OLEH :
SENTIA MARTI LABOBAR
NIM : A1C219019
( ) ( )
2. Etiologi
Diabtes mellitus diklasifikasi baik sebagai insulin dependendiabtes
mellitus,maupun non inslin diabtes melitus denganpenggunaan terapi insulin yang
biasa dengan kedua tipe yaitu DM Tipe 1 (juvenile onset) dan DM Tipe 2(maturity
onset) (Black, M. Yoice 2014)
Dibates melitus tipe 2 akibar resusitasi insulin perifer defekprogersif sekresi
insulin peningkatan glokogenesi. Dibates melitus tipe 2 dipengaruhi oleh faktor
lingkungan berupa obesitas, gaya hidup tidak sehat, diet tinggi karbohidrat. Diabtes
melitus tipe 2 memiliki presistomatis yang panjang yang menyebabkan penekanan
diabtes melitus tipe 2 dapat tertunda 4-7 tahun (Dito Anugroho, 2018)
Faktor Keturunan merupakan faktor yang tidak dapat diubah. Bila ada anggota
keluarga anda yang terkena diabetes, maka anda juga dapat beresiko menjadi penderita
diabetes (Tandra, 2017).
Faktor Nutrisi merupakan faktor yang penting untuk timbulnya Diabetes Mellitus.
Gaya hidup yang kebarat-baratan dan hidup santai serta panjangnya angka harapan hidup
merupakan faktor yang meningkatan prevelensi Diabetes Mellitus (Pudiastuti, 2016).
Faktor Resiko Diabetes Mellitus:
1. Usia Terjadinya DM tipe 2 bertambah dengan pertambahan usia (jumlah sel β
yang produktif berkurang seiring pertambahan usia)
2. Berat Badan Berat badan lebih BMI >25 atau kelebihan berat badan 20%
meningkatkan dua kali risiko terkena DM. Prevalensi Obesitas dan diabetes
berkolerasi positif, terutama obesitas sentral Obesitas menjadi salah satu faktor
resiko utama untuk terjadinya penyakit DM. Obesitas dapat membuat sel tidak
sensitif terhadap insulin (retensi insulin). Semakin 14 banyak jaringan lemak
dalam tubuh semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh
terkumpul di daerah sentral atau perut.
3. Riwayat Keluarga Orang tua atau saudara kandung mengidap DM. Sekitar 40%
diaebetes terlahir dari keluarga yang juga mengidap DM, dan+ 60%-90% kembar
identic merupakan penyandang DM
4. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditujukkan dalam aktivitas sehari-
hari. Makanan cepat saji (junk food), kurangnya berolahraga dan minum-
minuman yang bersoda merupakan faktor pemicu terjadinya diabetes melitus tipe
2. Penderita DM diakibatkan oleh pola makan yang tidak sehat dikarenakan
pasien kurang pengetahuan tentang bagaimanan pola makan yang baik dimana
mereka mengkonsumsi makanan yang mempunyai karbohidrat dan sumber
glukosa secara berlebihan, kemudian kadar glukosa darah menjadi naik sehingga
perlu pengaturan diet yang baik bagi pasien dalam mengkonsumsi makanan yang
bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya.
5. Riwayat Diabetes pada kehamilan (Gestational)
Seorang ibu yang hamil akan menambah konsumsi makanannya, sehingga berat
badannya mengalami peningkatan 7-10 kg, saat makanan ibu ditambah
konsumsinya tetapi produksi insulin kurang mencukupi maka akan terjadi DM.
Memiliki riwayat diabetes gestational pada ibu yang sedang hamil dapat
meningkatkan resiko DM, diabetes selama 15 kehamilan atau melahirkan bayi
lebih dari 4,5 kg dapat meningkatkan resiko DM tipe 2.
4. Patofisiologi
Patogenis DM tipe 2 berbeda signifan dari DM tipe 1. Rspon terbatas sel beta
terhadap hiperglemia tampak menjadi faktor mayor dalam perkembangannya. Sel beta
terpapar secara kronik terhadapt glokosa darah tinggimenjadi progresif kurang
efisienketikamerespon peningkatan glokosa lebih lanjut, fenomena ini dinamai
desensitasi, dapat kembali dengan menomalkan kadar glokosa . Rasio pro insulin
(prekusor insuli) terhadap insulin tersekresi juga meningkat (Black, M. Joice, 2014)
DM tipe2 adalah suatu kondisi hiperglekimia puasa yang terjadimeski tersedia
insulin endogen. Kadar insulin yang dihasilkan pada DM tipe 2 berbeda-beda meski
ada,fungsinya dirusak oleh resistensi insulin di jaringan perifer. Hati memproduksi
glokuosalebih dari normal ,karbohidrat dalam makanan tidak dimetabolisme dengan
baik , dan akhirnya pancreas mengelurkan jumlah insulin yang kurang darijumlah
yang dibutuhkan (LeMone, Priscilla, 2016).
Faktor utama perkembangan DM tipe 2 adalah resistensi resuler terhadap efek
insulin. Resistensi ini ditingkatkan oleh kegemukan, tidak beraktivitas, penyakit, obat-
obatan, dan pertambahan usia. Pada kegemukaninsulin mengalami penurunan
kemampuan untuk memengaruhi absorsi dan metabolisme glokusa oleh hati,otot
rangka dan jaringan adiposa. Hiperglekimia meningkat secara perlahan dan dapat
berlangsung lama sebelum DM didiagnosa, sehingga kira-kira separuh diagnose baru
sudah mengalami komplikasi (LeMone, Priscillia, 2016)
Proses patofisiologi dalam DM tipe 2 adalah resistensi terhadap aktivitas
insulin biologis, baik dihati atau jaringan perifer. Keadaanini disebut sebagai
resistensi insulin. Orang dengan DM tipe 2 memeiliki penurunan sensitivitas insulin
terhadap kadar glukosa heaptik berlanjut, bahkan sampai dengan kadar glukosa darah
tinggi. Hal ini bersamaan dengan ketidakmampuan otot dan jaringan lemak untuk
menigkatkan ambilan glukosa. Mekanisme penyebab resistensi insulin tidak jelas,
namun ini tampak terjadi setelah insulin berikatan terhadap reseptor pada permukaan
sel. Insulin adalah hormone pembangun (anabolic). Tanpa insulin tiga masalh
metabolic terjadi : (1) penurunan pemanfaattan glukosa, (2) peningkatan mobilisasi
lemak, dan (3) peningkatan pemanfaatan protein (Black, M.Joyce 2014)
5. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis DM tipe II dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang
yang mengukur metabolisme gula darah. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
untuk diagnosis DM tipe II dapat meliputi pemeriksaan gula darah sewaktu/acak
(GDS), gula darah puasa (GDP), toleransi glukosa dengan pemeriksaan oral glucose
tolerance test (OGTT), dan hemoglobin terglikasi (HbA1c). Pemeriksaan diagnostic
disarankan dilakukan dengan pengukuran gula darah dengan sampel darah vena.
Pengukuran gula darah dengan sampel darah perifer atau glucometer tidak disarankan
untuk diagnostic tetapi dapat digunakan untuk pemantauan pengobatan dan
penjaringan (screening). Adapun diagnosis tidak dapat ditegakkan berdasarkan
temuan glikosuria semata (Soelistijo et al., 2019)
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium tersebut, pasien dapat digolongkan ke
dalam kelompok normal, prediabetes, dan diabetes mellitus. Diagnosis prediabetes
umumnya masih bersifat reversible atau dapat dikembalikan ke metabolisme normal
(Soelistijo et al., 2019). Adapun titik potong dan kriteria diagnostik DM tipe II
berdasarkan pemeriksaan penunjang adalah sebagai berikut:
1. Gula darah puasa (GDP)
Pemeriksaan dilakukan dengan sampel darah vena setelah puasa selama
sekurang-kurangnya 8 jam. Pasien terdiagnosis DM tipe II apabila hasil gula darah
puasa lebih dari, atau sama dengan, 126 mg/dL.
2. Oral glucose tolerance test (OGTT)
Pemeriksaan dilakukan dengan sampel darah vena 2 jam setelah pemberian
beban glukosa oral 75 gr. Pasien terdiagnosis DM tipe II apabila hasil gula darah 2
jam pasca beban lebih dari atau sama dengan 200 mg/dL.
3. Gula darah sewaktu (GDS)
Pemeriksaan dilakukan dengan sampel darah vena dan dapat dilakukan
sewaktu-waktu, tanpa persiapan. Pasien terdiagnosis DM tipe II apabila hasil gula
darah sewaktu lebih dari atau sama dengan 200 mg/dL.
4. Hemoglobin terglikasi (HbA1c)
Pemeriksaan dilakukan dengan sampel darah vena dengan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohemoglobin Standardization Program (NGSP).
Pasien terdiagnosis DM tipe II apabila kadar HbA1c lebih dari atau sama dengan
6,5%.
6. Penatalaksanaan
o Edukasi
Pemberian informasi tentang gaya hidup yang perlu diperbaiki secara khusus
memperbaiki pola makan, pola latihan fisik, serta rutin untuk melakukan pemeriksaan gula
darah. Informasi yang cukup dapat memperbaiki pengetahuan serta sikap bagi penderita
Diabetes Mellitus
o Terapi Gizi
Pada penderita Diabetes Mellitus prinsip pengaturan zat gizi bertujuan untuk
mempertahankan atau mencapai berat badan yang ideal,mempertahankan kadar glukosa
dalam darah mendekati normal, mencegah komplikasi akut dan kronik serta meningkatkan
kualitas hidup diarahkan pada gizi seimbang dengan cara melakukan diet
o Jumlah makanan
Kebutuhan kalori setiap orang berbeda, bergantung pada jenis kelamin, berat badan,
tinggi badan serta kondisi kesehatan pada klien. Yang memperhitungkan usia, jenis kelamin,
berat badan, tinggi badan, hingga tingkat aktivitas fisik yang dilakukan.
o Jenis makan
Pada penderita Diabetes Mellitus sebaiknya menghindari makanan dengan kadar
glukosa yang tinggi seperti madu, dan susu kental manis. Pilih makanan dengan indeks
glikemik rendah dan kaya serat seperti sayur-sayuran, biji-bijian dan kacang-kacangan. Batasi
makanan yang mengandung purin (jeroan, sarden, burung darah, unggas, kaldu dan emping).
Cegah dislipidemia dengan menghindari makanan berlemak 22 secara berlebih (telur, keju,
kepiting, udang, kerang, cumi, santan, susu full cream atau makanna dengan lemak jenuh).
Batasi konsumsi garam natrium yang berlebih. Jadwal makanan:
Jadwal diit harus diikuti sesuai dengan intervalnya yaitu dengan
1) Sarapan pagi jam 6.00
2) Kudapan/snack jam 9.00
3) Makan siang jam 12.00
4) Kudapan/snack jam 15.00
5) Makan malam jam 18.00
6) Kudapan/snack jam 21.00
Mengatur jam makan yang teratur sangat penting, jarak antar 2 kali makan yang ideal sekitar
4-5 jam jika jarak waktu 2 kali makan terlalu lama akan membuat gula darah menurun
sebaliknya jika terlalu dekat jaraknya gula darah akan tinggi.
o Latihan Fisik
Dalam penatalaksannan diabetes, latihan fisik atau olahraga sangatlah penting bagi
penderita Diabetes Mellitus karena efeknya dapat menurunkan kadar gula darah dan
mengurangi faktor resiko kardio vaskuler
o Farmakoterapi
Penggunaan obat-obatan merupakan upaya terakhir setelah beberapa upaya yang telah
dilakukan tidak berhasil, sehingga penggunaan obat-obatan dapat membantu
menyeimbangkan kadar glukosa darah pada Diabetes Mellitus
1) Obat
(1) Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO)
((1) Golongan Sulfoniluria
Cara kerja golongan ini adalah merangsang sel beta pankreas untuk mengeluarkan
insulin, jadi golongan sulfonuria hanya bekerja bila selsel beta utuh, menghalangi
pengikatan insulin, mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin dan menekan
pengeluaran glukagon.
((2) Golongan Biguanid
Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin. Golongan biguanid dapat
menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan istimewanya tidak pernah
menyebabkan hipoglikemi.
((3) Alfa Glukosidase Inhibitor
Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glucosidase didalam saluran cerna
sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia post
prandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemi serta tidak
berpengaruh pada kadar insulin.
(2) Insulin Sensitizing Agent Efek farmakologi pada obat ini meningkatkan sensitifitas
berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.
(3) Insulin Dari sekian banyak jenis insulin menurut cara kerjanya yaitu; yang bekerja cepat
(Reguler Insulin) dengan masa kerja 2-4 jam; yang 24 kerjanya sedang (NPN) dengan masa
kerja 6-12 jam; yang kerjanya lambat (Protamme Zinc Insulin) masa kerjanya 12-24 jam.
(4) Mengontrol Gula Darah Bagi penderita Diabetes Mellitus mengontrol gula darah
sebaiknya dilakukan secara rutin agar dapat memantau kondisi kesehatan saat menjalankan
diet maupun tidak. Dengan mengontrol gula darah secara rutin, penderita dapat memahami
kondisi tubuhnya mengalami hiperglikemi atau hipoglikemi.
7. Komplikasi
Komplikasi Diabtes Melitus Tipe 2 dapat terjadi antaranya:
a. Hiperglikemia Dan Ketasidiosis Diabetik
Hiperglekimia akibat saat glokosa tidak dapat diangkut kedalam sel karena
kurangnya insulin. Tanpa tersedia KH untuk bahan bakar penambahan
kompensasi karbohidrat, ketidakseimbangan nutrisi dan cairan disebakan oleh
mual dan muntah, asupan alcohol. Kurang hati-hati atau kesalahn sengaja
dalam dosis insulin acting menyebabkan hipoglekimia. Perubahan lain dalam
jadwal makan atau dalam pemberian insulin. Latihan fisik penuh semangat
yang tidak diharapkan, atau tidur lebih dari biasanya di pagi hari dan lebih dari
biasanya
b. Kronik Diabtes Melitus
Klien dengan DM yang hidup lebih lama, dengan peningkatan resiko untuk
komplikasi kornis yaitu komplikasi mankrovaskuler yaitu penyakit arteri
coroner, penyakit serebvaskular, hipetensi, penyakit pembuluh darah dan
infeksi.
8. Pathway
9. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, susah berjalan/bergerak,kram otot,gangguan istirhat dan tidur
tachycardia/tachypnea pada waktumelakukanaktivitas dan koma
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstermitas bahwa, luka yang sukar sembuh, kulir kering, merah dan bola
mata cekung
c. Eliminasi
Polyuria, nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung, dan pucat
d. Nutrisi
Nausea, vomitas, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah
e. Neurosensory
Sakit kepala, menyatakan mau munta, kesemutan, lemah otot,
disorientasi latergi, koma dan bigung
f. Respirasi
Tachypnea, kussmaul, ronchi, wheezing, dan sesak napas
g. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum
2. Perumusan Diagnosa
a. Nyeri akut
3. Rencana Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi
iskemia) dan agen pencedera Kimiawai (terbakar bahan kimia iritan )
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddar, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Vol 3, Edisi 8. Penerbit
RGC, Jakarta.
Johnson, M.,et all,2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervertion Poject, Mosby
Mc Closkey, C.J., let all, 2002, Nursing Interventions Clasification (NIC) second.Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby
NANDA, 2001, Diagnosis Keperawatan NANDA : Defenisi dan Klasifikasi
ANALISA SINTESA TINDAKAN
DIABTES MELITUS TIPE II
LILY 4B
OLEH :
SENTIA MARTI LABOBAR
NIM : A1C219019
( ) ( )
2 Data Subjektif : klien mengeluh nyeri, rasa pusing dan kadang mual
3 Data Objektif :
Tampak meringis
Gelisah
Sulit tidur
Frekunsi nadi meningkat
5 Dasar Pemikiran
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensi ringan
hingga berat
6 Prinsip Tindakan :
a. Proteksi diri dengan masker dan handscoon bersih
Rasional : meminimalkan resiko kontaminasi, dan cegah masuknya kuman
ke tubuh pasien.
b. Manajemen nyeri
Rasional : pemberian analgestik
c. Edukasi
Rasional: memberikan informasi kepada klien dan keluarga bagaimana
mengatasi nyeri
d. Kolaborasi
Rasional: berkoaborasi dengan tenaga medis lain dalam menyelesaikan
masalah nyeri pada klien
9 Evaluasi diri :
S: nyeri, dan pusing
O: ku sedang
TD: 120/88 mmHg
N: 88
S: 36,6
P: 20
SPO²: 98
10 Daftar Pustaka: 3S
RESUME
DIABETES MELITUS TIPE II PADA Tn. J
OLEH :
SENTIA MARTI LABOBAR
NIM : A1C219019
( ) ( )
2. Penanggung jawab
Nama : Ny. N
Umur : 57 Tahun
Alamat : Jl. Tun Abdul Razak Perumahan Graha Lestari Blok 3D No 1
Hubungan dengan pasien : Istri
3. Data Medik
DM Tipe II
2. Data Objektif :
Pasien tampak meringis, gelisa, frekuensi tekanan darah meningkat
Tanda Tanda Vital:
TD :120/88Mmhg
S : 36,6 °C
N : 88 x/Menit
P : 20 x/mnt
SPO²: 98
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan Intevensi
Tujuan & kriteria hasil
1 Nyeri akut Setelah diberikan asuhan 1. Memantau skala nyeri
keperawatan diharapkan pada klien
pasien dapat 2. Edukasi
mempertahankan perilaku
adaptasi terhadap nyeri Rasional: memberikan
dengan kriteria : informasi kepada klien dan
Melaporkan secara
verbal nyeri keluarga bagaimana mengatasi
berkurang atau nyeri
hilang
Skala nyeri 0 3.Kolaborasi
Tidak gelisah, Rasional: berkoaborasi
pucat berkeringat dengan tenaga medis lain
akibat menahan
nyeri dalam menyelesaikan masalah
nyeri pada klien
D. IMPLEMENTASI
3.Teraupetik
Memberikan komunikasi
teraupetik kepada klien
dan keluarga tentang terapi
menghilalangkan rasa nyeri
pada klien
RESUME
PENGKAJIAN
DIABETES MELITUS TIPE II PADA Tn. J
OLEH :
SENTIA MARTI LABOBAR
NIM : A1C219019
( ) ( )
I. IDENTIFIKASI
A. Pasien
Nama initial : Tn.J
Umur : 56 thn
Status Perkawinan : Kawin
Jumlah anak :5
Agama/suku : Islam / Bugis
Warga negara : WNI
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pendidikan : Diploma IV/ Strata I/Pensiun
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat rumah : Kecamatan Jl. Tun Abdul Razak Perum Graha Lestari
Blok 3D No 1 Kelurahan:
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Umur : 57 thn
Alamat rumah : Kecamatan Jl. Tun Abdul Razak Perum Graha Lestari
Blok 3D No 1 Kelurahan
Hubungan dengan pasien :
C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit : sering merasa kencing saat malam
2. Keadaan sejak sakit : mampu melakukan sesuatu tapi kadang perlu bantua :