terapi kanker. Pelaksanaan beberapa prosedur gigi, terutama yang
bersifat invasif tergantung pada status kesehatan keseluruhan pasien dan tahap
perawatan kanker di mana ia berada. Mempertimbangkan risiko perdarahan dan
infeksi serius yang terkait dengan prosedur invasif di rongga mulut, sudah ada
beberapa protokol yang menekankan pentingnya mengevaluasi indeks
hematologis tertentu, terutama neutrofil dan trombosit. Variasi mengenai jumlah
yang dianggap minimal untuk prosedur gigi invasif diamati dalam fase pra dan
pasca kemoterapi.19

Setelah perawatan kanker, akan ada penurunan fungsi imun yang parah; oleh
karena itu, anak-anak mungkin tidak dapat menjalani prosedur gigi hingga 1
tahun, kecuali perawatan preventif non-invasif seperti aplikasi fluoride topikal,
restorasi resin preventif atau pit and fissure sealant. Hasil darah terbaru
diperlukan pada setiap kunjungan. Ahli hematologi harus menyadari
kemungkinan efek samping jangka panjang dari kemoterapi pada gigi, mukosa
mulut, dan kraniofasial kompleks dan harus memantau anak untuk hal yang sama.
Kunjungan berkala ke dokter gigi harus ditinjau. Dalam fase pasca perawatan,
pasien dianggap sembuh dari kanker dan tidak memiliki manifestasi oral karena
penyakit atau kemoterapi, dengan pengecualian dari mereka yang mengalami
gejala sisa radioterapi atau anak-anak yang menerima kemoterapi pada tahap
pembentukan gigi, yang dapat menunjukkan daerah hipoplastik pada email gigi
(gangguan mineralisasi) dan perubahan dalam perkembangan akar gigi (yang
terlihat pendek dan berbentuk V).13,19
Anak-anak dengan kanker darah selama fase remisi dapat diperlakukan
sebagai pasien normal, meskipun, investigasi darah masih diperlukan jika
pengobatan invasif diperlukan. Selain itu, menyikat gigi dengan pasta gigi
berfluoride dan obat kumur sodium fluoride 0,05% harus digunakan sebagai
pengganti obat kumur chlorohexidine. Kelainan orofasial pada anak-anak kanker
darah termasuk hipoplasia enamel, perkembangan gigi yang terhenti, anomali gigi
dan gangguan maturitas gigi. Beberapa kelainan ini mungkin memiliki dampak
signifikan pada estetika dan menyebabkan gangguan fungsional dan oklusal. Oleh
karena itu, perawatan oral untuk pasien tersebut dapat mencakup restorasi
estetika, peralatan ortodontik dan prosedur endodontik.16

Peran dokter gigi dalam perawatan integral pasien kanker terdiri dari
keterlibatan yang berkelanjutan dari diagnosis penyakit. Perawatan mulut pasien
kanker harus dimulai segera setelah diagnosis, dengan pengenalan kondisi lokal
termasuk penyakit mulut yang berpotensi ganas dan temuan oral kanker sistemik
yang mungkin hadir dengan tanda dan / atau gejala lokal. Hal ini berlanjut dengan
pemeriksaan / diagnosis gigi dan manajemen penyakit mulut umum dalam
persiapan terapi kanker dan pencegahan serta penatalaksanaan komplikasi oral
selama perawatan. Tindak lanjut pasien selama terapi kanker tergantung pada
jenis terapi dan efek oral yang potensial. Pasien kanker keganasan hematologis
harus dikonsultasikan setidaknya setiap minggu, sementara pasien tumor padat
lainnya dapat diikuti berdasarkan kebutuhan. Secara umum, tindak lanjut dekat
diindikasikan untuk mendeteksi kekambuhan atau keganasan kedua. Pencabutan
gigi yang harus dilakukan secara berurutan, terutama untuk pasien dengan
hiposalivasi dan / atau kompromi imun. Keterlibatan berkelanjutan ini
berkontribusi pada kenyamanan oral pasien dan potensi penghindaran komplikasi
oral tetapi dapat memungkinkan penyelesaian terapi kanker yang direncanakan
yang memengaruhi hasil pengobatan kanker dan hasil umum jangka panjang.16,17

Sangat penting bahwa seorang dokter gigi yang berpengetahuan dan


berpengalaman yang familiar dengan kebutuhan gigi pasien kanker dan memiliki
pemahaman tentang dampak kanker dan terapi kanker pada perawatan gigi
menjadi bagian dari tim onkologi atau setidaknya dikonsultasikan, layanan
perawatan suportif, seperti pendidikan, dukungan psikososial, terapi wicara,
konseling gizi, konseling genetik, atau jenis perawatan suportif lainnya harus
disediakan. Perawatan kesehatan mulut / gigi jelas lebih kompleks pada pasien ini
dan membutuhkan dokter berpengalaman dan integrasi dengan perawatan medis.
Mempertimbangkan onset, durasi, dan sifat terapi kanker, dan kebutuhan oral dan
gigi pasien, perawatan gigi harus direncanakan pada saat diagnosis kanker dan
sebelum memulai terapi. Rencana ini harus mencakup instruksi kesehatan gigi dan
mulut, dan / atau intervensi bedah gigi yang diperlukan untuk meminimalkan
risiko infeksi dan nyeri dan untuk mengatasi risiko penyakit gigi di masa depan.17

Pasien dengan kanker sebelumnya memiliki potensi untuk mengembangkan


kekambuhan lokal atau tumor sekunder. Ketika kondisi mencurigakan terlihat,
kebutuhan untuk mencapai diagnosis dan implikasi hasil harus didiskusikan
dengan pasien untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan pasien. Pasien
karsinoma sel skuamosa oral (OSCC) memerlukan dokter gigi untuk membahas
kesehatan mulut / gigi, mengunyah / makan, rasa sakit di kepala dan leher, air liur,
menelan, dan berbicara sebagai perhatian utama mereka. Ini juga penting dalam
hal perawatan gigi, karena rencana perawatan gigi yang tepat harus dibangun
berdasarkan individu pasien dengan analisis risiko dan manfaat intervensi gigi
yang cermat. Pasien yang sudah melewati terapi kanker dan dua tahun bebas dari
penyakit tersebut, bisa mengulang perawatan ortodontik yang tertunda
sebelumnya.18,19
BAB IV

KESIMPULAN

Perawatan mulut yang tepat pada anak-anak dengan leukemia sangat penting.
Pemahaman yang menyeluruh tentang sifat penyakit dan perawatannya sangat
penting dari perawatan pasien keseluruhan. Meskipun beberapa toksisitas oral
akut dari terapi kanker dapat dikurangi, mereka pada dasarnya tetap tidak dapat
dihindari. Dampak kompleks dari komplikasi jangka panjang membutuhkan
peningkatan kesadaran dan pengakuan untuk merekomendasikan pencegahan dan
menyetujui intervensi apapun. Oleh karena itu, penting untuk dokter yang terlibat
dalam perawatan kanker dan tindak lanjut dari penderita kanker untuk menyadari
komplikasi ini sehingga tindakan yang tepat dapat diimplementasikan dalam cara
yang tepat waktu. Pencegahan dan penatalaksanaan terbaik disediakan oleh tim
kesehatan multidisiplin, yang harus diintegrasikan dan dikomunikasikan secara
efektif untuk menyediakan perawatan pasien terbaik secara terkoordinasi pada
waktu yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Soemanadi M, Og S, Arumdati S, et al. Peran Dokter Gigi Anak Menurut


Protokol Onkologi pada Pasien Kanker Anak. Indones J Cancer. 2015;9(2).
2. Ritwik P. Dental care for patients with childhood cancers. Ochsner J.
2018;18(4):351-357.
3. Kameoka R, Kawakami T, Maeda M, Hori T, Yanagisawa A, Shirase T.
Dental management of a childhood cancer survivor with malformed primary
teeth. Pediatr Dent J. 2020;30(1):45-50.
4. Israels T, Challinor J, Howard S, Arora RH. Treating children with cancer
worldwide-challenges and interventions. Pediatrics J. 2015;136(4):607-610.
5. Jiles BC, Ph R, Wu E, et al. Pediatric Cancer Treatment Development.
Pediatr Oncol. 2018;1-25.
6. National Cancer Society. Children with Cancer: A Guide for Parents. Natl
Cancer Inst. 2015:1-79.
7. Kanker Anak Bisa Dicegah Dan Dapat Diupayakan Sembuh. [internet] 2017.
[dikunjungi 20 Mei 2020]tersedia dari:https://www.omni-
hospitals.com/omnimag/OMNIMag_edisi3-mar.pdf
8. Pedersen LB, Clausen N, Schroder H, Schmidt M, Poulsen S. Microdontia
And Hypodontia Of Premolars And Permanent Molars In Childhood Cancer
Survivors After Chemotheraphy. J Paedic Dent. 2012; 22: 239-243.
9. Ritwik P, Singleton TEC. Oral And Dental Considerations In Pediatric
Cancers. Cancer and metastasis Review.2020.
10. Aysun Avs, Elli M, Darka O, Pinarli G. Long Term Effcets Of Chemoteraphy
On Caries Formation, Dental Development, And Salivary Factors In
Childhood Cancer Survivors. 2007;104(6): 781-789.
11. Epstein JB, Thariat J, Bensadoun RJ, Barasch A, Murphy BA, Kolnick L,
Popplewell L, Maghami E. Oral complications of cancer and cancer therapy:
from cancer treatment to survivorship. CA: a cancer journal for clinicians.
2012 Nov; 62(6):400-22. 10
12. de Morais EF, da Silva Lira JA, de Paiva Macedo RA, dos Santos KS, Elias
CT, de Arruda MD. Oral manifestations resulting from chemotherapy in
children with acute lymphoblastic leukemia. Brazilian journal of
otorhinolaryngology. 2014 Jan; 80(1):78-85.
13. Mathur VP, Dhillon JK, Kalra G. Oral health in children with leukemia.
Indian journal of palliative care. 2012 Jan; 18(1):12.
14. Mosel DD, Bauer RL, Lynch DP, Hwang ST. Oral complications in the
treatment of cancer patients. Oral diseases. 2011 Sep; 17(6):550-9.
15. SoAreS AF, Aquino AR, Carvalho CH, Nonaka CF, Almeida D, Pinto LP.
Frequency of oral mucositis and microbiological analysis in children with
acute lymphoblastic leukemia treated with 0.12% chlorhexidine gluconate.
Brazilian dental journal. 2011; 22(4):312-6.
16. Lowal KA, Alaizari NA, Tarakji B, Petro W, Hussain KA, Altamimi MA.
Dental considerations for leukemic pediatric patients: an updated review for
general dental practitioner. Materia socio-medica. 2015; 27(5):359.
17. Epstein JB, Güneri P, Barasch A. Appropriate and necessary oral care for
people with cancer: guidance to obtain the right oral and dental care at the
right time. Supportive Care in Cancer. 2014 Jul 1;22(7):1981-8.
18. Ray-Chaudhuri A, Shah K, Porter RJ. The oral management of patients who
have received radiotherapy to the head and neck region. Br Dent J. 2013;
14:387–393.
19. Zimmermann C, Meurer MI, Grando LJ, Gonzaga Del Moral JÂ, da Silva
Rath IB, Schaefer Tavares S. Dental treatment in patients with leukemia.
Journal of oncology. 2015; 1-14.

Anda mungkin juga menyukai