Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELITUS TIPE I


PADA Tn. A DIRUANG KUTILANG 1.2 RUMAH SAKIT UMUM HERNA
MEDAN TANGGAL 4 MARET-7 MARET TAHUN 2019
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
(18.081.111.006) REGINA SEIMAN T. SIHURA

DOSEN PEMBIMBING : HETTY MARLINA PAKPAHAN, SKM, S.kep,


Ns, M.kep

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS DARMA AGUNG
MEDAN
2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran tuhan yang maha esa, atas
kemurahan dan karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Adapun maksud dan tujan penulisan makalah ini adalah untuk memnuhi
tugas keperawatan medikal bedah. Adapun judul makalah ini “ asuhan
keperawatan pada Tn A dengan gangguan sistem endokrin : diabetes melitus Tipe
I di Ruang Kutilang 1.2 Rumah Sakit Umum Herna Medan.
Dalam penyusunan makalah ini masih sangat banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaaan, namun berkat bimbingan, petunjuk, dan dorongan serta
saran-saran dari berbagai pihak maka penulisan makalah ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Hetty Marlina
Pakpahan, SKM, S.kep Ns, M.kep, sebagai dosen pembimbing makalah ini, yang
telah memberikan banyak bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan makalah
ini.
Akhirnya kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang banyak membantu dalam penyusunan laporan kasus ini. Dan besar harapan
penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 8 Agustus 2019

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai
oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin
secara relatif maupun absolut. Pada umumnya dikenal 2 tipe diabetes, yaitu
diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin).
Ada pula diabetes dalam kehamilan, dan diabetes akibat malnutrisi. Diabetes tipe
1 biasanya dimulai pada usia anak-anak sedangkan diabetes tipe 2 dimulai pada
usia dewasa pertengahan (40-50 tahun). Kasus diabetes dilaporkan mengalami
peningkatan di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia.
Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003,
jumlah penderita DM mencapai 194 juta jiwa dan diperkirakan meningkat
menjadi 333 juta jiwa di tahun 2025 mendatang, dan setengah dari angka tersebut
terjadi di negara berkembang, termasuk negara Indonesia. Angka kejadian DM di
Indonesia menempati urutan keempat tertinggi di dunia yaitu 8,4 juta jiwa.
Penderita DM di RSUD Kota Semarang berdasarkan data dari instalasi Rekam
Medik pada tahun 2011 terdapat 663 jiwa yang menderita DM, 613 jiwa
diantaranya mengalami komplikasi tidak menutup kemungkinan jumlah tersebut
akan meningkat di tahun mendatang. Jumlah populasi yang meningkat tersebut
berkaitan dengan hal faktor genetika, life ekpectancy bertambah, urbanisasi yang
merubah pola hidup tradisional ke pola hidup modern, prevalensi obesitas
meningkat dan kegiatan fisik kurang. DM perlu diamati karena sifat penyakit yang
kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif
yang ditimbulkan.

3
Berdasarkan klasifikasi WHO, diabetes melitus terbagi atas beberapa tipe
yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes gestasional dan diabetes tipe
lainnya. Diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling banyak
diderita masyarakat. Karena dari semua kasus diabetes pada populasi di beberapa
negara diketahui bahwa sekitar 90% adalah diabetes melitus tipe 2. Peningkatan
ini umumnya terjadi di negara-negara berkembang disebabkan karena
pertumbuhan penduduk, proses penuaan, obesitas, diet serta pola hidup yang tidak
sehat.

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1.Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang asuhan keperawatan
Diabetes Mellitus
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mampu memahami pengkajian pada diabetes mellitus
2. Mampu memahami diagnosa pada diabetes mellitus
3. Mampu memahami tindakan keperawatan pada diabetes mellitus
4. Mampu memahami pelaksanaan keperawatan pada diabetes mellitus
5. Mampu memahami evaluasi pada penderita diabetes mellitus

1.3. Rumusan Masalah


1. Pengertian diabetes Mellitus
2. Klasifikasi Diabetes Mellitus
3. Etiologi diabetes mellitus
4. Patofisiologi diabetes mellitus
5. Tanda dan gejala diabetes mellitus
6. Komplikasi diabetes mellitus
7. Penatalaksanaan diabetes mellitus
8. Asuhan keperawatan teoritis diabetes melitus

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Dasar Teoritis


2.1.1. Definisi
Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit
yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia)
akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
Tingkat kadar glukosa darah menentukan apakah seseorang menderita DM
atau tidak. Tabel berikut menunjukkan kriteria DM atau bukan :
Bukan DM Puasa Vena      <  100 2 jam PP -
Kapiler   < 80
Gangguan Puasa Vena   100  -  140 2 jam PP Vena  100 -  140
Toleransi Kapiler   80 -   120 Kapiler  80 –
Glukosa 120
DM Puasa Vena       >  140 2 jam PP Vena     > 200
Kapiler    > 120 Kapiler  > 200

2.1.2. Klasifikasi
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s
Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus,
menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel
beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh

5
proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula
darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi
ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin)
atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama
adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap,
suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika
preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada
mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,
antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan
endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.

2.1.3. Etiologi
a.      Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes
tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki
tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
b.      Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal

6
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c.      Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.

2.1.4. Patofisiologi
Pada Diabetes Melitus tipe I terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di
ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan  (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin
mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan
substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan

7
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan
keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan
tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas
berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran,
koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting.

8
Pathway

DM tipe I DM tipe II

Reaksi Autoimun Idiopatik, usia, genetik dll

Sel β pancreas hancur Jumlah sel pancreas menurun

Defisinsi Insulin

Hiperglikemia Katabolisme protein meningkat Liposis meningkat

s
Pembatasan diit Penurunan BB

Fleksibilitas Intake tidak adekuat Resiko nutrisi kurang


darah merah

Hipoksia perifer Poliuria Deficit volume cairan

Hipoksia perifer Perfusi jaringan


perifer tidak efektif

Nyeri Intoleransi Aktifitas

9
2.1.5. Tanda dan Gejala
Pada tahap awal gejala umumnya ringan sehingga tidak dirasakan, baru
diketahui sesudah adanya pemeriksaan laboratorium. Pada tahap lanjut gejala
yang muncul antara lain :
1. Rasa haus
2. Banyak kencing
3. Berat badan turun
4. Rasa lapar
5. Badan lemas
6. Rasa gatal
7. Kesemutan
8. Mata kabur
9. Kulit Kering

2.1.6. Komplikasi
1. Penglihatan kabur
2. Penyakit jantung
3. Penyakit ginjal
4. Gangguan kulit dan syaraf
5. Pembusukan
6. Gairah seks menurun
Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa
menimbulkan berbagai komplikasi. Maka bagi penderita diabetes jangan
sampai lengah untuk selalu mengukur kadar gula darahnya, baik ke
laboratorium atau gunakan alat sendiri. Bila tidak waspada maka bisa 
berakibat pada gangguan pembuluh darah
 gangguan pembuluh darah otak (stroke),

10
 pembuluh darah mata (gangguan penglihatan),
 pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner),
 pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta
 pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh/gangren).
Penderita juga rentan infeksi, mudah terkena infeksi paru, gigi, dan gusi
serta saluran kemih.

2.1.7. Penatalaksanaan
Pengobatan Diabetes milittus yang secara langsung terhadap kerusakan
pulau-pulau Langerhans di pankreas belum ada. Oleh karena itu pengobatan untuk
penderita DM berupa kegiatan pengelolaan dengan tujuan :
a. Menghilangkan keluhan dan gejala akibat defisiensi insulin ( gejala DM )
b. Mencegah komplikasi kronis yang dapat menyerang pembuluh darah,
jantung, ginjal, mata, syaraf, kulit, kaki dsb.
Tindakan pengelolaan yang dilakukan :
c. Menormalkan kadar glukosa, lemak, dan insulin di dalam darah serta
memberikan pengobatan penyakit kronis lainnya. Langkah yang dilakukan
terutama : Diet; Mengurangi kalori dan meningkatkan konsumsi vitamin.
aktivitas fisik; olahraga teratur, pengelolaan glukosa dan meningkatkan
kepekaan terhadap insulin.
d. Obat-obat hipoglikemia oral : Sulfonylurea untuk merangsang pankreas
menghasilkan insulin dan mengurangi resistensi terhadap insulin.
e. Terapi insulin
Tanaman obat memiliki kelebihan dalam pengobatan DM karena
umumnya tanaman obat memiliki fungsi konstruktif yaitu membangun
kembali jaringan-jaringan yang rusak serta menyembuhkan penyakit
komplikasi yang lain.
Dengan demikian dari tanaman obat diharapkan :
f. Perbaikan kerusakan fungsi pankreas

11
g. Peningkatan efektifitas insulin yang dihasilkan
h. Penyembuhan penyakit komplikasi akibat DM

2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.2.1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat
kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,
pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus :
a.Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata
cekung.
c. Eliminasi
Poliuri, nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
bagian kaki kiri
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan

12
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.

i. Seksualitas
Pasien
2.2.2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan


teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien diabetes
mellitus yaitu :

a.    Nyeri akut b/d agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan perifer)
b.   Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
menggunakan glukosa (tipe 1)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

13
2.2.3. RENCANA KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN
NANDA (North American Nursing
NO
Diagnosis Association) NOC ( Nursing Outcomes Classification ) NIC ( Nursing Interventions Classification )

1 Nyeri akut ( D.0077) Tujuan Kolaborasikan dengan resep dokter

- tingkat nyeri : keparahan nyeri yang


dapat diamati atau dilaporkan
Definisi : Pengalaman sensori dan - Pemberian analgesic (menggunakan agens
emosi yang tidak menyenangkan - pengendalian nyeri: tindakan individu farmakologi untuk mengurangi atau
takibat adanya kerusakan jaringan untuk mengendalikan nyeri menghilangkan nyeri)
yang aktual atau potensial, atau - Pemberian medikasi (mempersiapkan,
- tingkat kenyamanan : tingkat persepsi
digambarkan dengan istilah seperti memberikan dan mengevaluasi keefektifan
positif terhadap kemudahan fisik dan
kerusakan (International Association obat resep dan obat bebas)
psikologis
for the study of Pain); awitan yang - Manajemen nyeri (meringakan atau
tiba-tiba atau perlahan dengan mengurangi nyeri sampai pada tingkat
intensitas ringan sampai berat dengan kenyamanan yang dapat diterima oleh
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
akhir yang dapat diantisipasi atau pasien)
selama 3 x 24 jam, klien dapat :

14
diramalkan dan berlangsung <6 - Manajemen sedasi (memberikan sedative,
bulan. - Menunjukkan tingkat nyeri, dengan memantau respon pasien dan memberikan
indikator (1-5 ; sagnat berat, berat, dukungan fisiologis yang dibutuhkan
sedang, ringan, atau tidak ada) selama prosedur diagnostic atau
- Memperlihatkan pengendalian nyeri, terapeutik)
Batasan Karakteristik :
yang dibuktikan oleh indikator ( 1-5 ; - Surveilands (mengumpulkan,
Subjektif : tidak pernah, jarang, kadang-kadang , mengiterprestasi, dan menyintesis data
sering, atau selalu) pasien secara terarah dan kontinu untuk
- Menunjukan tingkat kenyamanan membuat keputusan klinis)
dengan tingkat persepsi positif terhadap
-Melaporkan nyeri (dengan isyarat)
kemudahan fisik dan psikologis
(mis., menggunakan skala nyeri
-Melaporkan nyeri

Objektif : .

- Respon otonom (mis.,diaphoresis.,


perubahan tekanan darah, pernapasan,

15
atau denyut jantung; dilatasi pupil)
-Perilaku distraksi (mis., mondar
mandir, mencari orang dan/atau
aktivitas lain, aktivitas berulang)
-perilaku ekspresif (mis., gelisah,
merintih, menangis, kewaspadaan
berlebihan, peka terhadap rangsang,
dan menghela napas panjang)
-wajah topeng
-sikap melindungi
-fokus menyempit (mis., gangguan
persepsi waktu, gangguan proses pikir,
interaksi degan orang lain atau
lingkungan menurun)
-bukti nyeri yang dapat diamati
-posisi untuk mengindari nyeri
-perilaku menjaga atau sikap
melindungi

16
-gangguan tidur (mata terlihat kuyu,
gerakan tidak teratur atau tidak
menentu, dan menyeringai)

Faktor Yang Berhubungan :

·         Agen cedera (mis, biologis, zat


kimia, fisik, psikologis)

Tujuan :
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari ·         Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh (D.0019) • Selera makan: Keinginan untuk makan
·         Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
ketika dalam keadaan sakit atau sedang menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
menjalani pengobatan
• Status Gizi: Tingkat ketersediaan zat ·         Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Definisi :  Asupan nutrisi tidak cukup
intake Fe
untuk memenuhi kebutuhan metabolik gizi untuk memenuhi kebutuhan

17
metabolik
·         Anjurkan pasien untuk meningkatkan
• Perawatan diri: Makan: Kemampuan
protein dan vitamin C
Batasan Karakteristik : untuk mempersiapkan dan mengingesti
·         Berikan substansi gula
makanan dan cairan secara mandiri
Objektif :
dengan atau tanpa alat bantu. ·         Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
·         Kram abdomen
Setelah dilakukan tindakan keperawaan ·         Berikan makanan yang terpilih (sudah
·         Nyeri abdomen dikonsultasikan dengan ahli gizi)
selama 3 x 24 jam diharapkan Klien
·         Menghindari makanan mampu merasakan nutrisi terpenuhi ·         Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
·         Berat badan 20% atau lebih
dibawah berat badan ideal ·         Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
Kriteria Hasil :
·         Berikan informasi tentang kebutuhan
Subjektif - Nafsu makan bertambah nutrisi
- BB bertambah
·         Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
·         Kerapuhan kapiler Bibir lembab dan lidah bersih
Nutrition Monitoring
·         Diare

18
·         Kehilangan rambut berlebihan ·         BB pasien dalam batas normal

·         Bising usus hiperaktif ·         Monitor adanya penurunan berat badan

·         Kurang makanan ·         Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang


biasa dilakukan
·         Kurang informasi
·         Monitor interaksi anak atau orangtua
·         Kurang minat pada makanan selama makan

·         Penurunan berat badan dengan ·         Monitor lingkungan selama makan


asupan makanan adekuat
·         Jadwalkan pengobatan dan perubahan
·         Kesalahan konsepsi pigmentasi

·         Kesalahan informasi ·         Monitor turgor kulit

·         Mambran mukosa pucat ·         Monitor kekeringan, rambut kusam,


dan mudah patah
·         Ketidakmampuan memakan
makanan ·         Monitor mual dan muntah

·         Tonus otot menurun ·         Monitor kadar albumin, total protein,


Hb, dan kadar Ht
·         Mengeluh gangguan sensasi
rasa ·         Monitor pertumbuhan dan

19
·         Mengeluh asupan makanan perkembangan
kurang dan RDA (recommended daily
allowance) ·         Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
·         Cepat kenyang setelah makan
·         Monitor kalori dan intake nutrisi
·         Sariawan rongga mulut
·         Catat adanya edema, hiperemik,
·         Steatorea hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
·         Catat jika lidah berwarna magenta,
·         Kelemahan otot pengunyah
scarlet
·         Kelemahan otot untuk menelan

Faktor Yang Berhubungan :

·         Faktor biologis

·         Faktor ekonomi

·         Ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrien

·         Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan

20
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. PENGKAJIAN
3.1.1. Identitas Pasien
Seorang pasien bernama Tn. A, berumur 65 Tahun, agama Kristen, suku Batak,
pekerjaan PNS Pertamina, alamat rumah Jl. Air Bersih, komplen. Pertamina blok IV
Medan, tanggal masuk rumah sakit 4 Maret 2019 di ruangan/kutilang 1-2, Penanggung
jawab pasien Ny. C, berumur 43 Tahun, agama Kristen, suku Batak, alamat rumah Jl. Air
Bersih, komp. Pertamina blok IV Medan, hubungan dengan pasien adalah Suami Istri.

3.1.2. Keluhan utama


Adanya borok pada telapak dan punggung kaki pada sebelah kiri
3.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang
B. Provocative/Palliative
1. Apa penyebabnya
Kada gula darah yang meningkat yang dapat menyebabkan komplikasi
sehingga terjadinya luka ganggren
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Klien mengatakan minum obat yang diberikan oleh dokter dan istirahat yang
cukup.

C. Quantity/Quality

1. Bagaimana dirasakan
Klien merasa kesakitan pada kaki yang bengkak.
2. Bagaimana dilihat
Klien terlihat meringis kesakitan karena pembengkakkan pada kaki, lemas, dan
susah untuk menggerakkan kaki bagian kanan.

D. Region

21
1. Dimana lokasinya
Klien mengalami sakit pada kaki bagian kiri.
2. Apakah menyebar
Tidak, karena rasa sakit hanya dirasakan pada kaki bagian kiri.

E. Severity (mengganggu aktivitas)


Ia, penyakit klien dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dimana semua ADL
klien dibantu oleh keluarga.

F. Time
Penyakit klien timbul + 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit.

3.1.4. Riwayat Penyakit yang lalu


Klien mengatakan sudah 14 tahun yang lalu menderita penyakit diabetes
mellitus, klien pernah dirawat di RSU Elisabet, tidak ada riwayat alergi dan
imunisasi lengkap.

3.1.5. Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan orangtuanya laki-laki menderita penyakit diabetes mellitus,
dan penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit keturunan dalam keluarga klien.

22
Genogram

Keterangan :

= Laki-laki

= Perempuan

= Laki-laki Meninggal

= Perempuan Meninggal

= Klien/pasien

= Tinggal serumah

3.1.6. Riwayat/Keadaan Psikososial


Bahasa yang digunakan klien : Bahasa Indonesia, persepsi klien tentang
penyakitnya : Klien sangat cemas dan selalau bertanya apakah penyakitnya dapat
disembuhkan. keadaan emosi labil, hubungan klien dengan keluarga baik adanya
keluarga yang datang menjenguknya, sebelum masuk rumah sakit klien tinggal
serumah dengan istri dan 5 anaknya. Sebelum masuk rumah sakit klien taat

23
menjalankan ibadah setelah masuk rumah sakit klien tidak pernah menjalankan
ibadah hanya berdoa saja.

3.1.7. Pemeriksaan fisik


A. Tanda-tanda vital
TD : 130/80 mmHg

Pols : 90 x/menit

Temp : 39o C

RR : 20 x/menit

BB sebelum : 55 kg

BB sesudah : 40 kg

Kesadaran : Composmentis

B. Pemeriksaan Persistem
- Kepala dan rambut : Simetris, tidak ada benjolan, ubun-ubun keras jika
ditekan, penyebaran rambut rata, kurang bersih dan
bau.

- Mata : Konjungtiva anemis, fungsi penglihatan mulai


menurun terlihat pasien tidak dapat membaca
namanya pada botol infus yang digantikan.

- Hidung : Lubang hidung bersih, fungsi penciuman dapat


membedakan bau dan bersih, tidak ditemukan
peradangan atau pendarahan, tidak ada polip.

24
- Telinga : bentuk telinga pasien simetris, Fungsi pendengaran
kurang mendengar, dan tidak ada secret.

- Mulut dan tenggorokan : mukosa mulut pasien terlihat kotor, lidah tampak
kotor, bibir pucat dan terkelupas, jumlah gigi
lengkap. Keadaan bibir sariawan pada leher tidak
dijumpai adanya pembesaran kelenjar gondok.

- Dada : bentuk toraks simetris, bunyi nafas veskuler, dengan

frekuensi pernafaan 20x/menit tidak ada batuk


atau sputum.

- Abdomen : tidak terlihat bayangan pembuluh darah, gerakan


peristaltic cepat yaitu 20x/menit.

- Genitalia : Tidak ada kelainan,

- Ekstremitas : tangan kanan klien terpasang infus, dan kaki kiri klien
terdapat luka gangren berhubungan dengan luka
DM klien ditandai dengan rentang luka sekitar
25cm lebar luka 20cm. Klien sering meringis
kesakitan akibat luka gangren.

- Kulit : Turgor kulit kering dan terasa panas.

C. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran: GCS: 15, E: 4, M: 6, V: 5

2. Nervus Cranialis:

a. Nervus olfaktorius/N I : Dapat mengidentifikasi bau dengan baik.


b. Nervus optikus/N II : Klien dapat melihat dan membaca dengan dalam batas jarak
20 cm.
c. Nervus Okulomotoris/N III, trochlearis/N IV, Abdusen/NVI: Gerakan bola mata
ada
d. Nervus Trigeminus/N V: Klien mampu membuka dan menutup mata dan mulut.

25
e. Nervus FasialisN VII): Gerakan otot wajah normal, klien meringis, tersenyum,
wajah simetris.
f. Nervus Vestibulocochlearis/N VIII: Klien mampu mendengar dengan baik.
g. Nervus Glossopharingeus/N IX, vagus/N X :klien mampu menggerakkna lidah
dengan baik, tidak ada tremor.
h. Nervus Asesorius/N XI: klien dapat bebas meggerakkan bahu
i. Nervus Hipoglossus/N XII: Pasien dapat menjulurkan lidah
3. Fungsi Motorik
a. Fungsi motorik : Klien berjalan dibantu kelua

26
D. Pola aktivitas sehari-hari
Aktivitas Sebelum Masuk Sesudah Masuk
Sehari-Hari
Pola nutrisi Makan 3 x sehari Klien makan 3x sehari dan diet dengan
dengan porsi: 1 rendah gula.
piring/1kali Porsi yang dihabiskan: ½ piring/ 1 kali
makan. makan
Dengan nasi dan Nafsu makan menurun
lauk pauk nafsu
makan baik
Minum Klien minum air Klien minum air putih + 5 gelas/hari,
putih 8 gelas/hari minum susu 1 gelas/hari.
minum, teh manis
1 gelas/hari pada
pagi hari.
Pola elimininasi BAB 1x sehari, BAB 1x/hari konsistensi cair.
konsistensi Bau: khas
lembek, warna
kuning, bau khas
BAK : sering (7-8 BAK : + 6x/hari warna kekuning-
x sehari), kuningan, bau khas
konsistensi cair
warna kuning
jenih, bau khas
Pola tidur dan Tidur 7-8 jam Tidur 2-3 jam sehari dan dapat terbangun
istirahat sehari dari jam bila datang rasa nyeri
21.00-05.00 wib
dapat terbangun
bila mendengar
suara ribut-ribut
Pola aktivitas Klien bekerja Klien tidak dapat bekerja, susah untuk
dan latihan sebagai PNS menggerakkan kaki dan bedrest.
Pertamina (sudah

27
pensiun), tidak
pernah mengisi
waktu luang.
Personal hygiene Klien mandi 2x Klien dilap ditempat tidur 1x/hari dan
sehari gosok gigi dibantu oleh keluarga.
2 x sehari bila
mandi cuci
rambut.

E. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan Satuan Hasil Normal/Rujukan
KIMIA KLINIK :
Analisa Gas Darah
PH 7,456 7,35-7,45
pCO2 mmHg 26,1 38-42
pO2 mmHg 148,3 85-100
Bikarbonat (HCO3) mmol/L 18,0 22-26
Total CO2 mmol/L 18,0 10-25
Kelebihan Bassa (BE) mmol/L 4,1 (-2)-(+2)
Saturasi O2 % 99,4 95-100
METABOLISME KH :
Glukosa darah (sewaktu) Mg/dL 200 <200

GINJAL :
Ureum Mg/dL 100,70 <50
Creatinin Mg/dL 9,38 0,70-1,20
ELEKTROLIT :
Natrium mEq/L 125 135-155
Kalium mEq/L 4,1 3,6-5,5
Klorida mEq/L 97 96-106

HEMATOLOGI :
Darah Lengkap (CBC)

28
Haemoglobin (HGB) g% 8,3 11,0-16,0
Eritrosit (RBC) 103/mm3 2,94 4,2-5,4
Leukosit (WBC) mm3 6900 4500-10000
Hematokrit % 26 36-46
Trombosit (PLT) mm3 305,000 150.000-450.000
MCV fL 89 76-96
MCH pg 28 27-32
MCHC % 31 33-35
RDW % 14,00 11,6-14,8
MPV fL 9,80 7,0-10,2
Neutrofil % 89,30 37-80
Limfosit % 17 20-40
Monosit % 10 2-8
Eosinofil % 0,80 1-6
Basofil % 0,200 0-1
Neutrofil Absolut 103/uL 7,75 27-65
Limfosit Absolut 103/uL 0,48 15-37
Monosit Absolut 103/uL 0,38 0,2-0,4
Eosinofil Absolut 103/uL 0,05 0-0,10
Basofil Absolut 103/uL 0,02 0-0,1
Retikulosit % 1,95 0,2-2,5

F. Penatalaksanaan dan Terapi


NO NAMA OBAT DOSIS FUNGSI
1 Inf. NaCl o,9% 20 tts/menit Menambah cairan dan elektrolit
tubuh
2 Metronidazol 500mg/8jam Antibiotic

29
4 Ranitidine 50mg/8jam Antiemetik
5 Metformin tab 3x500mg Anti hiperglikemia
6 Furosemid 40mg/8jam Antidiuretik (anti bengkak)
7 Paracetamol 1x500mg Antipiretik

3.2. ANALISA DATA


N Data Etiologi Masalah
o
1 DS : klien mengatakan Bibir klien pecah pecah Gangguan
tidak nafsu makan, ↓ Pemenuhan
- nyeri di bagian bibir Nyeri dan sakit nutrisi kurang
-klien mengeluh ↓ dari
bibirnya sakit. Nafsu makan ↓ kebutuhan
DO : - Bibir: pecah pecah ↓ tubuh
- porsi yang porsi yang dihabiskan
dihabiskan ½ / ½ / sekali makan
sekali makan ↓
- BB ↓ 10 kg BB ↓ 10 kg

2 DS : klien mengatakan Defisiensi insulin Perfusi


kaki bengkak jaringan
- terasa panas di Hiperglikemia perifer tidak
daerah ekstrimitas efektif
kaki kiri Thrombosis
- mengatakan sakit
DO : - KGD: 200mg/dl Ateroklerosis Ektremitas
- area berwarna biru
- ekstrimitas panas Pembengkakan, ektrimitas
panas, sakit dan area
berwarna biru

Perfusi jaringan perifer tidak

30
efektif

3. DS: klien mengatakan susah Defisiensi insulin Intoleransi


untuk melakukan aktivitas
aktivitas sehari-hari Hiperglikemia
- Tidak bisa berdiri
sendiri
- Tidak bisa mandi Thrombosis
sendiri
DO: - kaki bengkak
- Kaki sulit untuk Ateroklerosis Ektremitas
digerakkan
- Bedrest Pembengkakan pada
- T/D: 130/80 mmHg ektremitas bawah
- Pols: 90x/menit
- Temp: 39oC
- RR: 20x/menit Kelemahan

Intoleransi aktivitas

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d adanya sariawan di bibir
d/d klien mengatakan tidak nafsu makan, nyeri di bagian bibir dan sakit
kemudian terlihat pecah pecah, porsi makanan yang dihabiskan ½ / makan dan
BB ↓ 10 kg

31
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b/d adanya pembengkakan pada ekstremitas
bawah bagian kiri d/d klien mengatakan kaki bengkak dan sakit, KGD:
200mg/dl, ekrimitas dingin dan area berwarna biru
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan ekstremitas d/d klien mengatakan susah
untuk melakukan aktivitas sehari-hari, kaki bengkak, kaki sulit untuk
digerakkan, bedrest, T/D: 130/80 mmHg, Pols: 90x/menit, Temp: 39 oC dan
RR: 20x/menit

32
3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN

NANDA (North American Nursing RENCANA KEPERAWATAN


No.
Diagnosis Association) NOC ( Nursing Outcomes Classification ) NIC (Nursing Interventions Classification)
1. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan Tujuan : 1. Kaji Vitalsign
tubuh b/d Intake dan output tidak 2. Kaji intake dan output
• Selera makan: Keinginan untuk makan ketika
adekuat. 3. Timbang BB setiap hari
dalam keadaan sakit atau sedang menjalani
4. Berikan makanan sering tapi dalam
pengobatan
Definisi : Asupan nutrisi tidak mencukupi porsi sedikit
• Status Gizi: Tingkat ketersediaan zat gizi
untuk memenuhi kebutuhan metabolik 5. Berikan makanan yang hangat
untuk memenuhi kebutuhan metabolik
6. Kolaborasi dengan ahli gizi
• Perawatan diri: Makan: Kemampuan untuk
Batasan Karakteristik :
mempersiapkan dan mengingesti makanan
DS: Klien mengatakan bibir pecah pecah
dan cairan secara mandiri dengan atau tanpa
- Bibirnya sakit
alat bantu.
- Nyeri
DO:
Setelah dilakukan tindakan keperawaan
- porsi yang dihabiskan ½ / sekali makan
selama 3 x 24 jam diharapkan Klien mampu
- Nafsu makan menurun
merasakan nutrisi terpenuhi
- Bibir sariawan
- BB ↓ 10 kg

33
Kriteria Hasil :
Faktor yang berhubungan :Kesulitan - Nafsu makan bertambah
mengunyah atau menelan, intoleransi - BB bertambah
makanan, hilang nafsu makan, mual dan - Bibir lembab dan lidah bersih
muntah.
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b/d Tujuan : 1. Kaji Vitalsign
adanya pembengkakan pada ekstremitas 2. Kaji pembengkakan pada kaki
• Status Sirkulasi : Aliran darah yang tidak
bawah bagian kiri 3. Bersihkan kaki yang bengkak dengan
obstruksi dan satu arah pada tekanan yang
cairan NaCl 0,9%
sesuai melalui pembuluh darah besae
Defenisi :Penurunan oksigen yang 4. Kompres kaki yang bengkak dengan air
sirkulasi sistemik dan pulmonal
mengakibatkan kegagalan pengantaran hangat
• Integritas jaringan: Kulit dan membran
nutrisi ke jaringan pada tingkat kapiler 5. Berikan posisi kaki yang aman dan
mukosa : Keutuhan struktural dan fungsi
terhindar dari tekanan
fisiologis normal kulit dan membran mukosa
Batasan Karakteristik : 6. Atur posisi klien dengan kaki lebih
• Perkusi jaringan: Perifer : Keadekuatan
DS: tinggi dari kepala.
aliran darah melalui pembuluh darah kecil
Klien mengatakan kaki bengkak 7. Kolaborasi pemberian obat antidiuretik
ekstermitas untuk mempertahankan fungsi
- Terasa dingin
jaringan
- Mengatakan sakit
DO:
Setelah dilakukan tindakan keperawaan
- KGD: 200mg/dl
selama 3 x 24 jam diharapkan Klien mampu
- Area berwarna biru

34
- Ektrimitas dingin merasakan, rasa sakit pada
pembengkakkan dikaki dapat berkurang
Faktor yang berhubungan : Perubahan
kemampuan hemoglobin untuk mengikat Kriteria Hasil :
oksigen - Pembengkakkan kaki berkurang
- KGD: 140 mg/dl
Rasa sakit berkurang
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan Tujuan : 1. Kaji Vitalsign
ekstremitas 2. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan
• Toleransi aktivitas : Respons fisiologis
otot pada kaki klien.
terhadap gerakan yang memakan energi
Defenisi : Ketidakcukupan energi 3. Anjurkan pasien untuk
dalam aktivitas sehari-hari
fisiologis atau psikologis untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas
• Ketahanan : Kapasitas untuk menyelesaikan
melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas bawah sesuai kemampuan minimal
aktivitas
sehari-hari yang ingin atau harus 3x/hari.
• Penghematan energi : Tindakan individu
dilakukan. 4. Mengatur posisi klien dengan kaki
dalam mengelola energi untuk memulai dan
lebih tinggi dari kepala.
menyelesaikan aktivitas
Batasan Karakteristik : 5. Mengubah posisi tubuh setiap 2 jam
• Kebugaran fisik : Pelaksanaan aktivitas fisik
DS:
yang penuh vitalitas
Klien mengatakan susah untuk
melakukan aktivitas sehari-hari
- Tidak bisa berdiri sendiri

35
- Tidak bisa mandi sendiri Setelah dilakukan tindakan keperawaan
DO: selama 3 x 24 jam diharapkan klien mampu
- Kaki bengkak menunjukkan dapat menggerakkan kaki
- Kaki sulit untuk digerakkan dan dapat beraktivitas.
- Bedrest
- T/D: 130/80 mmHg Kriteria Hasil :
- Pols: 90x/menit - Dapat menggerakkan kaki
- Temp: 39oC - Pembengkakan berkurang
- RR: 20x/menit - Dapat melakukan aktivitas tanpa
dibantu oleh keluarga.
Faktor yang berhubungan :Tirah baring dan
imobilitas, kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, gaya hidup kurang gerak.

36
CATATAN
PERKEMBANGAN I

Diagnosa Keperawatan Waktu Implementasi Evaluasi


Pemenuhan nutrisi kurang dari Tanggal 28 mei 2018 S : klien mengatakan nafsu
kebutuhan tubuh b/d intake dan Dinas Pagi makan bertambah.
output tidak adekuat d/d klien 09.00 WIB Mengkaji Vitalsign dgn hasil : T/D O : - Nafsu makan bertambah
mengatakan tidak nafsu makan, 130/80 mmHg, Pols 90 x/i, RR 20 - Porsi yang disajikan habis
mual muntah porsi yang x/i, Temp. 390 C - Bibir lembab dan
dihabiskan ½ / sekali makan, 09.20 WIB Mengkaji intake dan output tidak pucat.
Nafsu makan menurun, Bibir: 09.40 WIB Timbang BB setiap hari A : Masalah nutrisi teratasi
kering dan pucat, BB sebelum 80 10.00WIB Memberikan makanan sering tapi P : Rencana tindakan
kg dan BB sesudah 70 kg. dalam porsi sedikit dipertahankan.
10.30 WIB Memberikan makanan yang hangat
11.00WIB Mengkolaborasikan dengan ahli
gizi, dgn hasil : memberikan Gizi
yang seimbang.

37
CATATAN PERKEMBANGAN II

Diagnosa Keperawatan Waktu Implementasi Evaluasi


Perfusi jaringan perifer tidak Tanggal 29 mei 2018 S : klien mengatakan rasa sakit pada
efektif b/d adanya Dinas Pagi bagian kaki yang bengkak
pembengkakan pada 09.00 WIB Mengkaji Vitalsign dgn hasil : berkurang.
ekstremitas bawah bagian T/D 130/80 mmHg, Pols 90 x/i,
kanan d/d klien mengatakan RR 20 x/i, Temp. 380 C O: - klien tampak tenang dan
kaki bengkak dan sakit, 09.40 WIB Mengkaji pembengkakan pada kaki, nyaman
KGD: 200mg/dl, dan adanya Hasilnya: kaki bengkak sebelah kiri - KGD: 160 mg/dl
pembengkakan pada kaki dari telapak kaki sampai lutut.
bagian kiri. 10.00 WIB Membersihkan kaki yang bengkak A: masalah kaki yang sakit sebagian
dengan cairan NaCl 0,9% teratasi
10.30 WIB Melakukan kompres dengan air
hangat pada kaki yang bengkak. P: rencana tindakan dipertahankan
11.15 WIB Memberikan posisi kaki yang aman dan dilanjutkan.
dan terhindar dari tekanan - Pemberian furosemid 40 mg/8
11.30 WIB Memberikan posisi kaki lebih tinggi jam
dari kepala - Kompres kaki yang bengkak
13.00WIB Memberikan furosemid 40mg/8jam. dengan air hangat.

38
CATATAN
PERKEMBANGAN III

Diagnosa Keperawatan Waktu Implementasi Evaluasi


Perfusi jaringan perifer tidak Tanggal 30 mei 2018 S: klien mengatakan kaki yang
efektif b/d adanya Dinas Pagi bengkak sudah tidak sakit.
pembengkakan pada ekstremitas 09.00 WIB Mengkaji Vitalsign dgn hasil : T/D
bawah bagian kanan d/d klien 120/80 mmHg, Pols 80 x/i, RR 20 O: - klien tampak tenang dan
mengatakan kaki bengkak x/i, Temp. 370 C nyaman
dan sakit, KGD: 200mg/dl, 09.40 WIB Mengkaji pembengkakan pada kaki, - KGD: 150 mg/dl
dan adanya pembengkakan Hasilnya: pembengkakkan kaki
pada kaki bagian kiri. berkurang. A: masalah kaki yang sakit
10.00 WIB Membersihkan kaki yang bengkak teratasi
dengan cairan NaCl 0,9%
11.00WIB Melakukan kompres dengan air hangat P: rencana tindakan
pada kaki yang bengkak. dipertahankan dan dilanjutkan.
11.15 WIB Memberikan posisi kaki yang aman dan - - Pemberian
terhindar dari tekanan furosemid 40mg/8jam.
11.30 WIB Memberikan posisi kaki lebih tinggi

39
dari kepala
13.00 WIB Memberikan Furosemid 40mg/8jam.

Dinas sore
14.30 WIB

40
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan, yang penulis temukan
dalam praktek tentang kasus implementasi antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus di
Rumah Sakit Umum Herna Medan. Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan mulai
dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi.

4.1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian dilakukan pendekatan umum untuk memperoleh pengumpulan
data yang meliputi aspek bio, psiko, spiritual. Pada tahap ini tidak ditemukan kesulitan,
karena pasien dalam keadaan sadar walaupun masih merasakan kaki bengkak dan sakit.

4.2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengumpulan data pada tahap pengkajian, maka ditemukan 3


diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus.

Adapun diagnose keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus adalah :

1. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d adanya sariawan di bibir
d/d klien mengatakan tidak nafsu makan, nyeri di bagian bibir dan sakit
kemudian terlihat pecah pecah, porsi makanan yang dihabiskan ½ / makan dan
BB ↓ 10 kg
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b/d adanya pembengkakan pada ekstremitas
bawah bagian kiri d/d klien mengatakan kaki bengkak dan sakit, KGD:
200mg/dl, ekrimitas dingin dan area berwarna biru
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan ekstremitas d/d klien mengatakan susah
untuk melakukan aktivitas sehari-hari, kaki bengkak, kaki sulit untuk
digerakkan, bedrest, T/D: 130/80 mmHg, Pols: 90x/menit, Temp: 39 oC dan
RR: 20x/menit

41
4.3. Intervensi

Merupakan lanjutan dari diagnose keperawatan dalam rangka mengatasi permasalahan


yang timbul, penulis menyusun satu perencanaan tindakan keperawatan agar asuhan
keperawatan yang diberikan dapat dilaksanakan lebih rasional dan benar-benar berkualitas
sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi dengan optimal

4.4. Implementasi

Pada dasarnya dalam tahap pelaksaan penulis tetap mengacu pada perencanaan yang
disusun sebelumnya dimana semua rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan baik tanpa
adanya kesulitan atau hambatan yang berarti. Hal ini dapat terlaksana dengan baik berkat
adanya kerjasama yang baik antara penulis dan klien, keluarga klien dan tim medis juga
tersedianya fasilitas yang memadai.

4.5. Evaluasi

Merupakan proses pencapain tujuan yang baik antara penulis dengan keluarga klien,
dokter dan perawat ruangan, sehingga hasil yang ditetapkan dapat diamati dengan jelas,
disamping itu klien memberikan respon yang positif terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan oleh perawat.

42
BAB V

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang
ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.

Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert


Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4 kategori
utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung
insulin (DMTI)
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes Mellitus tak
tergantung insulin (DMTTI)

Berdasarkan pengkajian data berdasarkan tinjauan kasus, maka diagnosa keperawatan


yang muncul pada klien diabetes mellitus yaitu :

1. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d adanya sariawan di bibir
d/d klien mengatakan tidak nafsu makan, nyeri di bagian bibir dan sakit
kemudian terlihat pecah pecah, porsi makanan yang dihabiskan ½ / makan dan
BB ↓ 10 kg
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b/d adanya pembengkakan pada ekstremitas
bawah bagian kiri d/d klien mengatakan kaki bengkak dan sakit, KGD:
200mg/dl, ekrimitas dingin dan area berwarna biru
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan ekstremitas d/d klien mengatakan susah
untuk melakukan aktivitas sehari-hari, tidak bisa berdiri sendiri, mandi
sendiri, kaki bengkak, kaki sulit untuk digerakkan, bedrest, T/D: 130/80
mmHg, Pols: 90x/menit, Temp: 39oC dan RR: 20x/menit

43
3.2. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, penulis mempunyai beberapa saran, diantaranya adalah :
1. Agar pembaca dapat mengenali tentang penyakit DIABETES MELITUS TIPE I.
2. Agar pembaca dapat menerapkan asuhan keperawatan DIABETES MELITUS TIPE I
pada klien yang mengalami penyakit DIABETES MELITUS TIPE I.

44

Anda mungkin juga menyukai