Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERWATAN PASIEN DENGAN

DIABETES MELITUS TIPE 2

DI SUSUN OLEH :

JULIANTI(21232005)

MEITA NINDYA (2123006)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

TARUMANEGARA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Diabetes tipe 2 merupakan diabetes mellitus yang sering dijumpai dan
merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan.Tingginya angka kejadian
Diabetes mellitus ini menjadi dasar bagi masyarakat dan tenaga dalam perawatan
yang lebih lanjut dengan cara melakukan managemen perawatan diri(self care
managemen) yang tepat.
Diabetes mellitus adalah penyakit yang menyerang pada pancreas
sehingga insulin(homon yang mengendalikan glukosa) yang dihasilkan kurang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.Diabetes mellitus sendiri merupakan
kesehatan masyarakat yang bermasalah dan selama dasawarsa erakhir,prevalensi
panderita DM terjadi peningkatan .Batas dasar normal kadar gula yang
menjadikn diabetes mellitus yaitu lebih dari 200mg/dldalam pemeriksaan darah
sewaktu pada saat puasa dalam pemeriksaan glukosa plasma lebih dari 126mg/dl
(kemenkes 2018).
Prevalensi diabetes mellitus berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
yang tinggi di Indonesia terdapat di profinsi DKI Jakarta.Ketidakpatuhan berobat
pasien diabetes mellitus tipe 2merupakan slah satu factor yang mengakibatkan
rendahnya control glukosa darah dan meningkatnya resiko komplikasi.
Komplikasidiabetes mellitus dapat terjadi pada lansia jika kepatuhan
diit ,olahraga dan farmakologis tidak dijaga.Komplikasi diabetes mellitus
meliputi komplikasi akut dan kronik.Penyakit yang termasuk komplikasiakut
adalah status hiprglikemi hyperosmolar(SHH) dan ketoasidosis
diabetic(KAD).Selain itu,penyakit diabetes mellitus komplikasi akut dapat
mengakibatkan kerusakan pembuluh darah dan kerusakan saraf(neuropati
dabetik).Diabetes tidak dapat kembali seperti sebelum terdiagnosis tetapi dapat
dikendalikan dengan kadar glukosa darah tetap terjaga pada batas
normal.Pengendalian diabetes mellitus ini dapat dilakukan seperti olah raga diet
dan farmakologis untuk mencegah terjadinay komplikasi.Sebab itu tingkat
kepatuhan dalam menjalankan program diabetes harus terjaga
(marinda,suwandi,& Karyus,2016)
Menurut PERKENI pada tahun 2011 bahwa pengendalian diabetes
mellitus dapat dilakukan seperti mencukupi gizi yang baik,gerak fisik
farmakologis,dan edukasi.Hal penting yang dilakukan perawat adalah memberi
edukasi pada penderita DM.Edukasi pasien dapat dilakukan agar pasien mengerti
dalam mengidentifikasi,menghindari factor penyebab DM,komplikasi terhadap
DM,serta pencegahan untuk DM.Beberapa cara dapat dilakukan untuk
mengontrol glukosa dalam darah yaitu cek kadar gula darah,makanan yang
seimbang dan menjaga berat badan ideal.Penerapan diit pada pasien yitu pola
makan yang seimbang sesuai dengan kalori dan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh
individu masing masing.Pentingnya penderita diabetes untuk mengatur makanan
dan jumlah dan kandunagn tertentu .Khususnya penderita diabetes mellitus yang
memakai obt insulin atau gula darah penderita masih tinggi.

B. Rumusan Masalah

1 .Apa Definisi Diabetes Melitus ?

2. Apa penyebab dan patologi dari Diabetes mellitus ?

3. Mengetahui manifestasi klinik dari Diabetes mellitus ?

4. Apa saja Klasifikasi Diabetes Melitus .?

5. Mengetahui terapi pengobatan Diabetes mellitus ?

C. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk:

1.Mengetahui Definisi Diabetes Melitus

2. Mengetahui penyebab dan patologi dari Diabetes mellitus

3. Mengetahui manifestasi klinik dari Diabetes mellitus

4. Mengetahui Klasifikasi Diabetes mellitus

5. Mengetahui terapi pengobatan Diabetes mellitus


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medik


a) Pengertian
Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang umum terjadi pada dewasa
yang membutuhkan supervise medis berkelanjutan dan edukasi perawtan mandiri p
ada pasien.Namun ,tergantung pada tipe DM dan usia pasien,kebutuhan dan asuhan
keperawatan pada pasien sangat berbeda(LeMone,Pricillia,2016)
Diabetes Melitus adalah penyakit progresif yang ditandai dengan ketidak mam
puan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat,lemak protein mengarah ke
hiperglikemia(kadar glukosa darah tinggi),DM terkadang dirujuk sebagai gula tingg
i baik oleh klien maupun penyedia layanan kesehatan,Pemikiran dari hubungan gul
a dengan DM adalah sesuai karena lolosnya sejumlah besar urine yang mengandun
g ciri dari DM yang tidak terkontrol.Walaupun hiperglikemia memainkan sebuah p
eran penting dalam perkembangan komplikasi terkait DM ,kadar yang tinggi dari gl
ukosa darah hanya satu komponen dari proses patologis dan manifestasi klinis yang
berhubungan dengan DM.Proses patologis dan factor resiko lain adalah penting,ter
kadang merupakan factor factor independen.DM dapat berhubungan dengan kompli
kasi serius ,namun orang dengan DM dapat mengambil cara cara pencegahan untuk
mengurangi kemungkinan kejadian tersebut(Black,M.Joyce,2014).

b) Etiologi
Diabetes Melitus diklasifikasikan ,baik sebagai insulin dependent diabetes mel
litus (IDDM) maupun non insulin dependen Diabetes Melitus (NIDDM).Dengan pe
nggunaan insulin yang sudah biasa dengan kedua tipe ,IDDM sekarang disebut DM
Tipe 1(juvenile onset) dan NIDDM sebagai DM Tipe 2(maturity onset)
a. Diabetes Melitus Tipe 1.Disebabkan destruktur sel beta autoimun biasanya me
micu tejadinya defisiensi insulin absolut.Faktor herediter berupa antibody sel i
slet,tingginya insiden HLA tipe DR3 dan DR4.Faktor lingkungan berupa infek
si virus (Virus Coxsackie,enterovirus,retrovirus,mumps),defisiensi vitamin D,t
oxic lingkungan .Berbagai modifikasi epigenetic ekspresi gen juga terobsesi se
bagai penyebab genetic berkembangnya DM Tipe 1.Individu dengan DM Tipe
1 mengalami defisiensi insulin absolut.
b. Diabetes Melitus Tipe 2 akibat resistensi insulin perifer,defek progresif sekresi
insulin,peningkatan gluconeogenesis. Diabetes mellitus Tipe 2 dipengaruhi fac
tor lingkunagan berupa obesitas,gaya hidup tidak sehat,diet tinggi karbohidrat,
DM Tipe 2 memiliki presimptomatis yang panjang yang menyebabkan penega
kan DM Tipe 2 dapat tertunda 4-7 tahun (Dito Anugroho,2018)
1. Diabetes Melitus Gestasiona DM gestasional(2%-5% dari semua kehamil
an)>DM yang didiagnosis selama hamil.DM gestasional merupakan diag
nosis DM yang menerapkan untuk perempuan dengan intoleransi glukosa
atau ditemukan pertama kali selama kehamilan.DM gestasional terjadi pa
da 2%-5% perempuan hamil namun menghilang ketika kehamilannya ber
akhir.DM ini lebih sering terjadi pada keturunan Amerika-Afrika,Amerik
a Hispanik ,Amerika pribumi ,dan perempuan dengan riwayat keluarga D
M atau lebih dari 4 kg saat lahir ,obesitas juga termasuk factor resiko.
2. Diabetes Melitus tipe lainnya DM tipe spesifik ain (1%-2%kasus terdiagn
osis,mungkin sebagai akubat dari defek genetic fungsi sel beta,penyakit p
ancreas yang diinduksi oleh obat obatan. DM mungkin juga akibat dari g
angguan gangguan lain atau pengobatan. Defek genetic pada sel beta dap
at mengarah perkembangan DM.Beberap hormone seperti hormone pertu
mbuhan ,kortisol,glucagon ,epinephrine merupakan antagonis atau mengh
ambat insulin.Jumlah berlebihan dari hormone hormone ini (seperti pada
akromegali,sindrom Cushing,glukaglukoma) menyebabkan DM.

c) Klasifikasi DM
a. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi karena
kerusakan sel β (beta) (WHO, 2014). Canadian Diabetes Association (CDA) 2
013 juga menambahkan bahwa rusaknya sel β pankreas diduga karena proses a
utoimun, namun hal ini juga tidak diketahui secara pasti. Diabetes tipe 1 renta
n terhadap ketoasidosis, memiliki insidensi lebih sedikit dibandingkan diabete
s tipe 2, akan meningkat setiap tahun baik di negara maju maupun di negara be
rkembang (IDF, 2014).
b. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO, 2014). Seringka
li diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu setelah kompl
ikasi muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari penderita DM di se
luruh dunia dan sebagian besar merupakan akibat dari memburuknya faktor ris
iko seperti kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik (WHO, 2014)
c. Diabetes gestational
Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang didiagnosis sel
ama kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan hiperglikemia (kadar glu
kosa darah di atas normal) (CDA, 2013 dan WHO, 2014). Wanita dengan diab
etes gestational memiliki peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan dan
saat melahirkan, serta memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa
depan (IDF, 2014)
d. Tipe diabetes lainnya
Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena ada
nya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan mutasi gen serta
mengganggu sel beta pankreas, sehingga mengakibatkan kegagalan dalam me
nghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom hor
monal yang dapat mengganggu sekresi dan menghambat kerja insulin yaitu sin
drom chusing, akromegali dan sindrom genetik (ADA, 2015).

d) Patofisiologi DM
1. Patofisiologi DM Tipe 1
Manifestasi DM Tipe 1 terjadi akibat kekurangan insulin untuk menghantar
kan glukosa menumpuk dalam peredaran darah ,mengakibatkan hiperglikemia, H
iperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas serum ,yang menarik air dari ruang i
nterselular ke dalam sirkulasi umum.Peningkatan volume darah meningkatkan al
iran darah ginjal dannhiperglikemi bertindak sebagai diuretic osmosi .Diuretik os
mosis yang dihasilkan meningkatkan haluan urine.Kondisi ini disebut polyuria.K
etika kadar glukosa darah melebihi ambang batas glukosa biasanya sekitar 180m
g/dl glukosa diekskresikan ke dalam urine,suatu kondisi yang disebut glukosauri
a.Penurunan volume intraseluar dan peningkatan haluan urine menyebabkan deh
idrasi menyebabkan, mulut menjadi kering dan sensor haus diaktifkan,yang men
yebabkan orang tersebut minum air yang banyak disebut polydipsia.
Glukagon tidak dapat masuk ke dalam sel insulin.Produksi energi menurun.
Penurunan energy ini menstimulasi rasa lapar dan orang makan lebih banyak (po
lyphagia).Meski asupan makanan meningkat,berat badan orang tersebut turun saa
t tubuh kehilangan air dan memecah protein dan lemak sebagai uaya memulihka
n sumber energy.Malaise dan keletihan menyertai penurunan energy .Penglihatan
yang buram juga umum terjadi,akibat pengaruh osmotic yang menyebabkan pem
bengkakan lensa mata.
Oleh sebab itu ,manifestasi klasik meliputi polyuria, polydipsia, polyphagia,
penurunan berat badan,malaise,keletihan.Bergantung pada tingkat kekurangan in
sulin ,manifestasinya bervariasi dari ringan sampai berat .Orang dengan DM tipe
1 membutuhkan sumber insulin eksogen(eksternal)untuk mempertahankan hidup
(LeMone,Pricillia,2016)
2. Patofisiologi DM Tipe 2
Patogenesis DM Tipe 2berbeda signifikan denganDM tipe 1.Respon terbata
s sel beta terhadap hiperglikemia tampak menjadi factor mayor dalam perkemban
gannya.Sel beta terpapar secara kronis terhadap kadar glukosa darah tinggi menj
adi progresif kurang efesien ketika merespon peningkatan glukosa lebih lanjut.Fe
nomena ini dinamai desentisisasi,dapat kembali dengan menormalkan kadar gluk
osa.DM tipe 2 adalah suatu kondisi hiperglikemi puasa yang terjadi meski ada,fu
ngsinya dirusak oleh resistensi insulin dijaringan perifer.Hati memproduksi gluk
osa lebih dari normal ,karbohidrat dalam makanan tidak dimetabolisme dengan b
aik dan akhirnya pancreas mengeuluarkan jumlah insulin yang kurang dari yang
dibutuhkan.
Faktor utama perkembangan DM tipe 2 adalah resistensi selular terhadap ef
ek insulin Resistensi ini ditingkatkan oleh kegemukan ,tidak beraktivitas,penyaki
t,obat obatan dan pertambahan usia .Pada kegemukan insulin mengalami penuru
nan kemampuan untuk mempengaruhi absorbsi metabolisme glukosa dalam hati ,
otot rangaka dan jaringan adipose .Hiperglikemi meningkat secara perlahan dan
dapat berlangsung lama sebelum DM didiagnosis,sehingga kira kira separuh diag
nosis baruDM tipe 2 yang baru didiagnosis sesudah mengalami komplikasi.
Proses patofisiologi DM tipe 2 adalah resistensi terhadap aktivitas insulin bi
ologis,baik dihati maupun dijaringan perifer.Keadaan ini disebut sebagai resisten
si insulin.Orang dengan DM tipe 2 memiliki penurunan sensitivitas insulin terha
dap kadar glukosa,yang mengakibatkan produksi glukosa hepatic berlanjut,bahka
n sampai pada kadar glukosa tinggi.Hal ini bersamaan dengan ketidakmampuan
otot dan jaringan lemak untk meningkatkan ambilan glukosa.Mekanisme penyeb
ab resistensi insulin perifer tidak jelas ,namun ini tampak terjadi setelah insulin b
erikatan terhadap reseptor pada permukaan sel.
Insulin adalah hormone pembangun (analobik).Tanpa insulin, tiga masalah
metabolic mayor (1)penurunan manfaat glukosa, (2) peningkatan mobilisasi lema
k (3)peninglatan pemanfaatan protein
PATHWAY DIABETES MELITUS
e) Anatomi Fisiologi

f) Manifestasi klinik Diabetes Melitus


Peningkatan kadar glukosa dalam darah disebut hiperglikemia,mengarah pad
a manifestasi klinis umum yang berhubungan dengan DM .Pada DM tipe 1 onset
manifestasi klinis mungkin tidak kentara dengan kemungkinan situasi yang meng
ancam hidup yang biasanya terjadi (misalnya ketoasidosis diabetikum).Pada DM
tipe 2 onset manifestasi klinis mungkin berkembang secara bertahap,klien mungk
in mencatat sedikit ataupun tanpa manifestasi klinis selama beberapa tahun.
Manifestasi klinis Diabetes Melitus adalah antara lain:
 Poliuri’
 Polydipsia
 Polipagia
 Berat badan menurun
 Peradangan kauur berulang
 Pruritus infeksi kulit ,vaginitis
 Keton uria
 Lemah,letih,pusing
 Sering asimtomatik
Komplikasi Diabetes Melitus

1. Komplikasi Akut
a.Hipoglikemia
b.Hiperosmolar
c.ketoasidosis
2. Komplikasi Kronis
a.Mikrovaskular
b.Makrovaskular
c.Penyakit Neuropati
d.Rentan infeksi
e.Ulkus/gangren/kaki diabetc
g) Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Ada empat komponen dalam penatalaksanaan diabetes mellitus :
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan di
abetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapa
i tujuan berikut :
1) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan mineral)
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
3) Memenuhi kebutuhan energi
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupaya
kan, kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman da
n praktis..
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.
b. Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapa
t menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor risiko kardiovaskuler.
Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambil
an glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan to
nus otot juga diperbaiki dengan berolahraga. Latihan dengan cara melawan tahan
an (resistance training) dapat meningkatkan lean body mass dan dengan demikia
n menambah laju metabolisme istirahat (resting metabolic rate). Semua efek ini s
angat bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat badan, menguran
gi rasa stress dan mempertahankan kesegaran tubuh. Latihan juga akan menguba
h kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar HDL kolesterol dan menurunkan
kadar kolesterol total serta trigliserida. Semua manfaat ini sangat penting bagi pe
nyandang diabetes mengingat adanya peningkatan risiko untuk terkena penyakit
kardiovaskuler pada diabetes.
c. Terapi

Pada diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panj
ang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia or
al tidak berhasil mengontrolnya. Disampingitu, sebagian pasien diabetes tipe II y
ang biasanya mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet atau dengan obat o
ral kadang membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit, infeks
i, kehamilan, pembedahan atau beberapa kejadian stress lainnya. Penyuntikan ins
ulin sering dilakukan dua kali per hari (atau bahkan lebih sering lagi) untuk men
gendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.
Karena dosis insulin yang diperlukan masing-masing pasien ditentukan oleh kad
ar glukosa darah yang akurat sangat penting.

d. Pendidikan Kesehatan

Diabetes mellitus merupakan sakit kronis yang memerlukan perilaku penan


ganan mandiri yang khusus seumur hidup. Pasien bukan hanya belajar keterampi
lan untuk merawat diri sendiri guna menghindari penurunan atau kenaikan kadar
glukosa darah yang mendadak, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif dala
m gaya hidup untuk menghindari komplikasi jangka panjang yang dapat ditimbul
kan dari penyakit diabetes mellitus

g) Pemeriksaan diagnostic

1. Adanya glukosa dalam urine.Dapat diperiksa dengan cara benedict(reduksi0 yan


g tidak khas untuk glukosa,karena dapat positip diabetes
2. Diagnostik lebih pasti adalah dengan kadar gluosa dalam darah dengan cara Hag
entron Jansen(reduksi)
 Gula puasa tinggi <140mg/dl
 Test toleransi glucose(TTG) 2 jam pertama <200mg/dl
 Osmosis serum 300m osm/kg
 Urine = glukosa positip,keton positip,asetonpositip atau negative(Bare &suz
ane,2020)
 Pemeriksaan HbA1C
h) Penatalaksanaan Medis
Diabetes Melitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai
penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan kesehatan.Un
tuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan diurai sebagai be
rikut:
1. Perencanaan makanan
Standart yang dianjurkan adalah makanan denagn komposisi seimbang dala
m ha karbohidrat,protein,lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu:
 Karbohidrat sebanyak 60-70%
 Protein sebanyak 10-15%
 Lemak sebanyak 20-25%
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan ,status gizi,umur, stress akut dan
kegiatan jasmani.untuk kepentinagan klinis praktis,penentuan jumlah kalori dipa
kai rumus Broca yaitu Berat Badan Ideal=(TB-100)-10%,sehingga didapatkan
 Berat badan =<90%dari BB ideal
 Berat badan normal=90-110% BB ideal
 Berat badan lebih=110-120% dari BB ideal
 Gemuk =>120% dari BB ideal
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari bb ideal dikali kelebihan kalori basal
yaitu untuk laki laki 30kkal/kgBB,dan wanita 25kkal/kg,kemudian ditambah unt
uk kebutuhan kalori aktivitas (10-30% untuk pekerja berat).Koreksi status gizi (g
emuk dikurangi,kurus ditambah)dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai
dengan kebutuhan.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas dibagi dala
m beberapa porsi yaitu:
 Makan pagi sebanyak 20%
 Makan siang sebanyak 30%
 Makan sore sebanyak 25%
 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15% diantaran
2 Latihan jasmani

Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu)selama kura


ng lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit pe
nyerta

3. Obat Obatan hipoglikemik


a. Sulfonilurea Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara:
Menstimulasi penglepasan insulin
Menurunkan ambang sekresi insulin
Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibta rangsangan glukosa
b. Biguanit
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu medformin.Sebagai obat tungg
al dianjurkan pada pasien gemuk(imt 30)untuk pasien yang berat lebih (imt 2
7-30) dpat juga dikombinasikan denga golongan sulfoniurea
c. Insulin
Indikasi pengobatan insulin adalah:
Semua penderita DMdari setiap umur (DM tipe1 maupun DM tipe2) dala
m keadaan ketoasidosis atau pernah masuk dalam keadaan ketoasidosi.

DM dengan kehamilan yang tidak terkendali dengan diit.


1. DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis ma
ksimal.Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah dan
dinaikan perlahan –lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien.
2. Penyuluhan untuk merencanakan pengelolaan sangat penting untuk mend
apatkan hasil yang maksimal.Edukator bagi pasien diabetes yaitu pendidi
ka dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan
menunjang perubahan perilaku untuk meningkakan pemahaman pasien a
kan penyakitnya ,yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang op
timal.Penyesuaian keadaan psikologik kualitas hidup yang lebih baik.Edu
kasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan diabetes .
a. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan(Doengoes,2001)
a. Aktivitas istirahat
Tanda:
 Lemah,letih,susah bergerak/susah berjalan,kram otot,tonus
otot menurun
 Tachicardia,tachipnoe pada keadaan istirahat/daya aktivita
s
 Letaegi/disorientasi,koma
b. Sirkulasi
Tanda:
 Adanya riwayat hipertensi: infark miokard akut,kesemutan
pada ekstermitas dan tachycardia
 Perubaghan tekanan darah postural: hipertensi ,nadi yang
menurun /tidak ada
 Disritmia
c. Neurosensori
Gejala:
Pusing/pening ,gangguan penglihatan disorientasi:mengantuk,leta
rgi stupor/koma(tahap lanjut).Sakit kepala,kesemutan,kelemahan
pada otot,parestesia ,gangguan penglihatan,gangguan memori (bar
u,masa lalu):kacau mental,reflex fendo dalam (RTD) menurun(ko
ma),aktifitas kejang.
d. Nyeri/kenyamanan
Gejala:Abdomen yang tegang/nyeri(sedang,berat),wajah meringis
dengan palpitasi:tampak sangat hati hati
e. Keamanan
Gejala;
 Kulit kering,gatal:ulkus kulit,demam diaphoresis
 Menurun kekeuatan immune/rentanggerak,paralisis otot te
rmasuk otot otot pernafasan.(jika kadar kalium menurunde
ngan cukup tajam)
 Urine encer,pucat,kuning,polyuria(dapatberkembang menj
adi oliguria/anuria jika terjadi hipoglikemi berat)
 Abdomen keras bising usus lemah dan menurun: hiperakti
f diare
f. Pemeriksaan diagnostic
1. Glukosa darah: meningkat 100-200mg/dl
2. Aseto plasma:positip secara menyolok
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 33
0n osm/L

2. Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah
ke perifer
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan
3. Kurang pengetahuan

3. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATA
N

Ketidakefektifan Setelah 1) Observasi TTV da 1) Kaji pucat, si 1)Vasokontriksi sis


perfusi jaringan bd dilakukan lam rentang normal anosis, kulit din temik diakibatkan
penurunan dalam 2)Observasi rangsan gin/ lembab. Ca oleh penurunan cur
sirkulasi darah ke waktu gan pada kaki tat kekuatan nad ah jantung yang m
perifer 3x24 jam 3) Observasi gula da i perifer ungkin dibuktikan
perfusi rah dalam rentang no oleh penurunan per
jaringan rmal fusi kulit dan penu
kembali 4)Ciptakan lingkung runan nadi.
efektif an nyaman 2) Indikator tromb
5) Motivasi klien unt osis vena dalam.
uk menghilangkan st 2) Kaji tanda hu
ress man (nyeri pada
6) Berikan terapi betis dengan po
sisi dorsifleksi),
eritema, edema
3) Pantau pema 3) Penurunan pema
sukan dan catat sukan/ mual terus
perubahan halu menerus dapat men
an urin gakibatkan penuru
nan volume sirkula
si, yang berdampa
k negative pada pe
rfusi dan fungsi or
gan. Berat jenis me
ngukur status hidra
si dan fungsi ginjal
4) Penurunan alira
n darah mengakib
atkan 42 disfungsi
gastrointestinal, co
ntoh kehilangan pe
4) Kaji fungsi g ristaltic. Masalah p
astrointestinal, c otensial/actual kare
atat anoreksia, p na penggunaan ana
enurunan/tidak lgesic, penurunan a
ada bising usus, ktivitas dan peruba
mual/muntah di han diet.
stensi abdomen, 5) Membatasi stati
konstipasi s vena, memperbai
ki aliran balik vena
5) Anjurkan pas dan menurunkan ri
ien dalam mela siko tromboflibitis
kukan/ melepas pada pasien yang t
kaus kaki antie erbatas aktivitasny
mbolik bila dig a
unakan.

Nutrisi kurang Setelah di 1) klien dapat mence 1) Tentukan pro 1)Mengidentifikasi


dari kebutuhan bd berikan int rna jumlah kalori ata gram diet dan p kekurangan dan pe
ketidakmampuan ervensi dal u nutrin yang tepat. ola makan pasie nyimpangan dari k
mengabsobsi am waktu 2) Berat badan stabil n dan bandingk ebutuhan 40 terape
makanan 3x24 jam atau penambahan ke an dengan maka utik
nutrisi ke arah rentang biasany nan yang dapat
mbali seim a. dihabiskan pasi
bang sesua 3)Mendemontrasika en
i dengan k n berat badan stabil a 2) Berikan mak
ebutuhan t tau penambahan kear anan cair yang
ubuh ah rentang biasanya mengandung za
atau yang diinginkan t makanan (nutr 2) Pemberian maka
dengan nilai laborato ient) dan elektro nan melalui oral le
rium dengan batas n lit dengan seger bih baik jika pasie
ormal. a jika pasien su n secara sadar dan
4) Anjurkan klien un dah dapat ment fungsi gastointesti
tuk makan dalam por oleransinya mel nalnya baik
si sedikit tapi sering. alui oral.
3) Timbang ber
at badan setiap
hari atau sesuai
dengan indikasi
4) Anjurkan kli 3) memberikan inf
en untuk makan ormasi pada keluar
dalam porsi sedi ga untuk memaha
kit tapi sering mi kebutuhan pasie
n
5) Kolaborasi d 4) Porsi yang sedik
engan ahli gizi it tapi sering memb
antu menjaga pema
sukan dan rangsan
gan mual muntah.
5) Sangat bermanf
aat dalam memper
hitungkan dan pen
yesuaian diet untuk
memenuhi kebutuh
an nutrisi pasien, d
an dapat pula mem
bantu pasien dan o
rang terdekat untuk
mengembangkan p
erencanaan

Kurang Dalam 1) Pasien dan 1) Tekankan 1) Perawat/


pengetahuan bd waktu keluarga pentingnya tim kesehatan
keterbatasan 1x24 jam menyatakan mengikuti lainnya dapat
kognitif, klien dan pemahaman tentang evaluasi medik, menilai pasien dan
interpretasi keluarga peyakit, kondisi, dan kaji ulang keluarga mampu
terhadap informasi mampu prognosis dan gejala yang mengerti yang
yang salah memaham program pengobatan memerlukan sudah gejala DM
i informasi 2) Pasien dan pelaporan yang memerlukan
yang keluarga mampu segera. pelaporan segera.
diberikan melaksanakan 2) Diskusikan 2) Pasien
seputar prosedur yang tanda dan gejala mampu memahami
penyakit dijelaskan secara DM, contoh tanda dan gejala
DM tipe 2 benat polidipsi, DM yang terjadi
3) Pasien dan poliuri, pada pasien dan
keluarga mampu kelemahan, keluarga
menjelaskan kembali penurunan berat
apa yang fijelakan badan
perawat/tim 3) Gunakan 3) Pasien dan
kesehatan lainnya. bahasa yang keluarga akan
umum lebih memahami
digunakan yinformasi yang
diberikan
4) Berikan 4) Pasien dan
informasi sesuai keluarga mampu
tingkat memahami
perkembangan informasi
pasien mengenai DM tipe
2 sesuai tingkat
perkembangan
penyakit klien DM
tipe 2.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
a. Keluhan utama
Pusing ,keleyengan ,nyaris jatuh
b. Riwayat kesehatan saat ini
 Penglihatan kabur
 Klien saat berlibur mengkomsusmsi makanan manis karena merasa libur
sesekali saja
c. Riwayat kesehatan terdahulu
 Adanya Riwayat Penyakit Dm sejak 3 tahun yang lalu,dan jarang minum
obat bila tidak ada keluhan
d. Pemeriksaan fisik
 Aktvitas dan istirahat
Merasa lelah dan pusing
 Makanan dan cairan
Cenderung makan makanan yang manis
 Pernafasan
RR 20x/mnt
 Kardio vascular
TD 135/80mmHg ,Nadi 90x/mnt ,Saturasi oksigen 98%
 Neurosensori
Merasa mata kabur,sering kesemutan ,luka pada jempol kaki
 Musculoskeletal
Luka dijempol kakai 2 cm

e. Laboratorium
GD 270g/dl
f. Terapi
Metformin 2x 500mg
B. Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah ke
perifer.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan bd ketidakmampuan mengabsorbsi makanan
3. Kurang pengetahuan bd keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi
yang salah

C. Intervensi

DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATA
N

Ketidakefektifan Setelah 1) Observasi TTV da 1) Kaji pucat, si 1)Vasokontriksi sis


perfusi jaringan bd dilakukan lam rentang normal anosis, kulit din temik diakibatkan
penurunan dalam 2)Observasi rangsan gin/ lembab. Ca oleh penurunan cur
sirkulasi darah ke waktu gan pada kaki tat kekuatan nad ah jantung yang m
perifer 3x24 jam 3) Observasi gula da i perifer ungkin dibuktikan
DS: pasien perfusi rah dalam rentang no oleh penurunan per
mengeluh pusing jaringan rmal fusi kulit dan penu
dan kliyengan , kembali 4)Ciptakan lingkung runan nadi.
pasien efektif an nyaman 2) Indikator tromb
mengatakan sudah 5) Motivasi klien unt osis vena dalam.
menderita DM uk menghilangkan st 2) Kaji tanda hu
sejak 3 tahun yang ress man (nyeri pada
lalu. 6) Berikan terapi betis dengan po
DO: terdapat luka sisi dorsifleksi), 3) Penurunan pema
di jempol, hasil eritema, edema sukan/ mual terus
lab menunjukan 3) Pantau pema menerus dapat men
GDS 270mg/dL sukan dan catat gakibatkan penuru
perubahan halu nan volume sirkula
an urin si, yang berdampa
k negative pada pe
rfusi dan fungsi or
gan. Berat jenis me
ngukur status hidra
si dan fungsi ginjal
4) Penurunan alira
n darah kemesenter
i dapat mengakibat
kan 42 disfungsi g
astrointestinal, con
toh kehilangan peri
4) Kaji fungsi g staltic. Masalah po
astrointestinal, c tensial/actual karen
atat anoreksia, p a penggunaan anal
enurunan/tidak gesic, penurunan a
ada bising usus, ktivitas dan peruba
mual/muntah di han diet.
stensi abdomen, 5) Membatasi stati
konstipasi s vena, memperbai
ki aliran balik vena
dan menurunkan ri
siko tromboflibitis
pada pasien yang t
5) Anjurkan pas erbatas aktivitasny
ien dalam mela a
kukan/ melepas
kaus kaki antie
mbolik bila dig
unakan.

Nutrisi kurang Setelah di 1) klien dapat mence 1) Tentukan pro 1)Mengidentifikasi


dari kebutuhan bd berikan int rna jumlah kalori ata gram diet dan p kekurangan dan pe
ketidakmampuan ervensi dal u nutrin yang tepat. ola makan pasie nyimpangan dari k
mengabsobsi am waktu 2) Berat badan stabil n dan bandingk ebutuhan 40 terape
makanan 3x24 jam atau penambahan ke an dengan maka utik
DS: pasien nutrisi ke arah rentang biasany nan yang dapat
mengatakan sering mbali seim dihabiskan pasi
makan manis bang sesua a. en
selama berlibur i dengan k 3)Mendemontrasika 2) Berikan mak
DO: hasil lab ebutuhan t n berat badan stabil a anan cair yang
GDS 270 mg/dL, ubuh tau penambahan kear mengandung za
BB 65 kg dan TB ah rentang biasanya t makanan (nutr 2) Pemberian maka
156 cm. atau yang diinginkan ient) dan elektro nan melalui oral le
dengan nilai laborato lit dengan seger bih baik jika pasie
rium dengan batas n a jika pasien su n secara sadar dan
ormal. dah dapat ment fungsi gastointesti
4) Anjurkan klien un oleransinya mel nalnya baik
tuk makan dalam por alui oral.
si sedikit tapi sering. 3) Timbang ber
at badan setiap
hari atau sesuai
dengan indikasi
4) Anjurkan kli 3) memberikan inf
en untuk makan ormasi pada keluar
dalam porsi sedi ga untuk memaha
kit tapi sering mi kebutuhan pasie
n
5) Kolaborasi d 4) Porsi yang sedik
engan ahli gizi it tapi sering memb
antu menjaga pema
sukan dan rangsan
gan mual muntah.
5) Sangat bermanf
aat dalam memper
hitungkan dan pen
yesuaian diet untuk
memenuhi kebutuh
an nutrisi pasien, d
an dapat pula mem
bantu pasien dan o
rang terdekat untuk
mengembangkan p
erencanaan

Kurang Dalam 1) Pasien dan 1) Tekankan 1) Perawat/


pengetahuan bd waktu keluarga pentingnya tim kesehatan
keterbatasan 1x24 jam menyatakan mengikuti lainnya dapat
kognitif, klien dan pemahaman tentang evaluasi medik, menilai pasien dan
interpretasi keluarga peyakit, kondisi, dan kaji ulang keluarga mampu
terhadap informasi mampu prognosis dan gejala yang mengerti yang
yang salah memaham program pengobatan memerlukan sudah gejala DM
DS: os i informasi 2) Pasien dan pelaporan yang memerlukan
mengatakan yang keluarga mampu segera. pelaporan segera.
jarang diberikan melaksanakan 2) Diskusikan 2) Pasien
menggunakan alas seputar prosedur yang tanda dan gejala mampu memahami
kaki saat berjalan penyakit dijelaskan secara DM, contoh tanda dan gejala
ke luar rumah, os DM tipe 2 benat polidipsi, DM yang terjadi
banyak Dan 3) Pasien dan poliuri, pada pasien dan
mengkonsumsi mampu keluarga mampu kelemahan, keluarga
makanan manis, melakukan menjelaskan kembali penurunan berat
pasien juga cara apa yang dijelakan badan
mengatakan perawatan perawat/tim 3) Gunakan 3) Pasien dan
jarang meminum luka DM kesehatan lainnya. bahasa yang keluarga akan
obat jika dirasa umum lebih memahami
tidak ada keluhan digunakan informasi yang
DO: terdapat luka diberikan
2 cm di jempol 4) Berikan 4) Pasien dan
kaki, hasil LAB informasi sesuai keluarga mampu
menunjukan GDS tingkat memahami
270 mg/dL, perkembangan informasi
pasien, jika mengenai DM tipe
terdapat luka 2 sesuai tingkat
pada kaki pasien perkembangan
ajarkan cara penyakit klien DM
perawatan luka tipe 2. Dengan
pasien tau cara
merawat luka DM,
mencegah
terjadinya infeksi
pada luka.

D. Implementasi

Implemtasi adalah Tindakan yang dilakukan sesuai Intervensi Diatas.

E. Evaluasi
DX 1 :
1) Perfusi jaringan Normal
2) Ketebalan dan tekstur Jaringan Normal
3) Menujukan Terjadinya proses Penyembuhan luka
DX 2 :
1) Merencana Jumlah nutrient Yang tepat
2) Menunjukan tingkat energi yang biasanya
DX 3:
1) Pasien mampu menerapkan informasi yang diberikan oleh perawat/tim kesehatan
dalam kehidupan sehari”, contoh menggunakan alas kaki jika mau ke luar rumah,
minum obat secara teratur
2) Pasien dapat memahami cara perawatan luka
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Melitus adalah penyakit yang menyerang pada pancreas sehingga
insulin (homon yang mengendalikan glukosa) yang dihasilkan kurang cukup
untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Gejala dari DM tipe 2 yaitu poliuri, polidipsi, poliphagia, berat badan
menurun, lemah,letih, pusing. Penatalaksanaan dan pengobatan DM meliputi
edukasi kepada pasien dan keluarga pengertian dari DM dan tanda gejala nya,
program diet dan pola makan pasien dengan DM, serta pengobatan secara rutin
dan terpantau.
DAFTAR PUSTAKA
Burnner and Suddarth . (2013). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12, EGC,
Jakarta
Carpenito, L. J. (2009) Diagnosis Keperawtan Aplikasi Pada Praktek Klinis
Edisi 9, EGC, Jakarta.
International Diabetes Federation.IDF Diabetes Atlas Sixth Edition.(2015)D
iakses dari: www.idf.org/diabetesatlasTanggal 08 Juli 2018.
Padila, (2012) Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah,Nuha Medika, Yog
yakarta.
Subekti, Imam. (2009). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu,34 F
akultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai