Y S,
DENGAN DM TYPE2 DI RUANG INTENSIVE
CARE UNIT
RS. HERMINA GRAND WISATA
Oleh :
FERNANDO SIREGAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat TUHAN yang maha Esa. Karena
dengan rahmat dan hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan
untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pasien
Diabetes Melitus”
Tidak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing yang
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan saya. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak saya harapkan.
A. Latar Belakang
Diabetes merupakan permasalahan kesehatan serius di seluruh
dunia.Diperkirakan 15,7 juta orang di Amerika Serikat menderita diabetes
mellitus. Perkiraan tersebut, merupakan perhitungan antara diabetes yang
terdiagnosa dan tidak terdiagnosa, sebanyak 5,9 % populasi di Amerika
Serikat menderita diabetes mellitus. Diabetes Mellitus menyebabkan
kematian lebih dari 162.200 jiwa pada tahun 1996. Diabetes termasuk
tujuh penyebab utama kematian pada daftar angka kematian di AS, tapi
diabetes diyakini termasuk kematian yang tidak tidak terlaporkan,
antaranya adalah kondisi dan penyebab kematian. Diabetes adalah
penyebab utama dari kebutaan. Lebih dari 60 sampai 65% penderita
diabetes menderita hipertensi. Hal yang mengejutkan biaya pengeluaran
untuk pengobatan secara langsung dan tidak langsung untuk diabetes pada
tahun 1997 diperkirakan mencapai 98 juta dolar. Banyaknya biaya tidak
memberikan timbal balik yang kehidupan patien diabetes dan keluarganya.
(Sharon n Margaret 2000)
Penderita diabetes mellitus di Indonesia terus meningkat setiap
tahunnya, hal ini dihubungkan dengan meningkatnya angka kesejahteraan.
Persentase penderita diabetes mellitus lebih besar di kota daripada di desa,
14,7% untuk dikota dan 7,2% di desa. Indonesia menduduki peringkat
keenam di dunia dalam hal jumlah terbanyak penderita diabetes.
Dari penjelasan yang tersebut diatas peranan soerang perawat
sangat penting dalam pemberian asuhan keperawatan untuk menurunkan
angka kesakitan dan angka kematian yang disebabkan karena diabetes
mellitus, sehingga diharapkan mahasiswa keperawatan dapat memahami
dan menguasai konsep asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini diharapkan
mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien
diabetes mellitus.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
a. Memahami konsep medis diabetes mellitus
b. Memahami konsep keperawatan diabetes mellitus.
BAB II
KONSEP MEDIS
3. Manifestasi klinis
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM
atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula
darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 -
180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung
gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala
dibawah ini meskipun tidak semua
dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
4. Komplikasi
1. Komplikasi Akut
(Ernawati, 2013).
2.Komplikasi jangka panjang
a. Komplikasi mikrovasker
Komplikasi mikrovaskuler yang terjadi yaitu retinopati diabetic,
komplikasi optalmologi yang lain, nefropati, dan neuropati
diabetes.Neuropati sensorik perifer berperanan dalam timbulnya
cedera pada kaki.Komplikasi ini menyebabkan gangguan pada
mekanisme proteksi kaki yang normal, sehingga pasien dapat
mengalami cedera pada kaki tanpa disadari.Neuropati otonom
menyebabkan terjadinya anhidrosis dan gangguan perfusi kaki,
akhirnya kulit menjadi kering dan dapat terbentuk fisura.(Chris Tanto,
2014)
b. Komplikasi Makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler yang terjadi yaitu penyakit arteri koroner,
penyakit serebrovaskuler dan penyakit vaskuler perifer.Gabungan dari
gangguan biokimia yang disebabkan karena insufisiensi insulin yang
menjadi penyebab jenis penyakit vaskuler.Gangguan–gangguan ini
berupa penimbunan sorbitol dalam intima vaskuler, hiperproteinemia
dan kelainan pembekuan darah. Pada akhirnya makrovaskuler diabetik
ini akan mengakibatkan penyumbatan vaskuler. Jika yang terkena
adalah arteri koronariadan aorta, maka dapat mengakibatkan angina
dan infark miokardium.
(Ernawati, 2013).
5. Patofisiologi
Proses penyakit Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang
berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
pada permukan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
didalam sel. Resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intra sel yang mengakibatkan tidak
efektifnya insulin untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresi.
Namun pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini akibat
sekresi insulin berlebihan, dan kadar glukosa akan di pertahankan dalam
tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun demikian bila sel-sel beta
tidak mampu megimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka
kadar glukosa akan meningkat dan mengakibatkan Diabetes Melitus tipe II
(Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2015).
A. Pengkajian
1. Identitas
Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama
pasien, umur, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, agama, suku,
alamat. Dalam identitas data/ petunjuk yang dapat kita prediksikan
adalah Umur, karena seseorang memiliki resiko tinggi untuk terkena
diabetes mellitus tipe II pada umur diatas 40 tahun.
2. Keluhan Utama
Pasien diabetes mellitus datang kerumah sakit dengan keluhan utama
yang berbeda-beda. Pada umumnya seseorang dating kerumah sakit
dengan gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan
berat badan turun.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan di dapatkan
informasi apakah terdapat factor-faktor resiko terjadinya diabetes
mellitus misalnya riwayat obesitas, hipertensi, atau juga
aterosclerosis.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian pada riwayat penyakit sekarang berupa proses
terjadinya gejala khas dari DM, penyebab terjadinya penyakit
diabetes melitus serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita
untuk mengatasinya.
c, Riwayat Kesehatan Keluarga
kajai adanya riwayat keluarga yang terkena diabtes mellitus, hal ini
berhubungan dengan proses genetic dimana orang tua dengan
diabetes mellitus berpeluang untuk menurunkan penyakit tersebut
kepada ketururnan nya.
4. Pola Aktivitas
a. Pola Nutrisi
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka
kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan
menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan penderita.
b. Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa
pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi
waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur
penderita Pola Aktivitas
Adanya kelemahan otot – otot pada ekstermitas menyebabkan penderita
tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal,
penderita mudah keleahan.
d. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami
kecemasan dan gangguan peran pada keluarga.
e. Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami neuropati / mati
rasa pada kaki sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
f. Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi sex, gangguan kualitas maupun
ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
g. Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan
tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang
negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain,
dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme
koping yang konstruktif
5. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda – tanda vital.
b. Head to Toe
1) Kepala Leher
Kaji bentuk kepala.
Rambut adakah rontok.
pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaranran lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,
penglihatan kabur, lensa mata kabur atau tidak.
2) Sistem integumen
Kaji Turgor kulit biasanya menurun pada pasien yang sedang
mengalami dehidrasi, kaji pula adanya luka atau warna kehitaman
bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
3) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes
ketoasidosis, kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada
penderita DM mudah terjadi infeksi.
4) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah , takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia. Hal ini berhubungan erat dengan
adanya komplikasi kronis pada makrovaskuler
5) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.
6) Sistem muskuloskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran
masa otot,berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.
Diagnosa Keperawatan
1. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d resistensi insulin
2. hipovolume b/d kekurangan intake cairan
3. defisit nutrisi kurang dari kebutuhan b/d peningkatan kebutuhan
metabolisme
4. Kerusakan integritas jaringan b/d perubahan sirkulasi, penurunan
sensibilitas (neuropati) ditandai dengan adanya luka pada daerah kaki,
kemerahan.
5. Risiko infeksi b/d penyakit kronis
6. Kurang pengetahuan b/d keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap
informasi yang salah ditandai dengan memverbalisasikan adanya masalah,
ketidakakuratan mengikuti instruksi.
(Herdman, T Heather, 2015)
C. INTERVENSI
1. Hipervolumia
TGL
N
DITEGAK PERENCANAAN
O
KAN&
DIAGNOSA KRITERIA
NAMA TUJUAN RENCANA TINDAKAN
HASIL
PERAWAT
1 Hipervolemi (D.0022) Setelah Frekuensi nadi Observasi
adalah peningkatan dilakukan normal Monitor keadaan umum
volume cairan intervensi Tekanan darah pasien
intravaskular , keperawatan normal Periksa tanda-tanda vital
interstisial, dan/atau selama............. Tekanan nadi Monitor status cairan :
intraselular b.d : hipervolemia normal adanya edema, distensi
Penurunan perfusi membaik Suhu tubuh vena jugularis,
organ (ginjal) normal edemapenobarbital
Ketidakseimbangan Membran Auskultasi bunyi paru
elektrolit dan asam mukosa (adakah ronchi basah
basa normal kasar, crakles/rales)
Kelebihan asupan Status mental Monitor intake output per
cairan membaik 24jam
Kelebihan asupan Status nafas Timbang BB tiap hari
natrium menurun .......................................
Gangguan fungsi Edema Terapeutik
ginjal anasarka Batasi intake cairan
Adanya retensi cairan menurun Pastikan pasien mendapat
dalam tubuh Edema perifer makanan dengan diet
Asites menurun cukup
Penurunan haluaran Berat badan Libatkan keluarga untuk
urin, diet berlebih, stabil aktif dalam pembatasan
retensi dari natrium Suara nafas cairan pasien
..................... tambahan .......................................
Ditandai dengan : menurun Edukasi
DS : Perasaan Berikan penkes
Sesak nafas pada saat lemah pentingnya pembatasan
kondisi berbaring menurun cairan
Sulit bernafas Keluhan haus Ajarkan pasien untuk
Sesak nafas dan menurun mempertahankan
batuk yang terjadi Konsentrasi pemasukan cairan sesuai
pada malam hari urin normal instruksi Dokter
...................... Hepatomegali .....................................
TGL
PERENCANAAN
NO DITEGAK
KAN
DIAGNOSA
DX & NAMA
TUJUAN KRITERIA RENCANA TINDAKAN
PERAWAT
HASIL
6 Gangguan integritas Setalah □ Nyeri Observasi
kulit (D.0129) dilakukan menurun □ Identifikasi penyebab
adalah kerusakan intervensi □ Perdarahan gangguan integritas kulit
kulit (dermis keperawatan menurun □ Identifikasi lingkungan dan
dan/epidermis) atau selama............. □ Kerusakan peralatan yang
jaringan (membrane ................mak jaringan menyebabkan tekanan
mukosa, kornea, a integritas membaik □ Monitor kulit akan adanya
fasia, otot, tendon, kulit/jaringan □ Kerusakan kemerahan
tulang, kartilago, meningkat lapisan kulit □ Monitor aktifitas dan
kapsul sendi dan/ membaik mobilitas pasien
atau ligament) b.d: □ Kemerahan □ Monitor status nutrisi
□ Seringnya membaik pasien
defekasi □ Hematoma □ Monitor proses
□ Edema anasarka membaik kesembuhan area insisi
□ Efek tirah □ ..................................
baring/penuruna Terapeutik
n mobilitas □ Ubah posisi tiap 2 jam jika
□ Perubahansirkula tirah baring
si □ Hindari kerutan pada
□ Perubahan status tempat tidur
nutrisi □ Lakukan pemijatan pada
(kelebihan atau area penonjolan tulang, jika
kekurangan)
□ Kekurangan/ perlu
kelebihan □ Bersihkan perineal dengan
volume cairan air hangat terutama selama
□ Penurunanmobili periode diare
tas □ Gunakan pelembab pada
□ Bahankimiairitat kulit yang kering/tertekan
if □ Gunakan produk berbahan
□ Suhu lingkungan ringan/alami dan
yang ekstrem hipoalergik pada kulit
□ Efek samping sensitif
terapi radiasi □ Hindari produk berbahan
□ Kelembaban dasar alkohol pada kulit
□ Proses penuaan kering
□ Neuropati perifer □ Anjurkan pasien
□ Perubahan menggunakan pakaian yang
pigmentasi longgar
□ Perubahan □ Libatkan keluarga agar
hormonal menghindari kerutan pada
□ Penekanan pada linen di tempat tidur
tonjolan tulang □ Libatkan keluarga untuk
□ Kurang terpapar mobilisasi pasien (ubah
informasi posisi pasien setiap 2 jam
tentang upaya sekali)
mempertahankan □ Libatkan keluarga untuk
/melindungi mempertahankan
integritas kulit kebersihan area peritoneal
□ ...............................
Ditandai dengan
DS Edukasi
□ Mengeluh □ Anjurkan menggunakan
adanya pelembab
kerusakan □ Anjurkan minum air yang
jaringan dan atau cukup
lapisan kulit □ Anjurkan meningkatkan
□ ......................... asupan nutrisi
DO □ Anjurkan meningkatkan
□ Nyeri asupan sayur dan buah
□ Perdarahan □ Edukasi tentang kebersihan
□ Hematoma kulit agar tetap bersih dan
□ Lecet kering
□ Adanya □ Edukasi tentang mobilisasi
kemerahan setiap 2 jam sekali
□ Kerusakan □ .....................................
jaringan dan atau Kolaborasi
lapisan kulit □ Kolaborasi dalam
pemberian terapi
□ Kolaborasi ahli gizi
pemberian TKTP
□ Kolaborasi jadwal
perawatan luka
A. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan pasien (Riyadi, 2010). Implementasi keperawatan adalah
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
B. EVALUASI
Evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan dari tindakan keperawatan.
Evaluasi dibuat untuk mencapai kriteria hasil yang diharapkan.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Nama : Ny. Y.s
Nama penanggungjawab : Ny, Y
Umur : 57 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
CM : L259206
Alamat : BTR 2 BLOK 11 RT 5 NO 5
Lain-lain________________
4. Proteksi
a. Status Mental : Orientasi Tidak ada respon Agitasi
Menyerang Kooperatif Letargi Disorientasi Orang
Tempat waktu
Resiko nutrisi: tidak (total skor 1-2), ya (total skor≥ 3), lanjutkan
asuhan gizi oleh ahli gizi
RENCANA KEPERAWATAN:
1. Observasi ku dan TTV pasien
2. Kaji pola nafsu makan pasien
3. Berikan penkes pola makan yang teratur dengan rendah gula
4. Libatkan keluarga untuk menjaga pola makan
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian thrapi insulin
Tanda tangan dan nama jelas Tanda tangan dan nama jelas
7. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
Darah tepi:
Hemoglobin 10,2 35 – 47
Hematokrit 31,8 35 – 47
Leukosit 8,25 4.5 – 11.0
Trombosit 430 150 – 400
Hitung jenis:
- Basofil 0% 0–1
- Eosinofil 3% 1–3
- Netrofil 0% 2–6
Batang
- Netrofil 69 % 50 – 70
Segmen
- Limfosit 21% 20 – 40
- Monosit 7% 2–8
Kimia darah
Gula darah sewaktu 164 70-200
GINJAL
Kreatini 1,30 0,60-148
GFR 44.87 >60
ELEKTROLIT
Ntrium 135.45 135-148
kalium 4.78 3.50-5.30
PENATALAKSAAN MEDIS
TaNGGAL 24.07.2022
1. Ondancentron 3x8mg iv
2. Folic acid 2x1 tab
3. Candesartan 1x16mg
4. Amlodipin 1x10mg
5. Gliquidon 1x30m
Pathway Kasus
PENATALAKSAAN MEDIS
Tanggal 03-10-2021
6. Pasang akses CDL
7. HD inisiasi 3 jam, lalu dilanjutkan 3x seminggu
8. Tranfusi PRC 300 cc on HD
9. Setting HD:
UFG 1.000
QB 150
QD 200
Minimal Heparin
10. Konsul dokter paru (Rencana pungsi pleura)
11. Drip Bicnat 25 meq dalam NaCl 500 ml/ 6jam
12. Furosemide drip 10 mg/ jam
13. Anbacim 3 x 1 gram
14. Bicnat 3 x 1 tab
15. CaCO3 2 x 1 cap
16. Asam Folat 1 x 1 tab
17. Sangobion 1 x 1 cap
18. Gliquidon 2 x 30 mg
19. Glimepiride, Metformin stop
Tanggal 04-10-2021
1. Candesartan 1 x 16 mg
Tanggal 05 -10-2021
1. Amlodipin 1 x 10 mg
Pathway Kasus
B. ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Analisa data Etiologi/ faktor resiko Diagnosa keperawatan
1 DS: Pasien mengatakan sesak nafas, kaki dan Gangguan fungsi ginjal Hipervolumia
tangan bengkak
DO:
- K/u tampak sakit sedang
- Kesadaran CM, E4M6V5
- Pasien tampak sesak nafas
- Auskultasi paru: ronchi
- Td 166/74 mmHg, Hr; 98 x/menit, Rr: 26
x/menit, s:36.9
- Membran mukosa kering
- Pasien tampak lemas
- Makan habis ½ porsi
- BB 65 kg
- Kaki kanan kiri bengkak, tangan kanan kiri
bengkak, pitting oedema 3 – 5 mm, kembali 5
detik
- Gambaran Paru: Efusi Pleura
Intake:
Minum: 200 cc, makan: 1/2 porsi
PRC 300 cc
Anbacim 1 gram 10 cc
Total intake 510 cc
Output:
BAK: 400 cc
Iwl: 189.5 cc
Total output 589.5 cc
Balance: (-) 79,5 cc
2 DS: Pasien mengatakan sesak nafas, sesak tidak Akumulasi cairan Bersihan jalan nafas tidak
berkurang saat istirahat, batuk, dahak susah keluar. berlebih di paru efektif
DO:
- K/u tampak sakit sedang
- Kesadaran CM, E4M6V5
- Pasien tampak sesak nafas
- Auskultasi paru: ronchi
- Perkusi paru: redup
- Td 166/74 mmHg, Hr; 98 x/menit, Rr: 26
x/menit, s:36.9
- Membran mukosa kering
- Pasien tampak lemas
3 DS: Pasien mengatakan sesak nafas, kaki dan Hiperventilasi Pola nafas tidak efektif
tangan bengkak
DO:
- K/u tampak sakit sedang
- Kesadaran CM E4M6V5
- Pasien tampak sesak nafas
- Auskultasi paru: ronchi
- Td 166/74 mmHg, Hr; 98 x/menit, Rr: 26
x/menit, s:36.9
- Membran mukosa kering
- pH 7.13, pCO2 21.8, pO2 120, BE -19.9
- O2 saturasi 97.4%
4 DS: Pasien mengatakan lemas. Penurunan konsentrasi Hb Perfusi perifer tidak efektif
DO: (Anemia)
- K/u tampak sakit sedang
- Kesadaran CM, E4M6V5
- Pasien tampak pucat
- Konjungtiva anemis
- CRT > 2 detik
- Td 166/74 mmHg, Hr; 98 x/menit, Rr: 26
x/menit, s:36.9
- Hb: 7.4 g/dL
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipervolumia (D.0022) b.d. gangguan fungsi ginjal.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001) b.d. akumulasi cairan berlebih di
paru-paru.
3. Pola nafas tidak efektif (D.0005) b.d. hiperventilasi
4. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) b.d. penurunan konsentrasi
Hemoglobin (Anemia)
D. INTERVENSI
NO TGL
DX DITEGAK PERENCANAAN
DIAGNOSA KAN& NAMA KRITERIA
TUJUAN RENCANA TINDAKAN
PERAWAT HASIL
1 Hipervolemia 04 – 10 -2021 Setelah Frekuensi nadi Observasi
(D.0022) adalah dilakukan normal Monitor keadaan umum pasien
peningkatan volume intervensi Tekanan darah Periksa tanda-tanda vital
cairan intravaskular , keperawatan normal Monitor status cairan: adanya
interstisial, dan/atau Sr. D selama 3 x Tekanan nadi edema, distensi vena jugularis,
intraselular b.d : 24 jam normal edema penobarbital
Gangguan fungsi hipervolemia Membran Auskultasi bunyi paru (adakah
ginjal membaik mukosa ronchi basah kasar, crakles/rales)
normal Monitor intake output per 24jam
Ditandaidengan : Status nafas
DS : menurun Terapeutik
Sesak nafas pada Edema perifer Batasi intake cairan
saat kondisi berbaring menurun Pastikan pasien mendapat
Sulit bernafas Suara nafas makanan dengan diet cukup
batuk tambahan
menurun Edukasi
DO: Perasaan lemah Berikan penkes pentingnya
Keadaan umum menurun pembatasan cairan
sakit sedang Konsentrasi Ajarkan pasien untuk
Kesadaran urin normal mempertahankan pemasukan
composmentis Intake normal cairan sesuai instruksi Dokter
E4M6V5
TD 160/ 87 Kolaborasi
mmHg Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Nadi 98 x/mnt pengaturan diet rendah natrium
RR 26-28x/mnt Kolaborasi pemberian diuretik
Suhu 36.9 C 0
Kolaborasi pemeriksaan
SO2 95% lab:albumin, elektrolit, ureum,
Terdengar suara creatinin
ronchi
Kaki kanan kiri
bengkak, tangan
kanan kiri
bengkak, pitting
oedema 3 – 5
mm, kembali 5
detik