Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN SEMINAR ASUHAN KEPERAWATAN

DIABETES MILITUS

Disusun Oleh
1. Suci Mustika Ayu
2. Intan Wahyu Dhamayanti
3. Yitro Suryo Adi Utomo
4. Nur Pratiwi Putri
5. Yulia Rossarila
6. Betty Wahyu Cahyoning Tyas

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadimasalah
utama dalam kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia. DM adalah suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yangterjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Lebihdari 90 persen dari semua populasi
diabetes adalah diabetes melitus tipe 2 yangditandai dengan penurunan sekresi insulin
karena berkurangnya fungsi sel betapankreas secara progresif yang disebabkan oleh
resistensi insulin (American Diabetes Association, 2012).
Menurut World Health Organization/ WHO (2012) bahwa jumlah kliendengan DM di
dunia mencapai 347 juta orang dan lebih dari 80% kematian akibatDM terjadi pada
negara miskin dan berkembang. Pada tahun 2020 nantidiperkirakan akan ada sejumlah
178 juta penduduk Indonesia berusia diatas 20tahun dengan asumsi prevalensi DM
sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta klienyang menderita DM. Hasil penelitian yang
dilakukan pada seluruh provins yangada di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi
nasional untuk toleransi glukosatertanggu (TGT) adalah sebesar 10,25% dan untuk DM
adalah sebesar 5,7% (Balitbang Depkes RI, 2018).
Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan KementrianKesehatan
berupa Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
Menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi klien diabetes melitus pada tahun 2007
yaitu 1,1%meningkat pada tahun 2013 menjadi 2,4%. Sementara itu prevalensi DM
berdasarkan diagnosis dokter atau gejala pada tahun 2013 sebesar 2,1% prevalensiyang
tertinggi adalah pada daerah Sulawesi Tengah (3,7%) dan paling rendahpada daerah
Jawa Barat (0,5%). Data Profil Kesehatan Provinsi Jawa TengahTahun 2012 prevalensi
DM adalah 0,6%. Data Riskesdas tersebut menyebutkanbahwa prevalensi klien DM
cenderung meningkat pada perempuan dibandingkandengan laki-laki, dimana terjadi
peningkatan prevalensi penyakit DM sesuaidengan pertambahan umur namun pada
umur ≥ 65 tahun prevalensi DMcenderung menurun. Prevalensi DM cenderung lebih
tinggi bagi klien yangtinggal di perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Ditinjau
dari segipendidikan menurut Riskesdas bahwa prevalensi DM cenderung lebih tinggi
padamasyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi (Balitbang Depkes RI, 2013).
B. Tinjauan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan laporan untuk mengetaahui asuhan keperawatan pada
pasien diabetes militu
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui teori dari diabetes militus
b. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien diabetes militus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIABETES MILITUS

A. Definisi
Diabetes Mellitus adalah kondisi ketika tubuh tidak dapat mengendalikan kadar
gula dalam darah (glukosa), yang normalnya pada gula darah puasa 80-130 mg/dL, kadar
gula darah sewaktu 100-200mg/dL, serta kadar gula darah 2 jam PP 120-200. Glukosa
merupakan hasil penyerapan makanan oleh tubuh, yang kemudian menjadi sumber
energi. Pada umumnya, penderita Diabetes Mellitus, kadar glukosa ini terus meningkat
sehingga terjadi penumpukan (Pudiastuti, 2013). Secara umum Diabetes Mellitus adalah
suatu keadaan dimana seseorang mengalami ketidakstabilan kadar glukosa darah yang
ditandai dengan adanya ketidakabsolutan insulin dalam tubuh (Kemenkes RI, 2014)
B. Etiologi
Etiologi diabetes mellitus menurut M. Clevo Rendy dan Margareth Th, 2019 yaitu:
1. Diabetes mellitus tergantung insulin (DM tipe I)
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditentukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplantasi oleh proses imun lainnya
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta pankreas sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel beta pankreas. Faktor
lingkungan diyakini memicu perkembangan DM tipe I. Pemicu tersebut dapat
berupa infeksi virus (campak, rubela, atau koksakievirus B4) atau bahkan kimia
beracun, misalnya yang dijumpai di daging asap dan awetan. Akibat pajanan
terhadap virus atau bahan kimia, respon autoimun tidak normal terjadi ketika
antibody merespon sel beta islet normal seakan-akan zat asing sehingga akan
menghancurkannya (Priscilla LeMone, dkk, 2016).
2. Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DM tipe II)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Resistensi ini
ditingkatkan oleh kegemukan, tidak beraktivitas, penyakit, obat-obatan dan
pertambahan usia. Pada kegemukan, insulin mengalami penurunan kemampuan untuk
mempengaruhi absorpsi dan metabolisme glukosa oleh hati, otot rangka, dan jaringan
adiposa. DM tipe II yang baru didiagnosis sudah mengalami komplikasi.
Menurut Priscilla LeMone, dkk, 2016 adapun faktor-faktor resiko DM tipe II yaitu:
1. Riwayat DM pada orang tua dan saudara kandung. Meski tidak ada kaitan HLA
yang terindentifikasi, anak dari penyandang DM tipe II memiliki peningkatan
resiko dua hingga empat kali menyandang DM tipe II dan 30% resiko mengalami,
intoleransi aktivitas (ketidakmampuan memetabolisme karbihodrat secara normal).
2. Kegemukan didefinisikan kelebihan berat badan minimal 20% lebih dari berat
badan yang diharapkan atau memiliki indeks massa tubuh (IMT) minimal 27 kg/m.
Kegemukan, khususnya viseral (lemak abdomen ) dikaitkan dengan peningkatan
resistensi insulin.
3. Tidak ada aktivitas fisik.
4. Pada wanita, riwayat DM gestasional, sindrom ovarium polikistik atau melahirkan
bayi dengan berat lebih dari 4,5 kg.
5. Hipertensi (≥ 130/85 pada dewasa), kolesterol HDL ≥ 35 mg/dl dan atau kadar
trigliserida ≥ 250 mg/dl.

C. Manifestasi Klinik
1. Poliuri (banyak kencing)
Merupakan gejala umum pada penderita Diabetes Mellitus. Banyaknya kencing ini
disebabkan kadar gula dalam darah (glukosa) yang berlebih, sehingga merangsang
tubuh untuk mengeluarkan kelebihan gula tersebut melalui ginjal bersama urine.
Gejala ini terutama muncul pada malam hari, yaitu saat kadar gula dalam darah
relative lebih tinggi dari pada malam hari (Ginting, 2014).
2. Polidipsi (banyak minum)
Merupakan akibat reaksi tubuh karena banyak mengeluarkan urine. Gejala ini
sebenarnya merupakan usaha tubuh untuk menghindari kekurangan cairan
(dehidrasi). Oleh karena tubuh banyak mengeluarkan air, secara otomatis
menimbulkan rasa haus untuk mengganti cairan keluar. Selama kadar gula dalam
darah belum terkontrol baik, akan timbul terus keinginan untuk terus-menerus
minum. Sebaliknya minum banyak akan terus menimbulkan keinginan untuk selalu
kencing. Dua hal ini merupakan serangkaian sebab akibat yang akan terus terjadi
selagi tubuh belum dapat mengendalikan kadar gula dalam darahnya (Ginting, 2014).
3. Polipaghi (banyak makan)
Merupakan gejala lain yang dapat diamati. Terjadi gejala ini, disebabkan oleh
berkurangnya cadangan gula dalam tubuh meskipun kadar gula dalam darah tinggi.
Oleh karena ketidakmampuan insulin dalam menyalurkan gula sebagai sumber
tenaga dalam tubuh, membuat tubuh merasa lemas seperti kurang tenaga sehingga
timbul rasa lapar (Ginting, 2014).
4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat dari gangguan aliran darah pada klien diabetes
lama, ketabolisme protein diotot dan ketidak mampuan sebagian besar sel dalam
menggunakan glukosa sebagai energi (Ginting, 2014).
5. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan
antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun,
dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik (Ginting, 2014).
6. Kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi di daerah ginjal. Lipatan kulit
seperti diketiak dan di bawah payudara. Biasanya akibat tumbuhnya jamur (Sukarmin
& Riyadi, 2013).
7. Kelainan genekologis keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama
candidia (Sukarmin & Riyadi, 2013).
8. Kesemutan rasa kebas akibat terjadinya neuropati karena regenerasi sel persyarafan
mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur
protein akibatnya perifer mengalami kerusakan (Sukarmin & Riyadi, 2013).
9. Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi metabolik yang dilakukan
oleh sel melalui proses glikogenesis tidak dapat berlangsung secara optimal
(Sukarmin & Riyadi, 2013).
D. Komplikasi
1. Komplikasi Diabetes Mellitus akut
1) Diabetes Ketoasidosis
Adalah komplikasi akut dan berbahaya dengan tingkat insulin rendah
menyebabkan hati menggunakan lemak sebagai sumber energi. Hal tersebut
normal jika terjadi secara periodik namun akan menjadi masalah serius jika
dipertahankan. Penderita DKA biasanya mengalami dehidrasi serta pernapasan
cepat dan dalam (Hasdianah, 2012).
2) Hiperglikemia
Adalah air dalam cairan sel ditarik keluar dari sel-sel masuk kedalam darah dan
ginjal, kemudian membantu membuang glukosa ke dalam urine. Jika cairan
dalam sel yang keluar tidak diganti maka akan muncul efek osmotic karena
kadar glukosa tinggi dan hilangnya air yang kemudian akan mengarak kepada
dehidrasi. Kondisi elektrolit yang tidak seimbang juga mengganggu dan
berbahaya (Hasdianah, 2012).
3) Hipoglikemia
kondisi tidak normal akibat glukosa darah yang rendah. Penderita akan
mengalami perasaan gelisah, berkeringat, lemah, dan mengalami semacam rasa
takut dan bergerak panik. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor, seperti terlalu
banyak atau salah penggunaan insulin, terlalu banyak atau salah waktu
olahraga, dan tidak cukup asupan makanan (Hasdianah, 2012).

a. Komplikasi Kronik
1) Makroangiopati
Peningkatan kadar glukosa secara kronis dalam darah menyebabkan kerusakan
pembuluh darah. Sel endotel yang melapisi pembuluh darah mengambil
glukosa lebih dari biasanya karena sel-sel tersebut tidak tergantung pada
insulin. Sel-sel tersebut kemudian membentuk permukaan glikoprotein lebih
dari biasanya sehingga menyebabkan membran basal tumbuh lebih tebal dan
lebih lemah.
2) Mikroangiopati
Perubahan – perubahan mikrovaskuler yang ditandai dengan penebalan dan
kerusakan membran diantara jaringan dan pembuluh darah sekitar. Terjadi
pada penderita DMTI/IDDM yang terjadi neuropati, nefropati, dan retinopati.
Nefropati terjadi karena perubahan mikrovaskuler pada struktur dan fungsi
ginjal yang menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal. Retinopati yaitu
perubahan dalam retina karena penurunan protein dalam retina. Hal ini
mengakibatkan gangguan dalam penglihatan. Retinopati dibagi menjadi 2 tipe
yaitu :
a) Retinopati back ground yaitu mikroneuronisma di dalam pembuluh retina
menyebabkan pembentukan eksudat keras.
b) Retinopati proliferatif yaitu perkembangan lanjut dari retinopati back
ground yang terjadi pembentukan pembuluh darah baru pada retina akan
menyebabkan pembuluh darah menciut dan tarikan pada retina serta
pendarahan di rongga vitreum. Juga mengalami pembentukan katarak yang
disebabkan hiperglikemia berkepanjangan.
3) Neuropati diabetika yaitu akumulasi orbital dalam jaringan dan perubahan
metabolik mengakibatkan penurunan fungsi sensorik dan motorik saraf yang
menyebabkan penurunan persepsi nyeri.
4) Kaki diabetik perubahan mikroangiopati, mikroangiopati dan neuropati
menyebabkan perubahan pada ekstermitas bawah. Komplikasinya dapat terjadi
gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, gangrene, penurunan sensasi, dan hilangnya
fungsi saraf sensorik (Sukarmin &Riyadi, 2013)

E. Patofisiologi dan Pathway


Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 disebabkan oleh faktor usia, genetik, obesitas
yang menjadikan sel beta pankreas mengalami penurunan fungsi. Karena penurunan
fungsi sel beta pankreas mengakibatkan terjadinya gangguan sekresi insulin yang
seharusnya didapat oleh tubuh. Gangguan sekresi insulin mempengaruhi tingkat
produksi insulin, sekresi insulin yang tidak adekuat membuat produksi insulin menjadi
menurun dan mengakibatkan ketidakseimbangan produksi insulin.
Penurunan sekresi intra sel menjadikan insulin tidak terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel yang pada akhirnya gula dalam darah tidak dapat dibawa
masuk oleh sel. Gula yang tidak dapat masuk ke dalam sel mengakibatkan kadar
glukosa dalam darah meningkat dan menyebabkan hiperglikemi. Pengobatan yang
tidak teratur serta ketidakpatuhan dalam diit mengakibatkan glukosa dalam darah tidak
dapat menjadi energi sehingga menyebabkan terjadinya ketidakstabilan kadar glukosa
darah (Ginting, 2014)

F. Penatalksanaan (Medis dan Keperawatan)


a. Terapi dengan Insulin
Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatri tidak berbeda dengan pasien
dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai dari monoterapi untuk terapi kombinasi
yang digunakan dalam mempertahankan kontrol glikemik. Apabila terapi kombinasi
oral gagal dalam mengontrol glikemik maka pengobatan diganti menjadi insulin
setiap harinya. Meskipun aturan pengobatan insulin pada pasien lanjut usia tidak
berbeda dengan pasien dewasa, prevalensi lebih tinggi dari faktor-faktor yang
meningkatkan risiko hipoglikemia yang dapat menjadi masalah bagi penderita
diabetes pasien lanjut usia. Alat yang digunakan untuk menentukan dosis insulin yang
tepat yaitu dengan menggunakan jarum suntik insulin premixed atau predrawn yang
dapat digunakan dalam terapi insulin. 16 Lama kerja insulin beragam antar individu
sehingga diperlukan penyesuaian dosis pada tiap pasien. Oleh karena itu, jenis insulin
dan frekuensi penyuntikannya ditentukan secara individual. Umumnya pasien diabetes
melitus memerlukan insulin kerja sedang pada awalnya, kemudian ditambahkan
insulin kerja singkat untuk mengatasi hiperglikemia setelah makan. Namun, karena
tidak mudah bagi pasien untuk mencampurnya sendiri, maka tersedia campuran tetap
dari kedua jenis insulin regular (R) dan insulin kerja sedang ,Idealnya insulin
digunakan sesuai dengan keadaan fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali
untuk kebutuhan basal dan tiga kali dengan insulin prandial untuk kebutuhan setelah
makan. Namun demikian, terapi insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai
dengan kenyamanan penderita selama terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis.

b. Obat Antidiabetik Oral


1) Sulfonilurea
Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OAD generasi kedua yaitu
glipizid dan gliburid sebab resorbsi lebih cepat, karena adanya non ionic-binding
dengan albumin sehingga resiko interaksi obat berkurang demikian juga resiko
hiponatremi dan hipoglikemia lebih rendah. Dosis dimulai dengan dosis rendah.
Glipizid lebih dianjurkan karena metabolitnya tidak aktif sedangkan 18 metabolit
gliburid bersifat aktif.Glipizide dan gliklazid memiliki sistem kerja metabolit
yang lebih pendek atau metabolit tidak aktif yang lebih sesuai digunakan pada
pasien diabetes geriatri. Generasi terbaru sulfoniluera ini selain merangsang
pelepasan insulin dari fungsi sel beta pankreas juga memiliki tambahan efek
ekstrapankreatik.
2) Golongan Biguanid Metformi
Pada pasien lanjut usia tidak menyebabkan hipoglekimia jika digunakan tanpa
obat lain, namun harus digunakan secara hati-hati pada pasien lanjut usia karena
dapat menyebabkan anorexia dan kehilangan berat badan. Pasien lanjut usia harus
memeriksakan kreatinin terlebih dahulu. Serum kretinin yang rendah disebakan
karena massa otot yang rendah pada orangtua.
3) Penghambat Alfa Glukosidase/Acarbose
Obat ini merupakan obat oral yang menghambat alfaglukosidase, suatu enzim
pada lapisan sel usus, yang mempengaruhi digesti sukrosa dan karbohidrat
kompleks. Sehingga mengurangi absorb karbohidrat dan menghasilkan penurunan
peningkatan glukosa postprandial.Walaupun kurang efektif dibandingkan
golongan obat yang lain, obat tersebut dapat dipertimbangkan pada pasien lanjut
usia yang mengalami diabetes 19 ringan. Efek samping gastrointestinal dapat
membatasi terapi tetapi juga bermanfaat bagi mereka yang menderita sembelit.
Fungsi hati akan terganggu pada dosis tinggi, tetapi hal tersebut tidak menjadi
masalah klinis.

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Biodata Pasien (umur, jenis kelamin, pekejaan, Pendidikan, agama, alamat)
2) Biodata Penanggung Jawab (umur, jenis kelamin, hubungan dengan klien,
alamat
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan saat pengkajian
2) Riwayat penyakit sekarang
Penjelasan dari apa keluhan yang klien rasakan sampai dibawa kerumah sakit
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat yang penyakit yang pernah dialami sebelumnya
4) Riwayat Penyakit kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit keluarga dihubungkan dengan kemungkinan adanya penyakit
keturunan
c. Pola Gordon
1) Pola persepsi kesehatan
Menggambarkan persepsi klien dan penanganan kesehatan dan kesejahteraan.
2) Pola Nutrisi / Metabolik
Menggambarkan masukan nutrisi; keseimbangan cairan dan elektrolit; kondisi
kulit, rambut, dan kuku
3) Pola Elinminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi usus, kandung kemih, dan kulit
4) Pola aktifitas / latihan
Menggambarkan pola latihan dan aktifitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
5) Pola tidur / istirahat
Menggambar pola tidur, istirahat dan persepsi tentang tingkat energi.
6) Pola kognitif / perceptual
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecapan, perabaan,
penghidu, persepsi nyeri, bahasa, memori dan pengambilan keputusan
7) Persepsi diri/konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan.
8) Pola peran / hubungan
Menggambarkan keefektifan peran dan hubungan dengan orang terdekat.
9) Pola seksual/reproduksi
Menggambarkan kepuasan atau masalah yg aktual atau dirasakan dg
seksualitas
10) Pola Mekanisme koping
Bagaimana mengatasi masalah dialaminya
11) Pola nilai dan keyakinan
Agama yang dianut klien adakah gangguan dalam beribadah
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Penampilan umum
Keasadaran : composmetis
TTV : tekanan darah, nadi, suhu, respirasi

2) Pemeriksaan fisik Head Toe To


a) Kepala, rambut, warna, kebersihan, kutu, ketombe.
b) Mata
Palpebral : edema atau tidak
Konjungtiva : anemis atau tidak
Pupil : isokor atau tidak
Sclera : ikterik atau tidak
Reflek terhadap cahaya : miosis atau midrosi
Penggunaan alat bantu penglihatan : ada atau tidak
c) Hidung, ada polip atau tidak
d) Mulut, mukosa lembab atau tidak
e) Gigi, keadaan gigi, kebersihan, jumlah gigi
f) Telinga, kebersihan.
3) Leher, terdapat pembesaran tiroid atau tidak, nyeri telan
a) Dad Paru-paru (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
b) Jantung, (Inspeksi,Auskulasi,Palpasi,Perkusi)
4) Abdomen
(Inspeksi, Auskultasi, Palpasi, Perkusi)
5) Genetalia
6) Rectum
7) Ekstremitas, kekuatan otot, ROM, pitting edema

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi pancreas
b. Gangguan intregritas kulit / jaringan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi tentang upaya mempertahankan integritas jaringan
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
d. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

3. Perencanaan Keperawatan (SLKI,SIKI)


No Diagnosa Tujuan Intervensi

1. Ketidakstabilan kadar setelah dilakukan Manajemen


glukosa darah tindakan keperawatan hiperglikemia :
berhubungan dengan 3x24 jam maka Observasi
disfumgsi pancreas ketidakstabilan gula - Identifikasi
(D.0027) darah membaik dengan tanda dan gejala
kriteria hasl : hipoglikemia
1. kestabilan kadar - Identifikasi
glukosa darah membaik kemungkinan
(5) penyebab
2. status nutrisi hipoglikemia
membaik (5) Terapeutik
3. tingkat pengetahuan - Berikan
meningkat (4) karbohidrat ,jika
perlu
- Berikan
glukagon, jika
perlu
- Berikan
karbohidrat
kompleks dan
protein sesuai
diet
Edukasi
- Anjurkan
membawa
karbohidrat
sederhana setiap
saat
- Anjurkan
memakai
identitas darurat
yang tepat
- Anjurkan m
onitor gula darah
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
dekstrose,jika
perlu
2 Gangguan integritas setelah dilakukan Perawatan integritas
kulit atau jaringan tindakan keperawatan kulit : (I.11353)
(D.0129) 3x24 jam maka Observasi
gangguan integritas - Identifikasi
kulit/jaringan membaik penyebab
dengan kriteria hasl : gangguan
integritas kulit/jaringan inegritas kulit
(L14125) Terapeutik
1. elastisitas meningkat - Ubah posisi tiap
menjadi (4) 2 jam jik tirah
2. hidrasi meningkat baring
menjadi (5) - Bersihkan
3. perfusi jaringan perineal dengan
meningkat menjadi (5) air hangat,
terutama selama
periode diare
- Hindari produk
berbahan dasar
alkhohol pada
kulit kering
Edukasi
- Anjurkan
menggunkan
pelembab
misalnya lotion
- Anjurkan
minum air yang
cukup

3. Nyeri akut setelah dilakukan Manajemen nyeri


berhubungan agen tindakan keperawatan (I.08238)
pencedera fisik 3x24 jam maka nyeri Observasi
(D.0077) akut membaik dengan - Identifikasi
kriteria hasl : lokasi,
tingkat nyeri (L.08066) karakteristik,
1. Tingkat nyeri durasi,
menurun (1) frekuensi,
2. penyembuhan luka kulitas,intensitas
membaik (5) nyeri
3. tingkat cidera - Identifikasi
menurun (5) skala nyeri
- Identifikasi
nyeri non verbal
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmokologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
- Kontrol
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri
- Faailitasi
istirahat dan
tidur
Edukasi
- Jelaakan
penyebab,
peroide, dan
pemicu nyeri
- Jelakan strategi
meredakan nyeri
Kolabirasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
4. Resiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
berhubungan tindakan keperawatan (I.14539)
dengan penyakit selama 3 x 2 jam O :
kronis diharapkan resiko - Monitor tanda
infeksi menurun dengan dan geja infeksi
kriteris hasil : T:
Tingkat Infeksi - Berikan
(L.14137) perawatan kulit
- Demam pada area edema
menurun - Cuci tangan
- Kemerahan sebelum dan
menurun sesudah kontak
- Nyeri menurun dengan pasien
- Bengkak - Pertahankan
menurun teknik aseptik
pada pasien
E:
- Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi
- Ajarkan etika
batuk
- Ajarkan cuci
tangan dengan
benar
- Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
K:
- Kolaborasi
pemberian
imunisasi jika
perlu
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Managemen energi
berhubungan dengan tindakan keperawatan (I.05178)
kelemahan selama 3 x 24 jam O:
intoleransi aktifitas - Identifikasi
meningkat dengan gangguan fungsi
kriteria hasil : tubuh yang
Toleransi aktifitas mengakibatkan
(L05047) kelelahan
- Prekuensi nadi - Monitor
meningkat kelelahan fisik
- Keluhan lelah - Monitor lokasi
menurun ketidak
- Dispneu saat nyamanan
beraktifitas selama
menurun melakukan
- Perasaan lemas aktifitas
menurun T:
- Sediakan
lingkungan
nyaman dan
rendah stimulus
- Lakukan latihan
rentan gerak
aktif dan pasif
- Berikan aktifitas
distraksi yang
menenangkan
E:
- Anjurkan tirah
baring
- Anjurkan
melakukan
aktifitas secara
bertahap
K:
- Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
menigkatkan
asupan makanan

5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Tgl/Jam MRS : 19 Januari 2022/ 10.00


Tanggal/Jam Pengkajian : 20 Januari 2022/ 18.00
Metode Pengkajian : Autoanamnesa
Diagnosis Medis : Diabetes Militus
No. Registrasi : 000xxx

A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : Ny. S
Alamat : Gondang
Umur : 75 Tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : janda
Pendidikan : Tidak Sekolah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 50 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Mantingan
Hubungan dengan Klien : Adik
II. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Nyeri Akut
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang di IGD dengan keluhan nyeri pada kaki kananya dan terdapat luka, di
IGD pasien mendapatkan perawatan dan dilakukan pemeriksaan TD 150/97 mmHg
mmHg, Nadi 94x/mnt, S 36,5C, SpO2 98% dan terpasang infuse Ringer Laktat 20
tpm. Setelah mendapatkan perawatan di IGD pasien dipindah di bangsal Tulip di
lantai 4 dan saat di ruang rawat inap pasien mengeluhkan masih nyeri pada kaki
kananya nyeri pada kaki sebelah kiri pada tanggal 15 pasien dilakukan debridement
saat dilakukan pengkajian tanggal 20 Januari 2022 pasien mengeluh nyeri, nyeri
terjadi hilang timbul, skala nyeri 7, nyeri pada saat melakukan pergerakan. Saat
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah 149/90 mmHg mmHg, suhu
36.5°C, nadi 94 x/menit, respirasi 20x/menit, SpO2 98%. Dikaki seblah kiri terdapat
luka kurang lebih 35 cm. didaptkan hasil glukosa strip sewaktu 250 mg/dl.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan mengalami DM dan Hipertensi sudah sejak 3 tahun yang lalu
dan pasien tidak pernah memeriksakan penyakitnya ke pelayanan kesehatan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan anggota keluarganya dulu juga ada yang mengalami penyakit
DM tapi tidak sampai ada luka.
Genogram:

x x x x

Keterangan :
: perempuan

: laki-laki

x : laki-laki sudah meninggal

: perempuan sudah meninggal


: tinggal satu rumah

: pasien / klien

: garis pernikahan

: garis keturunan
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pasien mengatakan tetangga sekitarnya juga ada yang mengalami penyakit yang
sama dengan pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan/Penampilan Umum
a. Kesadaran : Composmetis
b. Tanda-Tanda Vital
1) Tekanan Darah : 149/ 90 mmHg
2) Nadi
Frekuensi : 94 x/menit
Irama : Teratur
Kekuatan : Kuat
3) Pernafasan
Frekuensi : 20 x/menit
Irama : Reguler
4) Suhu : 36,5°C
5) SPO2 : 98 %
2. Kepala
a. Bentuk Kepala : Mesochepal
b. Kulit Kepala : Kulit bersih, tidak ada kotoran, tidak ada lesi, benjolan
(-), edema(-)
c. Rambut : Rambut bersih, tampak uban

3. Muka
a. Mata
1) Palpebra : Normal
1) Konjungtiva : An anemis
2) Sclera : An ikterik
3) Pupil : Isokor
4) Diameter pupil ki/ka : 2/2
5) Reflek terhadap cahaya : Terdapat reflek pada cahaya
6) Penggunaan alat bantu penglihatan : Tidak menggunakan alat bantu
penglihatan
b. Hidung : Hidung bersih, tidak ada benjolan, tidak ada luka, dan tidak
ada lendir
c. Mulut : Mulut bersih, bibir lembab, tidak ada luka sekitar mulut
d. Telinga : Telinga kanan kiri sama, tidak ada luka, tidak nyeri tekan,
tidak ada benjolan, telinga bersih
4. Leher
 Bentuk : Simetris
 Pembesaran tyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
 Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
 Nyeri waktu menelan : Tidak nyeri saat menelan
5. Dada (thorax)
a. Paru-paru
 Inspeksi : Dada simetris, tidak ada luka pada dada, tidak ada benjolan
 Palpasi : fremitus normal
 Perkusi : sonor
 Auskultasi : tidak ada suara napas tambahan, suara napas vesikuler

b. Jantung
 Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada
 Palpasi : iktus cordis terletak pada garis midklavikula sinistra intercosta
V, tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : pekak
 Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 lup dup
6. Abdomen
 Inspeksi : perut bersih, tidak ada luka, tidak tampak pembesaran pada perut
 Auskultasi : terdengar bising usus
 Perkusi : bunyi timpani
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada perut
1. Genetalia : Bersih, tidak ada nyeri saat BAK
2. Rektum : Bersih, tidak nyeri saat BAB
3. Ekstremitas
a. Atas
Kanan kiri
Kekuatan otot 5 5
Rentang gerak Aktif aktif
Akral Hangat hangat
Edema Tidak ada Tidak ada
CRT < 2dtk <2 dtk
Keluhan - Terpasang infus RL
b. Bawah
Kanan Kiri
Kekuatan otot 5 4
Rentang gerak Aktif Terbatas
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak ada Tanpa edema dan
luka setelah
debridement
CRT <2dtk <2dtk
Keluhan - Nyeri

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan kalau kesehatan itu sangat berharga. Jika ada anggota keluarga
yang sakit segera di bawa ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pertolongan.
2. Pola Nutrisi/Metabolik
a. Pengkajian Nutrisi (ABCD):
1) Antropometri
BB : 70 kg
TB : 165 cm
IMT : 25.7
LILA :22
2) Biomechanical
Hemoglobin : 14. 50 g/dl
Hematokrit : 40. 3 %
Trombosit : 173 ribu/ul
Lekosit : 1407 ribu/ul
Eritrosit : 4.52 juta/ul

3) Clinical Sign
TD : 120/20 mmHg
S : 36.5°C
RR : 20 x/menit
SPO2 : 98 %
N : 94x/menit
4) Diet
Diet yang dilakukan pasien yaitu diet gula dan di gantikan dengan gula
khusus untuk DM
b. Pengkajian Pola Nutrisi

Sebelum Sakit Saat Sakit


Frekuensi 3 kali sehari 2kali sehari
Jenis Nasi sayur, lauk pauk Nasi sayur lauk pauk,buah
(diit dari RS)
Porsi 1 piring 1 porsi dari RS
Keluhan Tidak ada Tidak ada

3. Pola Eliminasi
a. BAB
Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 1 kali 1 kali
Konsistensi Lembek Lembek
Warna Coklat kekuningan Kecoklatan
Penggunaan Tidak menggunakan Tidak ada
Pencahar (Laktasif) obat pencahar penggunaan obat
pencahar
Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. BAK
Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 5x 6x
Jumlah Urine 250 250
Warna kekuningan kekuningan
Pancaran Tidak ada Tidak ada
Perasaan Setelah Lega Lega
Berkemih
Total Produksi Urin 1500 1500
Keluhan Tidak ada Tidak ada
c. Analisa Keseimbangan Cairan Selama Perawatan
Intake Output Analisa
a. Minuman 600 cc a. Urine 450 cc Intake 1270 cc
b. Feses 150 cc
b. Makanan 250 cc c. Muntah - cc
d. IWL 306, 25 cc Output 906.25 cc
c. Cairan IV 420 cc
Total 1270 cc Total 906.25 cc Balance 363, 75 cc

1. Pola Aktifitas dan Latihan


Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan/minum 

Mandi 

Toileting 

Berpakaian 
Mobilitas ditempat tidur 

Berpindah 

Ambulasi/ROM 

Ket:
0: Mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat; 4: tergantung total

2. Pola Istirahat Tidur


Sebelum Sakit Saat Sakit
Jumlah tidur siang Tidak pernah tidur siang 1jam
Jumlah tidur malam 6jam 8jam
Penggunaan obat tidur Tidak ada Tidak ada

Gangguan tidur Tidak ada Rasa nyeri


Perasaan waktu Segar rileks Segar rileks
bangun
Kebiasaan sebelum Tidak ada Tidak ada
tidur

3. Pola Kognitif – Perseptual


a. Status mental
Pasien mengatakan : “ bahwa dirinya saat ini sedang baik-baik saja tidak ada
tekanan dan sedang tidak ada masalah dengan siapapun”.
b. Kemampuan penginderaan
Pasien mengatakan bisa merasakan rasa dan masih bisa mencium bau bauan.
c. Pengkajian nyeri
P : nyeri saat melakukan pergerakan
Q : nyeri seperti tertusuk
R : kaki sebelah kiri
S :7
T : Hilang timbul

4. Pola Persepsi Konsep Diri


a. Gambaran diri/ Citra tubuh
Pasien mengatakan : “saya tidak malu dengan keadaan saya saat ini”.
b. Ideal diri
pasien mengatakan : “saya sangat ingin sembuh dan beraktivitas seperti sedia
kala”
c. Harga diri
pasien mengatakan : “saya merasa sudah melakukan yang terbaik untuk
keluarga”.
d. Peran diri
Pasien mengatakan : “Saya ingin kembali sembuh dan bisa berkumpul dengan
keluarga kembali dan bisa beraktifitas seperti sedia kala”.
e. Identitas diri
Pasien mengatakan : “saya menyadari bahwa saya seorang laki-laki dan sebagai
kakek, saya adalah contoh untuk anan-anak, istri, dan cucu-cu saya . Apapun
yang terjadi pada diri saya sudah digariskan oleh tuhann Yang Maha Kuasa”.
5. Pola Hubungan Peran
Pasien mengatakan kalau dirinya sebagai kepala keluarga. Hubungan dengan
anak ananknya terjalin harmonis, selayaknya anak dan orang tua, pasien
menjalankan tugas dan tanggung awab sebagai bapak untuk anak anaknya dan
sebagai seorang suami untuk istrinya.
6. Pola Seksualitas Reproduksi
Pasien sudah memasuki sebagai lansia tua yang berumur 59 tahun.
7. Pola Mekanisme Koping
Ketika ada masalah klien lebih memilih untuk diam dan kadang juga
mendiskusikan dengan anaknya untuk mengambil solusi.
8. Pola Nilai dan Keyakinan
Pasien sebagai orang islam selalu menjalankan ibadah sholat 5 waktu, kadang
juga mengikuti pengajian yang ada di musola dekat rumah.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hari/Tanggal/ Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Satuan Hasil Keterangan


Jam Hasil
21-01- HEMATOLOGI
2022/06.31 Hemoglobin 13.5 – 17.5 g/dl 14.50 Normal
Hematokrit 35-45 % 40.3 Normal
Trombosit 150-450 Ribu/uI 173 Normal
Lekosit 4.50 – 11.00 Ribu/uI 12.4 Tidak
Eritrosit 4.50 – 5.90 Juta/uI 4.52 Normal
Normal
MCV, MCH,
MCHC 80.0 – 96.0 Pg 87.1
MCV 28.0 – 33.0 g/dl 31.5 Normal
MCH 33.0 – 36.0 % 36.3 Normal
MCHC 11.6 – 14.6 Fl 10.96 Tidak
RDW-CV 7.2 – 11.1 % 7.043 Normal
MPV Tidak
Normal
KIMIA Normal
KARBOHIDRAT 60-140 Mg/dl 250
Glukosa Strip
Sewaktu
O Tidak
Golongan darah Normal
II. TERAPI MEDIS

Jenis Terapi Dosis Golongan & Fungsi & Farmakologi


Kandungan

Infus RL 20 tpm Cairan Sebagai sumber elektrolit


Lasoprozole 30mg/24j elektrolit Mengatasi gangguan pada lambung
Pemhambat
Farbion 3ml/24j protaproton Meringankan rasa sakit yang
Obat bebas disebabkan oleh masalah pada sinyal
syaraf di sistem syaraf
Urinter tab. (400mg) Antibiotik Mengatasi infeksi saluran kemih
2x1
Noforapid 8 unit 3x1 Keras Menurunkan kadar glukosa darah

ANALISA DATA
Nama : Ny . S No. CM : 000xxx
Umur : 75 tahun Diagnosa Medis : Diabetes Militus

No Hari/Tanggal/ Data Fokus Problem Etiologi Ttd


Jam
1. 1 Data Subjektif : Nyeri akut Agen pencidera ꝭ
20-01- Pasien mengatakan nyeri (D.0077) fisik ditandai
2022/ pada luka dikaki sebelah dengan tampak
18.00 kanan meringis dan
 Propokatif gelisah
Luka post debridement
 Quality
nyeri seperti tertusuk-
tusuk
 Region
Bagian kaki sebelah kiri
yang terdapat luka
 Skala
Skala nyeri 7
 Time
Nyeri terasa hilang
timbul

Data Objektif :
 Pasien tampak meringis
kesakitan
 Pasien tampak gelisah
 TD 149/99 mmHg
mmHg
 Suhu 36,5°C
 Respirasi 20x/menit
 Nadi 94x/menit
 SPO2 98%
32 Data Subjektif Ketidakstab Disfungsi pankreas ꝭ
Pasien mengatakan ilan kadar ditandai dengan
badannya terasa lelah atau glukosa kadar glukosa
lesu darah dalam darah tinggi
(D.0027)
Data Objektif
 Glukosa strip sewaktu
250 mg/Dl
B. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik ditandai dengan muka meringis,
gelisah, sulit tidur (D.0077)
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi pancreas ditandai
dengan kadar glukosa dalam darah tinggi, dan merasa lelah atau lesu (D.0027)
C. RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Tn. S No. CM :000XXX


Umur : 75 tahun Diagnosa Medis : Diabetes Militus

No
Hari / Tgl Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Ttd
Dx
20/01/2021 1 Setelah dilakukan pemeriksaan Manajemen nyeri ꝭ
18.00 dan di lakukan perawatan oleh (I. 08238)
perawat selama 3x24 jam , Observasi :
maka criteria hasil yang di  Identifikasi skala nyeri
harapkan :  Identifikasi lokasi,
Tingkat nyeri (L.08066) : karakteristik, durasi,
 Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas,
 Ekpresi menahan sakit atau intensitas nyeri.
meringis menurun Terapeutik :
 Gelisah menurun  Berikan teknik
 Kesulitan untuk tidur nonfarmakologi untuk
menurun mengurangi rasa nyeri
(misalnya, hypnosis,
terapi music, kompers
hangat/dingin)
 Control lingkumgan
yang memperberat rasa
nyeri (missal suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi:
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
analagetik, jika perlu

20/01/2022 2 Setelah di berikan tindakan Managemen Hiperglikemi ꝭ


18.00 keperawatan selama 3x24 jam (I.03115)
di harapkan kestabilan kadar Observasi
glukosa darah meningkat  Monitor kadar glukosa
dengan kriteria hasil: darah
Kestabilan kadar glukosa darah  Monitor tanda dan
 Lelah / lesu menurun gejala hiperglikemia
 Mulut kering menurun (mis. Polyuria, polifagia
 Kadar glukosa dalam darah )
membaik  Monitor intake dan
output cairan
Terapeutik
 Berikan asupan cairan
oral
 Konsultasi dengan
medis jika tanda dan
gejala hiperglikemi
tetap ada dan
memburuk
Edukasi
 Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
insulin
 Kolaborasi cairan IV,
cairan RL,ijeksi
D. TINDAKAN KEPERAWATAN/IMPLEMENTASI
Nama : Tn. S No. CM :000XXX
Umur : 75 tahun Diagnosa Medis : Diabetes Militus

Hari/tgl/jam No Implementasi Respon Ttd


Dx
20/01/2022 1 Mengidentifikasi skala nyeriS : Pasien mengatakan ꝭ
18.00 nyeri di kaki
sebelah kanan
 P : Luka post
debridemen
 Q :nyeri seperti di
remas remas
 R : pada kaki
bagian kanan yang
terdapat luka
 S: skala nyeri 6
 T :nyeri terasa
hilang timbul
O : tampak
meringis kesakitan
20/01/2022 1 Berkolaborasi pemberian S : pasien ꝭ
18.30 analgetik mengatakan
bersedia diberikan
analgetik
O : pasien telah
diberikan Farbion
dalam infus
20/01/2022 2 Memonitor kadar glukosa S : pasien ꝭ
20.00 darah mengatakan
bersedia dilakukan
pemeriksaan GDS
O : GDS pasien
235 mg/dl
20/01/2022 2 Berkolaborasi pemberian S : pasien bersedia ꝭ
20.30 insulin diberikan injeksi
insulin
O :pasien diberikan
8 unit 3x1
20/01/2022 1 Memberikan teknik S : pasien ꝭ
20.32 nonfarmakologi untuk mengatakan
mengurangi rasa nyeri bersedia
melakukan
relaksasi napas
dalam ketika
merasa nyeri
O :pasien terlihat
Tarik nafas
20/01/2022 1 Menjelaskan penyebab, S : pasien bersedia ꝭ
20.33 periode, dan pemicu nyeri. diberikan
penjelasan
O : pasien tampak
paham
20/01/2022 2 Memonitor intake dan S :pasien ꝭ
20.35 output cairan mengatakan makan
dan minum hanya
dari RS
O : pasien
memakan makanan
dari rs
20/01/2022 1 Mengontrol lingkumgan S : pasien ꝭ
20.40 yang memperberat rasa mengatakan ketika
nyeri (misal suhu ruangan, mau tidur
pencahayaan, kebisingan) mematikan lampu
O : pasien paham
20/01/2022 2 Mengajurkan kepatuhan S : pasien ꝭ
21.00 terhadap diet dan olahraga mengatakan
mengerti setelah
dijelaskan
bagaimana
mengontrol
diabetes militus
O :pasien tampak
paham

Hari/tgl/jam No Implementasi Respon Ttd


Dx
21/01/2022 1 Mengidentifikasi skala nyeriS : Pasien mengatakan ꝭ
18.00 nyeri di kaki
sebelah kanan
 P : Luka post
debridemen
 Q :nyeri seperti di
remas remas
 R : pada kaki
bagian kanan yang
terdapat luka
 S: skala nyeri 5
 T :nyeri terasa
hilang timbul
O : tampak
meringis kesakitan
21/01/2022 1 Berkolaborasi pemberian S : pasien ꝭ
18.20 analgetik mengatakan
bersedia diberikan
analgetik
O : pasien telah di
berikan farbion
dalam infus
21/01/2022 2 Memonitor kadar glukosa S : pasien ꝭ
20.00 darah mengatakan
bersedia dilakukan
pemeriksaan GDS
O : GDS 210 mg/dl
21/01/2022 2 Berkolaborasi pemberian S : pasien bersedia ꝭ
20.05 insulin diberikan injeksi
insulin
O : telah
disuntikkan insulin
8 unit 3x1
21/01/2022 1 Memberikan teknik S : pasien ꝭ
20.06 nonfarmakologi untuk mengatakan
mengurangi rasa nyeri bersedia
melakukan
relaksasi napas
dalam ketika
merasa nyeri
O :pasien terlihat
Tarik nafas
21/01/2022 1 Menjelaskan penyebab, S : pasien bersedia ꝭ
20.10 periode, dan pemicu nyeri. diberikan
penjelasan
penyebab
terjadinya nyeri
O:pasien mudah
memahami
21/01/2022 2 Memonitor intake dan S ꝭ
20.15 output cairan :pasien
mengatakan makan
dan minum hanya
dari RS
O pasien terlihat
memakan makanan
dari Rs
21/01/2022 1 Mengontrol lingkumgan S : pasien ꝭ
20.20 yang memperberat rasa mengatakan ketika
nyeri (misal suhu ruangan, mau tidur
pencahayaan, kebisingan) mematikan lampu
O : pasien paham
21/01/2022 2 Mengajurkan kepatuhan S : pasien ꝭ
20.30 terhadap diet dan olahraga mengatakan paham
setelah dijelaskan
bagaimana
mengontrol
diabetes militus
O :pasien terlihat
menerapkannya
agar cepat sembuh

Hari/tgl/jam No Implementasi Respon Ttd


Dx
22/01/2022 1 Mengidentifikasi skala nyeri S:Pasien ꝭ
18.00 mengatakan nyeri
di kaki sebelah
kanan
 P : Luka post
debridemen
 Q :nyeri seperti di
remas remas
 R : pada kaki
bagian kanan yang
terdapat luka
 S: skala nyeri 3
 T :nyeri terasa
hilang timbul
O : tampak
meringis kesakitan
22/01/2022 1 Berkolaborasi pemberian S : pasien ꝭ
19.30 analgetik mengatakan
bersedia diberikan
analgetik
O : pasien
diberikan farbion
didalam infus
22/01/2022 2 Memonitor kadar glukosa S : pasien ꝭ
20.00 darah mengatakan
bersedia dilakukan
pemeriksaan GDS
O : GDS 135 mg/dl
22/01/2022 2 Berkolaborasi pemberian S : pasien bersedia ꝭ
20.05 insulin diberikan injeksi
insulin
O :pasien terlihat
disuntik 8 unit 3x1
22/01/2022 1 Memberikan teknik S : pasien ꝭ
20.10 nonfarmakologi untuk mengatakan
mengurangi rasa nyeri bersedia
melakukan
relaksasi napas
dalam ketika
merasa nyeri
O :pasien terlihat
Tarik nafas
22/01/2022 2 Memonitor intake dan S :pasien ꝭ
20.30 output cairan mengatakan makan
dan minum hanya
dari RS
O : pasien tampak
lahap makan
22/01/2022 2 Mengajurkan kepatuhan S : pasien ꝭ
20.40 terhadap diet dan olahraga mengatakan paham
setelah dijelaskan
bagaimana
mengontrol
diabetes militus
O :pasien terlihat
menerapkannya
agar cepat sembuh
E. CATATAN KEPERAWATAN
Nama : Ny.S No. CM : 000xxx
Umur : 75 Tahun Diagnosa Medis : Diabetes Militus
NoHari/Tgl/Jam Evaluasi Ttd
Dx
1 20/01/2022 S : Pasien mengatakan nyeri di kaki sebelah kanan ꝭ
23.00  P : Luka post debridemen
 Q :nyeri seperti di remas remas
 R : pada kaki bagian kanan yang terdapat luka
 S: skala nyeri 6
 T :nyeri terasa hilang timbul
O : pasien tampak meringis kesakitan pasien tampak
gelisah
TD 149/99 mmHg
N 99x/menit
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1. mengidentifikasi skala nyeri
2. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
3. Kolaborasi pemberian analgetik
2 20/01/2022 S : Pasien mengatakan badan terasa lelah atau lesu ꝭ
23.00 O: O: - lukosa strip sewaktu 235 mg/Dl
-Pasien tampak lesu
A: A: Masalah belum teratasi sebagian
P : IP : Intervensi dilanjutkan
1. monitor intake dan output cairan
2. monitor kadar glukosa
3. kolaborasi pemberian insulin 8 unit 3x1
1 21/01/2022 S : Pasien mengatakan nyeri di kaki sebelah kanan ꝭ
23.00  P : Luka post debridemen
 Q :nyeri seperti di remas remas
 R : pada kaki bagian kanan yang terdapat luka
 S: skala nyeri 5
 T :nyeri terasa hilang timbul
O : pasien tampak meringis kesakitan pasien tampak
gelisah
TD 138/110 mmHg ꝭ

N 80x/menit
RR 20x/menit
SPO2 98%
Suhu 36.4°C
A : A: Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. mengidentifikasi skala nyeri
2. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
3. Kolaborasi pemberian analgetik
2 21/01/2022 S : Pasien mengatakan badan terasa lelah atau lesu ꝭ
23.00 O: glukosa strip sewaktu 210 mg/dL
Pasien tampak lesu
A: Masalah belum teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. monitor intake dan output cairan
2. monitor kadar glukosa
3. kolaborasi pemberian insulin 8 unit 3x1
1 22/01/2022 S:Pasien mengatakan nyeri di kaki sebelah kanan ꝭ
23.00 P : Luka post debridemen
Q :nyeri seperti di remas remas
R : pada kaki bagian kanan yang terdapat luka
S: skala nyeri 3
T :nyeri terasa hilang timbul
O: Pasien tampak masih meringis kesakitan
TD 140/80mmHg
N 87x/menit
RR 20x/menit
SPO2 97%
Suhu 36.4°C
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1. mengidentifikasi skala nyeri
2. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
3. Kolaborasi pemberian analgetik
2 22/01/2022 S : Pasien mengatakan badan sudah tidak lemas ꝭ
23.00 O: glukosa strip sewaktu 135 mg/dl
A: masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan rangkaian analisis dasar dan pembahasan pada bab ini maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pelaksanaan proses keperawatan secara umum bertujuan untuk
menghasilkan asuhan keperawatan yang berkualitas sehingga berbagai masalah keluhan
pasien dapat teratasi. Proses keperawatan merupakan cara sistematis yang dilakukan oleh
perawat bersama pasien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan
melakukan dengan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan yang
akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah
diberikan dengan berfokus pada pasien, berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling
terjadi ketergantungan dan saling berhubungan.
B. Saran
1. Perawat: hendaknya lebih memahai tentang hubungan terapeutik dalam tahap-tahap
asuhan keperawatan dasar, khususnya kepada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi.
2. Diharapkan kita lebih memahami bagaimana dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
3. Dengan penjabaran mengenai gangguan kebutuhan kenyamanan, diharapkan kita
lebih sering menjaga tubuh kita termasuk saat melakukan aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017.Standar Diagnos Keperawatan Indonesia : Definisi
Indicator Diagnostic .Jakarta Selatan : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan .Jakarta Selatan : PPNI

Anda mungkin juga menyukai