JUVENILE DIABETES
LAPORAN
KEPERAWATAN ANAK
SEMESTER IV
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seseorang yang tidak memperhatikan kondisi kesehatannya dan kurang
memperhatikan pola hidup yang baik serta kurangnya aktifitas seperti olahraga
dan aktifitas diluar rumah, akan mengakibatnya tubuh mudah terserang penyakit.
Masalah kesehatan yang timbul seperti penyakit kanker, diabetes melitus dan
penyakit degeneratif lainnya. Penyakit diabetes melitus adalah suatu penyakit
keturunan atau genetik yang sulit disembuhkan tetapi dapat dikontrol kadar gula
darahnya untuk menjadi normal. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu keadaan
hiperglikemia kronik yang disertai dengan berbagai kelainan metabolik yang
dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronik yang akan mengganggu pada
mata, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer, 2010).
Prevalensi kejadian diabetes melitus di dunia setiap tahunnya mengalami
peningkatan ditunjukkan pada tahun 1980 dengan jumlah penderita 108 juta jiwa dan
pada tahun 2014 jumlah penderita menjadi 422 juta jiwa (WHO, 2014). Negara
Indonesia mempunyai penderita DM sebesar 12,1 juta jiwa pada tahun 2013
(Kemenkes RI, 2013).
Diabetes Melitus digolongkan menjadi 2 tipe yaitu tipe I dan tipe II (WHO,
2013). Tipe I sering disebut juvenile diabetes, di derita oleh penderita DM sebesar 5%
dari total penderita DM di dunia. Diabetes Melitus tipe I dimiliki oleh penderita DM
tubuhnya tidak dapat memproduksi insulin (ADA, 2016). Tubuh memecah gula dan
pati yang kita makan menjadi gula sederhana (glukosa) untuk dijadikan energi.
Insulin adalah hormon yang mengatur kadar glukosa darah (ADA, 2016). Diabetes
Melitus tipe 1 harus menggunakan terapi insulin. Diabetes Melitus tipe 2 dimiliki
oleh penderita DM yang tubuhnya tidak dapat menggunakan insulin secara benar,
disebut juga dengan retensi insulin (ADA, 2016). Pankreas bekerja ekstra untuk
menggunakan insulin lama kelamaan pankreas tidak dapat mengimbangi dan
memproduksi insulin dengan baik untuk menjaga kadar glukosa tetap dalam batas
normal (ADA, 2016).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi juvenile diabetes atau yang sering disebut dengan diabetes
mellitus tipe 1?
2. Apa faktor penyebab diabetes mellitus tipe 1?
3. Bagaimana patofisiologi dari diabetes mellitus tipe 1?
4. Bagaimana penatalaksanaan untuk diabetes mellitus tipe 1?
C. Tujuan
1. Dapat memahami definisi juvenile diabetes atau diabetes mellitus tipe 1.
2. Dapat mengetahui faktor-faktor penyebab dari diabetes mellitus tipe 1.
3. Dapat memahami patofisiologi diabetes mellitus tipe 1.
4. Dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 1.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Etiologi
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes
tipe- 1. Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor
genetik/keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan
melalui faktor genetik.
a. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan
proses imun lainnya.
b. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing,
yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
4. Gejala Klinis
a. Polidipsi, poliuria, polifagia, berat badan turun
b. Hiperglikemia (≥ 200 mg/dl), ketonemia, glukosuria
a. Periode pra-diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena baru
ada proses destruksi sel β-pankreas. Predisposisi genetik tertentu
memungkinkan terjadinya proses destruksi ini. Sekresi insulin mulai
berkurang ditandai dengan mulai berkurangnya sel β-pankreas yang
berfungsi. Kadar C-peptide mulai menurun. Pada periode ini autoantibodi
mulai ditemukan apabila dilakukan pemeriksaan laboratorium.
6. Penatalaksanaan
Tatalaksana pasien dengan DM tipe 1 tidak hanya meliputi pengobatan
berupa pemberian insulin. Ada hal-hal lain selain insulin yang perlu
diperhatikan dalam tatalaksana agar penderita mendapatkan kualitas hidup
yang optimal dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Rustama DS,
dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines. 2009).
Terdapat 5 pilar manajemen DM tipe 1, yaitu:
a. Insulin
b. Diet
c. Aktivitas fisik/exercise
d. Edukasi
e. Monitoring kontrol glikemik
a. Insulin
Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada penderita DM
Tipe 1. Dalam pemberian insulin perlu diperhatikan jenis insulin, dosis
insulin, regimen yang digunakan, cara menyuntik serta penyesuaian dosis
yang diperlukan.
1) Jenis insulin: kita mengenal beberapa jenis insulin, yaitu insulin kerja
cepat, kerja pendek, kerja menengah, kerja panjang, maupun insulin
campuran (campuran kerja cepat/pendek dengan kerja menengah).
Penggunaan jenis insulin ini tergantung regimen yang digunakan.
2) Dosis insulin: dosis total harian pada anak berkisar antara 0,5-1
unit/kg beratbadan pada awal diagnosis ditegakkan. Dosis ini
selanjutnya akan diatur disesuaikan dengan faktor-faktor yang ada,
baik pada penyakitnya maupun penderitanya.
3) Regimen: kita mengenal dua macam regimen, yaitu regimen
konvensional serta regimen intensif. Regimen konvensional/mix-split
regimendapat berupa pemberian dua kali suntik/hari atau tiga kali
suntik/hari. Sedangkan regimen intensif berupa pemberian regimen
basal bolus. Pada regimen basal bolus dibedakan antara insulin yang
diberikan untuk memberikan dosis basal maupun dosis bolus.
4) Cara menyuntik: terdapat beberapa tempat penyuntikan yang baik
dalam hal absorpsinya yaitu di daerah abdomen (paling baik
absorpsinya), lengan atas, lateral paha. Daerah bokong tidak
dianjurkan karena paling buruk absorpsinya.
5) Penyesuaian dosis: Kebutuhan insulin akan berubah tergantung dari
beberapa hal, seperti hasil monitor gula darah, diet, olahraga, maupun
usia pubertas terkadang kebutuhan meningkat hingga 2 unit/kg berat
badan/hari), kondisi stress maupun saat sakit.
b. Diet
Secara umum diet pada anak DM tipe 1 tetap mengacu pada upaya
untuk mengoptimalkan proses pertumbuhan. Untuk itu pemberian diet
terdiri dari 50-55% karbohidrat, 15-20% protein dan 30% lemak.Pada
anak DM tipe 1 asupan kalori perhari harus dipantau ketat karena terkait
dengan dosis insulin yang diberikan selain monitoring
pertumbuhannya.Kebutuhan kalori perharisebagaimana kebutuhan pada
anak sehat/normal. Ada beberapa anjuran pengaturan persentase diet yaitu
20% makan pagi, 25% makan siang serta 25% makan malam, diselingi
dengan 3 kali snack masing-masing 10% total kebutuhan kalori perhari.
Pemberian diet ini juga memperhatikan regimen yang digunakan. Pada
regimen basal bolus, pasien harus mengetahui rasio insulin:karbohidrat
untuk menentukan dosis pemberian insulin.
c. Aktivitas fisik/ exercise
Anak DM bukannya tidak boleh berolahraga. Justru dengan
berolahraga akan membantu mempertahankan berat badan ideal,
menurunkan berat badanapabila menjadi obes serta meningkatkan percaya
diri. Olahraga akan membantu menurunkan kadar gula darah serta
meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin. Namun perlu diketahui
pula bahwa olahraga dapat meningkatkan risiko hipoglikemia maupun
hiperglikemia (bahkan ketoasidosis). Sehingga pada anak DM memiliki
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjalankan olahraga, di
antaranya adalah target gula darah yang diperbolehkan untuk olahraga,
penyesuaian diet, insulin serta monitoring gula darah yang aman.
Apabila gula darah sebelum olahraga di atas 250 mg/dl serta
didapatkan adanya ketonemia maka dilarang berolahraga. Apabila kadar
gula darah di bawah 90 mg/dl, maka sebelum berolahraga perlu
menambahkan diet karbohidrat untuk mencegah hipoglikemia.
d. Edukasi
Langkah yang tidak kalah penting adalah edukasi baik untuk penderita
maupun orang tuanya. Keluarga perlu diedukasi tentang penyakitnya,
patofisiologi, apa yang boleh dan tidak boleh pada penderita DM, insulin
(regimen, dosis, cara menyuntik, lokasi menyuntik serta efek samping
penyuntikan), monitor gula darah dan juga target gula darah ataupun
HbA1c yang diinginkan.
7. Komplikasi
Komplikasi jangka pendek (akut) yang sering terjadi : hipoglikemia
dan ketoasidosis. Komplikasi jangka panjang biasanya terjadi setelah tahun
ke-5, berupa : nefropati, neuropati, dan retinopati. Nefropati diabetik dijumpai
pada 1 diantara 3 penderita DM tipe 1.
Diagnosis dini dan pengobatan dini penting sekali untuk :
a. Mengurangi terjadinya gagal ginjal berat, yang memerlukan dialisis.
b. Menunda ”end stage renal disease” dan dengan ini memperpanjang umur
penderita.
Adanya ’mikroalbuminuria’ merupakan parameter yang paling sensitif
untuk identifikasi penderita resiko tinggi untuk nefropati diabetik.
Mikroalbuminuria mendahului makroalbuminuria. Pada anak dengan DM
tipe-1 selama > 5 tahun, dianjurkan skrining mikroalbuminuria 1x/tahun. Bila
tes positif, maka dianjurkan lebih sering dilakukan pemeriksaan. Bila
didapatkan hipertensi pada penderita DM tipe-1, biasanya disertai terjadinya
nefropati diabetik.
Tindakan : pengobatan hiperglikemia dan hipertensi (bila ada).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan DM type 1
meliputi:
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi
b. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik ditandai dengan sering lelah, lemah, pucat, klien tampak
letargi/tidak bergairah.
c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor biologi
(defisiensi insulin) ditandai dengan lemas, berat badan pasien menurun
walaupun intake makanan adekuat, mual dan muntah, konjungtiva tampak
pucat, pasien tampak lemah, GDS >200 mg/dl
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
e. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori.
3. Rencana Intervensi
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi
Kriteria Hasil :
1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal
2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3) Tidak ada tanda tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Intervensi :
1) Kaji intensitas haluaran urine yang berlebihan.
2) Observasi tanda-tanda vital.
3) Kaji warna kulit dan kelembapannya.
4) Kaji CRT, turgor kulit dan membran mukosa.
5) Observasi dan catat intake output.
6) Kolaborasi pemberian cairan minimal 2000 ml/hari.
7) Libatkan orang tua untuk memotivasi anak banyak minum.
b. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik ditandai dengan sering lelah, lemah, pucat , klien tampak
letargi/tidak bergairah
Kriteria Hasil :
1) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) secara mandiri
2) Tanda-tanda vital normal
3) Sirkulasi status baik
Intervensi :
1) Diskusikan dengan pasien dan keluarga kebutuhan aktivitas.
2) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
3) Monitor TTV sebelum dan sesudah aktivitas.
4) Libatkan orang tua dalam memantau aktivitas anak.
c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor biologi
(defisiensi insulin) ditandai dengan lemas, berat badan pasien menurun
walaupun intake makanan adekuat, mual dan muntah, konjungtiva tampak
pucat, pasien tampak lemah, GDS >200 mg/dl
Kriteria Hasil :
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
3) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
4) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi:
1) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet.
2) Monitor berat badan tiap hari.
3) Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makanan sesuai dengan
indikasi.
4) Berikan terapi insulin sesuai dengan program.
5) Ciptakan lingkungan yang optimal saat mengkomsumsi makanan.
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
Kriteria Hasil :
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis, dan program pengobatan.
2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar.
3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembalii apa yang dijelaskan
perawat / tim kesehatan lainnya.
Intervensi :
1) Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan orang
tua untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
2) Beri informasi mengenai tanda dan gejala yang biasa muncul.
3) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
A. KESIMPULAN
Juvenile Diabetes atau DM tipe 1 terjadi disebabkan oleh karena kerusakan sel
β-pankreas. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh proses autoimun
maupun idiopatik. Pada DM tipe 1 sekresi insulin berkurang atau terhenti. Faktor
penyebab diabetes mellitus tipe 1 terdapat tiga faktor penyebab, faktor penyebab
yang lebih umum adalah faktor genetik, kemudian faktor imunologi, dan faktor
lingkungan.
Perjalanan penyakit diabetes mellitus tipe 1 ini melalui empat tahap yaitu,
periode pra-diabetes, periode manifestasi klinis diabetes, periode honey-moon,
dan periode ketergantungan insulin yang menetap. Pada periode pra-diabetes,
gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena baru ada proses destruksi sel
β-pankreas. Kemudian tahap periode manifestasi klinis diabetes, gejala-gejala
mulai muncul, dan sudah terjadi kerusakan sel β-pankreas sekitar 90%. Karena
sekresi insulin sangat kurang, maka kadar gula darah akan meningkat. Kadar gula
darah yang melebihi 180 ml/dl akan menyebabkan diuresis osmotik, keadaan ini
menyebabkan terjadinya poliuria, dehidrasi, polidipsi, dan penderita akan merasa
lapar (polifagi), ini dikarenakan gula darah tidak dapat di uptake ke dalam sel.
Tahap ketiga yaitu, periode honey-moon. Pada periode ini sisa-sisa sel β-pankreas
akan bekerja optimal sehingga akan diproduksi insulin dari dalam tubuh sendiri.
Pada saat ini kebutuhan insulin dari luar tubuh akan berkurang. Namun periode
ini hanya berlangsung sementara. Tahap terakhir atau tahap keempat, yaitu
periode ketergantungan insulin yang menetap, penderita akan membutuhkan
insulin kembali dari luar tubuh seumur hidupnya.
Penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 1, tidak hanya meliputi pengobatan
berupa pemberian insulin. Ada hal-hal lain selain insulin yang perlu diperhatikan
yaitu insulin, diet, aktivitas fisik / olahraga, edukasi, dan monitoring kontrol
glikemik.
B. SARAN
Adanya makalah ini diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran dan
menambah ilmu, adapun kekurangan dari makalah ini agar dapat ditambahkan
dan disempurnakan oleh para pembaca pada makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
KEPERAWATAN ANAK
SEMESTER IV
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
2020
A. pengkajian
1. Identitas pasien dan penanggung jawab
- Identitas pasien:
Nama : An. N
Umur : 2 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : PAUD
Pekerjaan :-
Alamat : Ds. Kalipang Kec. Sarang Kab.
Rembang
Diagnose medis : Diare
Tanggal masuk : 29 Juni 2020
- Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. A
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Alamat : Ds. Kalipang Kec. Sarang Kab. Rembang
B. Status kesehatan saat ini
1. Keluarga pasien mengatakan keluhan utama yang dirasakan adalah
pasien BAB 3 kali dalam sehari disertai muntah
2. Riwayat kesehatan yang lalu
Keluarga pasien mengatakan sebelumnya pasien pernah mengalami
diare karena alergi makanan
3. Riwayat penyakit kluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare
C. Riwayat kesehatan lingkungan
Keluarga pasien mengatakan suka menyimpan makanan pada area yang
lembab, kurang menjaga kebersihan tempat tinggal
II POLA KESEHATAN FUNGSIONAL (DATA FOKUS)
1. Kesadaran
Composmentis
2. Penampilan
Lemah dan pucat
3. Vital sign
a. Suhu Tubuh: 37,5o C
b. Tekanan Darah : 100/50 mmhg
c. Respirasi : 20x/menit
d. Nadi: 100x/menit
4. Kepala
Bentuk kepala mesosopal, tidak terdapat lesi dan benjolan, rambut bersih
tanpa ketombe.
5. Mata
Mata cekung, sklera anikterik,conjugntiva anemis, bentuk simetris
6. Hidung
Hidung bersih tidak terdapat sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung.
7. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada alat bantu
dengar, dan tidak terdapat infeksi
8. Mulut dan Tenggorokan
Lidah bersih, mukosa bibir kering, tidak ada somatitis
9. Dada
Dada simetris, tidak teraba benjolan, dan tidak ada nyeri tekan
10. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak tampak asites
Auskultasi : Peristaltik usus 37x/menit, bising usus hiperaktif
Perkusi : suara timpani
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar
11. Genetalia : genetalia pada pasien tampak bersih, tidak terdapat tanda-
tanda infeksi, tidak terpasang kateter
12. Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas pada pasien berfungsi secara normal, capillary revill pasien
<3 detik, pada tangan pasien tidak sedang terpasang infus
13. Kulit
Kulit pada pasien tampak bersih tidak ada luka atau bekas jahitan, kulit
pasien lemba..
A. ANALISA DATA
Ambil menangis
Anjurkan -keluarga
melanjutkan pasien
sebelum intoleransi
makanan makanan
Fasilitasi -pasien
menentukan kooperatif
EVALUASI
08/10.0 Defisit nutrisi b.d S: pasien mengatakan sudah mau makan dan
0 ketidakmampuan sudah tidak muntah
mencerna makanan O: pasien tampak tidak lemah, dan sudah
d.d diare tidak pucat
A: masalah teratasi
P: hentikan interfensi
08/12.0 Resiko S: Ibu pasien mengatakan BAK pasien sudah
0 ketidakseimbangan lancar dalam
elektrolit b.d O: Mukosa bibir basah, frekuensi BAK 3 kali
ketidakseimbangan dalam sehari
cairan A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
09/15.0 Defisit S: Keluarga pasien mengatakan sudah mulai
0 pengetahuan b.d mengerti tentang diare
kurang terpapar O: Pasien nampak tidak bingung
informasi A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
FORMAT KONTRAK BELAJAR STASE ANAK
PRODI S1 KEPERAWATAN
Minggu Ke :3
8. Materi : Terlampir
13. Evaluasi :
No Pertanyaan Bobot
1 Apakah pengertian dari juvenile diabetes? 1
2 Apa saja tanda dan gejala juvenile diabetes? 1
3 Bagaimana cara mencegah juvenile diabetes? 1
Jumlah 3
LAMPIRAN MATERI
1. Pengertian Diabetes
Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia kronik.
Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya
adalah gangguan sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari hormon
insulin atau gangguan kedua-duanya. dikatakan Diabetes tipe 1 karena pada
saat iutu hormon insulin berhenti dalam memproduksi insulin, sebab adanya
sel pankreas, penyakit ini mayoritas diderita oleh orang dewasa muda atau
anak-anak maka dari itu biasa dikenal dengan juvenile diabetes
2. Klasifikasi
a. DM Tipe-1 (destruksi sel-β)
b. DM tipe-2
3. Tanda gejala diabetes
a. Rasa haus yang ekstrim
b. BB turun
c. Sering merasa lapar
4. Peran keluarga dalam mengendalikan juvanile diabetes
a. Menjaga pola makan anak
b. Rutin berolahraga
c. Rutin mengechek gula darah sewaktu pada anak
d. Mengedukasi anak mengenai Diabetes