Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN

JUVENILE DIABETES
LAPORAN

KEPERAWATAN ANAK

SEMESTER IV

Dosen Pembimbing :

Ns. Indra Tri Astuti, M.Kep, Sp.Kep.An

Disusun Oleh :

M. Saiqul Ulum 30901800116

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG


YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seseorang yang tidak memperhatikan kondisi kesehatannya dan kurang
memperhatikan pola hidup yang baik serta kurangnya aktifitas seperti olahraga
dan aktifitas diluar rumah, akan mengakibatnya tubuh mudah terserang penyakit.
Masalah kesehatan yang timbul seperti penyakit kanker, diabetes melitus dan
penyakit degeneratif lainnya. Penyakit diabetes melitus adalah suatu penyakit
keturunan atau genetik yang sulit disembuhkan tetapi dapat dikontrol kadar gula
darahnya untuk menjadi normal. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu keadaan
hiperglikemia kronik yang disertai dengan berbagai kelainan metabolik yang
dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronik yang akan mengganggu pada
mata, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer, 2010).
Prevalensi kejadian diabetes melitus di dunia setiap tahunnya mengalami
peningkatan ditunjukkan pada tahun 1980 dengan jumlah penderita 108 juta jiwa dan
pada tahun 2014 jumlah penderita menjadi 422 juta jiwa (WHO, 2014). Negara
Indonesia mempunyai penderita DM sebesar 12,1 juta jiwa pada tahun 2013
(Kemenkes RI, 2013).
Diabetes Melitus digolongkan menjadi 2 tipe yaitu tipe I dan tipe II (WHO,
2013). Tipe I sering disebut juvenile diabetes, di derita oleh penderita DM sebesar 5%
dari total penderita DM di dunia. Diabetes Melitus tipe I dimiliki oleh penderita DM
tubuhnya tidak dapat memproduksi insulin (ADA, 2016). Tubuh memecah gula dan
pati yang kita makan menjadi gula sederhana (glukosa) untuk dijadikan energi.
Insulin adalah hormon yang mengatur kadar glukosa darah (ADA, 2016). Diabetes
Melitus tipe 1 harus menggunakan terapi insulin. Diabetes Melitus tipe 2 dimiliki
oleh penderita DM yang tubuhnya tidak dapat menggunakan insulin secara benar,
disebut juga dengan retensi insulin (ADA, 2016). Pankreas bekerja ekstra untuk
menggunakan insulin lama kelamaan pankreas tidak dapat mengimbangi dan
memproduksi insulin dengan baik untuk menjaga kadar glukosa tetap dalam batas
normal (ADA, 2016).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi juvenile diabetes atau yang sering disebut dengan diabetes
mellitus tipe 1?
2. Apa faktor penyebab diabetes mellitus tipe 1?
3. Bagaimana patofisiologi dari diabetes mellitus tipe 1?
4. Bagaimana penatalaksanaan untuk diabetes mellitus tipe 1?

C. Tujuan
1. Dapat memahami definisi juvenile diabetes atau diabetes mellitus tipe 1.
2. Dapat mengetahui faktor-faktor penyebab dari diabetes mellitus tipe 1.
3. Dapat memahami patofisiologi diabetes mellitus tipe 1.
4. Dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 1.

BAB II
PEMBAHASAN

A. LAPORAN PENDAHULUAN JUVENILE DIABETES


1. Definisi
Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia kronik.
Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya
adalah gangguan sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari hormon
insulin atau gangguan kedua-duanya (Weinzimer SA, Magge S. 2005).
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang bersifat kronik.
Oleh karena itu, onset Diabetes Mellitus yang terjadi sejak dini memberikan
peranan penting dalam kehidupan penderita. Setelah melakukan pendataan
pasien di seluruh Indonesia selama 2 tahun, Unit Kelompok Kerja (UKK)
Endokrinologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendapatkan 674
data penyandang Diabetes Mellitus tipe 1 di Indonesia. Data ini diperoleh
melalui kerjasama berbagai pihak di seluruh Indonesia mulai dari para dokter
anak, endokrinolog anak, spesialis penyakit dalam, perawat edukator Diabetes
Mellitus, data Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes Mellitus Anak dan
Remaja (IKADAR), penelusuran dari catatan medis pasien, dan juga
kerjasama dengan perawat edukator National University HospitalSingapura
untuk memperoleh data penyandang Diabetes Mellitusanak Indonesia yang
menjalani pengobatannya di Singapura. Data lain dari sebuah penelitian unit
kerja koordinasi endokrinologi anak di seluruhwilayah Indonesia pada awal
Maret tahun 2012 menunjukkan jumlah penderita Diabetes Mellitus usia anak-
anak juga usia remaja dibawah 20 tahun terdata sebanyak 731 anak. Ilmu
Kesehatan Anak FFKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
melansir, jumlah anak yang terkena Diabetes Mellituscenderung naik dalam
beberapa tahun terakhir ini. Tahun 2011 tercatat 65 anak menderita Diabetes
Mellitus, naik 40% dibandingkan tahun 2009. Tiga puluh duaanak diantaranya
terkena Diabetes Mellitus tipe 2 (Pulungan, 2010).
International Society of Pediatric and Adolescence Diabetesdan WHO
merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi (Tabel 1). DM tipe 1
terjadi disebabkan oleh karena kerusakan sel β-pankreas. Kerusakan yang
terjadi dapat disebabkan oleh proses autoimun maupun idiopatik. Pada DM
tipe 1 sekresi insulin berkurang atau terhenti. Sedangkan DM tipe 2 terjadi
akibat resistensi insulin.Pada DM tipe 2 produksi insulin dalam jumlah
normal atau bahkan meningkat.DM tipe 2 biasanya dikaitkan dengan sindrom
resistensi insulin lainnya seperti obesitas,hiperlipidemia, kantosis nigrikans,
hipertensi ataupun hiperandrogenisme ovarium (Rustama DS, dkk. 2010).
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi (ISPAD 2009).
a. DM Tipe-1 (destruksi sel-β)
1) Immune mediated
2) Idiopatik
b. DM tipe-2
c. DM Tipe lain
1) Defek genetik fungsi pankreas sel
2) Defek genetik pada kerja insulin
3) Kelainan eksokrin pankreas
Pankreatitis; Trauma/pankreatomi; Neoplasia; Kistik fibrosis;
Haemokhromatosis; Fibrokalkulus pankreatopati; dll.
4) Gangguan endokrin
Akromegali; Sindrom Cushing; Glukagonoma; Feokromositoma;
Hipertiroidisme; Somatostatinoma; Aldosteronoma; dll.
5) Terinduksi obat dan kimia
Vakor; Pentamidin; Asam Nikotinik; Glukokortikoid; Hormon tiroid;
Diazoxid; Agonis -adrenergik; Tiazid; Dilantin; -interferon; dll.
d. Diabetes mellitus kehamilan

2. Manifestasi Klinis Dan Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak
jauh berbeda.
a. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
b. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e. Elektrolit :
1) Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
2) Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
3) Fosfor : lebih sering menurun
f. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan
DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan
dengan insiden ( mis, ISK baru).
g. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
i. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)
j. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
k. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe
1) atau normal sampai tinggi (pada tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen).
Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan
antibody .( autoantibody)
l. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
n. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
Diabetes melitus ditegakkan berdasarkan ada tidaknya gejala. Bila dengan
gejala (polidipsi, poliuria, polifagia), maka pemeriksaan gula darah abnormal
satu kali sudah dapat menegakkan diagnosis DM. Sedangkan bila tanpa
gejala, maka diperlukan paling tidak 2 kali pemeriksaan gula darah abnormal
pada waktu yang berbeda (Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice
Consensus Guidelines 2009).
Kriteria hasil pemeriksaan gula darah abnormal adalah:
1. Kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl atau
2. Kadar gula darah puasa >126 mg/dl atau
3. Kadar gula darah 2 jam postprandial >200 mg/dl.

Untuk menegakkan diagnosis DM tipe 1, maka perlu dilakukan


pemeriksaan penunjang, yaitu C-peptide <0,85 ng/ml. C-peptide ini
merupakan salah satu penanda banyaknya sel β-pankreas yang masih
berfungsi. Pemeriksaan lain adalah adanya autoantibodi, yaitu Islet cell
autoantibodies(ICA), Glutamic acid decarboxylase autoantibodies(65K GAD),
IA2( dikenal sebagai ICA 512 atau tyrosine posphatase) autoantibodiesdan
Insulin autoantibodies(IAA). Adanya autoantibodi mengkonfirmasi DM tipe 1
karena proses autoimun. Sayangnya pemeriksaan autoantibodi ini relatif
mahal (Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice Consensus
Guidelines 2009).

3. Etiologi
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes
tipe- 1. Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor
genetik/keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan
melalui faktor genetik.
a. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan
proses imun lainnya.
b. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing,
yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
4. Gejala Klinis
a. Polidipsi, poliuria, polifagia, berat badan turun
b. Hiperglikemia (≥ 200 mg/dl), ketonemia, glukosuria

Anak dengan DM tipe 1 cepat sekali menjurus ke dalam ketoasidosis


diabetik yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik
bila tidak diterapi dengan baik. Oleh karena itu, pada dugaan DM tipe 1,
penderita harus segera dirawat inap.

5. Patofisiologi/ Perjalanan Penyakit


Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD Clinical
Practice Consensus Guidelines tahun 2009, yaitu:
a. Periode pra-diabetes
b. Periode manifestasi klinis diabetes
c. Periode honey-moon
d. Periode ketergantungan insulin yang menetap.

a. Periode pra-diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena baru
ada proses destruksi sel β-pankreas. Predisposisi genetik tertentu
memungkinkan terjadinya proses destruksi ini. Sekresi insulin mulai
berkurang ditandai dengan mulai berkurangnya sel β-pankreas yang
berfungsi. Kadar C-peptide mulai menurun. Pada periode ini autoantibodi
mulai ditemukan apabila dilakukan pemeriksaan laboratorium.

b. Periode manifestasi klinis


Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul.Pada periode ini sudah
terjadi sekitar 90% kerusakan sel β-pankreas. Karena sekresi insulin
sangat kurang, maka kadar gula darah akan tinggi/meningkat. Kadar gula
darah yang melebihi 180 mg/dl akan menyebabkan diuresis osmotik.
Keadaan ini menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan dan elektrolit
melalui urin (poliuria, dehidrasi, polidipsi). Karena gula darah tidak dapat
di-uptake kedalam sel, penderita akan merasa lapar (polifagi), tetapi berat
badan akan semakin kurus. Pada periode ini penderita memerlukan insulin
dari luar agar gula darah di-uptakekedalam sel.
c. Periode honey-moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada periode
ini sisa-sisa sel β-pankreas akan bekerja optimal sehingga akan diproduksi
insulin dari dalam tubuh sendiri. Pada saat ini kebutuhan insulin dari luar
tubuh akan berkurang hingga kurang dari 0,5 U/kg berat badan/hari.
Namun periode ini hanya berlangsung sementara, bisa dalam hitungan hari
ataupun bulan, sehingga perlu adanya edukasi ada orang tua bahwa
periode ini bukanlah fase remisi yang menetap.
d. Periode ketergantungan insulin yang menetap.
Periode ini merupakan periode terakhir dari penderita DM. Pada periode
ini penderita akan membutuhkan insulin kembali dari luar tubuh seumur
hidupnya.

6. Penatalaksanaan
Tatalaksana pasien dengan DM tipe 1 tidak hanya meliputi pengobatan
berupa pemberian insulin. Ada hal-hal lain selain insulin yang perlu
diperhatikan dalam tatalaksana agar penderita mendapatkan kualitas hidup
yang optimal dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Rustama DS,
dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines. 2009).
Terdapat 5 pilar manajemen DM tipe 1, yaitu:
a. Insulin
b. Diet
c. Aktivitas fisik/exercise
d. Edukasi
e. Monitoring kontrol glikemik

a. Insulin
Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada penderita DM
Tipe 1. Dalam pemberian insulin perlu diperhatikan jenis insulin, dosis
insulin, regimen yang digunakan, cara menyuntik serta penyesuaian dosis
yang diperlukan.
1) Jenis insulin: kita mengenal beberapa jenis insulin, yaitu insulin kerja
cepat, kerja pendek, kerja menengah, kerja panjang, maupun insulin
campuran (campuran kerja cepat/pendek dengan kerja menengah).
Penggunaan jenis insulin ini tergantung regimen yang digunakan.
2) Dosis insulin: dosis total harian pada anak berkisar antara 0,5-1
unit/kg beratbadan pada awal diagnosis ditegakkan. Dosis ini
selanjutnya akan diatur disesuaikan dengan faktor-faktor yang ada,
baik pada penyakitnya maupun penderitanya.
3) Regimen: kita mengenal dua macam regimen, yaitu regimen
konvensional serta regimen intensif. Regimen konvensional/mix-split
regimendapat berupa pemberian dua kali suntik/hari atau tiga kali
suntik/hari. Sedangkan regimen intensif berupa pemberian regimen
basal bolus. Pada regimen basal bolus dibedakan antara insulin yang
diberikan untuk memberikan dosis basal maupun dosis bolus.
4) Cara menyuntik: terdapat beberapa tempat penyuntikan yang baik
dalam hal absorpsinya yaitu di daerah abdomen (paling baik
absorpsinya), lengan atas, lateral paha. Daerah bokong tidak
dianjurkan karena paling buruk absorpsinya.
5) Penyesuaian dosis: Kebutuhan insulin akan berubah tergantung dari
beberapa hal, seperti hasil monitor gula darah, diet, olahraga, maupun
usia pubertas terkadang kebutuhan meningkat hingga 2 unit/kg berat
badan/hari), kondisi stress maupun saat sakit.
b. Diet
Secara umum diet pada anak DM tipe 1 tetap mengacu pada upaya
untuk mengoptimalkan proses pertumbuhan. Untuk itu pemberian diet
terdiri dari 50-55% karbohidrat, 15-20% protein dan 30% lemak.Pada
anak DM tipe 1 asupan kalori perhari harus dipantau ketat karena terkait
dengan dosis insulin yang diberikan selain monitoring
pertumbuhannya.Kebutuhan kalori perharisebagaimana kebutuhan pada
anak sehat/normal. Ada beberapa anjuran pengaturan persentase diet yaitu
20% makan pagi, 25% makan siang serta 25% makan malam, diselingi
dengan 3 kali snack masing-masing 10% total kebutuhan kalori perhari.
Pemberian diet ini juga memperhatikan regimen yang digunakan. Pada
regimen basal bolus, pasien harus mengetahui rasio insulin:karbohidrat
untuk menentukan dosis pemberian insulin.
c. Aktivitas fisik/ exercise
Anak DM bukannya tidak boleh berolahraga. Justru dengan
berolahraga akan membantu mempertahankan berat badan ideal,
menurunkan berat badanapabila menjadi obes serta meningkatkan percaya
diri. Olahraga akan membantu menurunkan kadar gula darah serta
meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin. Namun perlu diketahui
pula bahwa olahraga dapat meningkatkan risiko hipoglikemia maupun
hiperglikemia (bahkan ketoasidosis). Sehingga pada anak DM memiliki
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjalankan olahraga, di
antaranya adalah target gula darah yang diperbolehkan untuk olahraga,
penyesuaian diet, insulin serta monitoring gula darah yang aman.
Apabila gula darah sebelum olahraga di atas 250 mg/dl serta
didapatkan adanya ketonemia maka dilarang berolahraga. Apabila kadar
gula darah di bawah 90 mg/dl, maka sebelum berolahraga perlu
menambahkan diet karbohidrat untuk mencegah hipoglikemia.

d. Edukasi
Langkah yang tidak kalah penting adalah edukasi baik untuk penderita
maupun orang tuanya. Keluarga perlu diedukasi tentang penyakitnya,
patofisiologi, apa yang boleh dan tidak boleh pada penderita DM, insulin
(regimen, dosis, cara menyuntik, lokasi menyuntik serta efek samping
penyuntikan), monitor gula darah dan juga target gula darah ataupun
HbA1c yang diinginkan.

e. Monitoring kontrol glikemik


Monitoring ini menjadi evaluasi apakah tatalaksana yang diberikan
sudah baik atau belum. Kontrol glikemik yang baik akan memperbaiki
kualitas hidup pasien, termasuk mencegah komplikasi baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Pasien harus melakukan pemeriksaan gula darah
berkala dalam sehari. Setiap 3 bulan memeriksa HbA1c. Di samping itu,
efek samping pemberian insulin, komplikasi yang terjadi, serta
pertumbuhan dan perkembangan perlu dipantau.

7. Komplikasi
Komplikasi jangka pendek (akut) yang sering terjadi : hipoglikemia
dan ketoasidosis. Komplikasi jangka panjang biasanya terjadi setelah tahun
ke-5, berupa : nefropati, neuropati, dan retinopati. Nefropati diabetik dijumpai
pada 1 diantara 3 penderita DM tipe 1.
Diagnosis dini dan pengobatan dini penting sekali untuk :
a. Mengurangi terjadinya gagal ginjal berat, yang memerlukan dialisis.
b. Menunda ”end stage renal disease” dan dengan ini memperpanjang umur
penderita.
Adanya ’mikroalbuminuria’ merupakan parameter yang paling sensitif
untuk identifikasi penderita resiko tinggi untuk nefropati diabetik.
Mikroalbuminuria mendahului makroalbuminuria. Pada anak dengan DM
tipe-1 selama > 5 tahun, dianjurkan skrining mikroalbuminuria 1x/tahun. Bila
tes positif, maka dianjurkan lebih sering dilakukan pemeriksaan. Bila
didapatkan hipertensi pada penderita DM tipe-1, biasanya disertai terjadinya
nefropati diabetik.
Tindakan : pengobatan hiperglikemia dan hipertensi (bila ada).

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS JUVENILE DIABETES


1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes
mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata,
keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, riwayat kesehatan, keluhan utama,
sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan
sehari-hari.
a. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register,
tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk
membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat
dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan
penyakit infeksi.
b. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
DS yg mungkin timbul :
1) Klien mengeluh sering kesemutan.
2) Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari
3) Klien mengeluh sering merasa haus
4) Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)
5) Klien mengeluh merasa lemah
6) Klien mengeluh pandangannya kabur
DO :
1) Klien tampak lemas.
2) Terjadi penurunan berat badan
3) Tonus otot menurun
4) Terjadi atropi otot
5) Kulit dan membrane mukosa tampak kering
6) Tampak adanya luka ganggren
7) Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam
c. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.
d. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
a. Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji
tekanan nadi, dan kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien
cenderung memiliki TD yang meningkat/ tinggi/ hipertensi.
b. Pulse rate
c. Respiratory rate
d. Suhu
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
1) Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak
adanya atropi otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan
cepat dan dalam, tampak adanya retinopati, kekaburan pandangan.
2) Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru.
3) Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah.
f. Pemeriksaan penunjang
1) Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
2) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l
5) Elektrolit :
a) Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
b) Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
c) Fosfor : lebih sering menurun
6) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4
bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat
bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak adekuat
versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru).
7) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan
penurunan pada HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi
alkalosis respiratorik.
8) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ;
leukositosis : hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress
atau infeksi.
9) Ureum/ kreatinin: mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)
10) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan
adanya pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
11) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada
( pada tipe 1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang
mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody .
( autoantibody).
12) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid
dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13) Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas
mungkin meningkat.
14) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
15) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Keluarga
b) Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
c) Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,
mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum
obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan
klien untuk menanggulangi penyakitnya.
Hal – hal yang biasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan diabetes
mellitus:
a. Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
b. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus padA kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
c. Integritas Ego
Stress, ansietas
d. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
e. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik.
f. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, paresthesia,
gangguan penglihatan.
g. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
h. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
i. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan DM type 1
meliputi:
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi
b. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik ditandai dengan sering lelah, lemah, pucat, klien tampak
letargi/tidak bergairah.
c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor biologi
(defisiensi insulin) ditandai dengan lemas, berat badan pasien menurun
walaupun intake makanan adekuat, mual dan muntah, konjungtiva tampak
pucat, pasien tampak lemah, GDS >200 mg/dl
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
e. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori.

3. Rencana Intervensi
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi
Kriteria Hasil :
1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal
2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3) Tidak ada tanda tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Intervensi :
1) Kaji intensitas haluaran urine yang berlebihan.
2) Observasi tanda-tanda vital.
3) Kaji warna kulit dan kelembapannya.
4) Kaji CRT, turgor kulit dan membran mukosa.
5) Observasi dan catat intake output.
6) Kolaborasi pemberian cairan minimal 2000 ml/hari.
7) Libatkan orang tua untuk memotivasi anak banyak minum.
b. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik ditandai dengan sering lelah, lemah, pucat , klien tampak
letargi/tidak bergairah
Kriteria Hasil :
1) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) secara mandiri
2) Tanda-tanda vital normal
3) Sirkulasi status baik
Intervensi :
1) Diskusikan dengan pasien dan keluarga kebutuhan aktivitas.
2) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
3) Monitor TTV sebelum dan sesudah aktivitas.
4) Libatkan orang tua dalam memantau aktivitas anak.
c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor biologi
(defisiensi insulin) ditandai dengan lemas, berat badan pasien menurun
walaupun intake makanan adekuat, mual dan muntah, konjungtiva tampak
pucat, pasien tampak lemah, GDS >200 mg/dl
Kriteria Hasil :
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
3) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
4) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi:
1) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet.
2) Monitor berat badan tiap hari.
3) Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makanan sesuai dengan
indikasi.
4) Berikan terapi insulin sesuai dengan program.
5) Ciptakan lingkungan yang optimal saat mengkomsumsi makanan.
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
Kriteria Hasil :
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis, dan program pengobatan.
2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar.
3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembalii apa yang dijelaskan
perawat / tim kesehatan lainnya.
Intervensi :
1) Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan orang
tua untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
2) Beri informasi mengenai tanda dan gejala yang biasa muncul.
3) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.

e. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori


Kriteria Hasil :
1) Pasien terbebas dari cidera.
2) Pasien mampu menjelaskan cara / metode untuk mencegah injury /
cidera.
3) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda vital.
2) Orientasikan pasien dengan lingkungan sekitarnya.
3) Pantau adanya keluhan parestesia,nyeri atau kehilangan sensori.
4) Libatkan keluarga dalam menyediakan lingkungan yang aman
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Juvenile Diabetes atau DM tipe 1 terjadi disebabkan oleh karena kerusakan sel
β-pankreas. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh proses autoimun
maupun idiopatik. Pada DM tipe 1 sekresi insulin berkurang atau terhenti. Faktor
penyebab diabetes mellitus tipe 1 terdapat tiga faktor penyebab, faktor penyebab
yang lebih umum adalah faktor genetik, kemudian faktor imunologi, dan faktor
lingkungan.
Perjalanan penyakit diabetes mellitus tipe 1 ini melalui empat tahap yaitu,
periode pra-diabetes, periode manifestasi klinis diabetes, periode honey-moon,
dan periode ketergantungan insulin yang menetap. Pada periode pra-diabetes,
gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena baru ada proses destruksi sel
β-pankreas. Kemudian tahap periode manifestasi klinis diabetes, gejala-gejala
mulai muncul, dan sudah terjadi kerusakan sel β-pankreas sekitar 90%. Karena
sekresi insulin sangat kurang, maka kadar gula darah akan meningkat. Kadar gula
darah yang melebihi 180 ml/dl akan menyebabkan diuresis osmotik, keadaan ini
menyebabkan terjadinya poliuria, dehidrasi, polidipsi, dan penderita akan merasa
lapar (polifagi), ini dikarenakan gula darah tidak dapat di uptake ke dalam sel.
Tahap ketiga yaitu, periode honey-moon. Pada periode ini sisa-sisa sel β-pankreas
akan bekerja optimal sehingga akan diproduksi insulin dari dalam tubuh sendiri.
Pada saat ini kebutuhan insulin dari luar tubuh akan berkurang. Namun periode
ini hanya berlangsung sementara. Tahap terakhir atau tahap keempat, yaitu
periode ketergantungan insulin yang menetap, penderita akan membutuhkan
insulin kembali dari luar tubuh seumur hidupnya.
Penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 1, tidak hanya meliputi pengobatan
berupa pemberian insulin. Ada hal-hal lain selain insulin yang perlu diperhatikan
yaitu insulin, diet, aktivitas fisik / olahraga, edukasi, dan monitoring kontrol
glikemik.

B. SARAN
Adanya makalah ini diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran dan
menambah ilmu, adapun kekurangan dari makalah ini agar dapat ditambahkan
dan disempurnakan oleh para pembaca pada makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

ADA. 2016. Standart of Medical Care in Diabetes . American Diabetes Association.


Arief Mansjoer. (2010). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media
Aesculapius.
ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009. Pediatric Diabetes 2009: 10.
http://repository.maranatha.edu/3415/3/0910085_Chapter1.pdf (Diakses pada
tanggal 19 September 2018)
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI
Rustama DS, Subardja D, Oentario MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N (2010).
Diabetes Melitus. Dalam: Jose RL Batubara Bambang Tridjaja AAP Aman B.
Pulungan, editor. Buku Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta: Sagung Seto 2010,
h 124-161.
Weinzimer SA, Magge S (2005). Type 1 diabetes mellitus in children. Dalam:
Moshang T Jr. Pediatric endocrinology. Philadelphia: Mosby Inc, h 3-18.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DIARE
ASKEP

KEPERAWATAN ANAK

SEMESTER IV

Dosen Pembimbing :

Ns. Indra Tri Astuti, M.Kep, Sp.Kep.An

Disusun Oleh :

M. Saiqul Ulum 30901800116

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG


YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN

2020
A. pengkajian
1. Identitas pasien dan penanggung jawab
- Identitas pasien:
Nama : An. N
Umur : 2 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : PAUD
Pekerjaan :-
Alamat : Ds. Kalipang Kec. Sarang Kab.
Rembang
Diagnose medis : Diare
Tanggal masuk : 29 Juni 2020
- Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. A
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Alamat : Ds. Kalipang Kec. Sarang Kab. Rembang
B. Status kesehatan saat ini
1. Keluarga pasien mengatakan keluhan utama yang dirasakan adalah
pasien BAB 3 kali dalam sehari disertai muntah
2. Riwayat kesehatan yang lalu
Keluarga pasien mengatakan sebelumnya pasien pernah mengalami
diare karena alergi makanan
3. Riwayat penyakit kluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare
C. Riwayat kesehatan lingkungan
Keluarga pasien mengatakan suka menyimpan makanan pada area yang
lembab, kurang menjaga kebersihan tempat tinggal
II POLA KESEHATAN FUNGSIONAL (DATA FOKUS)

1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan


Ibu pasien mengatakan kurang memperhatikan kesehatan pasien, karena
harus sibuk bekerja. Keluarga pasien mengatakan menitipkan anaknya
pada tetangga, jadi tidak terlalu mengerti mengenai makanan yang bergizi
dan pola istirahat yang baik pada pasien. Sebelumnya, pasien sudah
dibelikan obat di Apotik, akan tetapi tidak mengalami perubahan
2. Pola BAB
Pasien BAB 3 kali dalam sehari BAB warna kuning kehijauan, bercampur
lendir. Konsistensi encer, keluarga pasien mengatakan pasien sudah
mengalami pola BAB seperti ini selama 2 hari
3. Pola BAK
Keluarga pasien mengatakan BAK pasien hanya sedikit dan hanya 2 kali
dalam sehari, warna urin kuning bening dan memiliki bau yang khas
4. Pola aktifitas dan latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan : pasien tidak memiliki pekerjaan, dan kegiatan
yang dilakukan pasien sehari-hari adalah sekolah, dan bermain
b. Olahraga yang dilakukan: pasien sering melakukan olahraga dengan
bermain dengan tetangganya
c. Kesulitan /keluhan dalam aktifitas
1) Pergerakan tubuh
2) Perawatan diri (mandi, mengenakan pakaian, bersolek, makan, dll)
3) Berhajat (BAK/BAB)
4) Keluhan sesak nafas setelah melakukan aktifitas
5) Sering menangis
5. Pola Istirahat dan Tidur
a. Kebiasaan tidur: pasien kesulitan untuk tidur malam, malam hari
tidur jam 22.00-05.00
b. Kesulitan tidur : pasien mengalami kesulitan tidur, pasien mengalami
insomnia
6. Pola Nutrisi-Metabolik
Keluarga pasien mengatakan dari kemarin pasien muntah setiap kali makan
III. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)

1. Kesadaran
Composmentis

2. Penampilan
Lemah dan pucat

3. Vital sign
a. Suhu Tubuh: 37,5o C
b. Tekanan Darah : 100/50 mmhg
c. Respirasi : 20x/menit
d. Nadi: 100x/menit
4. Kepala
Bentuk kepala mesosopal, tidak terdapat lesi dan benjolan, rambut bersih
tanpa ketombe.

5. Mata
Mata cekung, sklera anikterik,conjugntiva anemis, bentuk simetris
6. Hidung
Hidung bersih tidak terdapat sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung.
7. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada alat bantu
dengar, dan tidak terdapat infeksi
8. Mulut dan Tenggorokan
Lidah bersih, mukosa bibir kering, tidak ada somatitis
9. Dada
Dada simetris, tidak teraba benjolan, dan tidak ada nyeri tekan
10. Abdomen  :
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak tampak asites
Auskultasi : Peristaltik usus 37x/menit, bising usus hiperaktif
Perkusi : suara timpani
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar

11. Genetalia : genetalia pada pasien tampak bersih, tidak terdapat tanda-
tanda infeksi, tidak terpasang kateter
12. Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas pada pasien berfungsi secara normal, capillary revill pasien
<3 detik, pada tangan pasien tidak sedang terpasang infus
13. Kulit
Kulit pada pasien tampak bersih tidak ada luka atau bekas jahitan, kulit
pasien lemba..

A. ANALISA DATA

Tgl / Data Fokus Problem Etiologi


jam

01- Ds: Keluarga pasien mengatakan Diare Fisiologis : proses


07- pasien mengalami BAB 3 kali infeksi
202 dalam sehari dengan konsistensi
0 encer dan bercampur lendir
Do:
 Warna BAB kuning
kehijauan dan bercampur
berlendir
 Konsistensi encer
 Frekuensi 3x dlm sehari
 Berlangsung selama 2 hari
 Peristaltik usus 37x/menit
01- Ds: Keluarga pasien mengatakan Defisit nutrisi Ketidakmampuan
07- kurang memperhatikan pola mencerna makanan
202 makan pasien karena sibuk bekerja
0 Do: Pasien tampak lemas dan
pucat, frekuensi BAB 3 kali dalam
sehari, bising usus hiperaktif,
membran mukosa kering, sering
muntah

01- Ds: Keluarga pasien mengatakan Resiko Ketidakseimbangan


07- BAK pasien hanya sedikit dan ketidakseimbanga cairan
202 hanya 1 kali dalam sehari n elektrolit
0 Do:
 Pasien tampak lemas dan
pucat
 Mata klien tampak cekung
 Muntah
 Mukosa bibir kering
S: 37,5o C
TD : 100/50 mmhg
RR : 20x/menit
N : 100x/menit

01- Ds: Ibu klien mengatakan tidak Defisit Kurang terpapar


07- mengerti tentang diare mulai dari pengetahuan informasi
202 tanda gejala sampai
0 penanganannya
Do: Ibu pasien tampak bingung
dengan apa yang harus dilakukan,
sebelumnya pasien hanya
dibelikan obat diare anak di
Apotik

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN & PRIORITAS DIAGNOSA:


a. Diare b.d fisiologis : proses infeksi d.d feses lembek atau cair
b. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d diare
c. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d ketidakseimbangan cairan
d. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
C. PLANNING / INTERVENSI
Tgl / Diagnosa Tujuan & Planning
jam keperawatan
Kriteria Hasil

01- Diare b.d fisiologis SLKI SIKI


07- : proses infeksi d.d Tujuan: setelah Observasi:
2020 feses lembek atau dilakukan tindakan  identifikasi penyebab
cair keperawatan selama diare
2x24 jam diharapkan Terapeutik:
diare tidak terjadi lagi  berikan asupan cairan
dengan kriteria hasil: oral
1 Eliminasi defekasi  berikan cairan intravena
efektif  Ambil sampel darah
2 Keseimbangan cairan untuk pemeriksaan
3 Keseimbangan darah lengkap dan
elektrolit elektrolit
4 Hidrasi yang adekuat  Ambil sampel feses
untuk kultur
Edukasi:
 Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI

01- Defisit nutrisi b.d SLKI SIKI


07- ketidakmampuan Tujuan: setelah Observasi:
2020 mencerna dilakukan tindakan  Identifikasi status
makanan d.d diare keperawatan selama nutrisi
2X24 jam diharapkan  Identifikasi alergi dan
nutrisi pasien akan intoleransi makanan
terpenuhi sesuai  Monitor asupan
kebutuhan, dengan makanan
kriteria hasil: Terapeutik:
1 status nutrisi efektif  Lakukan oral hygiene
2 fungsi sebelum makanan
gastrointestinal  Fasilitasi menentukan
membaik pedoman diet
3 stimulus untuk  Berikan suplemen
makan meningkat makanan
Edukasi:
Anjurkan diet yang
diprogramkan
01- Resiko SLKI SIKI
07- ketidakseimbanga Tujuan: setelah Observasi:
2020 n elektrolit b.d dilakukan tindakan  Monitor status hidrasi
ketidakseimbanga keperawatan selama Terapeutik:
n cairan 2X24 jam diharapkan  Catat intake-output dan
kebutuhan cairan hitung balance cairan
pasien akan terpenuhi 24 jam
sesuai kebutuhan,  Berikan asupan cairan
dengan kriteria hasil:
1 Intake dan output
dalam 24 jam
seimbang
2 vital sign dalam batas
normal
3 membran mukosa
basah, mata tak cekung
01- Defisit SLKI SIKI
07- pengetahuan b.d Tujuan: setelah Observasi:
2020 kurang terpapar dilakukan tindakan  Monitor statu kesehatan
informasi keperawatan selama anak dan status
1X24 jam diharapkan imunisasi anak
keluarga pasien paham Terapeutik:
tentang penyakit
 Fasilitasi orang tua
anaknya dan
dalam memiliki harapan
pengobatannya serta
yang realitas sesuai
mampu memberikan
tingkat kemampuan dan
perawatan, dengan
perkembangan anak
kriteria hasil:
 Tingkatkan interaksi
1 Tingkat pengetahuan
orang tua anak dan
keluarga pasien
berikan contoh
meningkat
 Fasilitasi mengatur
2 keluarga pasien
penitipan anak
mampu mengingat cara
perawatan pada
anaknya Edukasi

Ajarkan orang tua untuk


menanggapi isyarat anak
D. IMPLEMENTASI

Tgl / jam Diagnosa Implementasi Respon


keperawatan

02-07- Diare b.d Observasi: -keluarga


2020/08.0 fisiologis : proses  identifikasi pasien
0 infeksi d.d feses penyebab tampak
lembek atau cair diare kooperatif
Terapeutik: saat
 berikan dilakukan
asupan cairan identfikasi
oral penyebab
 Ambil diare
sampel darah -pasien
untuk kooperatif
pemeriksaan saat
darah diberikan
lengkap dan asupan cairan
elektrolit -pasien

 Ambil menangis

sampel feses saat

untuk kultur pengambilan

Edukasi: sampel darah

Anjurkan -keluarga

melanjutkan pasien

pemberian ASI kooperatif


saat
pengambilan
feses
-ibu pasien
mengerti
ketika
diberikan
edukasi
untuk
melanjutkan
pemberian
ASI
03-07- Defisit nutrisi b.d Observasi: -keluarga
2020/10.0 ketidakmampuan  Identifikasi pasien
0 mencerna status nutrisi kooperatif
makanan d.d  Identifikasi saat
diare alergi dan identifikasi
intoleransi status nutrisi
makanan -keluarga
 Monitor pasien
asupan kooperatif
makanan saat
Terapeutik: dilakukan

 Lakukan oral identifikasi


hygiene alergi dan

sebelum intoleransi

makanan makanan

 Fasilitasi -pasien

menentukan kooperatif

pedoman diet saat


 Berikan dilakukan
suplemen monitor
makanan asupan
Edukasi: makanan
Anjurkan diet yang -pasien
diprogramkan menangis
saat
dilakukan
oral hygiene
- saat
disajikan
makanan
yang disukai
pasien
tampak
memakanya
tapi hanya
dihabiskan
setengah
porsi
-pasien
tampak suka
dengan
makanan
yang tinggi
kalori dan
tinggi protein
-pasien
tampak nurut
ketika
dianjurkan
untuk duduk
-pasien
mematuhi
diet yang
telah di
programkan.
04-07- Resiko Observasi: -pasien
2020/ ketidakseimbanga  Monitor tampak
08.00 n elektrolit b.d status hidrasi kooperatif
ketidakseimbanga Terapeutik: saat
n cairan  Catat intake- dilakukan
output dan monitor
hitung status hidrasi
balance -keluarga
cairan 24 jam pasien
 Berikan kooperatif
asupan cairan menjawab
saat ditanya
tentang BAK
pasien
-pasien selalu
menghabiska
n minum
yang telah
diberikan
05-07- Defisit Observasi: -keluarga
2020/10.0 pengetahuan b.d  Monitor statu pasien
0 kurang terpapar kesehatan tampak
informasi anak dan kooperatif
status saat
imunisasi dilakukan
anak monitor
Terapeutik: status
kesehatan
 Fasilitasi
dan imunisasi
orang tua
pada anak
dalam
- keluarga
memiliki
pasien
harapan yang
kooperatif
realitas
saat diajarkan
sesuai tingkat
tentang
kemampuan
tingkat
dan
kemampuan
perkembanga
dan
n anak
perkembanga
 Tingkatkan
n anak
interaksi
orang tua - keluarga
anak dan pasien
berikan kooperatif
contoh saat
 Fasilitasi dilakukan
mengatur interaksi
penitipan orang tua
anak pada anaknya
Edukasi
- keluarga
Ajarkan orang tua pasein
untuk menanggapi memahami
isyarat bayi pola
mengatur
penitipan
pada anak

EVALUASI

Tgl/Jam Diagnosa Catatan perkembangan TTD


08/08.0 Diare b.d S : Ibu pasien mengatakan BAB anaknya
0 fisiologis : proses sudah tidak sering, akan tetapi masih sedikit
infeksi d.d feses encer tidak disertai lendir
lembek atau cair O: Freluensi BAB pasien normal, warna
feses kuning konsistensi sedikit encer
-pasien tampak tidak pucat
TTV :
S: 36,5 derajad selsius
TD : 95/70 mmHg
Rr: 20X/menit
N : 100 kali/menit
A: masalah belum teratasi
P: Kolaborasi pemberian obat antimotilitas

08/10.0 Defisit nutrisi b.d S: pasien mengatakan sudah mau makan dan
0 ketidakmampuan sudah tidak muntah
mencerna makanan O: pasien tampak tidak lemah, dan sudah
d.d diare tidak pucat
A: masalah teratasi
P: hentikan interfensi
08/12.0 Resiko S: Ibu pasien mengatakan BAK pasien sudah
0 ketidakseimbangan lancar dalam
elektrolit b.d O: Mukosa bibir basah, frekuensi BAK 3 kali
ketidakseimbangan dalam sehari
cairan A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
09/15.0 Defisit S: Keluarga pasien mengatakan sudah mulai
0 pengetahuan b.d mengerti tentang diare
kurang terpapar O: Pasien nampak tidak bingung
informasi A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
FORMAT KONTRAK BELAJAR STASE ANAK

PRODI S1 KEPERAWATAN

Minggu Ke :3

Hari / Tanggal : Senin-Sabtu/15–4 Juli 2020

NO JAM RENCANA KEGIATAN IMPLEMENTASI DAN


EVALUASI
1. Senin, 29 1. Menyusun kontrak
Juni 2020 belajar
08.00-14.00 2. Penyusunan Laporan
Pendahuluan dengan
kasus Diabetes pada anak
2. Selasa, 30 1. Pre conference
Juni 2020
08.00-14.00
3. Rabu, 1 Juli 1. Penyusunan Laporan
2020 Kasus
08.00-14.00 2. Pemeriksaan fisik pada
bayi/anak
3. Melakukan terapi
bermain
4. Meberikan pendidikan
kesehatan
4. Kamis, 2 1. Memberikan makan
Juli 2020 melalui OGT/NGT
08.00-14.00 2. Memberikan terapi
oksigenasi
5. Jumat, 3 1. Memberikan nebulizer
Juli 2020 2. Infus dam syringe pump
08.00-14.00 (menghitung kebutuhan
terapi)
6. Sabtu, 4 1. Kangaroo Mother Care
Juli 2020 2. Melakukan fisioterapi
08.00-14.00 dada
3. Melakukan water tepid
sponge
SATUAN ACARA PENYULUHAN

MENJAGA KEBERSIHAN TANGAN

1. Topik : Juvenile diabetes


2. Sub topik : Mencegah diabetes pada anak
3. Hari/ Tanggal : Sabtu 3 Juli 2020
4. Tempat : rumah
5. Sasaran : Ibu atau orang tua anak
6. Penyuluh : Mahasiswa
7. Tujuan :
A. Tujuan Intruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 15menit, diharapkan ibu-ibu
dapat mengerti dan memahami gambaran umum tentang cara
mencegah diabetes pada anak
B. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan sasaran mampu :
a. Menjelaskan pengertian juvenile diabetes
b. Menjelaskan ttanda gejala juvenile diabetes
c. Menyebutkan faktor-faktor penyebab diabetes

8. Materi : Terlampir

9. Metode : Ceramah, diskusi/ tanya jawab

10. Media : Leaflet

11. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran


1. 5 Menit 1. Pengucapan salam 1. Menjawab salam
2. Perkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
Penjelasan mengenai materi memperhatikan
dan tujuan
2. 15 Menit 1.Menjelaskan pengertian Menimak mengajukan
mencuci tangan pada anak pertanyaan dan
2.Menjelaskan kapan saja mendemonstrasikan
melakukan cuci tangan
3.Menyebutkan tahapan cuci
tangan dengan benar
4.Mempraktikan cuci tangan
dengan benar
3. 5 Menit 1.Menyimpulkan materi Mendengarkan, menjawab
2.Mengevaluasi dengan pertanyaan, dan menjawab
menanyakan kepada sasaran salam
tentang materi yang telah
diberikan
3.Mengakhiri pertemuan
dengan mengucapkan salam
dan terima kasih

13. Evaluasi :

No Pertanyaan Bobot
1 Apakah pengertian dari juvenile diabetes? 1
2 Apa saja tanda dan gejala juvenile diabetes? 1
3 Bagaimana cara mencegah juvenile diabetes? 1
Jumlah 3

LAMPIRAN MATERI
1. Pengertian Diabetes
Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia kronik.
Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya
adalah gangguan sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari hormon
insulin atau gangguan kedua-duanya. dikatakan Diabetes tipe 1 karena pada
saat iutu hormon insulin berhenti dalam memproduksi insulin, sebab adanya
sel pankreas, penyakit ini mayoritas diderita oleh orang dewasa muda atau
anak-anak maka dari itu biasa dikenal dengan juvenile diabetes
2. Klasifikasi
a. DM Tipe-1 (destruksi sel-β)

b. DM tipe-2
3. Tanda gejala diabetes
a. Rasa haus yang ekstrim
b. BB turun
c. Sering merasa lapar
4. Peran keluarga dalam mengendalikan juvanile diabetes
a. Menjaga pola makan anak
b. Rutin berolahraga
c. Rutin mengechek gula darah sewaktu pada anak
d. Mengedukasi anak mengenai Diabetes

Lampiran foto pendidikan kesehatan Juvenile diabetes

Anda mungkin juga menyukai