FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS DARMA AGUNG
MEDAN
2018/2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran tuhan yang maha esa, atas
kemurahan dan karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Adapun maksud dan tujan penulisan makalah ini adalah untuk memnuhi
tugas keperawatan medikal bedah. Adapun judul makalah ini “ asuhan
keperawatan pada Tn A dengan gangguan sistem endokrin : diabetes melitus Tipe
I di Ruang Kutilang 1.2 Rumah Sakit Umum Herna Medan.
Dalam penyusunan makalah ini masih sangat banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaaan, namun berkat bimbingan, petunjuk, dan dorongan serta
saran-saran dari berbagai pihak maka penulisan makalah ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Hetty Marlina
Pakpahan, SKM, S.kep Ns, M.kep, sebagai dosen pembimbing makalah ini, yang
telah memberikan banyak bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan makalah
ini.
Akhirnya kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang banyak membantu dalam penyusunan laporan kasus ini. Dan besar harapan
penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Berdasarkan klasifikasi WHO, diabetes melitus terbagi atas beberapa tipe
yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes gestasional dan diabetes tipe
lainnya. Diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling banyak
diderita masyarakat. Karena dari semua kasus diabetes pada populasi di beberapa
negara diketahui bahwa sekitar 90% adalah diabetes melitus tipe 2. Peningkatan
ini umumnya terjadi di negara-negara berkembang disebabkan karena
pertumbuhan penduduk, proses penuaan, obesitas, diet serta pola hidup yang tidak
sehat.
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.2. Klasifikasi
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s
Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus,
menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel
beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh
5
proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula
darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi
ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin)
atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama
adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap,
suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika
preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada
mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,
antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan
endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.
2.1.3. Etiologi
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes
tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki
tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
6
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2.1.4. Patofisiologi
Pada Diabetes Melitus tipe I terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di
ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin
mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan
substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
7
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan
keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan
tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas
berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran,
koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting.
8
Pathway
DM tipe I DM tipe II
Defisinsi Insulin
s
Pembatasan diit Penurunan BB
9
2.1.5. Tanda dan Gejala
Pada tahap awal gejala umumnya ringan sehingga tidak dirasakan, baru
diketahui sesudah adanya pemeriksaan laboratorium. Pada tahap lanjut gejala
yang muncul antara lain :
1. Rasa haus
2. Banyak kencing
3. Berat badan turun
4. Rasa lapar
5. Badan lemas
6. Rasa gatal
7. Kesemutan
8. Mata kabur
9. Kulit Kering
2.1.6. Komplikasi
1. Penglihatan kabur
2. Penyakit jantung
3. Penyakit ginjal
4. Gangguan kulit dan syaraf
5. Pembusukan
6. Gairah seks menurun
Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa
menimbulkan berbagai komplikasi. Maka bagi penderita diabetes jangan
sampai lengah untuk selalu mengukur kadar gula darahnya, baik ke
laboratorium atau gunakan alat sendiri. Bila tidak waspada maka bisa
berakibat pada gangguan pembuluh darah
gangguan pembuluh darah otak (stroke),
10
pembuluh darah mata (gangguan penglihatan),
pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner),
pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta
pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh/gangren).
Penderita juga rentan infeksi, mudah terkena infeksi paru, gigi, dan gusi
serta saluran kemih.
2.1.7. Penatalaksanaan
Pengobatan Diabetes milittus yang secara langsung terhadap kerusakan
pulau-pulau Langerhans di pankreas belum ada. Oleh karena itu pengobatan untuk
penderita DM berupa kegiatan pengelolaan dengan tujuan :
a. Menghilangkan keluhan dan gejala akibat defisiensi insulin ( gejala DM )
b. Mencegah komplikasi kronis yang dapat menyerang pembuluh darah,
jantung, ginjal, mata, syaraf, kulit, kaki dsb.
Tindakan pengelolaan yang dilakukan :
c. Menormalkan kadar glukosa, lemak, dan insulin di dalam darah serta
memberikan pengobatan penyakit kronis lainnya. Langkah yang dilakukan
terutama : Diet; Mengurangi kalori dan meningkatkan konsumsi vitamin.
aktivitas fisik; olahraga teratur, pengelolaan glukosa dan meningkatkan
kepekaan terhadap insulin.
d. Obat-obat hipoglikemia oral : Sulfonylurea untuk merangsang pankreas
menghasilkan insulin dan mengurangi resistensi terhadap insulin.
e. Terapi insulin
Tanaman obat memiliki kelebihan dalam pengobatan DM karena
umumnya tanaman obat memiliki fungsi konstruktif yaitu membangun
kembali jaringan-jaringan yang rusak serta menyembuhkan penyakit
komplikasi yang lain.
Dengan demikian dari tanaman obat diharapkan :
f. Perbaikan kerusakan fungsi pankreas
11
g. Peningkatan efektifitas insulin yang dihasilkan
h. Penyembuhan penyakit komplikasi akibat DM
12
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Pasien
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan perifer)
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
menggunakan glukosa (tipe 1)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
13
2.2.3. RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
NANDA (North American Nursing
NO
Diagnosis Association) NOC ( Nursing Outcomes Classification ) NIC ( Nursing Interventions Classification )
14
diramalkan dan berlangsung <6 - Manajemen sedasi (memberikan sedative,
bulan. - Menunjukkan tingkat nyeri, dengan memantau respon pasien dan memberikan
indikator (1-5 ; sagnat berat, berat, dukungan fisiologis yang dibutuhkan
sedang, ringan, atau tidak ada) selama prosedur diagnostic atau
- Memperlihatkan pengendalian nyeri, terapeutik)
Batasan Karakteristik :
yang dibuktikan oleh indikator ( 1-5 ; - Surveilands (mengumpulkan,
Subjektif : tidak pernah, jarang, kadang-kadang , mengiterprestasi, dan menyintesis data
sering, atau selalu) pasien secara terarah dan kontinu untuk
- Menunjukan tingkat kenyamanan membuat keputusan klinis)
dengan tingkat persepsi positif terhadap
-Melaporkan nyeri (dengan isyarat)
kemudahan fisik dan psikologis
(mis., menggunakan skala nyeri
-Melaporkan nyeri
Objektif : .
15
atau denyut jantung; dilatasi pupil)
-Perilaku distraksi (mis., mondar
mandir, mencari orang dan/atau
aktivitas lain, aktivitas berulang)
-perilaku ekspresif (mis., gelisah,
merintih, menangis, kewaspadaan
berlebihan, peka terhadap rangsang,
dan menghela napas panjang)
-wajah topeng
-sikap melindungi
-fokus menyempit (mis., gangguan
persepsi waktu, gangguan proses pikir,
interaksi degan orang lain atau
lingkungan menurun)
-bukti nyeri yang dapat diamati
-posisi untuk mengindari nyeri
-perilaku menjaga atau sikap
melindungi
16
-gangguan tidur (mata terlihat kuyu,
gerakan tidak teratur atau tidak
menentu, dan menyeringai)
Tujuan :
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari · Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh (D.0019) • Selera makan: Keinginan untuk makan
· Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
ketika dalam keadaan sakit atau sedang menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
menjalani pengobatan
• Status Gizi: Tingkat ketersediaan zat · Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup
intake Fe
untuk memenuhi kebutuhan metabolik gizi untuk memenuhi kebutuhan
17
metabolik
· Anjurkan pasien untuk meningkatkan
• Perawatan diri: Makan: Kemampuan
protein dan vitamin C
Batasan Karakteristik : untuk mempersiapkan dan mengingesti
· Berikan substansi gula
makanan dan cairan secara mandiri
Objektif :
dengan atau tanpa alat bantu. · Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
· Kram abdomen
Setelah dilakukan tindakan keperawaan · Berikan makanan yang terpilih (sudah
· Nyeri abdomen dikonsultasikan dengan ahli gizi)
selama 3 x 24 jam diharapkan Klien
· Menghindari makanan mampu merasakan nutrisi terpenuhi · Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
· Berat badan 20% atau lebih
dibawah berat badan ideal · Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
Kriteria Hasil :
· Berikan informasi tentang kebutuhan
Subjektif - Nafsu makan bertambah nutrisi
- BB bertambah
· Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
· Kerapuhan kapiler Bibir lembab dan lidah bersih
Nutrition Monitoring
· Diare
18
· Kehilangan rambut berlebihan · BB pasien dalam batas normal
19
· Mengeluh asupan makanan perkembangan
kurang dan RDA (recommended daily
allowance) · Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
· Cepat kenyang setelah makan
· Monitor kalori dan intake nutrisi
· Sariawan rongga mulut
· Catat adanya edema, hiperemik,
· Steatorea hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
· Catat jika lidah berwarna magenta,
· Kelemahan otot pengunyah
scarlet
· Kelemahan otot untuk menelan
· Faktor biologis
· Faktor ekonomi
· Ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrien
· Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. PENGKAJIAN
3.1.1. Identitas Pasien
Seorang pasien bernama Tn. A, berumur 65 Tahun, agama Kristen, suku Batak,
pekerjaan PNS Pertamina, alamat rumah Jl. Air Bersih, komplen. Pertamina blok IV
Medan, tanggal masuk rumah sakit 4 Maret 2019 di ruangan/kutilang 1-2, Penanggung
jawab pasien Ny. C, berumur 43 Tahun, agama Kristen, suku Batak, alamat rumah Jl. Air
Bersih, komp. Pertamina blok IV Medan, hubungan dengan pasien adalah Suami Istri.
C. Quantity/Quality
1. Bagaimana dirasakan
Klien merasa kesakitan pada kaki yang bengkak.
2. Bagaimana dilihat
Klien terlihat meringis kesakitan karena pembengkakkan pada kaki, lemas, dan
susah untuk menggerakkan kaki bagian kanan.
D. Region
21
1. Dimana lokasinya
Klien mengalami sakit pada kaki bagian kiri.
2. Apakah menyebar
Tidak, karena rasa sakit hanya dirasakan pada kaki bagian kiri.
F. Time
Penyakit klien timbul + 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit.
22
Genogram
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Laki-laki Meninggal
= Perempuan Meninggal
= Klien/pasien
= Tinggal serumah
23
menjalankan ibadah setelah masuk rumah sakit klien tidak pernah menjalankan
ibadah hanya berdoa saja.
Pols : 90 x/menit
Temp : 39o C
RR : 20 x/menit
BB sebelum : 55 kg
BB sesudah : 40 kg
Kesadaran : Composmentis
B. Pemeriksaan Persistem
- Kepala dan rambut : Simetris, tidak ada benjolan, ubun-ubun keras jika
ditekan, penyebaran rambut rata, kurang bersih dan
bau.
24
- Telinga : bentuk telinga pasien simetris, Fungsi pendengaran
kurang mendengar, dan tidak ada secret.
- Mulut dan tenggorokan : mukosa mulut pasien terlihat kotor, lidah tampak
kotor, bibir pucat dan terkelupas, jumlah gigi
lengkap. Keadaan bibir sariawan pada leher tidak
dijumpai adanya pembesaran kelenjar gondok.
- Ekstremitas : tangan kanan klien terpasang infus, dan kaki kiri klien
terdapat luka gangren berhubungan dengan luka
DM klien ditandai dengan rentang luka sekitar
25cm lebar luka 20cm. Klien sering meringis
kesakitan akibat luka gangren.
C. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran: GCS: 15, E: 4, M: 6, V: 5
2. Nervus Cranialis:
25
e. Nervus FasialisN VII): Gerakan otot wajah normal, klien meringis, tersenyum,
wajah simetris.
f. Nervus Vestibulocochlearis/N VIII: Klien mampu mendengar dengan baik.
g. Nervus Glossopharingeus/N IX, vagus/N X :klien mampu menggerakkna lidah
dengan baik, tidak ada tremor.
h. Nervus Asesorius/N XI: klien dapat bebas meggerakkan bahu
i. Nervus Hipoglossus/N XII: Pasien dapat menjulurkan lidah
3. Fungsi Motorik
a. Fungsi motorik : Klien berjalan dibantu kelua
26
D. Pola aktivitas sehari-hari
Aktivitas Sebelum Masuk Sesudah Masuk
Sehari-Hari
Pola nutrisi Makan 3 x sehari Klien makan 3x sehari dan diet dengan
dengan porsi: 1 rendah gula.
piring/1kali Porsi yang dihabiskan: ½ piring/ 1 kali
makan. makan
Dengan nasi dan Nafsu makan menurun
lauk pauk nafsu
makan baik
Minum Klien minum air Klien minum air putih + 5 gelas/hari,
putih 8 gelas/hari minum susu 1 gelas/hari.
minum, teh manis
1 gelas/hari pada
pagi hari.
Pola elimininasi BAB 1x sehari, BAB 1x/hari konsistensi cair.
konsistensi Bau: khas
lembek, warna
kuning, bau khas
BAK : sering (7-8 BAK : + 6x/hari warna kekuning-
x sehari), kuningan, bau khas
konsistensi cair
warna kuning
jenih, bau khas
Pola tidur dan Tidur 7-8 jam Tidur 2-3 jam sehari dan dapat terbangun
istirahat sehari dari jam bila datang rasa nyeri
21.00-05.00 wib
dapat terbangun
bila mendengar
suara ribut-ribut
Pola aktivitas Klien bekerja Klien tidak dapat bekerja, susah untuk
dan latihan sebagai PNS menggerakkan kaki dan bedrest.
Pertamina (sudah
27
pensiun), tidak
pernah mengisi
waktu luang.
Personal hygiene Klien mandi 2x Klien dilap ditempat tidur 1x/hari dan
sehari gosok gigi dibantu oleh keluarga.
2 x sehari bila
mandi cuci
rambut.
E. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan Satuan Hasil Normal/Rujukan
KIMIA KLINIK :
Analisa Gas Darah
PH 7,456 7,35-7,45
pCO2 mmHg 26,1 38-42
pO2 mmHg 148,3 85-100
Bikarbonat (HCO3) mmol/L 18,0 22-26
Total CO2 mmol/L 18,0 10-25
Kelebihan Bassa (BE) mmol/L 4,1 (-2)-(+2)
Saturasi O2 % 99,4 95-100
METABOLISME KH :
Glukosa darah (sewaktu) Mg/dL 200 <200
GINJAL :
Ureum Mg/dL 100,70 <50
Creatinin Mg/dL 9,38 0,70-1,20
ELEKTROLIT :
Natrium mEq/L 125 135-155
Kalium mEq/L 4,1 3,6-5,5
Klorida mEq/L 97 96-106
HEMATOLOGI :
Darah Lengkap (CBC)
28
Haemoglobin (HGB) g% 8,3 11,0-16,0
Eritrosit (RBC) 103/mm3 2,94 4,2-5,4
Leukosit (WBC) mm3 6900 4500-10000
Hematokrit % 26 36-46
Trombosit (PLT) mm3 305,000 150.000-450.000
MCV fL 89 76-96
MCH pg 28 27-32
MCHC % 31 33-35
RDW % 14,00 11,6-14,8
MPV fL 9,80 7,0-10,2
Neutrofil % 89,30 37-80
Limfosit % 17 20-40
Monosit % 10 2-8
Eosinofil % 0,80 1-6
Basofil % 0,200 0-1
Neutrofil Absolut 103/uL 7,75 27-65
Limfosit Absolut 103/uL 0,48 15-37
Monosit Absolut 103/uL 0,38 0,2-0,4
Eosinofil Absolut 103/uL 0,05 0-0,10
Basofil Absolut 103/uL 0,02 0-0,1
Retikulosit % 1,95 0,2-2,5
29
4 Ranitidine 50mg/8jam Antiemetik
5 Metformin tab 3x500mg Anti hiperglikemia
6 Furosemid 40mg/8jam Antidiuretik (anti bengkak)
7 Paracetamol 1x500mg Antipiretik
30
efektif
Intoleransi aktivitas
31
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b/d adanya pembengkakan pada ekstremitas
bawah bagian kiri d/d klien mengatakan kaki bengkak dan sakit, KGD:
200mg/dl, ekrimitas dingin dan area berwarna biru
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan ekstremitas d/d klien mengatakan susah
untuk melakukan aktivitas sehari-hari, kaki bengkak, kaki sulit untuk
digerakkan, bedrest, T/D: 130/80 mmHg, Pols: 90x/menit, Temp: 39 oC dan
RR: 20x/menit
32
3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN
33
Kriteria Hasil :
Faktor yang berhubungan :Kesulitan - Nafsu makan bertambah
mengunyah atau menelan, intoleransi - BB bertambah
makanan, hilang nafsu makan, mual dan - Bibir lembab dan lidah bersih
muntah.
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b/d Tujuan : 1. Kaji Vitalsign
adanya pembengkakan pada ekstremitas 2. Kaji pembengkakan pada kaki
• Status Sirkulasi : Aliran darah yang tidak
bawah bagian kiri 3. Bersihkan kaki yang bengkak dengan
obstruksi dan satu arah pada tekanan yang
cairan NaCl 0,9%
sesuai melalui pembuluh darah besae
Defenisi :Penurunan oksigen yang 4. Kompres kaki yang bengkak dengan air
sirkulasi sistemik dan pulmonal
mengakibatkan kegagalan pengantaran hangat
• Integritas jaringan: Kulit dan membran
nutrisi ke jaringan pada tingkat kapiler 5. Berikan posisi kaki yang aman dan
mukosa : Keutuhan struktural dan fungsi
terhindar dari tekanan
fisiologis normal kulit dan membran mukosa
Batasan Karakteristik : 6. Atur posisi klien dengan kaki lebih
• Perkusi jaringan: Perifer : Keadekuatan
DS: tinggi dari kepala.
aliran darah melalui pembuluh darah kecil
Klien mengatakan kaki bengkak 7. Kolaborasi pemberian obat antidiuretik
ekstermitas untuk mempertahankan fungsi
- Terasa dingin
jaringan
- Mengatakan sakit
DO:
Setelah dilakukan tindakan keperawaan
- KGD: 200mg/dl
selama 3 x 24 jam diharapkan Klien mampu
- Area berwarna biru
34
- Ektrimitas dingin merasakan, rasa sakit pada
pembengkakkan dikaki dapat berkurang
Faktor yang berhubungan : Perubahan
kemampuan hemoglobin untuk mengikat Kriteria Hasil :
oksigen - Pembengkakkan kaki berkurang
- KGD: 140 mg/dl
Rasa sakit berkurang
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan Tujuan : 1. Kaji Vitalsign
ekstremitas 2. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan
• Toleransi aktivitas : Respons fisiologis
otot pada kaki klien.
terhadap gerakan yang memakan energi
Defenisi : Ketidakcukupan energi 3. Anjurkan pasien untuk
dalam aktivitas sehari-hari
fisiologis atau psikologis untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas
• Ketahanan : Kapasitas untuk menyelesaikan
melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas bawah sesuai kemampuan minimal
aktivitas
sehari-hari yang ingin atau harus 3x/hari.
• Penghematan energi : Tindakan individu
dilakukan. 4. Mengatur posisi klien dengan kaki
dalam mengelola energi untuk memulai dan
lebih tinggi dari kepala.
menyelesaikan aktivitas
Batasan Karakteristik : 5. Mengubah posisi tubuh setiap 2 jam
• Kebugaran fisik : Pelaksanaan aktivitas fisik
DS:
yang penuh vitalitas
Klien mengatakan susah untuk
melakukan aktivitas sehari-hari
- Tidak bisa berdiri sendiri
35
- Tidak bisa mandi sendiri Setelah dilakukan tindakan keperawaan
DO: selama 3 x 24 jam diharapkan klien mampu
- Kaki bengkak menunjukkan dapat menggerakkan kaki
- Kaki sulit untuk digerakkan dan dapat beraktivitas.
- Bedrest
- T/D: 130/80 mmHg Kriteria Hasil :
- Pols: 90x/menit - Dapat menggerakkan kaki
- Temp: 39oC - Pembengkakan berkurang
- RR: 20x/menit - Dapat melakukan aktivitas tanpa
dibantu oleh keluarga.
Faktor yang berhubungan :Tirah baring dan
imobilitas, kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, gaya hidup kurang gerak.
36
CATATAN
PERKEMBANGAN I
37
CATATAN PERKEMBANGAN II
38
CATATAN
PERKEMBANGAN III
39
dari kepala
13.00 WIB Memberikan Furosemid 40mg/8jam.
Dinas sore
14.30 WIB
40
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan, yang penulis temukan
dalam praktek tentang kasus implementasi antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus di
Rumah Sakit Umum Herna Medan. Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan mulai
dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi.
4.1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian dilakukan pendekatan umum untuk memperoleh pengumpulan
data yang meliputi aspek bio, psiko, spiritual. Pada tahap ini tidak ditemukan kesulitan,
karena pasien dalam keadaan sadar walaupun masih merasakan kaki bengkak dan sakit.
1. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d adanya sariawan di bibir
d/d klien mengatakan tidak nafsu makan, nyeri di bagian bibir dan sakit
kemudian terlihat pecah pecah, porsi makanan yang dihabiskan ½ / makan dan
BB ↓ 10 kg
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b/d adanya pembengkakan pada ekstremitas
bawah bagian kiri d/d klien mengatakan kaki bengkak dan sakit, KGD:
200mg/dl, ekrimitas dingin dan area berwarna biru
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan ekstremitas d/d klien mengatakan susah
untuk melakukan aktivitas sehari-hari, kaki bengkak, kaki sulit untuk
digerakkan, bedrest, T/D: 130/80 mmHg, Pols: 90x/menit, Temp: 39 oC dan
RR: 20x/menit
41
4.3. Intervensi
4.4. Implementasi
Pada dasarnya dalam tahap pelaksaan penulis tetap mengacu pada perencanaan yang
disusun sebelumnya dimana semua rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan baik tanpa
adanya kesulitan atau hambatan yang berarti. Hal ini dapat terlaksana dengan baik berkat
adanya kerjasama yang baik antara penulis dan klien, keluarga klien dan tim medis juga
tersedianya fasilitas yang memadai.
4.5. Evaluasi
Merupakan proses pencapain tujuan yang baik antara penulis dengan keluarga klien,
dokter dan perawat ruangan, sehingga hasil yang ditetapkan dapat diamati dengan jelas,
disamping itu klien memberikan respon yang positif terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan oleh perawat.
42
BAB V
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang
ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
1. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d adanya sariawan di bibir
d/d klien mengatakan tidak nafsu makan, nyeri di bagian bibir dan sakit
kemudian terlihat pecah pecah, porsi makanan yang dihabiskan ½ / makan dan
BB ↓ 10 kg
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b/d adanya pembengkakan pada ekstremitas
bawah bagian kiri d/d klien mengatakan kaki bengkak dan sakit, KGD:
200mg/dl, ekrimitas dingin dan area berwarna biru
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan ekstremitas d/d klien mengatakan susah
untuk melakukan aktivitas sehari-hari, tidak bisa berdiri sendiri, mandi
sendiri, kaki bengkak, kaki sulit untuk digerakkan, bedrest, T/D: 130/80
mmHg, Pols: 90x/menit, Temp: 39oC dan RR: 20x/menit
43
3.2. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, penulis mempunyai beberapa saran, diantaranya adalah :
1. Agar pembaca dapat mengenali tentang penyakit DIABETES MELITUS TIPE I.
2. Agar pembaca dapat menerapkan asuhan keperawatan DIABETES MELITUS TIPE I
pada klien yang mengalami penyakit DIABETES MELITUS TIPE I.
44