1. Definisi
2. Epidemiologi
3. Klasifikasi
1
Diabetes terdiri atas berbagai macam tipe, yaitu tipe 1, tipe 2,
tipe lain, diabetes gestasional/diabetes selama masa kehamilan yang
diuraikan pada uraian berikut:
2
d. Tipe lainnya yakni individu mengalami hiperglikemia akibat
kelainan spesifik (kelainan genetik fungsi sel beta), endokrinopati
(penyakit Cushing’s, akromegali), penggunaan obat yang
mengganggu fungsi sel beta (dilantin), penggunaan obat yang
mengganggu kerja insulin (b-adrenergik) dan infeksi atau sindroma
genetik (Down’s, Klinefelter’s) (Kardika, Herawati, dan Yasa,
2013).
4. Faktor Risiko
a. Umur
b. Jenis kelamin
d. Riwayat keluarga
3
Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram atau
riwayat pernah menderita DM gestasional (DMG). Riwayat lahir
dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang lahir
dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding
dengan bayi lahir dengan BB normal (PERKENI, 2011).
a. Obesitas
c. Hipertensi
4
gaya hidup dengan kegiatan yang sifatnya praktis, cepat, dan
menyenangkan untuk diperoleh mengakibatkan terjadinya
penimbunan lemak karena tidak adanya aktivas yang mengurai
lemak.
5. Diagnosis
5
* Pemeriksaan HbA1c (>6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan
menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada
sarana laboratorium yang telah terstandardisasi dengan baik.
a. Perencanaan Makan
Perancanaan makan pada pasien Diabetes Mellitus dengan
melakukan terapi gizi medis, pemilihan jenis makanan serta
perhitungan jumlah kalori. Terapi gizi medis merupakan salah satu
terapi non farmakologi yang sangat direkomendasikan bagi
penyandang diabetes (diabetesi). Terapi gizi medis ini pada
prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasari
pada status gizi diabetes dan melakukan modifikasi diet
berdasarkan kebutuhan individual (Yunir & Soebardi, 2009).
6
2. Tekanan darah < 130/80 mmHg
3. Profil lipid:
a. Kolesterol LDL < 100 mg/dl
b. Kolesterol HDL > 40 mg/dl
c. Trigliserida < 150 mg/dl
4. Berat badan senormal mungkin (Yunir & Soebardi, 2009).
Adanya serat (sayur, buah dan kacangan) memperlambat
absorbsi glukosa, sehingga dapat ikut berperan mengatur gula
darah dan memperlambat kenaikan gula darah, makanan yang
cepat dirombak dan juga cepat diserap dapat meningkatkan
kadar gula darah, sedangkan makanan yang lambat dirombak
dan lambat diserap masuk ke aliran darah menurunkan gula
darah (Almatsier, 2006). Sebagai sumber energi, karbohidrat
yang diberikan pada penderita diabetes tidak boleh lebih dari 55-
65% dari total kebutuhan energi sehari, atau tidak boleh lebih
dari 70% jika dikombinasi dengan pemberian asam lemak tidak
jenuh rantai tunggal. Pada setiap gram karbohidrat terdapat
kandungan energi sebesar 4 kilokalori. Jumlah kebutuhan
protein yang direkomendasikan sekitar 10-15% dari total kalori
perhari. Protein mengandung energi sebesar 4 kilokalori/gram
(Yunir & Soebardi, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
7
Perkeni. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
di Indonesia. Jakarta: PerkumpulanEndokrinologi Indonesia
Perkeni. 2011. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.
Jakarta: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
PT Askes. 2012. Pedoman Program Pengelolaan Penyakit Kronis 2012. Jakarta:
PT Askes (Persero).
Putri, D.S.R., Yudianto, K., Kurniawan, T., 2013, Perilaku self-management
pasien diabetes mellitus, 1(1), Fakultas Kedokteran, UniversitasPadjadjaran.
Riskesdas. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. Jakarta:
RisetKesehatanDasar.
Wild, S. 2004. Global Prevalence of Diabetic: Estimates For the Year 2000 and
Projection For 2030. Diabetes Care: 27(5): 1047.
Yunir E, Soebardi S. 2009. Terapi non farmakologispada diabetes mellitus.
dalamSudoyo AW, dkk (eds), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III,
edisiIV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta.
8
9