Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN MATERNITAS

DIABETES MELLITUS GESTASIONAL

A. Definisi
Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus Gestasional,
didefinisikan sebagai derajat apapun intoleransi glukosa dengan onset atau pengakuan
pertama selama kehamilan (WHO, 2011). Hal ini berlaku baik insulin atau modifikasi diet
hanya digunakan untuk pengobatan dan apakah atau tidak kondisi tersebut terus berlangsung
setelah kehamilan. Ini tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa intoleransi glukosa
yang belum diakui mungkin telah dimulai bersamaan dengan kehamilan.
B. Etiologi
Diabetes mellitus dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau
absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Berkurangnya
glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan
menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga
dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan
persalinan.
Risiko Tinggi DM Gestasional:
1. Umur lebih dari 30 tahun
2. Obesitas dengan indeks massa tubuh 30 kg/m2
3. Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah)
4. Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
5. Pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram
6. Adanya glukosuria
C. Klasifikasi
Pada Diabetes Mellitus Gestasional, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
1. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
2. Ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
1. Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan.
2. Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut
setelah hamil.
3. Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh
darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah
perifer, 90% dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM
Gestasional (Tipe II).

D. Patofisiologi
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di
mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan
resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu
bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi
dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi
abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga
hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya).
Jika pada pemeriksaan berat badan bayi ditemukan bayinya besar sekali maka perlu
dilakukan induksi pada minggu ke 36 38 untuk mencegah terjadinya komplikasi saat
persalinan. Proses persalinan ini harus dalam pengawasan ketat oleh dokter spesialis
kebidanan dan dokter spesialis penyakit dalam.
Biasanya setelah bayi lahir maka kadar gula darah akan kembali normal, apabila tidak,
maka perlu dilanjutkan pemberian antidiabetes oral sampai jangka waktu tertentu. Pada
kehamilan normal terjadi banyak perubahan pada pertumbuhan dan perkembangan fetus
secara optimal. Pada kehamilan normal kadar glukosa darah ibu lebih rendah secara
bermakna. Hal ini disebabkan oleh :
1. Pengambilan glukosa sirkulasi meningkat
2. Produksi glukosa dari hati menurun
3. Produksi alanin (salah satu precursor glukoneogenesis ) menurun.
4. Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5. Efek-efek hormon gestasional (kortisol, human plasenta lactogen, estrogen, dll)
6. Perubahan metabolism lemak dan asam amino

E. Manifestasi Klinis
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya
serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak
menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak
makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
4. Penurunan berat badan
5. Kesemutan, gatal
6. Pandangan kabur
7. Pruritus vulvae pada wanita
8. Lemas, lekas lelah, tenaga kurang.

F. Pemeriksan Diagnostik
Kriteria Diagnosis:
1. Gejala klasik DM + gula darah sewaktu 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir.
Atau:
2. Kadar gula darah puasa 126 mg/dl.Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam. Atau:
3. Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan Standard WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan
dalam air.
Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994)
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih
tanpa gula tetap diperbolehkan
3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak), dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT
(Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.
TGT: glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 199 mg/dl
GDPT : glukosa darah puasa antara 100 125mg/dl.
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik. Hasil yang (+) menunjukkan adanyaglukosuria. Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah:
1. Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan untuk
menegakkan diagnosis
2. Nilai (+) sampai (++++)
3. Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal glukosuria, obat-obatan,
dan lainnya
4. Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 300 mg%
5. Reduksi (+++) kemungkinan KGD: 300 400 mg%
6. Reduksi (++++) kemungkinan KGD: 400 mg%
7. Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
8. Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman.

G. Pengaruh Diabetes Mellitus dalam Kehamilan


1. Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas terhadap DM
a. Kehamilan dapat menyebabkan status pre diabetik menjadi manifes (diabetik).
b. DM akan menjadi lebih berat karena kehamilan
2. Pengaruh diabetes gestasional terhadap kehamilan di antaranya adalah :
a. Abortus dan partus prematurus
b. Hidronion
c. Pre-eklamasi
d. Kesalahan letak jantung
e. Insufisiensi plasenta
3. Pengaruh penyakit terhadap persalinan
a. Gangguan kontraksi otot rahim (partus lama / terlantar).
b. Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
c. Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia sampai dengan lahir
mati
d. Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e. Post partum mudah terjadi infeksi.
f. Bayi mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat menimbulkan kematian
4. Pengaruh DM terhadap kala nifas
a. Mudah terjadi infeksi post partum
b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar
5. Pengaruh DM terhadap bayi
a. Abortus, prematur, > usia kandungan 36 minggu
b. Janin besar ( makrosomia )
c. Dapat terjadi cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan jiwa

H. Penatalaksanaan
1. Terapi Diet
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur
glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien berhasil
mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau
hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga
faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral
dan insulin.
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah
tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :
Diet A
Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya. Terdiri dari makanan
yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20 %.
Diet B
Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :kurang tahan lapar dengan dietnya,
mempunyai hyperkolesterolemia, mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah
mengalami cerobrovaskuler accident (cva) penyakit jantung koroner, mempunyai
penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi belum ada nefropati
yang nyata, telah menderita diabetes dari 15 tahun. Terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak
20 %, protein 12 %.
Diet B1 : Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu
penderita diabetes terutama yang: mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi
normalipidemia, kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %,
masih muda perlu pertumbuhan, mengalami patah tulang, hamil dan menyusui, menderita
hepatitis kronis atau sirosis hepatitis, menderita tuberkulosis paru, menderita penyakit
graves (morbus basedou), menderita selulitis.terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %,
protein 20 %.

2. Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan terhadap insulin
meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin
plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin
dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis
perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan
terjadinya hiperglikemia dan asidosis tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka
dosis insulin perlu ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman
pada 140 mg/dl. Pemeriksaan darah yaitu kadar post pandrial.
3. Olahraga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk memperbaiki
sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa. Olahraga juga dapat
membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara berat badan yang ideal
ketika dikombinasi dengan pembatasan intake kalori.

I. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama: Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau tidak
adekuat, polipdipsi, poliphagi, poluri, nyeri tekan abdomen dan retinopati.
b. Riwayat kesehatan keluarga: Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga.
c. Riwayat kehamilan

Diabetes mellitus gestasional.


Hipertensi karena kehamilan.
Infertilitas.
Bayi low gestasional age.
Riwayat kematian janin.
Lahir mati tanpa sebab jelas.
Anomali congenital.
Aborsi spontan.
Polihidramnion.
Makrosomia.
Pernah keracunan selama kehamilan.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Sirkulasi

Nadi pedalis dan pengisian kapiler ekstrimitas menurun atau lambat pada
diabetes yang lama.
Edema pada pergelangan kaki atau tungkai.
Peningkatan tekanan darah.
Nadi cepat, pucat, diaforesis atau hipoglikemi.

b. Eliminasi
Riwayat pielonefritis, infeksi saluran kencing berulang, nefropati dan poli uri.
c. Nutrisi dan Cairan

Polidipsi.
Poliuri.
Mual dan muntah.
Obesitas.
Nyeri tekan abdomen.
Hipoglikemi.
Glukosuria.
Ketonuria.
Kulit.
Sensasi kulit lengan, paha, pantat dan perut dapat berubah karena ada bekas
injeksi insulin yang sering.
Mata.
Kerusakan penglihatan atau retinopati.
Uterus.
Tinggi fundus uteri mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari normal
terhadap usia gestasi.

3. Psikososial

Resiko meningkatnya komplikasi karena faktor sosioekonomi rendah.


Sistem pendukung kurang dapat mempengaruhi kontrol emosi.
Cemas, peka rangsang dan peningkatan ketegangan.

Rencana Keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. ketidakmampuan mencerna dan


menggunakan nutrisi kurang tepat.

Tujuan: Mempertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100 mg/dl dan 2 jam sesudah
makan tidak lebih dari 140 mg/dl.

Intervensi:

a. Timbang berat badan setiap kunjungan prenatal.


b. Kaji masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam.
c. Tinjau ulang dan berikan informasi mengenai perubahan yang diperlukan
pada penatalaksanaan diabetic.
d. Tinjau ulang tentang pentingnya makanan yang teratur bila memakai insulin.
e. Perhatikan adanya mual dan muntah khususnya pada trimester pertama.
f. Kaji pemahaman stress pada diabetic.
g. Ajarkan pasien tentang metode finger stick untuk memantau glukosa sendiri.
h. Tinjau ulang dan diskusikan tanda gejala serta kepentingan hipo atau
hiperglikemia.
i. Instruksikan untuk mengatasi hipoglikemia asimtomatik.
j. Anjurkan pemantauan keton urine.
k. Diskusikan tentang dosis , jadwal dan tipe insulin.
l. Sesuaikan diet dan regimen insulin untuk memenuhi kebutuhan
individu.Observasi kadar Glukosa darah.

2. Resiko cedera janin b.d. peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi,
dan makrosomia.

Tujuan : Menunjukan reaksi Non stress test dan Oxytocin Challenge Test negative atau
Construction Stress Test secara normal.

Intervensi :

a. Kaji control diabetik sebelum konsepsi.


b. Tentukan klasifikasi white terhadap diabetes.Kaji gerakan janin dan denyut janin
setiap kunjungan.
c. Observasi tinggi fundus uteri setiap kunjungan.
d. Observasi urine terhadap keton.Berikan informasi dan buatkan prosedur untuk
pemantauan glukosa dan penatalaksanaan diabetes di rumah.
e. Pantauan adanya tanda tanda edema, proteinuria, peningkatan tekanan darah.
f. Tinjau ulang prosedur dan rasional untuk Non stress Test setiap minggu.
g. Diskusikan rasional atau prosedur untuk melaksanakan Oxytocin Challenge Test
atau Contraction Stress Test setiap minggu mulai minggu ke 30 sampai dengan
minggu ke- 32.
h. Tinjau ulang prosedur dan rasional untuk tindakan amniosentesis

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi kehamilan b.d. kurangnya informasi mengenai


penyakit, kehamilan, dan proses persalinan.

Tujuan :

Mengungkapkan pemahaman tentang prosedur, tes laboratorium dan aktivitas yang


melibatkan pengontrolan diabetes

Intervensi:

a. Kaji pengetahuan tentang proses dan tindakan terhadap penyakit termasuk


hubungan dengan diet, latihan, stres dan kebutuhan insulin.
b. Tinjau ulang pentingnya pemantauan serum glukosa sedikitnya 6 kali sehari
c. Berikan informasi tentang cara kerja dan efek merugikan insulin dan tinjau ulang
alasan menghindari obat hipoglikemi oral.
d. Jelaskan penambahan berat badan normal.
e. Berikan informasi tentang kebutuhan program latihan ringan
f. Berikan informasi mengenai dampak kehamilan pada kondisi diabetes dan
harapan masa depan.
a. persalinan

4. Ansietas b.d. situasi kritis atau mengancam pada status kesehatan maternal atau janin.
Tujuan:

a. Mengungkapkan kesadaran tentang perasaan mengenai diabetes dan persalinan.


b. Menggunakan strategi koping yang tepat
Intervensi

Intervensi:

a. Pastikan respon yang ada pada pesalinan dan penatalaksanaan medis. Kaji keefektifan
sistem pendukung.
b. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
c. Jelaskan semua prosedur tindakan perawatan.
d. Fasilitasi semua keluhan atas ungkapan perasaan.
e. Informasikan kepada keluarga tentang kemajuan persalinan dan keadaan janin.

5. Keletihan b.d. berat badan ibu menurun


Tujuan:
a. Meverbalisasikan peningkatan energi dan merasa lebih baik
b. Glukosa darah adekuat
c. Kualitas hidup meningkat

Intervensi
a. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
b. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
c. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
d. Monitor pola tidur dan lamanya istirahat
e. Bantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan
f. Tingkatkan tirah baring dan pembatasan aktivitas
g. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk terapi diet yang tepat.

6. Risiko infeksi b.d. kekebalan tubuh menurun


Tujuan :
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Jumlah leukosit dalam batas normal
c. Menunjukkan perilaku hidup sehat

Intervensi :
a. Ajarkan cara cuci tangan 6 langkah WHO dengan air mengalir dan sabun
sebelum dan setelah melakukan aktivitas
b. Pertahankan lingkungan rumah yang bersih
c. Ajarkan klien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
d. Monitor kerentanan terhadap infeksi

Anda mungkin juga menyukai