Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa didalam darah (hiperglikemia).
2.2 Klasifikasi Diabetes
Menurut Tandra (2009), terdapat empat tipe diabetes melitus, yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes gestasional dan diabetes sekunder. a. Diabetes Tipe 1 Diabetes tipe 1 adalah diabetes dimana pankreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu membuat insulin, akibatnya insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali, gula menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. Penyakit ini biasanya timbul pada usia anak atau remaja, dapat pada pria maupun wanita, biasanya gejala timbul mendadak dan bisa berat sampai koma apabila tidak segera ditolong dengan suntikan insulin. Dari semua penderita diabetes, 5 – 10 persen adalah tipe 1. Di Indonesia, statistik mengenai diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan hanya sekitar 2 – 3 persen, mungkin karena sebagian tidak terdiagnosa atau tidak diketahui, lalu si anak sudah terkena komplikasi dan terlanjur meninggal (Tandra, 2009). b. Diabetes Tipe 2 Diabetes tipe 2 atau diabetes melirus tidak tergantung insulin disebabkan karena kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi insulin, kemampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain, berarti sel beta pankreas mengalami desentisiasi terhadap glukosa (Ryadi, 2011). c. Diabetes Pada Kehamilan / Diabetes Gestasional Diabetes yang terjadi pada saat hamil disebut diabetes tipe gestasi atau gestational diabetes. Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapa hormon pada wanita hamil yang menyebabkan resistensi insulin (Tandra, 2009). d. Diabetes Sekunder Ada pula diabetes yang tidak termasuk kelompok di atas, yaitu diabetes yang terjadi sekunder atau akibat dari penyakit lain, yang mengganggu produksi insulin, atau mempengaruhi kerjanya insulin. Contohnya adalah peradangan pankreas (pankreatitis), gangguan kelenjar adrenal atau hipofisis, penggunaan hormon kortikosteroid, pemakaian beberapa obat anti hipertensi atau anti kolesterol, malnutrisi atau infeksi. 2.3 Faktor Risiko Berikut faktor-faktor yang beresiko terkena diabetes : 1. Keturunan : bila ada anggota keluarga terkena diabetes, maka juga beresiko menjadi pasien diabetes. 2. Ras atau etnis : orang kulit hitam lebih mudah terkena diabetes dari pada kulit putih. Orang asing juga memiliki resiko lebih tinggi mengindap diabetes. 3. Usia : resiko terkena diabetes akan meningkat dengan bertambahnya usia, terutama pada usia diatas 40 tahun. 4. Obesitas : semakin banyak lemak menimbun di perut, semakin sulit pula insulin bekerja sehingga gula darah mudah naik. 5. Kurang gerak badan : semakin kurang gerak badan, makin mudah seseorang terkena diabetes. 6. Kehamilan : diabetes dapat terjadi pada 2-5% dari wanita hamil. 7. Infeksi : infeksi virus bisa menyerang pankreas, merusak sel pankreas, dan menimbulkan diabetes. 8. Stress : stress menyebabkan hormone counter-insulin (yang kerjanya berlawanan dengan insulin) lebih aktif sehingga glukosa darah akan meningkat. 9. Obat-obatan : beberapa obat dapat meningkatkan kadar gula darah. Contohnya adalah hormone steroid, beberapa obat antihipertensi (penyekat beta dan diuretik), obat yang menurunkan kolesterol (niasin), obat tuberkolusis (INH), obat asma (salbutamol dan terbutalin), obat untuk HIV (pentamidin, protease inhibitor), dan hormone tiroid (levotiroksin). Dari Sembilan faktor resiko diatas didapatkan bahwa tiga faktor pertama (keturunan, ras dan usia) memang tidak bisa diubah. Meskipun demikian, enam faktor-faktor lainnya seperti obesitas, kurang gerak, stress, dan sebagainya bisa dikendalikan (Tandra,2013). 2.4 Gejala Diabetes Terdapat beberapa gejala diabetes baik tipe 1 ataupun tipe 2. Gejala yang umum terjadi pada diabetes melitus diantaranya sebagai berikut a. Sering buang air kecil b. Timbulnya rasa haus yang sangat dan sering c. Sering lapar d. Timbul rasa pusing atau mual, mudah merasa lelah, timbulnya rasa gatal serta kesemutan pada kaki dan tangan. e. Apabila ada luka, butuh waktu lama untuk kering dan sembuh. f. Penurunan berat badan secara tiba tiba. 2.5 Kehamilan dengan Diabetes Melitus Diabetes Melitus merupakan salah satu penyulit medik yang sering terjadi selama kehamilan. Angka kejadian berkisar 3-5 % dari semua kehamilan. Peningkatan angka kematian dan angka kesakitan perinatal pada kehamilan dengan DM berkolerasi langsung dengan kondisi hiperglikemia pada ibu. Kompilkasi yang dapat terjadi pada ibu hamil yaitu gangguan penglihatan, preeklampsi, janin besar, keguguran, persaliann lama, bayi lahir prematur dan persalinan sectio caesarea (SC). Sedangkan komplikasi pasca bersalin yang bisa ditimbulkan pada bayi yaitu bisa menimbulkan ikterus neonatorum atau bayi kuning, sindroma gangguan pernapasan bayi, hipoglikemia akut, peningkatan risiko obesitas dan diabetes pada anak-anak dan remaja, dan berat badan bayi baru lahir besar> 4000 gram. Pada ibu akan menimbulkan risiko infeksi kandung kemih, memperberat kompikasi diabtes yang sudah ada sebelumnya seperti jantung, ginjal, saraf, gangguan penglihatan dan risiko menderita diabetes melitus tipe 2 dalam jangka 10 tahun dari masa kehamilan.
2.6 Kehamilan dengan Diabetes pada Trimester Pertama
Wanita yang datang pada trimester pertama dengan diabetes yang tidak terkontrol memerlukan normalisasi gula darah yang cepat untuk mencegah malformasi kongenital dan hipoglikemia. Rawat inap mungkin diperlukan untuk mengevaluasi kembali pola makan, memodifikasi insulin, dan menyesuaikan gula darah secepatnya. Edukasi mengenai pentingnya asupan makanan dan pengendalian glikemik terhadap kesehatan janin dapat membantu memotivasi wanita yang diabetesnya tidak terkendali. Wanita penderita diabetes tipe 2 dengan kontrol glikemik yang baik mungkin tidak memerlukan peningkatan insulin lebih lanjut hingga trimester kedua. Namun, rata-rata, wanita penderita diabetes tipe 1 memerlukan tambahan 0,9 unit insulin per kilogram berat badan. Kebutuhan peningkatan insulin pada wanita penderita diabetes tipe 1 pada trimester pertama harus disesuaikan secara individual tergantung pada kontrol glikemik, asupan makanan, dan pertimbangan penurunan sementara kebutuhan insulin yang mungkin terjadi pada beberapa wanita pada akhir trimester pertama. Anoreksia, mual, dan muntah selama trimester pertama dapat menurunkan asupan oral dan rentan terhadap hipoglikemia. Hipoglikemia berat pada kehamilan paling sering terjadi pada trimester pertama. Perubahan waktu atau dosis insulin mungkin diperlukan. Gangguan glikemik biasanya tidak terlalu parah pada wanita hamil dengan diabetes tipe 2 dibandingkan pada wanita hamil dengan diabetes tipe 1. Jika tidak dilakukan pada periode prakonsepsi, pengobatan harus diubah seperti disebutkan sebelumnya. Evaluasi awal pada wanita penderita diabetes mencakup pemeriksaan laboratorium prenatal yang biasa dilakukan pada wanita tidak hamil. Selain itu, pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk menilai kerusakan organ dan menentukan garis dasar risiko preeklamsia di kemudian hari pada kehamilan. Tes-tes ini meliputi enzim hati, fungsi ginjal, HbA1c, dan urin 24 jam untuk pemeriksaan protein dan kreatinin. Bakteriuria tanpa gejala juga harus dinilai serupa dengan wanita hamil lainnya. Penilaian klinis menentukan apakah rontgen dada, elektrokardiogram, atau ekokardiogram ibu juga harus dilakukan. Tentu saja penilaian lebih lanjut terhadap jantung diperlukan pada wanita yang mempunyai hipertensi, riwayat edema paru, angina, atau infark miokard. Pemeriksaan oftalmologi dengan penilaian retina harus dilakukan setidaknya pada setiap trimester. Ultrasonografi obstetri untuk mendokumentasikan kelayakan evaluasi awal harus diperoleh. Skrining trimester pertama sangat berguna pada wanita yang sudah menderita diabetes sebelumnya. Tembus nukal dapat digunakan untuk skrining dini tidak hanya kelainan kromosom tetapi juga penyakit jantung bawaan yang kompleks.
2.7 Penatalaksaan Ibu hamil dengan DM
1. Pola diet/pengaturan makan Camilan yang dapat dikonsumsi yaitu outmeal, apel, jeruk, par, jus tomat tanpa gula, telur rebus. Pengaturan porsi makan ini berkaitan dengan kestabilan berat badan selama hamil. Makan dengan jadwal teratur, tidak menunda jadwal makan, mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat seperti roti, susu, buah, permen dan softdrink. 2. Aktifitas fisik (Olah raga teratur) Setiap wanita hamil dengan diabetes sebaiknya tetap melakukan aktivitas fisik. Jenis aktifitas fisik yang bisa dikaukan adalah jalan kaki, berenang, atau senam khsus ibu hamil. Selain itu ibu hamil perlu mengontrol berat badan selama masa kehamilan. Bagi wanita yang kegemukan/obesitas, penambahan bb tidak boleh melebihi 11,5 kg. Pada trimester 1 pertambahan berat badan 0,5-2,5 kg dan pada trimester selanjutnya 500 gram perminggu. 3.Pemeriksaan rutin kadar gula darah Pemeriksaan gula darah sebaiknya dimulai pada awal masa kehamilan. Bersadarkan 5th Internasional Workshop Confrence on Gestasional Diabetes Melitus merekomendasikan gula darah puasa , 95 mg/dl, 1 jam post prandial , 140 mg/dl, dan 2 jam post prandial ,120 mg/dl. 4. Rutin periksa ke dokter Frekuansi pemeriksaan ke dokter sesuai kondisi masing-masing ibu hamil. Alasan kunjungan ini untuk memstikan bahwa janin dalam kandungan bisa berkembang seperti yang diharapkan dan ibu tetap sehat sampai kelahiran bayinya. 5. Konsumsi obat/insulin jika diperlukan Jika diet dan olahraga tidak efektif dalam menangani diabetes dalam kehamilan, dokter dpat meresepkan obat-obatan untuk menurunkan gula darah. Diabetes pada kehamilan dapat meningkatkan risiko baik untuk ibu maupun bayinya. Oleh karena itu, diperlukan perhatian dan penanganan menyeluruh bagi ibu hamil yang mengalami diabetes hingga melahirkan bayi yang sehat dengan risiko rendah komplikasi.