1.1 Definisi
Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus Gestasional,
merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada ibu yang sedang hamil. Gejala utama dari
kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama pada penyakit diabetes yang lain yaitu
sering buang air kecil (polyuri), selalu merasa haus (polydipsi), dan sering merasa lapar
(polyfagi). Cuma yang membedakan adalah keadaan pasien saat ini sedang hamil. Sayangnya
penemuan kasus kasus diabetes gestasional sebagian besar karena kebetulan sebab pasien
tidak akan merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya selain kehamilan, dan gejala sering
kencing dan banyak makan juga biasa terjadi pada kehamilan normal.
1.2 Etiologi
Diabetes mellitus dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau
absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Berkurangnya
glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan
menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga
dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan
persalinan.
1.3 Klasifikasi
Pada Diabetes Mellitus Gestasional, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
1. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
2. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Jika pada pemeriksaan berat badan bayi ditemukan bayinya besar sekali maka perlu
dilakukan induksi pada minggu ke 36 – 38 untuk mencegah terjadinya komplikasi saat
persalinan. Proses persalinan ini harus dalam pengawasan ketat oleh dokter spesialis
kebidanan dan dokter spesialis penyakit dalam.
Biasanya setelah bayi lahir maka kadar gula darah akan kembali normal, apabila tidak, maka
perlu dilanjutkan pemberian antidiabetes oral sampai jangka waktu tertentu. Pada kehamilan
normal terjadi banyak perubahan pada pertumbuhan dan perkembangan fetus secara optimal.
Pada kehamilan normal kadar glukosa darah ibu lebih rendah secara bermakna. Hal ini
disebabkan oleh :
1. Pengambilan glukosa sirkulasi meningkat
2. Produksi glukosa dari hati menurun
3. Produksi alanin (salah satu precursor glukoneogenesis ) menurun.
4. Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5. Efek-efek hormon gestasional (kortisol, human plasenta lactogen, estrogen, dll)
6. Perubahan metabolism lemak dan asam amino
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein,
karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan
makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien
dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik. Hasil yang (+) menunjukkan adanyaglukosuria. Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah:
1. Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan untuk
menegakkan diagnosis
2. Nilai (+) sampai (++++)
3. Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal glukosuria, obat-
obatan, dan lainnya
4. Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 –300 mg%
5. Reduksi (+++) kemungkinan KGD: 300 – 400 mg%
6. Reduksi (++++) kemungkinan KGD: 400 mg%
7. Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
8. Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman.
1. Terapi Diet
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur
glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien berhasil
mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia.
Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik,
diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga J
(jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :
Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %,
protein 20 %.
Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
Sifat-sifat diet B2
1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein
kurang.
2. Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan
20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.
3. Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300 kalori /
hari. Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.
Sifat diet B3
1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
2. Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40
gram/hari.
3. Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan
2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).
4. Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
5. Dipilih lemak yang tidak jenuh. Semua penderita diabetes mellitus
dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara teratur tiap
hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk
melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud
untuk menurunkan BB. Penyuluhan kesehatan, untuk meningkatkan
pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara
dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui
media-media cetak dan elektronik.
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama
didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih
dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin mendadak.
Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan
infeksi dengan baik.
3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa.
4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB
ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika
mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal
12.5-17.5 kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan. Insulin yang
digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin yang bukan berasal
dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap insulin
endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood barrier)
sehingga dapat mempengaruhi janin.
Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek teratogenitasnya
yang tinggi dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI.
Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaan klinis ibu dan janin,
terutama tekanan darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula
darah ibu, pemeriksaan USG dan kardiotokografi (jika memungkinkan).
Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi
fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin. Pada tingkat Puskesmas dilakukan
pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut
jantung janin. Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara :
Pengukuran tinggi fundus uteri
2. Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan terhadap insulin
meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin
plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin dosis
yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah
atau dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia
dan asidosis tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu
ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140 mg/dl.
Pemeriksaan darah yaitu kadar post pandrial.
Selama berlangsungnya persalinan dan dalam hari-hari berikutnya cadangan hidrat arang
berkurang dan kebutuhan terhadap insulin berkurang yang mengakibatkan mudah mengalami
hipoglikemia bila diet tidak disesuaikan atau dosis insulin tidak dikurangi. Pemberian insulin
yang kurang hati-hati dapat menjadi bahaya besar karena reaksi hipoglikemik dapat disalah
tafsirkan sebagai koma diabetikum. Dosis insulin perlu dikurangi selama wanita dalam
persalinan dan nifas dini. Dianjurkan pula supaya dalam masa persalinan diberi infus glukosa
dan insulin pada hiperglikemia berat dan keto asidosis diberi insulin secara infus intravena
dengan kecepatan 2-4 satuan/jam untuk mengatasi komplikasi yang berbahaya.
Penanggulangan Obstetri pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup dikuasi
dengan diit saja dan tidak mempunyai riwayat obstetri yang buruk, dapat diharapkan partus
spontan sampai kehamilan 40 minggu. lebih dari itu sebaiknya dilakukan induksi persalinan
karena prognosis menjadi lebih buruk. Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan
pengobatan insulin, sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini sebaiknya kehamilan 36-37
minggu. Lebih-lebih bila kehamilan disertai komplikasi, maka dipertimbangkan untuk
menghindari kehamilan lebih dini lagi baik dengan induksi atau seksio sesarea dengan
terlebih dahulu melakukan amniosentesis. Dalam pelaksanaan partus pervaginam, baik yang
tanpa atau dengan induksi, keadaan janin harus lebih diawasi jika mungkin dengan pencatatan
denyut jantung janin terus – menerus.
Strategi terapi diabetes mellitus pada ibu hamil meliputi manajemen diet, menjaga berat
badan ibu tetap ideal, terapi insulin untuk menormalkan kontrol glikemik dan olah raga.
3. Olahraga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk memperbaiki
sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa. Olahraga juga dapat
membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara berat badan yang ideal ketika
dikombinasi dengan pembatasan intake kalori.
1.9 Komplikasi
A. Komplikasi pada Ibu
1. Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
2. Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30 minggu akibat resistensi insulin
3. Infeksi saluran kemih
4. Preeklampsi
5. Hidramnion
6. Retinopati
7. Trauma persalinan akibat bayi besar
ASUHAN KEPERAWATAN
3.3 Intervensi
1. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
Kriteria evaluasi :
Mempertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100 mg/dl dan 2 jam sesudah makan tidak
lebih dari 140 mg/dl.
1 Timbang berat badan setiap kunjungan Penambahan berat badan adalah kunci petunjuk
prenatal. untuk memutuskan penyesuaian kebutuhan
kalori.
2 Kaji masukan kalori dan pola makan Membantu dalam mengevaluasi pemahaman
dalam 24 jam. pasien tentang aturan diet.
3 Tinjau ulang dan berikan informasi Kebutuhan metabolisme dari janin dan ibu
mengenai perubahan yang diperlukan membutuhkan perubahan besar selama gestasi
pada penatalaksanaan diabetic. memerlukan pemantauan ketat dan adaptasi
4 Tinjau ulang tentang pentingnya Makan sedikit dan sering menghindari
makanan yang teratur bila memakai hiperglikemia , sesudah makan dan kelaparan.
insulin.
5 Perhatikan adanya mual dan muntah Mual dan muntah dapat mengakibatkan
khususnya pada trimester pertama. defisiensi karbohidrat yang dapat
mengakibatkan metabolisme lemak dan
terjadinya ketosis.
6 Kaji pemahaman stress pada diabetic. Stress dapat mengakibatkan peningkatan kadar
glukosa, menciptakan fluktuasi kebutuhan
insulin.
7 Ajarkan pasien tentang metode finger Kebutuhan insulin dapat dinilai berdasarkan
stick untuk memantau glukosa sendiri. temuan glukosa darah serum secara periodic
8 Tinjau ulang dan diskusikan tanda Hipoglikemia dapat terjadi secara cepat dan
gejala serta kepentingan hipo atau berat pada trimester pertama karena peningkatan
hiperglikemia. penggunaan glukosa dan glikogen oleh ibu dan
perkembangan janin. Hiperglikemia berefek
terjadinya hidramnion.
9 Instruksikan untuk mengatasi Pengguanaan jumlah besar karbohidrat
hipoglikemia asimtomatik. sederhana untuk mengatasi hipoglikemi
menyebabkan nilai glukosa darah meningkat.
10 Anjurkan pemantauan keton urine. Ketidakcukupan masukan kalori ditunjukkan
dengan ketonuria, menandakan kebutuhan
terhadap peningkatan karbohidrat.
Mandiri
2. Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal,
perubahan pada sirkulasi.
Kriteria evaluasi :
Menunjukan reaksi Non stress test dan Oxytocin Challenge Test negative atau Construction
Stress Test secara normal.
Kolaborasi
Kriteria evaluasi :
Tetap normotensif.
Mempertahankan normoglikemia.
Bebas dari komplikasi seperti infeksi, pemisahan plasenta.
Kriteria evaluasi :
Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diabetes selama kehamilan.
Mengungkapkan pemahaman tentang prosedur, tes laboratorium dan aktivitas yang
melibatkan pengontrolan diabetes.
Mendemonstrasikan kemahiran memantau sendiri dan pemberian insulin.
No Intervensi Rasional
Mandiri Rasional: Diabetes mellitus gestasional besisiko
Kaji pengetahuan tentang proses dan terhadap ambilan glukosa yang tidak efektif
1 tindakan terhadap penyakit termasuk dalam sel, penggunaan lemak dan protein untuk
hubungan dengan diet, latihan, stres energi secara berlebihan dan dehidrasi seluler
dan kebutuhan insulin. saat air dialirkan dari sel oleh konsentrasi
hipertonik glukosa dalam serum.
5. Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan
dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi
pertumbuhan intra uterin.
Kriteria evaluasi :
Periksa adanya glukosa atau keton dan Rasional: Peningkatan glukosa dan kadar keton
albumin dalam urin ibu dan pantau menandakan ketoasidosis yang dapat
2
tekanan darah. mengakibatkan asidosis janin dan potensial
cedera susunan syaeaf pusat.
Observasi tanda vital. Rasional: Peningkatan infeksi asenden, dapat
3
mengakibatkan sepsis neonatal.
Anjurkan posisi rekumben lateral Rasional: Meningkatkan perfusi plasenta dan
4
selama persalinan. meningkatkan kesediaan oksigen untuk janin.
Lakukan dan bantu dengan Rasional: Persalinan yang lama dapat
5 pemeriksaan vagina untuk menentukan meningkatkan resiko distres janin.
kemajuan persalinan.
Kolaborasi
6
Tinjau hasil tes pranatal seperti profil Rasional: Memberikan informasi tentang
biofisikal, tes nonstres dan tes stres cadangan pada plasenta untuk oksigenasi janin
kontraksi. selama periode intrapartal.
Dapatkan atau tinjau ulang hasil dari Rasional: Memberikan informasi tentang
7
amniosentesis dan ultrasonografi. maturasi paru janin.
Pantai kadar glukosa serum maternalRasional: Peningkatan kebutuhan energi,
dengan finger stick setiap jam,penurunan kadar glikogen.
8
kemudian setiap 2-4 jam sesuai
indikasi.
Observasi frekuensi denyut jantung Rasional: Tacikardi, bradikardi atau deselerasi
9 janin. lambat pada penurunan variabilitas menandakan
kemungkinan hipoksia janin.
Lakukan pemberian cairan dekstrose Rasional: Mempertahankan normoglikemia tanpa
10 5% per parenteral. pemberian glukosa sampai persalinan aktif
mulai.
Siapkan untuk induksi persalinan Rasional: Mendapatkan kelahiran dari bayi
11 dengan oksitosin atau seksio saesar. sesuai usia gestasi yang tepat.
Kriteria evaluasi :
Latar Belakang
Pada umumnya, kehamilan dan persalinan membawa resiko bagi janin. Bahaya
bagi ibu tidak sebegitu besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan
pengawasan dan perhatian khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu dan
janin. Frekuensi kehamilan kembar juga meningkat dengan paritas ibu. Dari angka 9,8
per 1000 persalinan untuk primipara frekuensi kehamilan kembar naik sampai 18,9 per
1000 untuk oktipara. Keluarga tertentu mempunyai kecenderungan untuk melahirkan
bayi kembar, walaupun pemindahan sifat herediter kadang-kadang berlangsung secara
paternal, tetapi biasanya hal itu terjadi secara maternal dan pada umumnya terbatas
pada kehamilan dizigotik. (Ilmu Kebidanan, 2002)
A. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kehamilan ganda (Gemelli)?
2. Apa saja faktor-faktor predisposisi serta tanda dan gejala kehamilan ganda
(Gemelli)?
3. Bagaimana patofisiologi, klasifikasi serta komplikasi kehamilan ganda
(Gemelli)?
4. Bagaimana penatalaksanaan kehamilan ganda (Gamelli)?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada kehamilan ganda (Gemelli)?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari kehamilan ganda (Gemelli)
2. Untuk mengetahui faktor-faktor predisposisi serta tanda dan gejala
kehamilan ganda (Gemelli)
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi, klasifikasi serta komplikasi
kehamilan ganda (Gemelli)
4. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan kehamilan ganda (Gemelli)
5. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada kehamilan ganda
(Gemelli)
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kehamilan ganda atau kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin
atau lebih ( Rustam Mochtar, 1998 )
Kehamilan kembar adalah satu kehamilan dengan dua janin. Kehamilan kembar
dapat memberikan resiko yang lebih tinggi terhadap bayi dan ibu. Oleh karena itu,
dalam menghadapi kehamilan kembar harus dilakukan pengawasan hamil yang lebih
intensif.
B. Faktor-faktor predisposisi
1. Faktor ras
Frekuensi kelahiran janin multiple memperlihatkan variasi yang nyata diantara
berbagai ras yang berbeda. Myrianthopoulos (1970) mengidentifikasi kelahiran ganda
terjadi 1 diantara 100 kehamilan kehamilan pada orang kulit putih, sedangkan pada
orang kulit hitam 1 diantara 80 kehamilan.
Pada kawasan di Afrika, frekuensi terjadinya kehamilan ganda sangat tinggi. Knox dan
Morley (1960) dalam suatu survey pada salah satu masyarakat pedesaan di Nigeria,
mendapatkan bahwa kehamilan ganda terjadi sekali pada setiap 20 kelahiran,
kehamilan pada orang Timur atau Oriental tidak begitu sering terjadi. Perbedaan ras
yang nyata ini merupakan akibat keragaman pada frekuensi terjadinya kehamilan
kembar dizigot. Perbedaan kehamilan ganda ini disebabkan oleh perbedaan tingkat
Folikel Stimulating Hormone yang akan mengakibatkan multiple ovulasi
2. Faktor keturunan
Sebagai penentu kehamilan ganda genotip ibu jauh lebih penting dari genotip
ayah. White dan Wyshak (1964) dalam suatu penelitian terhadap 4000 catatan
mengenai jemaat gereja kristus orang-orang kudus hari terakhir, menemukan bahwa
para wanita yang dirinya sendiri dizigot dengan frekuensi 1 per 58 kelahiran. Namun,
wanita yang bukan kembar tapi mempunyai suami kembar dizigot, melahirkan bayi
kembar dengan frekuensi 1 per 116 kehamilan. Lebih lanjut, dalam analisis Bulmer
(1960) terhadap anak-anak kembar, 1 dari 25 (4%) ibu mereka ternyata juga kembar,
tetapi hanya 1 dari 60 (1,7%) ayah mereka yang kembar, keterangan didapatkan bahwa
salah satu sebabnya adalah multiple ovuasi yang diturunkan.
4. Faktor nutrisi
Nylander (1971) mengatakan bahwa peningkatan kehamilan ganda berkaitan
dengan status nutrisi yang direfleksikan dengan berat badan ibu. Ibu yang lebih tinggi
dan berbadan besar mempunyai resiko hamil ganda sebesar 25-30% dibandingkan
dengan ibu yang lebih pendek dan berbadan kecil. McGillivray (1986) juga memaparkan
bahwa kehamilan dizigotik lebih sering ditemui pada wanita berbadan besar dan tinggi
dibandingkan pada wanita pendek dan bertubuh kecil.
o Sesak nafas
o Sering BAK
o Gerak banyak
o Edema varises
Hiperemesis
Preeklampsi-eklampsia
Hidramnion
C. patofisiologi
Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas
toleransi dan seringkali terjadi putus prematurus. Lama kehamilan kembar dua rata-
rata 260 hari, triplet 246 hari dan kuadruplet 235 hari. Berat lahir rata-rata kehamilan
kembar ± 2500gram, triplet 1800gram, kuadriplet 1400gram. Penentuan zigositas janin
dapat ditentukan dengan melihat plasenta dan selaput ketuban pada saat melahirkan.
Bila terdapat satu amnion yang tidak dipisahkan dengan korion maka bayi tesebut
adalah monozigotik.
Bila selaput amnion dipisahkan oleh korion, maka janin tersebut bisa
monozigotik tetapi lebih sering dizigotik.1,2 Pada kehamilan kembar dizigotik hampir
selalu berjenis kelamin berbeda. Kembar dempet atau kembar siam terjadi bila
hambatan pembelahan setelah diskus embrionik dan sakus amnion terbentuk, bagian
tubuh yang dimiliki bersama dapat.
Secara umum, derajat dari perubahan fisiologis maternal lebih besar pada
kehamilan kembar dibanding dengan kehamilan tunggal. Pada trimester 1 sering
mengalami nausea dan muntah yang melebihi yang dikarateristikan
kehamilankehamilan tunggal. Perluasan volume darah maternal normal adalah 500 ml
lebih besar pada kehamilan kembar, dan rata-rata kehilangan darah dengan persalinan
vagina adalah 935 ml, atau hampir 500 ml lebih banyak dibanding dengan persalinan
dari janin tunggal. Massa sel darah merah meningkat juga, namun secara proporsional
lebih sedikit pada kehamilan-kehamilan kembar dua dibanding pada kehamilan tunggal,
yang menimbulkan” anemia fisiologis” yang lebih nyata. Kadar haemoglobin. kehamilan
kembar dua rata-rata sebesar 10 g/dl dari 20 minggu ke depan.
D. Klasifikasi
a. Kehamilan monozigotik
Merupakan kehamilan ganda yang berasal dari satu ovum yang dibuahi dan
membelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang sama, kehamilan ini juga
disebut hamil ekmbar identik atau hamil kembar homolog atau hamil kembar uniovuler,
karena berasal dari satu ovum.
Ciri-ciri :
Jenis kelamin sama
Rupanya sama (seperti bayangan)
Golongan darah sama, cap kaki dan tangan sama
b. Kehamilan dizigotik
Merupakan kehamilan ganda yang berasal dari 2 atau lebih ovum yang telah
dibuahi, sebagian besar kehamilan ganda adalah dizigotik atau kehamilan kembar
fraternal.
E. Komplikasi
Hidramnion
Prematuritas
Kelainan letak
Plasenta pervia
Solusio plasenta
F. Penatalaksanaan
Seorang wanita dengan kehamilan ganda mempunyai volume darah yang lebih
besar dan mendapatkan beban ekstra pada sistem kardiovaskuler, peregangan otot
rahim yang menyebabkan iskemia uteri yang dapat meningkatkan kemungkinan
preeklampsia dan eklampsia. Biasanya dokter menganjurkan ibu dengan kehamilan
ganda agar beristirahat lebih banyak, misalnya 2 jam pada sore hari, diharapkan dapat
mengurangi resiko hipertensi yang di induksi kehamilan dan persalinan preterm.
Dengan janin yang berat badannya relatif lebih rendah menyebabkan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi.
Keluhan pada kehamilan ganda biasanya terasa sesak nafas, sering BAK, edema
tungkai, pembesaran pembuluh darah (varises). Untuk memperkecil kemungkinan
penyulit ibu dan janin, pada kehamilan ganda penanganan yang lebih intensif dengan
melakukan pengawasan hamil lebih sering, melakukan pemeriksaan laboratorium dasar
dan pengobatan intensif terhadap kekurangan nutrisi dan preparat Fe. Ibu yang bekerja
sebaiknya berhenti bekerja pada umur kehamilan 28 minggu , istirahat yang cukup,
coitus ditinggalkan pada 3 bulan terakhir.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesis
Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tuanya kehamilan.
Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil.Uterus terasa lebih cepat
membesar. Pernah hamil kembar atau ada riwayat keturunan kembar. Apakah
telah mendapat pengobatan infertilitas.
3. Auskultasi :
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan
perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut per menit atau bila dihitung
bersamaan terdapata selisih 10.
5. Ultrasografi :
Bila tampak 2 janin atau 2 jantung yang berdenyut yang telah dapat ditentukan
pada triwulan I atau pada kehamilan 10 minggu.
6. Elektrokardiogramn total :
Terdapat gambaran 2 EKG yang berbeda dari kedua janin.
7. Reaksi kehamilan :
Karena pada hamil kembar pada umumnya plasenta besar atau ada 2 plasenta,
maka produksi HCG akan tinggi, jadi titrasi reaksi kehamilan bisa positif,
kadang – kadang sampai 1/200. Hal ini dapat dikacaukan dengan mola
hidatidosa. Kadangkala diagnose baru diketahui setelah bayi pertama lahir,
uterus masih besar, ternyata masih ada janin satu lamgi dalam rahim.
Kehamilan kembar sering terjadi bersamaan dengan hidramnion dan toksemia
gravidarum.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas B/D keletihan
2. Cemas B/D prosedur invasif saat pengakhiran kehamilan
3. Resiko terjadi cedera B/D keletihan akibat peningkatan BB, kehamilan kembar
C. Rencana kepaerawatan
1. Intoleransi aktivitas B/D keletihan
Kaji respon klien terhadap aktivitas, seperti mengukur TTV
Berikan penyuluhan tentang penyebab keletihan pada pertengahan
masa kehamilan akhir dan aktivitas yg dilakukan saat hamil
Ajarkan klien metode penghematan energi untuk akti-vitas
3. Resiko terjadi cedera B/D keletihan akibat peningkatan BB, kehamilan kembar
Anjurkan klien untuk tidak melakukan aktivitas sendiri dan
menghindari aktivitas yg membahayakan diri dan kandungannya.
Anjurkan klien untuk kontrol minimal 2 x/bulan
Ajarkan klien untuk melakukan aktivitas yang aman & ringan.
Pantau TTV setiap kali kontrol.