Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PEMBAHASAN

I. KONSEP DASAR TEORI

A. DEFINISI

IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari

rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005)

Intra Uterine Fetal death ( IUFD) adalah terjadinya kematian janin ketika masih

berada dalam rahim yang beratnya 500 gram dan atau usia kehamilan 20 minggu atau

lebih.

Kematian janin dalam kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda

kehidupan janin dalam kandungan. KJDK / IUFD sering dijumpai baik pada

kehamilan dibawah 20 minggu / sesudah 20 minggu. (Sinopsis Obstetri, hal: 224)

Kehamilan janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin setelah 20 minggu

kehamilan tetapi sebelum permulaan persalinan. (Hacker ; 2001).

B. ETIOLOGI

Penyebab dari IUFD seringkali dipicu oleh Ketidak cocokan rhesus darah ibu

dan janin, ketidak cocokan golongan darah ibu dan janin, gerakan janin yang terlalu

aktif, penyakit pada ibu, kelainan kromosom, trauma saat hamil, infeksi pada ibu,

kelainan bawaan janin, perdarahan antepartum, penyakit saluran kencing, penyakit

endokrin, malnutrisi, dll.

Pada 25-60 % kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin

dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta.
1. Faktor maternal antara lain adalah

Post term (> 42 minggu), diabetes mellitus tidak terkontrol, sistemik lupus

eritematosus, infeksi, hipertensi, preeklamsia, eklamsia, hemoglobinopati, umur

ibu tua, penyakit rhesus, ruptura uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi akut

ibu,kematian ibu.

2. Faktor fetal antara lain adalah

Hamil kembar, hamil tumbuh terhambat, kelainan kongenital, kelainan

genetik, infeksi.

3. Faktor plasenta antara lain adalah

Kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini, vasa previa.

4. Sedangkan faktor risiko terjadinya kematian janin intrauterin meningkat pada usia

ibu > 40 tahun, pada ibu infertil, kemokonsentrsi pada ibu, riwayat bayi dengan

berat badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma urealitikum), kegemukan, ayah

berusia lanjut.

Untuk diagnosis pasti penyebab kematian sebaiknya dilakukan otopsi janin

dan pemeriksaan plasenta serta selaput. Diperlukan evaluasi secara komprehensif

untuk mencari penyebab kematian janin termasuk analisis kromosom,

kemungkinan terpapar unfeksi untuk mengantisipasi kehamilan selanjutnya.

Pengelolaan kehamilan selanjutnya bergantung pada penyebab kematian janin.

Meskipun kematian janin berulang jarang terjadi, demi kesejahteraan

keluarga,pada kehamilan berikut diperlukan pengelolaan yang lebih ketat tentang

kesejahteraan janin.

Pemantauan kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan anamnesis,

ditanyakan aktivitas gerakan janin pada ibu hamil, bila mencurigakan dapat

dilakukan pemeriksaan kardiotokografi.


C. MANIFESTASI KLINIS

1. Pertumbuhan janin (-), bahkan janin mengecil sehingga tinggi fundus uteri

menurun.

2. Bunyi jantung janin tak terdengar dengan tetoskop dan dipastikan dengan doppler.

3. Keluhan ibu : menghilangnya gerakan janin.

4. Berat badan ibu menurun.

5. Tulang kepal kolaps.

6. USG : merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan

kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan.

7. Catatan : pemeriksaan radiologi dapat menimbulkan masalah dan tidak perlu. Bila

dilakukan 5 hari setelah kematian janin, akan tampak gambaran sebagai berikut :

a. Tulang kepala janin tumpang tindih satu sama lain

b. Tulang belakang mengalami hiperfleksi

c. Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah

d. Edema di sekitar tulang kepala.

8. Pemeriksaan hCG urin menjadi negatif. Hasil ini terjadi beberapa hari setelah

kematian janin.

D. PATOFISIOLOGI

Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor antara

lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,hal tersebut menjadi berbahaya

karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin.

Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat mengakibatkan kematian. Begitu

pula dengan anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan FE maka jika ibu
kekurangan Fe dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupu

aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR).

E. PATHWAY
F. KOMPLIKASI

1. Trauma emosional yang berat menjadi bila watuu antara kematian janin dan

persalinan cukup lama.

2. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah.

3. Dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah lengkap

2. Ultrasound seperti usg atau pemeriksaan dengan doppler

3. Radiologi (bila perlu)

H. PENATALAKSANAAN

Jelaskan seluruh prosedur pemeriksaan dan hasilnya serta rencana tindakan yang

akan dilakukan kepada pasien dan keluarganya. Bila belum ada kepastian sebab

kematian, hindari memberikan informasi yang tidak tepat.

Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien

selalu didampingi oleh orang terdekanya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan dapat

lahir pervaginam.

Penting untuk menyarankan kepada pasien dan keluarganya bahwa bukanlah suatu

emergensi dari bayi yang sudah meninggal :

1. Jika uterus tidak lebih dari 12 minggu kehamilan maka pengosongan uterus

dilakukan dengan kuret suction

2. Jika ukuran uterus antara 12-28 minggu, dapat digunakan prostaglandin E2

vaginal supositoria dimulai dengan dosis 10 mg.

3. Jika kehamilan > 28 minggu dapat dilakukan induksi dengan oksitosin.

Selama periode menunggu diusahakan agar menjaga mental/psikis pasien

yang sedang berduka karena kematian janin dalam kandungannya.


Rencana persalinan pervaginam dengan cara induksi maupun ekspektatif,

perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya, sebelum keputusan

diambil.

Bila pilihan adalah pada ekspektatif : Tunggu persalinan spontan hingga 2

minggu, yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi komplikasi .

Bila pilihan adalah manajemen aktif : induksi persalinan menggunakan

oksitosin atau misoprostol. Seksio sesarea merupakan pilihan misalnya pada

letak lintang.

Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan

melakukan berbagai kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.


II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERWATAN

A. Pengkajian
Menurut Asmadi (2008:167) pengkajian merupakan tahap awal dari proses
keperawatan. Disini, semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan
status kesehatan klien saat ini.
Pengumpulan data pada klien dengan nefrolitiasis :
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, no registrasi, diagnose
medis, dan tanggal medis.
2. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu saat ini. Menurut
(Arif Muttaqin, 2011:110) keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri pada
pinggang. Untuk lebih komprehensifnya, pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan
pendekatan PQRST.
Tabel 2.1 Pengkajian Nyeri dengan pendekatan PQRST
Pengkajian Teknik Pengkajian, Prediksi Hasil, dan implikasi Klinis
Provoking Tidak ada penyebab spesifik yang menyebabkan nyeri, tetapi pada
Incident beberapa kasus di dapatkan bahwa pada perubahan posisi secara tiba-
tiba dari berdiri atau berbaring berubah ke posisi duduk atau melakukan
fleksi pada badan biasanya menyebabkan keluhan nyeri.
Quality of pain Kualitas nyeri batu ginjal dapat berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik.
Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos system kalises
ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari
saluran kemih. Peningkatan peristaltik tersebut menyebabkan tekanan
intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal
saraf yang memberikan sensai nyeri. Nyeri non-kolik terjadi akibat
peregengan kapsul ginjal karena terjadi terjadi hidronefrosis atau infeksi
pada ginjal. Bila nyeri. Mendadak menjadi akut, disertai keluhan nyeri
diseluruh area kostovertebral dan keluhan gastrointestinal seperti mual
dan muntah. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.
Gejala gastrointestinal ini akibat dari reflex retrointestinal dan
proksimitas anatomi ginjal ke lambung, pankreas dan usus besar.
Region, Batu ginjal yang terjebak di ureter menyebabkan keluhan nyeri yang
radiation, luar biasa, akut dan kolik yang menyebar ke paha dan genetalia. Pasien
relief merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar dan
biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu. Keluhan ini
disebut kolik ureteral. Nyeri yang berasal dari area renal menyebar
secara anterior dan pada wanita ke bawah mendekati kandung kemih,
sedangkan pada pria mendekati testis.
Severity Pasien bisa ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 dan pasien akan
(scale) of pain menilai seberapa jauh yang dirasakan.
0= Tidak ada nyeri
1= Nyeri ringan
2= Nyeri sedang
3= Nyeri berat
4= Nyeri berat / bisa tertahan
5= Nyeri berat sekali / tidak bias tertahan
Skala nyeri pada kolik batu ginjal secara lazim berada pada posisi 3 di
rentang 0-5 pengkajian skala nyeri.
Time Sifat mula timbulnya (onset), tentukan apakah gejala timbul mendadak,
perlahan-lahan atau seketika itu juga. Tanyakan apakah gejala-gejala
timbul secara terus menerus atau hilang timbul (intermiten). Tanyakan
apa yang sedang dilakukan pasien pada waktu gejala timbul. Lama
timbulnya (durasi), tentukan kapan gejala tersebut pertama kali timbul
dan usahakan menghitung tanggalnya seteliti mungkin. Misalnya,
tanyakan kepada pasien apa yang pertama kali dirasakan tidak biasa
atau tidak enak
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan di bagi menjadi 3 yaitu :
a. Riwayat penyakit sekarang.
Mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang
mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke
RS.
b. Riwayat penyakit dahulu.
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal. Menurut
Kartika S. W. (2013:137) kaji adanya riwayat batu saluran kemih pada
keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat penyakit bedah
usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme, penggunaan
antibiotika, anti hipertensi, natrium, bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid,
pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin D.
c. Riwayat penyakit keluarga.
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari
orang tua.
d. Riwayat Psikososial
Bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan bagaimana perawat
secara umum. Menurut Arif Muttaqin (2011:112) pengkajian psikologis pasien
meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh
persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku pasien.
Perawat mengumpulkan pemerikasaan awal pasien tentang kapasitas fisik dan
intelektual saat ini, yang menentukan tingkat perlunya pengkajian
psikososialspiritual yang seksama.
2. Pola-pola Fungsi Kesehatan
Pengkajian pola-pola fungsi kesehatan pada pasien dengan diagnosa
nefrolitiasis, yaitu :
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu
ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana
hidup sehat.
b. Pola nutrisi dan metabolism
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun
karena adanya luka pada ginjal.
Kaji adanya mual dan muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi purin,
kalsium oksalat atau fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan, terjadi
abdominal, penurunan bising usus (Kartika S. W., 2013:187).
c. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan
karena adanya luka pada ginjal.
d. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK
sedikit karena adanya sumbatan atau batu ginjal dalam saluran kemih,
BAK normal.
e. Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena
adanya penyakitnya.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan
dan bagaimana dilakukan operasi.
g. Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama
di rumah sakit.
h. Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat
melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan
produksi sexual.
i. Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak
ada gangguan.
j. Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang
positif jika stress muncul.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada obat
dan dapat sembuh.
3. Pemeriksaan Fisik Fokus
Menurut Arif Muttaqin (2011:113) pada pemeriksaan fokus nefrolitiasis
didapatkan adanya perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik. Pasien terlihat
sangat kesakitan, keringat dingin, dan lemah.
a. Inspeksi
Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuri,
retensi urine, dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien
terlihat mual dan muntah.
b. Palpasi
Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi masa. Pada beberapa
kasus dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
c. Perkusi
Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan
ketokan pada sudut kostovertebral dan didapatkan respon nyeri.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan adanya kontraksi uterus

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan nyeri

3. Kecemasan berhubungan dengan kehilangan orang yang dicintai

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,tidak mengetahui

sumber-sumber informasi
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
N Perencanaan
Diagnosa Keperawatan Rasional
O NOC NIC
1 Gangguan nyaman nyeri a. Pain Level, pain 1. Lakukan Dengan
. berhubungan dengan: control, comfort pengkajian nyeri melakukan pain
Kontraksi uterus level secara manajemen bisa
DS: Setelah dilakukan komprehensif didapatkan data2
Laporan secara verbal tinfakan keperawatan termasuk lokasi, untuk tindakan
DO: selama …. Pasien karakteristik, yang tepat
1. Posisi untuk menahan nyeri tidak mengalami durasi, frekuensi, dilakukan
2. Tingkah laku berhati-hati. nyeri, dengan kriteria kualitas dan
3. Gangguan tidur (mata sayu, hasil: faktor presipitasi
tampak capek, sulit atau 1. Mampu 2. Observasi reaksi
gerakan kacau, menyeringai). mengontrol nyeri nonverbal dari
4. Terfokus pada diri sendiri. (tahu penyebab ketidaknyamana.
5. Fokus menyempit (penurunan nyeri, mampu 3. Bantu pasien dan
persepsi waktu, kerusakan menggunakan keluarga untuk
proses berpikir, penurunan tehnik mencari dan
interaksi dengan orang dan nonfarmakologi menemukan
lingkungan). untuk dukungan.
6. Tingkah laku distraksi, mengurangi 4. Kontrol
contoh : jalan-jalan, menemui nyeri, mencari lingkungan yang
orang lain dan/atau aktivitas, bantuan) dapat
aktivitas berulang-ulang). 2. Melaporkan mempengaruhi
7. Respon autonom (seperti bahwa nyeri nyeri seperti suhu
diaphoresis, perubahan berkurang ruangan,
tekanan darah, perubahan dengan pencahayaan dan
nafas, nadi dan dilatasi menggunakan kebisingan.
pupil). manajemen nyeri 5. Kurangi faktor
8. Perubahan autonomic dalam 3. Mampu presipitasi nyeri.
tonus otot (mungkin dalam mengenali nyeri 6. Kaji tipe dan
rentang dari lemah ke kaku) (skala, intensitas, sumber nyeri
9. Tingkah laku ekspresif frekuensi dan untuk
(contoh : gelisah, merintih, tanda nyeri). menentukan
menangis, waspada, iritabel, 4. Menyatakan rasa intervensi.
nafas panjang/berkeluh nyaman setelah 7. Ajarkan tentang
kesah). nyeri berkurang. teknik non
10. Perubahan dalam nafsu 5. Tanda vital farmakologi:
makan dan minum dalam rentang napas dala,
normal. relaksasi,
6. Tidak mengalami distraksi,
gangguan tidur kompres hangat/
dingin.
8. Berikan analgetik
untuk
mengurangi
nyeri.
9. Tingkatkan
istirahat.
10. Berikan
informasi tentang
nyeri seperti
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan berkurang
dan antisipasi
ketidaknyamanan
dari prosedur.
11. Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali.

2 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


. Berhubungan dengan : Self Care : ADLs 1. Observasi adanya Melakukan
1. Tirah Baring atau 1. Toleransi pembatasan klien peencanaan
imobilisasi aktivitas. dalam melakukan untuk intoleransi
2. Kelemahan menyeluruh. 2. Konservasi aktivitas. aktifitas dapat
3. Ketidakseimbangan antara eneergi. 2. Kaji adanya menjadi acuan
suplei oksigen dengan Setelah dilakukan faktor yang untuk tindakan
kebutuhan. tindakan menyebabkan yang akan
4. Gaya hidup yang keperawatan selama kelelahan. dilakukan
dipertahankan. Pasien bertoleransi 3. Monitor nutrisi
DS: terhadap aktivitas dan sumber
1. Melaporkan secara verbal dengan. energi yang
adanya kelelahan atau Kriteria Hasil : adekuat.
kelemahan. 1. Berpartisipasi 4. Monitor pasien
2. Adanya dyspneu atau dalam aktivitas akan adanya
ketidaknyamanan saat fisik tanpa kelelahan fisik
beraktivitas. disertai dan emosi secara
DO : peningkatan berlebihan.
1. Respon abnormal dari tekanan tekanan darah, 5. Monitor respon
darah atau nadi terhadap nadi dan RR. kardivaskuler
aktifitas. 2. Mampu terhadap
2. Perubahan ECG : aritmia, melakukan aktivitas
iskemia aktivitas sehari (takikardi,
hari (ADLs) disritmia, sesak
secara mandiri. nafas, diaporesis,
3. Keseimbangan pucat, perubahan
aktivitas dan hemodinamik).
istirahat 6. Monitor pola
tidur dan
lamanya
tidur/istirahat
pasien.

7. Kolaborasikan
dengan Tenaga
Rehabilitasi
Medik dalam
merencanakan
progran terapi
yang tepat.
8. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu
dilakukan.
9. Bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan
sosial.
10. Bantu untuk
mengidentifikasi
dan mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan.
11. Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi
roda, krek.
12. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai.
13. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang.
14. Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan
dalam
beraktivitas
15. Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas.
16. Bantu pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan.
17. Monitor respon
fisik, emosi,
sosial dan
spiritual

3 Kecemasan berhubungan dengan NOC : NIC :


. Faktor keturunan, Krisis 1. Kontrol Anxiety Reduction
situasional, Stress, perubahan kecemasan (penurunan
status kesehatan, ancaman 2. Koping kecemasan)
kematian, perubahan konsep diri, Setelah dilakukan 1. Gunakan
kurang pengetahuan dan asuhan pada klien pendekatan yang
hospitalisasi kecemasan teratasi menenangkan
dengan kriteria hasil: 2. Nyatakan dengan
DO/DS: 1. Klien mampu jelas harapan
Insomnia mengidentifikasi terhadap pelaku
Kontak mata kurang dan pasien
Kurang istirahat mengungkapkan 3. Jelaskan semua
Berfokus pada diri sendiri gejala cemas. prosedur dan apa
Iritabilitas 2. Mengidentifikas, yang dirasakan
Takut mengungkapkan selama prosedur.
Nyeri perut dan 4. Temani pasien
Penurunan TD dan denyut menunjukkan untuk
nadi tehnik untuk memberikan
Diare, mual, kelelahan mengontol cemas keamanan dan
Gangguan tidur 3. Vital sign dalam mengurangi
Gemetar batas normal. takut.
Anoreksia, mulut kering 4. Postur tubuh, 5. Berikan
Peningkatan TD, denyut nadi, ekspresi wajah, informasi faktual
RR bahasa tubuh dan mengenai
Kesulitan bernafas tingkat aktivitas diagnosis,
Bingung menunjukkan tindakan
Bloking dalam pembicaraan berkurangnya prognosis.
Sulit berkonsentrasi kecemasan 6. Libatkan
keluarga untuk
mendampingi
klien.
7. Instruksikan pada
pasien untuk
menggunakan
tehnik relaksasi.
8. Dengarkan
dengan penuh
perhatian.

9. Identifikasi
tingkat
kecemasan
10. Bantu pasien
mengenal situasi
yang
menimbulkan
kecemasan.
11. Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi.
12. Kelola pemberian
obat anti cemas.
4 Kurang Pengetahuan NOC : NIC :
. Berhubungan dengan : 1. Kowlwdge : 1. Kaji tingkat
keterbatasan kognitif, tidak disease process pengetahuan
mengetahui sumber-sumber 2. Kowledge : pasien dan
informasi. health Behavior. keluarga.
Setelah dilakukan 2. Jelaskan
tindakan patofisiologi dari
DS: Menyatakan secara verbal keperawatan pada penyakit dan
adanya masalah pasien dan pasien bagaimana hal ini
DO: ketidakakuratan mengikuti menunjukkan berhubungan
instruksi, perilaku tidak sesuai pengetahuan tentang dengan anatomi
proses penyakit dan fisiologi,
dengan kriteria dengan cara yang
hasil: tepat.
1. Pasien dan 3. Gambarkan tanda
keluarga dan gejala yang
menyatakan biasa muncul
pemahaman pada penyakit,
tentang dengan cara yang
penyakit, tepat.
kondisi, 4. Gambarkan
prognosis dan proses penyakit,
program dengan cara yang
pengobatan. tepat.
2. Pasien dan 5. Identifikasi
keluarga mampu kemungkinan
melaksanakan penyebab,
prosedur yang dengan cara yang
dijelaskan secara tepat.
benar. 6. Sediakan
3. Pasien dan informasi pada
keluarga mampu pasien tentang
menjelaskan kondisi, dengan
kembali apa cara yang tepat.
yang dijelaskan 7. Sediakan bagi
perawat/tim keluarga
kesehatan informasi tentang
lainnya kemajuan pasien
dengan cara yang
tepat.
8. Diskusikan
pilihan terapi
atau penanganan.
9. Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau
mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan.
10. Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan,
dengan cara yang
tepat
BAB 2

PENUTUP

A. Kesimpulan

IUFD (intra uterin fetal death) atau imatur merupakan kematian janin setelah

20 minggu atau kematian 28 minggu. Disebabkan karena ibu mengindap penyakit

endokrin, penyalit infeksi dan menular, trauma saat hamil dan malnutrisi. Secara

klinik kematian janin dicurigai bila pasien melaporkan gerakan janin tidak ada.

Penanganannya dapat dilakukan dengan harapan dengan kewaspadaan, infuse

oksitosin yang terkendali tiap hari makin dibutuhkan untuk menginduksi persalinan.

B. Saran

1. Bagi Petugas

Meningkatkan peran bidan pada fungsi sebagai pelaksana kebidanan lebih

meningkatkan kemampuan serta keterampilan yang dimiliki.

2. Bagi Pembaca

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan

yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu kami mengharap saran yang

membangun dari pembaca sebagai penyempurna dari makalah asuhan kebidanan

IV yang kami susun.

Anda mungkin juga menyukai