Anda di halaman 1dari 24

REFERAT PROSTHODONTI

PERAWATAN PROSTHODONTI PADA PASIEN DIABETES


MELITUS

Disusun Oleh :

Yuliana Permatasari, S.KG (2019-16-161)


Natasha Hana Putri, S.KG (2019-16-162)

Dosen Pembimbing :
Drg.Hardy Prabowo, Sp.Pros

DEPARTEMEN PROSTHODONTI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Tubuh manusia memiliki kemampuan yang luar biasa untuk


mempertahankan lingkungan internal yang stabil dan konstan. Sepanjang sistem
endokrin yang kompleks dan diatur dengan baik dengan melalui sistem tersebut ,
tubuh bergantung pada hormon dan jalur yang pensinyalan kimiawi untuk
merespons tekanan eksternal seperti perubahan suhu, pH, dan kadar glukosa
darah. Kondisi ini disebut dengan homeostatis. Diabetes mellitus (DM) mengacu
pada sekelompok gangguan metabolisme dimana kemampuan tubuh untuk
memproduksi atau merespons insulin terganggu. Hal ini mengakibatkan
metabolisme karbohidrat abnormal yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan
kadar glukosa darah. Oleh karena itu, diabetes mellitus (DM) menunjukkan
keadaan dimana homeostatis tubuh terganggu.1

DM telah menjadi epidemi global, komplikasi yang secara signifikan


berdampak pada kualitas hidup dan umur panjang dari penderita, serta biaya
perawatan kesehatan. Jumlah orang dengan diabetes telah meningkat dari 108 juta
pada 1980 menjadi 422 juta pada 2014. Prevalensi diabetes secara keseluruhan
pada orang dewasa di atas 18 tahun telah meningkat 4,7% pada 1980 menjadi
8,5% pada 2014 dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan akan
meningkat menjadi 439 juta, hampir 10% dari orang dewasa pada tahun 2030.2

Hiperglikemia adalah kelainan metabolik yang paling penting secara klinis


pada diabetes mellitus dan dasar diagnosanya. Terlepas dari pengaruh yang jelas
dari gannguan metabolisme glukosa, diabetes mellitus dan hiperglikemia kronis
yang disertai tingkat yang lebih besar atau lebih kecil oleh perubahan metabolisme
karbohidrat, protein dan lipid, selain itu jika dalam kondisi kronis dapat
menyebabkan kerusakan jangka panjang pada berbagai organ seperti jantung,
mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah. 2,3 Salah satu komplikasi DM yang sering
dialami penderita diabetes adalah oral diabetic, yang meiputi mulut kering,
gingivitis, periodontititis, resorbsi tulang alveolar dan lain sebagainya. Penyakit
DM banyak bermanifestasi dalam mulut sehingga dapat menimbulkan kendala
pada pembuatan gigi tiruan.4

Manajemen pasien dental dengan diabetes harus mempertimbangkan


dampak diabetes pada penyakit gigi dan perawatan gigi seperti pada pembuatan
gigi tiruan. Dokter gigi harus mengetahui penyakit DM dan manifestasi kliniknya
sehingga dapat diperoleh gigi tiruan yang baik, serta penjelasan yang sejelasnya
untuk penyakit penyerta yang menyertai diabetes mellitus yang sudah lama.3,4

BAB 2
2.1 Dianetes Melitus

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit sistemik yang ditandai dengan


hiperglikemia kronik akibat kekurangan insulin (hormon yang mengatur gula
darah) yang bersifat absolut karena pengeluaran insulin yang rendah dari pankreas
atau kurangnya reaksi jaringan perifer terhadap insulin.4,5 Risiko kematian secara
keseluruhan di antara penderita diabetes setidaknya dua kali lipat risiko rekan-
rekan mereka tanpa diabetes. Istilah DM menggambarkan gangguan metabolisme
etiologi multipel selain pengaruh yang jelas dari gangguan metabolisme glukosa,
hiperglikemia kronis disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein akibat defek sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya. 2,3,5 DM
menyebabkan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan berbagai organ.
Efek jangka panjang dari DM meliputi retinopati, neuropati, automicneuropati,
neuropati perifer, dan penyakit kardiovaskuler.5

2.2.1 Etilogi dan Klasifikasi DM

Etiologi DM dapat sangat bervariasi tetapi selalu meliputi kerusakan


sekresi atau respons insulin atau keduanya di beberapa tempat selama perjalanan
penyakit.6

Klasifikasi baru mengidentifikasi empat jenis diabetes mellitus : tipe 1,


tipe 2 , “Tipe spesifik lainnya” dan diabetes gestasional.6

Diabetes melitus tipe 1 ( juvenile diabetes)


Diabetes melitus tipe 1 terjadi akibat aktivasi autoimun yang menyerang sel beta
di pankreas yang menyebabkan defisiensi insulin absolut. Tipe 1 biasanya
ditandai dengan adanya anti glutamic acid dekarboksilase, sel pulau atau antibodi
insulin yang mengidentifikasi proses autoimun yang dapat menyebabkan
kerusakan sel beta. Pada pasien diabetes tipe 1 akan membutuhkan terapi insulin
untuk mempertahankan normal glikemia.6

Diabetes melitus tipe 2


Diabetes melitus disebabkan tidak adanya mekanisme auto imun. Masalah genetik
berperan pada DM tipe 2. DM tipe ini ditandai dengan hiperglikemia kronis yang
diakibatkan kerusakan variabel dalam sekresi insulin, aksi atau keduanya.
Risiko DMT2 meningkat oleh obesitas, bertambahnya usia dan kurangnya
aktivitas fisik. Pasien dengan DMT2 mengalami penurunan harapan hidup secara
keseluruhan yang diakibatkan oleh peningkatan risiko penyakit kardiovaskular,
stroke, neuropati perifer, dan penyakit ginjal.6 Ini lebih sering terjadi pada wanita,
terutama wanita dengan riwayat diabetes gestasional.1

Diabetes tipe spesifik lain


Kelompok ini termasuk orang-orang dengan cacat genetik dari fungsi sel beta
(tipe diabetes ini sebelumnya disebut MODY atau (maturity-onset diabetes in
youth) atau dengan cacat kerja insulin; orang dengan penyakit pankreas eksokrin,
seperti pankreatitis atau fibrosis kistik; orang dengan disfungsi yang terkait
dengan endokrinopati lain (misalnya akromegali); dan orang-orang dengan
disfungsi pankreas yang disebabkan oleh obat-obatan, bahan kimia atau infeksi
dan mereka terdiri dari kurang dari 10% kasus DM.6

Diabetes gestasi
Diabetes gestasi merupakan suatu kondisi bagi seorang wanita yang awalnya tidak
didiagnosis DM, menunjukan level glukosa darah tinggi selama hamil. Wanita
yang mengembangkan diabetes mellitus tipe 1 selama kehamilan dan wanita
dengan diabetes mellitus tipe 2 asimtomatik tidak terdiagnosis yang ditemukan
selama kehamilan diklasifikasikan dengan Gestational Diabetes Mellitus (GDM).
kelainan ini dimulai pada trimester ketiga kehamilan. Tidak ada penyebab khusus
yang telah diidentifikasi namun dipercaya bahwa hormon yang dihasilkan pada
saat kehamilan meningkatkan ketahanan wanita pada insulin, sehingga toleransi
glukosa terganggu.4,6

2.2.2 Patogenesis

a. Diabetes Melitus tipe 1


Diabetes melitus tipe 1 merupakan penyakit autoimun kronis yang berhubungan
dengan kehancuran selektif selbeta pankreas yang memproduksi insulin.
Timbulnya penyakit klinis merupakan tahap akhir dari kerusakan selbeta yang
mengarah ke DM tipe 1.Faktor genetik dan lingkungan sangat berperan pada
terjadinya DM tipe 1. Walaupun hampir 80% penderita DM tipe 1 baru tidak
memiliki riwayat keluarga dengan penyakit serupa, faktor genetik diakui berperan
dalam patogenesis DMtipe 1 (Rustamadkk., 2010). Beberapa lokus gen telah
dipelajari untuk menentukan hubungan faktor genetikdengan DMtipe 1. Pada
awalnya,antigen B8 dan B15 HLA kelas I diduga sebagai penyebab diabetes
karena tingginya ekspresi antigen ini pada penderita DM tipe 1 dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Namun, saat inifokus genetik bergeser ke lokus HLA-
DR kelas II, serta ditemukan bahwa DR3 dan DR4 lebih menonjol daripada HLA-
13 pada DM tipe 1. Selain itu, lokus alel HLA-DQ juga berperan sebagai faktor
premorbid DM tipe 1. Keterlibatan HLA-DQ ini dibuktikan melalui analisis
dengan metode Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) dan
disekuensi langsung dengan menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR)
untuk memperkuat urutan DNA spesifik. Bukti lain menunjukkan bahwa faktor
genetik yang berperan sebagai salah satu faktor risiko DM tipe 1 berada dalam
residu asam amino tunggal dari rantai b-HLA-DQ.Penggunaan lokus spesifik
oligonukleotida untuk menyelidiki derivat rantaib-HLA-DQ semakin memperjelas
hubungan antara subtipe DR4 dan DM tipe 1 terkait alel DQ. Ditemukan bahwa
hanya mereka yang memiliki haplotipe DR4 positif yang membawa alelDQW8
pada lokus HLA-DQ terkait dengan DMtipe 1 (Namdkk., 2013).10 Gambar 1
Gambar 1 Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 110

b. Diabetes Melitus tipe 2

Resistensi insulin pada sel otot dan hati, serta kegagalan sel beta pankreas telah
dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe 2. Hasil penelitian
terbaru telah diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat
dari yang diperkirakan sebelumnya. Organ lain yang juga terlibat pada DM tipe 2
adalah jaringan lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi
inkretin), sel alfa pankreas (hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi
glukosa), dan otak (resistensi insulin), yang ikut berperan menyebabkan gangguan
toleransi glukosa. Saat ini sudah ditemukan tiga jalur patogenesis baru dari
ominous octet yang memperantarai terjadinya hiperglikemia pada DM tipe 2.
Sebelas organ penting dalam gangguan toleransi glukosa ini (egregious eleven)
perlu dipahami karena dasar patofisiologi ini memberikan konsep :
- Pengobatan harus ditujukan untuk memperbaiki gangguan patogenesis,
bukan hanya untuk menurunkan HbA1c saja
- Pengobatan kombinasi yang diperlukan harus didasarkan pada kinerja obat
sesuai dengan patofisiologi DM tipe 2.
- Pengobatan harus dimulai sedini mungkin untuk mencegah atau
memperlambat progresivitas kegagalan sel beta yang sudah terjadi pada
penyandang gangguan toleransi glukosa.Schwartz pada tahun 2016
menyampaikan, bahwa tidak hanya otot, hepar, dan sel beta pankreas saja
yang berperan sentral dalam patogenesis penyandang DM tipe 2 tetapi
terdapat delapan organ lain yang berperan, disebut sebagai the egregious
eleven.11
Secara garis besar patogenesis hiperglikemia disebabkan oleh sebelas hal
(egregious eleven) yaitu kegagalan sel beta pankreas, disfungsi sel alfa pankreas,
sel lemak, otot, hepar, otal, kolon/mikrobiota, usus halus, ginjal, lambung, sistem
imun.11

Gambar 2, Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 211


Gambar 3, the egregious eleven11
2.2.3 Patofisiologi

Insulin merupakan hormon peptida yang berperan penting dalam regulasi


glukosa darah. Ini disekresikan dengan cepat ke dalam darah sebagai respons
terhadap perubahan gula darah. Ketika kadar gula darah meningkat (yaitu, setelah
makan), hormon meningkatkan, pengambilan glukosa seluler dan penyimpanan
glukosa di hati sebagai glikogen. Pada pasien diabetes, sel yang bergantung pada
insulin tidak dapat menggunakan glukosa darah yang tersedia sebagai sumber
energi. Untuk mengimbanginya, tubuh beralih ke trigliserida yang tersimpan
sebagai sumber bahan bakar alternatif dan dapat mengakibatkan ketoasidosis.1
Saat hiperglikemia berlanjut, tubuh akan berusaha membuang kelebihan
glukosa darah dengan mengeluarkannya melalui urin. Ini menjelaskan mengapa
poliuria adalah tanda klasik DM. Kehilangan cairan yang meningkat akibat buang
air kecil yang berlebihan menyebabkan dehidrasi; oleh karena itu, polidipsia
adalah tanda klasik lainnya. Polifagia juga dialami oleh pasien DM karen sel
yang bergantung pada glukoseter dan insulin pada pasien diabetes kekurangan
bahan bakar (energi) yang cukup.1
2.3 Manifestasi Oral Diabetes Melitus (DM)

a. Penyakit Periodontal

Periodontitis telah disebut sebagai komplikasi keenam diabetes. Diabetes


dipercaya dapat meningkatkan periodontitis melalui respons inflamasi
yang berlebihan ke mikroflora periodontal. Keparahan dan prevalensi
penyakit periodontal meningkat pada penderita diabetes dan lebih buruk
pada penderita diabetes dengan kontrol glikemik yang buruk (gambar 4).5

Gambar 4. Penyakit periodontal 5

b. Penyakit Gingiva

Ini adalah infeksi bakteri kronis yang mempengaruhi jaringan gingiva dan
tulang yang menopang gigi (Gambar 6). Jika tidak diobati, penyakit gusi
dapat menyebabkan abses atau kerusakan total jaringan pendukung gigi
dan akhirnya, gigi tanggal. Memburuknya kadar glikemik atau
peningkatan kadar glukosa dalam darah menyebabkan metabolisme yang
buruk yang dapat menyebabkan peradangan gingiva. Penyakit gingiva
cenderung lebih parah pada penderita diabetes karena penyakit ini
Gambar 5. Penyakit gingiva 5

menurunkan kemampuan melawan infeksi dan memperlambat


penyembuhan. Infeksi menyebabkan kadar gula darah meningkat, yang
membuat diabetes lebih sulit dikendalikan. Mencegah dan mengobati
penyakit gingivs dapat membantu meningkatkan kontrol gula darah.5,3

c. Karies Gigi

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pasien diabetes memiliki


karies gigi yang lebih aktif (gambar 6). Selain itu, penurunan aliran saliva
telah dilaporkan pada penderita diabetes yang memiliki neuropati, dan
penurunan aliran saliva merupakan faktor risiko terjadinya karies gigi.
Namun, diet diabetes rendah karbohidrat secara teoritis dapat mengurangi
prevalensi karies. 5

Gambar 6. Karies gigi5


d. Penyakit oral mukosa

Sejumlah jenis lesi mukosa mulut, termasuk lichen planus dan stomatitis
aphthous rekuren, telah dilaporkan pada orang dengan DM (gambar 7).
Petrou-Amerikanou dan rekan melaporkan bahwa prevalensi lichen planus
oral secara signifikan lebih tinggi pada pasien dengan DM tipe I dan
sedikit lebih tinggi pada pasien dengan DM tipe 2 dibandingkan pada
subjek kontrol. Namun, ini terjadi mungkin karena efek samping dari agen
hipoglikemik oral atau obat antihipertensi.5

Gambar 7. Penyakit oral mukosa5

e. Infeksi jamur

Pasien diabetes mengalami peningkatan kecenderungan manifestasi


kandidiasis oral, termasuk glositis romboid median, stomatitis gigi tiruan
dan cheilitis sudut. Kandidiasis ditemukan terkait dengan kontrol glikemik
yang buruk dan penggunaan gigi palsu bisa karena xerostomia,
peningkatan kadar glukosa saliva atau disregulasi imun. Mucormycosis
adalah infeksi jamur sistemik yang jarang tetapi serius yang dapat terjadi
pada pasien dengan DM yang tidak terkontrol yang muncul sebagai
ulserasi palatal atau nekrosis. Perawatan biasanya mencakup terapi
antijamur sistemik. Infeksi jamur rongga mulut diobati dengan obat kumur
khusus dan obat antijamur dan dengan mengontrol kadar gula darah.5,3

f. Sensasi terbakar

Pada diabetes, sindrom mulut terbakar yang berkembang karena neuropati


perifer menyebabkan xerostomia, kandidiasis, dan gangguan rasa di mulut.
Ini mempengaruhi asupan makanan pasien dan menciptakan efek negatif
pada kontrol metabolik diabetes.3

2.4 Perawatan Prostodonti Pada Pasien Dengan Diabetes Melitus

Untuk meminimalisir risiko kegawatdaruratan intraoperative, dokter gigi


perlu mempertimbangkan manajemen perawatan sebelum memulai perawatan gigi
yaitu sebagai berikut : 5-7

 Riwayat kesahatan
Penting bagi dokter untuk membaca dan mempelajari Riwayat Kesehatan
pada pertemuan awal. Dokter gigi juga harus bertanya kepada pasien
tentang kadar glukosa darah terkini, tipe diabetes yang diderita, obat
antidiabetic, dosis, waktu pemberian dan obat lain yang diresepkan secara
bersamaan.

 Waktu kunjungan
secara umum disarankan waktu kunjungan dilakukan pada pagi hari
dikarenakan kadar kortisol endogen umumnya lebih tinggi pada saat ini.
Pada pasien yang menerima terapi insulin waktu kunjungan harus
dijadwalkan agar tidak bertepatan dengan puncak aktivitas insulin, karena
itu adalah periode risiko maksimal terjadinya hipoglikemia.
 Diet
Penting bagi dokter gigi untuk memastikan bahwa pasien telah makan
dengan normal dan meminum obat seperti biasa. Jika pasien melewatkan
sarapan karena janji dengan dokter gigi tetapi tetap menggunakan dosis
insulin normal, maka risiko terjadinya hipoglikemik akan meningkat.
Utnuk prosedur tertentu misalnya sedasi sadar dokter gigi dapat meminta
pasien mengubah pola makan dan dosis obat mungkin perlu diubah dengan
berkonsultasi dengan dokter spesialis pasien.

 Pemantauan glukosa darah


Bergantung pada Riwayat Kesehatan, rejimen pengobatan dan prosedur
yang akan dilakukan dokter gigi mungkin perlu mengukur kadar glukosa
darah sebelum memulai prosedur. Kadar gula darah sebelum makan
sekitar 70-130 mg/dL dua jam setelah makan kurang dari 140 mg/dL ,
setelah tidak makan (puasa) selama setidaknya delapan jam: kurang dari
100 mg/dL dan menjelang tidur 100-140 mg/dL

 Removable Partial Denture/ Gigi tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)


Semua komponen GTSL harus dirancang dengan tepat sehingga protesa
ramah terhadap jaringan lunak, kebersihan mulut yang tepat dan
kebersihan gigi tiruan serta instruksi perawatan harus diberikan kepada
pasien.

 Complete Denture/ Gigi Tiruan Penuh


Tepi gigi tiruan dan permukaan jaringan gigi palsu harus halus tanpa ada
nodul tajam atau ekstensi berlebih untuk mencegah kerusakan jaringan.
Impresi harus dilakukan dengan Teknik mukostatik tanpa tekanan untuk
mengurangi resorpsi tulang . kebersihan mulut yang tepat dapat diberikan
kepada pasien untuk menghindari infeksi jamur karena adanya penurunan
retensi gigi tiruan oleh karena berkurangnya air liur.
 Fixed Partial Denture
Menjaga garis tetap pada posisi supragingival dapat dilakukan untuk
menghindari kerusakan jaringan lunak. Chamfer margin juga merupakan
pilihan yang lebih baik karena memberikan sedikit tekanan pada gigi yang
sudah lemah. Hukum ante juga harus diperhatikan karena pasien diabetes
lebih rentan terhadap infeksi periodontal, flossing yang tepat harus
dilakukan untuk menjaga kebersihan mulut. Pasien juga harus
menghindari trauma pada jaringan lunak yang mungkin terjadi karena
umumnya pada pasien DM penyembuhan luka membutuhkan waktu yang
cukup lama serta pembuatan pontik yang higenis juga harus dilakukan
untuk memudahkan pembersihan.

Penderita diabetes tipe 1


 Prosedur gigi non-invasif
Pasien dengan diabetes terkontrol dengan baik dapat diperlakukan serupa
dengan individu non-diabetes. Waspadai peningkatan kerentanan pasien
terhadap infeksi dan penyembuhan luka yang tertunda. Pada pasien yang
tidak terkontrol dengan baik, tunda perawartan gigi.5

 Prosedur gigi invasive


Pasien harus meminta petunjuk dan saran dari dokter mengenai
pengobatan mereka biasanya pasien disarankan untuk menurunkan
setengah dosis insulin harian pada pagi hari pengobatan. Glukosa darah
harus diukur sebelum oprasi jika nilainya antara 100-200 mg/dL prosedur
dapat dilakukan, apabila pengobatan berlangsung lebih dari 1 jam glukosa
darah harus diukur setiap jam. DM tipe 1 dianggap sebagai faktor risiko
terkait dengan infeksi oleh karena itu Ketika prosedur gigi invasive akan
dilakukan seperti anastasi, pencabutan gigi, biopsi pedoman profilaksis
antibiotic harus diikuti.5
Penderita diabetes tipe 2
 Prosedur gigi non-invasif
Pasien yang dapat mengontrol penyakitnya dengan baik melalui diet dan
olahraga tidak memerlukan intervensi perioperative khusus.5

Rekomendasi perawatan klinis untuk penderita diabetes


1. Mengedukasi pasien diabetes harus mencakup penjelasan tentang
implikasi diabetes terutama diabetes yang tidak terkontrol
2. Cari tanda awal penyakit gusi dan laporkan tanda-tandanya seperti
kemerahan pada gusi, bengkak, gusi berdarah. Sebutkan juga gejala lain
seprti mulut kering atau gigi goyang
3. Menjaga kebersihan mulut dengan baik:
- Sikat gigi dua kali sehari dengan sikat gigi yang lembut dan pasta gigi
berfluoride
- Bersihkan juga sela-sela gigi untuk menghilangkan sisa makanan dan
plak
- Hindari larutan kumur yang mengandung alcohol karena cenderung
membuat mulut lebih kering
- Lepas dan bersihkan gigi palsu setiap hari.

Setelah perawatan dokter gigi harus mengingat pertimbangan pasca operasi.


Pasien dengan DM yang tidak terkontrol memiliki risiko lebih besar terkena
infeksi dan mungkin memiliki penyembuhan luka yang tertunda. Infeksi akut
dapat mempengaruhi resistensi insulin dan control glikemik yang selanjutnya
dapat mempengaruhi kapasitas tubuh untuk penyembuhan. Oleh karena itu
dibutuhkan antibiotic dan juga menghindari senyawa yang mengandung aspirin.

2.4 Laporan Kasus

Pasien wanita berusia 39 tahun datang ke Departemen Prostodonsia


dengan keluhan utama gigi depan atas tanggal dan ingin menggantinya, dalam
sepuluh tahun terakhir pasien kehilangan gigi dan digantikan dengan Gigi Tiruan
Sebagian Cekat (GTSL). 2 minggu sebelum melapor ke departemen prosto pasien
mengalami kecelakaan dan mengalami patah pada dua gigi belakang kanan yang
kemudian dicabut.8

Riwayat Kesehatan:
 pasien menderita diabetes selama 5 tahun terakhir dan dalam pengobatan
 pasien juga menderita hipertensi selama 2 tahun terakhir dan dalam
pengobatan
 pasien dirujuk ke laboraturium hematologi untuk pemeriksaan darah
dengan hasil gula darah 184 mg/dL dan hemoglobin 10,4 g/dL. Kemudian
pasien disarankan untuk menurunkan kadar gula darahnya selama
seminggu dengan hasil akhir 150 mg/dL
 pasien kemudian dirujuk ke Departemen Bedah Mulut untuk ekstraksi
semua gigi rahang atas dalam satu kunjungan. Disarankan dalam satu
kunjungan agar semua gigi rahang atas dapat dijahit dalam 2 kuadran dan
penyembuhan soket setelah pemasangan gigi tiruan dapat dengan segera

IO selama 5 tahun terakhir:


 kehilangan gigi 21,11,12,13,14,15,16
 gigi 33,32,3,.41,42,43,44 (memakai Gigi tiruan cekat Sebagian)
 preparasi gigi 22 sebagai abutment GT cekat sebagian
 kegoyangan derajat I pada gigi 25,24,23,22,17,35,45
 kegoyangan derajat II pada gigi 18,38,46,47,48
 kegoyangan derajat III pada gigi 27,26
 resesi gingiva pada gigi 36,46,47 melibatkan furkasi

EO :

TAK
Pasien didiagnosis mengalami edentulous pada sebagian giginya dengan
dukungan periodontal yang buruk dari sisa gigi yang ada dan disarankan untuk
pemasangan Gigi Tiruan Penuh (GTP). Setelah 8 gigi rahang atas diekstraksi (gigi
16,17,22,23,24,25,26,27) dengan [emberian anestesi infiltrasi lokal, kemudian
segera dirujuk ke departemen prostodonsia untuk segera dilakukan pemasangan
gigi tiruan penuh.

DISKUSI:
Immediate denture merupakan salah satu solusi terbaik yang ditawarkan dokter
gigi kepada pasien sesaat setelah pasien dilakukan ekstraksi giginya atau selama
periode edentulisme. Terdapat 2 jenis yaitu gigi tiruan langsung konvensional dan
gigi tiruan langsung sementara (atau transisi), gigi tiruan langsung konvensional
diindikasikan ketika hanya gigi anterior saja yang tersisa dan ridge residual
posterior sembuh dengan baik. Setelah pencabutan gigi anterior gigi tiruan segera
disediakan dan hanya perlu dipasang Kembali setelah masa penyembuhan. Gigi
tiruan Sebagian adalah protesa gigi lepasan yang dirancang untuk meningkatkan
estetika, stabilitas dan/ fungsi untuk jangka yang terbatas lalu setelah itu harus
digantikan dengan protsa definitf. Hal ini diindikasikan Ketika gigi anterior dan
posterior harus dicabut sebelum gigi tiruan dipasang dikarenakan gigi tiruan
penuh (GTP) baru dapat dibuat setelah masa penyembuhan. Pasien juga harus
diinstruksikan untuk menghindari mengonsumsi minuman panas dan
diinstruksikan untuk tidak segera melepaskan gigi tiruan selama 24 jam pertama,
makanan harus cair atau lunak untuk 24 jam pertama.
3.1 Kesimpulan

Diabetes adalah gangguan metabolism umum yang terkait dengan


hiperglikemi dan komplikasi lainnya. Penting bagi dokter gigi untuk mengetahui
dan mengenal jenis tanda dan gejala pasien DM, Penatalaksanaan pasien gigi
dengan penyakit diabetik harus berfokus pada Kesehatan mulut secara umum dan
pemberian perawatan gigi yang komprehesif, pemeriksaan Riwayat kesehatan
juga merupakan persyaratan untuk memastikan keberhasilan perawatan
prostodontik jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Miller A. Ouanouou A. Diagnosis, Management, And Dental


Considerations For The Diabetic Patient. J Can Dent Assoc. 2020;86:1-6.

2. Obradors E.M, Devesa A.E, Salas E.J, Vinas M, Lopez J.L. Oral
Manifestations Of Diabetes Mellitus. A Systematic Review. J Sec:
MOPCB. 2017;22(5):e586-594.

3. Stavreva N, Cana A, Jakupi J.A. Considerations Of Oral Manifestations


And Prosthodontic Management Of Patients With Diabetes Mellitus. IOSR
– JDMS. 2019;18(8):21-23.

4. Thalib B, Rukma B. Perawatan Prostodonsia Pada Penderita Diabetes


Mellitus. MDJ. 2015:1-6.

5. Kaur S, Kaur K, Rai S, Khajuria R. Review Article: Oral Health


Management Considerations In Patients With Diabetes Melitus. Arch Med
nad Health Scie. 2015;3(1): 72-79.

6. Baynest H. Classification, Pathophysiology, Diagnosis and Management


of Diabetes Mellitus. J Diabetes Metab. 2015; 6(5): 1 – 9 .

7. Lalla R V., D’Ambrosio JA. Dental management considerations for the


patient with diabetes mellitus. J Am Dent Assoc. 2001;132(10):1425-
1432.

8. Katariya C. Diabetes Mellitus And Prosthodontic Care. 2017;3(1):294-


296.

9. Venkatakrishnan CJ. Patient – A Case Report. 2016;6(6):17-22.


10. Ozougwa J.C, Obimba K.C, Belonwu C.D, Unakalamba C.B. The
Pathogenesis And Pathophysiology Of Type 1 And Type 2 Diabetes
Mellitus. J Physiology And Pathophysiology. 2013 ; 4(4): 46-57.

11. Soeslistijo S.A, dkk. Pedoman Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes


Melitus Tipe 2 Dewasa Di Indonesia. PB Perkeni. 2019. 6 – 11.

12.

Anda mungkin juga menyukai