OLEH :
Yesica Indriani
PO.70202210011
DOSEN PENGAMPU :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes merupakan permasalahan kesehatan serius di seluruh dunia.Diperkirakan 15,7
juta orang di Amerika Serikat menderita diabetes mellitus. Perkiraan tersebut, merupakan
perhitungan antara diabetes yang terdiagnosa dan tidak terdiagnosa, sebanyak 5,9 %
populasi di Amerika Serikat menderita diabetes mellitus. Diabetes Mellitus menyebabkan
kematian lebih dari 162.200 jiwa pada tahun 1996. Diabetes termasuk tujuh penyebab
utama kematian pada daftar angka kematian di AS, tapi diabetes diyakini termasuk
kematian yang tidak tidak terlaporkan, antaranya adalah kondisi dan penyebab kematian.
Diabetes adalah penyebab utama dari kebutaan. Lebih dari 60 sampai 65% penderita
diabetes menderita hipertensi. Hal yang mengejutkan biaya pengeluaran untuk
pengobatan secara langsung dan tidak langsung untuk diabetes pada tahun 1997
diperkirakan mencapai 98 juta dolar. Banyaknya biaya tidak memberikan timbal balik
yang kehidupan patien diabetes dan keluarganya.(Sharon n Margaret 2000) Penderita
diabetes mellitus di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, hal ini dihubungkan
dengan meningkatnya angka kesejahteraan. Persentase penderita diabetes mellitus lebih
besar di kota daripada di desa, 14,7% untuk dikota dan 7,2% di desa. Indonesia
menduduki peringkat keenam di dunia dalam hal jumlah terbanyak penderita diabetes.
Dari penjelasan yang tersebut diatas peranan soerang perawat sangat penting dalam
pemberian asuhan keperawatan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian
yang disebabkan karena diabetes mellitus, sehingga diharapkan mahasiswa keperawatan
dapat memahami dan menguasai konsep asuhan keperawatan pada pasien diabetes
mellitus.
B. Tujuan
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien diabetes
miletus tipe 2
BAB II
A. Definisi
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002 dalam
www.ilmukeperawatan.com). Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar
glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif, Diabetes
mellitus adalah penyakit dimana penderita tidak bisa mengontrol kadar gula dalam
tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan gula sehingga
mengganggu system kerja tubuh secara keseluruhan Diabetes mellitus adalah
sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk
berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan
insulin oleh pancreas. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, yang dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi metabolic akut seperti ketoasidosis diabetic.
Hiperglikema jangka panjang dapat menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskular
kronis (penyakit ginjal dan mata) serta komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan
dengan kejadian penyakit makrovaskuler, termasuk infark miokard, stroke, dan
penyakit vaskuler perifer.(brunner and suddarth, 2002: 109).
B. Etiologi
Sesuai dengan klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya maka
penyebabnyapun pada setiap jenis dari diabetes juga berbeda. Berikut ini merupakan
beberapa penyebabdari penyakit diabetes mellitus:
1. Diabetes Melitus tipe 1 ( IDDM )
a. Faktor genetic Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri;
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki
tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi Adanya respons otoimun yang merupakan respons
abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin
endogen.
c. Faktor lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun
yang menimbulkan destruksi selbeta. (Price,2005)
2.Diabetes Melitus tipe 2 ( NIDDM ) Mekanisme yang tepat yang menyebabkan
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin. Faktor resiko:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65th Sekitar 90%
dari kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes tipe 2. Pada awlanya, tipe 2
muncul seiring dengan bertambahnya usia dimana keadaan fisik mulai menurun.
b. Obesitas Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa
yang menyebabkan diabetes tipe 2. Hal ini jelas dikarenakan Persediaan cadangan
glukosa dalam tubuh mencapai level yang tinggi. Selain itu kadar kolesterol
dalam darah serta kerja jantung yang harus ekstra keras memompa darah
keseluruh tubuh menjadi pemicu obesitas. Pengurangan berat badan sering kali
dikaitkan dengan perbaikan dalam sensivitas insulin dan pemulihan toleransi
glukosa.
c. Riwayat keluarga Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper
100%. Resiko berkembangnya diabetes tipe 3 pada sausara kandubg mendekati
40% dan 33% untuk anak cucunya. Jika orang tua menderita diabetes tipe 2, rasio
diabetes dan nondiabetes pada anak adalah 1:1 dan sekitar 90% pasti membawa
carer diabetes tipe 2.( Martinus,2005)
3.Diabetes gestasional (GDM ) Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan
yang dialami oleh si Ibu:
a. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b. ibu mengalami/menderita DM saat hamil Klasifikasi DM dengan Kehamilan
menurut Pyke: Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada
waktu hamil dan menghilang setelah melahirkan. Klas II : Pregestasional diabetes,
yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut setelah hamil. Klas III :
Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh
darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan
pembuluh darah perifer. Pada saat seorang wanita hamil, ada beberapa hormon
yang mengalami peningkatan jumlah. Misalnya, hormon kortisol, estrogen, dan
human placental lactogen (HPL). Ternyata, saat hamil, peningkatan jumlah
hormon-hormon tersebut mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin dalam
mengatur kadar gula darah (glukosa). Kondisi ini menyebabkan kondisi yang
kebal Terhadap insulin yang disebut sebagai insulin resistance. Saat fungsi insulin
dalam mengendalikan kadar gula dalam darah terganggu, jumlah gula dalam
darah pasti akan naik. Hal inilah yang kemudian menyebabkan seorang wanita
hamil menderita diabetes gestasional.
4. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
a. Kelainan genetic dalam sel beta. Pada tipe ini memiliki prevalensi familial yang
tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien seringkali obesitas dan
resisten terhadap insulin.
b. Kelainan genetic pada kerja insulin sindrom resistensi insulin berat dan
akantosis negrikans
c. Penyakit endokrin seperti sindrom Cushing dan akromegali
d. Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta
e. Infeksi
C. Patofisiologi
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-
asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi
badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton
merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya
berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala
seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak
ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian
insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat
kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet
dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen
terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan
kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan
akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun
terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih
terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi
pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler
nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30
tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama
bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).
Ketosisis dan asidosis yang merupakan ciri khas diabetes ketoasidosis menimbulkan gejala
gastrointestinal seperti anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen. Nyeri abdomen dan gejala-
gejala fisik pada pemeriksaan dapat begitu berat sehingga tampaknya terjadi sesuatu proses
intrabdominal yang memerlukan tindakan pembedahan. Nafas pasien mungkin berbau aseton
(bau manis seperti buah) sebagai akibat dari meningkatnya kadar badan keton. Selain itu
hiperventilasi (didertai pernapasan yang sangat dalam tetapi tidak berat/sulit) dapat terjadi.
Pernapasan Kussmaul ini menggambarkan upaya tubuh untuk mengurangi asidosis guna
melawan efek dari pembentukan badan keton.
Perubahan status mental bervariasi antara pasien yang satu dan lainnya. Pasien dapat sadar,
mengantuk (letargik) atau koma, hal ini biasanya tergantung pada osmolaritas plasma
(konsentrasi partikel aktif-osmosis).
E. Penatalaksanaan
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal
tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima
komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
2) Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
4) Obat
Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan,
menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai
akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita
dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat
badannya sedikit lebih.
5) Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup saudara kembar
identik
F. Komplikasi
1.Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah
Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik terjadi bila
kadar gula darah dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada pemeriksaaan darah jari.
Etiologi :
Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat
disebabkan oleh :
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang juga. disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak
terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk
menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan
mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan
kalium). Diurisis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri)
akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangna elektrolit. Penderita ketoasidosis
diabetik yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga
500 mEq natrium, kalium serta klorida selam periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi
badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton
yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan
mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila
bertumpuk dalam sirkulais darah, badan keton akan menimbulkan asidosis
metabolik.
Perubahan status mental bervariasi antara pasien yang satu dan lainnya. Pasien
dapat sadar, mengantuk (letargik) atau koma, hal ini biasanya tergantung pada
osmolaritas plasma (konsentrasi partikel aktif-osmosis).
Pemeriksaan Penunjang
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien
mungkin memperlihatkan kadar guka darah yang lebih rendah dan sebagian
lainnya mungkin memeliki kadar sdampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih (yang
biasanya bernagtung pada derajat dehidrasi)
· Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan dengan
kadar glukosa darah.
· Sebagian pasien dapat mengalami asidosi berat disertai kadar glukosa yang
berkisar dari 100 – 200 mg/dl, sementara sebagia lainnya mungkin tidak
memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya
mencapai 400-500 mg/dl.
Bukti adanya ketosidosis dicerminkan oleh kadar bikarbonat serum yang rendah
( 0- 15 mEq/L) dan pH yang rendah (6,8-7,3). Tingkat pCO2 yang rendah ( 10-
30 mmHg) mencerminkan kompensasi respiratorik (pernapasan kussmaul)
terhadap asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton (yang mencetuskan
asidosis) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam darah dan urin.
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
G. ASUHAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan pengkajian dengan ketat
terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri. Pengkajian
secara rinci adalah sebagai berikut
d. PENGKAJIAN PRIMER
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :
Airway + cervical control
1) Airway
Lidah jatuh kebelakang (coma hipoglikemik), Benda asing/ darah pada rongga
mulut
2) Oxygenation : Kanula, tube, mask
Circulation + Hemorrhage control
1) Circulation :
2) Hemorrhage control : -
P : Pain Respons : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, berespon terhadap
rangsangan nyeri
U : Unresponsive : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, tdk bersespon thd
nyeri
b. PENGKAJIAN SEKUNDER
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau penenganan pada
pemeriksaan primer.
Pemeriksaan sekunder meliputi :
1) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya, tes ini
dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi
stress.
2) Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan ketidakadekuatan
kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
A. Anamnese
a. Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien mungkin berbau
aseton pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan dan
sakit kepala
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK), penyebab
terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK) serta upaya yang telah dilakukan
oleh penderita untuk mengatasinya.
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan
defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,
maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang
biasa digunakan oleh penderita.
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas, riwayat
pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama
stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat
(glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
e. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
g. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik dan tindakan
perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
B. Diagnosa yang Mungkin Muncul
a. Nyeri akut b.d agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan perifer)
c. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d. kelebihan intake nutrisi (tipe
2)
d. Defisit Volume Cairan b.d Kehilangan volume cairan secara aktif, Kegagalan
mekanisme pengaturan
e. PK: Hipoglikemia
PK: Hiperglikemi
Lamanya episode nyeri 12. Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain
dengan usia dan BB, BJ urine normal, darah ortostatik ), jika diperlukan
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam 5. Monitor masukan makanan / cairan dan
Kasus Kelompok IV
Seorang perempuan berumur 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan luka di kaki
kanan tidak sembuh-sembuh sejak 12 hari sebelum masuk rumah sakit. Pemeriksaan diperoleh
data TD 120/70 mmHg, Nadi 76 kali/menit, Napas 18 kali/menit, Suhu 37,6°C. Konjungtiva
subanemis, CRT <3 detik, denyut nadi perifer kuat, akral hangat. Edema pada tangan dan kaki,
teraba hangat pada area ulkus, pulsasi arteri dorsalis pedis kanan dan kiri (+) kuat, nilai ABI
kanan 0,91 kiri 0,90. GDS 292 mg/dl.
Terdapat pruritus pada punggung dan tangan, kulit tampak kering dan kusam. Terdapat kallus
pada plantar sinistra yang mengering dan berwarna kecoklatan dan daerah sekitarnya tampak
mengeras. Kalus terbuka dan berisi jaringan fibrotik. Pada plantar dextra terdapat ulkus dengan
jaringan nekrotik, dasar luka berwarna kuning, slough (+), pus (+), ukuran 10cm x 6cm x 2cm,
nekrotik > 50%, derajat ulkus menurut skala Wagner: III, edema derajat 2, bau (+), nyeri ringan
saat ganti balutan. Hasil rontgen pedis dextra menunjukkan hasil : osteomielitis falang
proximal digiti I, II, dan IV. Osteomielitis falangs distal digiti I, falang media II, IV. Lesi
amputasi digiti V.
Hasil pengkajian kaki kulit mengkilap, rambut kaki (-), bunion (+), penebalan kuku (+), kuku
tumbuh ke dalam (+), baal (+). Pasienpasien tidak mau diamputasi seluruh kakinya, jika
diamputasi pasien memilih pulang paksa dan berobat alternatif. Sejak suaminya meninggal 3
tahun yang lalu pasien mengatakan sudah malas untuk berobat dan kontrol gula. Riwayat DM
sejak 15 tahun yang lalu. riwayat menggunakan obat OHO glibenklamid 1 x sehari setiap pagi
½ jam sebelum makan dan metformin 2 x sehari pagi dan malam. Klien mulai menggunakan
insulin sejak 5 tahun lalu namun sejak 3 bulan terakhir pasien mulai menghentikan pengobatan
dan berobat ke alternatif karena merasa bosan dan jenuh dengan pengobatan yang dijalani.
Riwayat ulkus pada kaki yang sama (kaki kiri) dan riwayat amputasi digiti V pedis 3 tahun
yang lalu. Tidak ada anggota keluarga menderita DM.
Pasien mengatakan nafsu makan berkurang, sering merasa mual apa lagi saat makan, menu
makan yang di sediakan hanya habis sebagian, terkadang hanya habis 5 sendok saja, pasien
tampak lemah, lesu, wajah pucat. Hasil lab: Hb 8,2 gr/dl, Ht 26%, albumin 2,7 gr/dl kolesterol
total: 60 mg/dl, Leukosit 9.4 ribu/ul.
Pola makan di rumah 3 kali sehari, dengan komposisi nasi, lauk dan sayuran, jumlahnya tidak
ditakar, jadwal dan jenis makan tidak teratur. Pasien suka ngemil dan hanya tahu untuk
mengurangi makan nasi dan gula murni tapi sangat jarang dilakukan. Di RS pasien
mendapatkan diet DM 1800 kalori dengan pemberian 3 x makan besar dan 3 kali snack
selingan antara makan pagi, siang dan malam. Terapi lain yang diberikan sukrafalt 3 x 1 sendok
makan.
Pasien hanya BAB 1 kali selama 7 hari, BAB terasa keras dan sedikit-sedikit. Distensi
abdomen (-), bising usus (+) 10 x/menit, on terapi laxative. BAK normal. Intake 2000 cc/hari,
volume urin 24 jam 1710 cc/hari. Muntah (-), diare (-), mukosa bibir tampak kering, kulit
tampak kering, NaCl 0,9% 500 cc/8 jam. Laboratorium : Na : 142 mmol/l, kalium : 3.1 mEq/L,
klorida 92 mEq/L. Pasien mengatakan badan terasa lemas, aktifitas hanya di atas tempat tidur.
ADL dibantu perawat. Keterbatasan aktifitas karena adanya ulkus. Terdapat kalus pada kaki
kanan dan kiri. Pasien mengatakan sulit tidur, tidur 4-5 jam sehari. Wajah terlihat letih, sering
menguap, terdapat lingkaran hitam pada mata dan pasien sering terlihat mengantuk di siang
hari.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI
JURUSAN KEPERAWATAN
IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.a Suami/Isteri/Ortu :
Umur : 52 tahun Nama : ......................................
Jenis Kelamin : perempuan Pekerjaan : ......................................
Agama : Islam Alamat : ......................................
Suku/ bangsa : ............................................ ......................................
Bahasa : ............................................ Penanggung : ......................................
Jawab
Pendidikan : ............................................ Nama : ......................................
Pekerjaan : ............................................ Alamat : ......................................
Status : ............................................ ......................................
Alamat : ............................................
............................................
KELUHAN UTAMA
Luka dikaki kanan tidak sembuh-sembuh sejak 12 hari sebelum masuk rumah sakit.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
datang ke rumah sakit dengan keluhan luka dikaki kanan tidak sembuh-sembuh sejak 12 hari
sebelum dibawak kerumah sakit. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang sering merasa
mual saat lagi makan, dan makan yang disediakan hanya habis sebagian. Pasien mengatakan
hanya BAB 1 kali selama 7 hari.
Upaya yang telah dilakukan : ....................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
Terapi yang telah diberikan : .....................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum
Keadaan/ penampilan umum : sadar
Kesadaran : CM................................................. GCS : ......................................
BB sebelum sakit : . TB : ......................................
BB saat ini : kg
BB ideal : .................................................
Perkembangan BB : .................................................
Status gizi : .................................................
Status Hidrasi : .................................................
Tanda-tanda vital :
TD : 120/70 mmHg Suhu : 37,6 0C
N : 76 x/mnt RR : 18 x/mnt
2. Kepala
Mata: kongjungtiva subanemis
3. Leher
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
4. Thorak (dada)
5. Abdomen
6. Tulang belakang
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
7. Ekstremitas
Edema pada tangan dan kaki, pulsasi arteri doralis pedis kanan dan kiri (+), terdapat pruritus
pada punggung dan tangan, Hasil pengkajian kaki kulit mengkilap, rambut kaki (-), bunion (+),
penebalan kuku (+), kuku tumbuh ke dalam (+), baal (+).
8. Genitalia dan anus
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
9. Pemriksaan neurologis
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
2. Radiologi
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
3. Lain-lain
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
TERAPI
1. Oral
OHO glibenklamid 1 x sehari setiap pagi ½ jam sebelum makan dan metformin 2 x sehari pagi dan
malam.
2. Parenteral
Insulin
3. Lain-lain
DS:
Luka dikaki kanan tidak sembuh- Diabetes miletus Kerusakan integritas
sembuh. kulit
DO:
Pada plantar dextra terdapat
ulkus dengan jaringan nekrotik,
dasar luka berwarna kuning,
slough (+), pus (+), ukuran 10cm
x 6cm x 2cm, nekrotik > 50%,
derajat ulkus menurut skala
Wagner: III, edema derajat 2, bau
(+), nyeri ringan saat ganti
balutan. Hasil rontgen pedis
dextra menunjukkan hasil :
osteomielitis falang proximal
digiti I, II, dan IV. Osteomielitis
falangs distal digiti I, falang
media II, IV. Lesi amputasi digiti
V.
DO: Ulkus Kelebihan volume cairan
Edema pada tangan dan kaki
Hasil pengkajian kaki kulit
mengkilap, rambut kaki (-),
bunion (+), penebalan kuku (+),
kuku tumbuh ke dalam (+), baal
(+).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
-
BAB IV
1.KESIMPULAN
Ditinjau dari genetik, penyebab dan perjalanan penyakit, DM pada anak dan remaja berbeda
dengan DM pada orang dewasa. Diabetes mellitus pada anak dan remaja terutama merupakan
akibat kerusakan sel-sel beta pankreas yang memproduksi insulin, sehingga suntikan insulin
inerupakan satusatunya cara pengobatan. Diabetes mellitus tipe 2 disamping kadar glukosa
tinggi, juga kadar insulin tinggi atau normal yang disebut resistensi insulin Gejala klinik diabetes
mellitus berupa poliuria, polidipsia, lemas, berat badan menurun, kesemutan, gatal, mata kabur,
impotensia (pada pria), pruritus vulvae (pada wanita). Manfaat olah raga : Meningkatkan
kemampuan gerak Meningkatkan derajat sehat dinamis Awet muda dalam kemampuan
fungsional Meningkatkan kualitas hidup Menyembuhkan diabetes Mencegah terjadinya penyakit
gangguan aliran darah (PJK, stroke) Menyembuhkan PJK yang ringan
2.SARAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
2. Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
3. Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
4. Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi Pleura dan
Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada
5. Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
6. Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
7. Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
8. Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
9. Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika