TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis dimana ketika pankreas
tidak bias menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara
efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Hiperglikemia atau
meningkatnya kadar gula di dalam darah merupakan efek umum dari diabetes
yang tidak terkontrol dari waktu ke waktu, sehingga dapat menyebabkan
masalah serius pada sistem tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah
(WHO, 2012).
Secara umum, klasifikasi diabetes mellitus dibagi menjadi Diabetes
Mellitus tipe 1, Diabetes Mellitus tipe 2, Diabates Mellitus Gestasional
(kehamilan), dan Diabetes Mellitus tipe lain (Suiraoka, 2012).
f. Penatalaksanaan
1. Perawatan Antenatal
a. Maksimalkan terapi sebelum terjadi kehamilan
b. Penentuan dekstrosa dengan fingerstick
Glukosa darah harus dipertahankan rata-rata 100mg/dl plus minus 10 mg/dl.
Nilai maksimum tidak boleh lebis dari 120 mg/dl.
c. Sesuaikan diet
Dengan keadaan gizi yang ideal berdasarkan tinggi badan, berat badan dan
bentuk tubuh. Yang tujuannya untuk mencegah hiperglikemia selama keadaan
puasa dan postpronidol (setelah makan). Contoh komposisi dietnya adalah
sebagai berikut:
50% karbohirat : 1050 kkal = 256 gram
25% protein :525 kkal = 128 gram
25% lemak :525 kkal = 56 gram
Juga berikan vitamin, mineral dan suplemen makanan sesuai dengan
kebutuhan.
Penyuluhan gizi penting dilakukan untuk:
1) Untuk memberikan zat gizi yang diperlukan ibu dan janinnya
2) Untuk mengendalikan kadar glukosa
3) Untuk mencegah kitosis akibat kelaparan
d. Olahraga
Olagraga yang sesuai adalah menggunakan otot tubuh bagian atas atau tidak
menimbulkan stres mekanik. Latihan kardiovaskuler untuk bagian tubuh atas
menurunkan kadar glukosa darah. Efek olahraga pada kadar glukosa muncul
setelah 4 minggu
e. Obat hipoglikemik oral
Obat penurunan glukosa oral tidak dianjurkan pada ibu hamil.
f. Konsultasi
g. Memberikan insulin.
Biasanya kebutuhan insulin lebih besar selama kehamilan. Diet dan insulin
harus diatur sesuai dengan kadar gula darahnya. Zat-zat hipoglikemi oral yang
bersifat teratogenik tidak boleh di gunakan selama kehamilan. Kombinasi
insulin biasanya insulin aksi pendek dan menengah dan biasanya diberikan
dalam 2-3 dosis/hari. Rasio neutral protamine Hagedorn (NHP) per insulin
regular sebaiknya 2:1 pagi hari dan 1:1 pada malam hari, dan total pagi harus
dua kali total malam hari.
h. Penilaian rutin
i. Pemantauan janin
2. Persalinan dan Pelahiran
a. Pertimbangkan kelahiran elektif
Hampir semuanya dapat melahirkan per vaginam jika presentasi vertex dan
keadaan lainnya memungkinkan.
b. Dosis insulin biasanya tidak diberikan saat persalinan dan digunakan infus
insulin untuk mengatasi glukosa darah yang dipantau setiap jam.
3. Penatalaksanaan postpartum
Nilai status diabetes ibu selama nifas, karena dapat terjadi perubahan yang luar
biasa selam nifas ini. Misalnya, dosis insulin setelah melahirkan hanya
memerlukan sepertiga dosis insulin pada kehamilan lanjut.
4. Kontrasepsi
Tidaka ada satupun metode kontrasepsi yang cocok untuk wanita dengan diabetes.
Diabetes membawa resiko penyakit vascular dan esterogen dalam kontrasepsi oral
secara statistic meningkatkan tromboembolisme, stroke dan infark miokardium.
Disarankan untyk tidak menggunakan kontrasepsi oral. Para dokter pun juga tidak
menganjurkan pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim pada wanita diabetic,
karena kemungkinan meningkatnya resiko infeksi panggul. Dengan alasan
tersebut banyak wanita atau ibu dengan diabetes terutama diabetes overt memilih
sterilisasi.
g. Prognosis
Penanganan bersama ahli penyakit dalam, kebidanan dan ahli kesehatan anak
akan menurunkan kesakitan dan kematian iu dan perinatal. Penanganan dan
pengobatan yang tidak tepat merupakan faktor utama penyebab kematian ibu yang
sebenarnya. Peningkatan retinopati dan nefropati diabetika terjadi pada sebagian besar
pasien atau wanita selama kehamilan.
Faktor-faktor yang memepengaruhi kelangsungan hidup janin adalah beratnya
diabetes, pengendalian diabetes selama kehamilan, fungsi plasenta, perdarahan
plasenta, preeklampsia-eklampsia, polihidroamnion dan penghentian kehamilan.
Penghentian kehamilan dapat dibenarkan pada keadaan-keadaan tertentu seperti
retinopati diabetic, retinitis proliferans, dan penyakit vascular berat (serebral atau
koroner).