Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh
EDDY SYUHUD
NPM : 211560311137

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1) DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA
BEKASI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ASKEP PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

A. DEFINISI
Perilaku adalah tingkah laku atau sikap seseorang yang dicerminkan seseorang
sebagai kebiasaannya. Kekerasan yaitu  sering juga disebut gaduh-gaduh atau amuk.
Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan,
memberi kata-kata ancaman-ancaman,melukai disertai melukai pada tingkat ringan,
dan yang paling berat adalah melukai/ merusak secara serius. Perilaku kekerasan
adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan
individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk,
2008).
Menurut Stuart dan Laraia (1998), perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara
fisik (mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis (emosional,
marah, mudah tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa dirinya sangat
berkuasa, tidak bermoral). Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari
gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Purba dkk, 2008).
Jadi, Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak
sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat
membayangkan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan merusak lingkungan.

B. ETIOLOGI
Gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan
yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan
cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa
mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama
untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut
mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas
marah, dan sebagainya.
Akibatnya klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu
tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi,
artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut
dialami oleh individu:
1. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.
2. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).
4. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan.
D. RENTANG RESPON MARAH
Asertif : mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang
lain dan merasa lega. (ADAPTIF)

Frustasi : Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan


yang tidak realistis.

Pasif : Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan


perasaan yang sedang dialami.

Agresif : Tindakan destruktif terhadap lingkungan yang masih


terkontrol.

Amuk : tindakan destruktif dan bermusuhan yang kuat dan tidak


terkontrol.( MALADAPTIF )

E. FAKTOR PRESPITASI
Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang
lain. Kondisi klien seperti ke lemahan fisik (penyakit fisik), keputusan,
ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku
kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan
merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik
dapat pula memicu perilaku kekerasan.

F. MANIFESTASI KLINIS
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien ke rumah sakit adalah
perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian
dengan cara:
Observasi: Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat.
Sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul
jika tidak senang.
Wawancara: diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah
yang dirasakan klien.
Menurut Budiana Keliat, 1999 tanda-tanda klinisnya yaitu Perasaan malu terhadap
diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena
terapi), rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri),
gangguan hubungan sosial (menarik diri), percaya diri kurang (sukar mengambil
keputusan), mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

G.  ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian 
a. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi,
muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang
sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan
otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat.
Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
b. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan
sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
c. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu
pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi
penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan
diintegrasikan.
d. Aspek social
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan.
Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali
menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga
orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang
berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu
sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa
tidak berdosa.

2. Pohon Masalah
RPK terhadap diri dan orang lain dan lingkungan

Harga Diri Rendah (HDR)

3. Diagnosa Keperawatan
a. RPK diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Dengan data subjektifnya
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh,
ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
Dengan data objektifnya
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan
tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
b. Perilaku kekerasan / amuk
Dengan data subjektifnya
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak
dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Dengan data Objektifnya
Mata merah, wajah agak merah, Nada suara tinggi dan keras, bicara
menguasai, Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang barang.
c. Gangguan konsep diri: HDR
Dengan data subjekif 
Klien merasa tidak mampu, malu, merendahkan dirinya, menyalahkan
dirinya dengan masalah yang terjadi padanya.
Dengan data objektifnya
Terlihat tidak menerima keadaannya.
4. Intervensi Keperawatan
NO. DX KEP. PERENCANAAN INTERVENSI
TUJUAN KRITERIA EVALUASI
1. Perilaku TUM: Setelah dilakukan ...x 20 menit - Beri salam / panggil nama pasien.
kekerasan - Pasien dapat interaksi diharapkan klien - Sebut nama perawat sambil Salaman
melanjutkan menunjukkan tanda-tanda : - Jelaskan maksud hubungan Interaksi
hubungan peran - Pasien mau membalas salam. - Beri rasa nyaman dan sikap Empatis
sesuai tanggung - Pasien mau jabatan - Lakukan kontrak singkat tapi sering
jawab. - Pasien menyebutkan nama
TUK: - Pasien tersenyum
- Pasien dapat - Pasien ada kontak mata
Membina - Pasien tahu nama perawat
Hubungan - Pasien menyediakan waktu
saling percaya untuk kontrak
TUK: - Pasien dapat Mengungkapkan - Beri kesempatan untuk Mengungkapkan
- Pasien dapat perasaannya. perasaannya.
mengidentifikasi - Pasien dapat menyebutkan - Bantu pasien untuk mengungkapkan marah
penyebab marah perasaan marah / jengkel atau jengkel.
/ amuk
TUK: - Pasien dapat mengungkapkan - Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan
- Pasien dapat perasaan saat marah /jengkel. saat marah /jengkel.
mengidentifikasi - Pasien dapat menyimpulkan - Observasi tanda perilaku
tanda marah tanda-tanda jengkel / kesal - kekerasan pada pasien

TUK: - Pasien mengungkapkan marah - Anjurkan pasien mengungkapkan marah yang


- Pasien dapat yang biasa dilakukan biasa dilakukan
mengungkapkan - Pasien dapat bermain peran - Bantu pasien bermain peran sesuai perilaku
perilaku marah dengan perilaku marah yang kekerasan yang biasa dilakukan.
yang sering dilakukan - Bicarakan dengan pasien apa dengan cara itu
dilakukan - Pasien dapat mengetahui cara bisa menyelesaikan masalah
marah yang dilakukan
menyelesaikan masalah atau
tidak
TUK: - Pasien dapat menjelaskan akibat - Bicarakan akibat / kerugian cara yang
- Pasien dapat dari cara yang digunakan dilakukan
mengidentifikasi - Bersama pasien menyimpulkan cara yang
akibat perilaku digunkana pasien.
Kekerasan - Tanyakan pasien apakah mau tahu cara marah
yang sehat
TUK: - Pasien dapat melakukan - Tanyakan pada pasien apakah pasien mau tahu
- Pasien berespon terhadap kemarahan cara baru yang sehat
mengidentifikasi secara konstruktif - Beri pujian jika pasien engetahui cara lain
cara construksi yang ehat
dalam berespon - Diskusikan cara marah yang sehat dengan
terhadap pasien.
perilaku - Pukul bantal untuk melampiaskan marah
kekerasan - Tarik nafas dalam
- Mengatakan pada teman saat ingin marah
- Anjurkan pasien sholat atau berdoa

TUK: - Pasien dapat mendemonstrasikan - Pasien dapat memilih cara yang paling tepat.
- Pasien dapat cara mengontrol perilaku - Pasien dapat mengidentifikasi manfaat yang
mendemonstrasi kekerasan terpilih
kan cara - Tarik nafas dalam - Bantu pasien menstimulasi cara tersebut.
mengontrol - Mengatakan secara langsung - Beri reinforcement positif atas keberhasilan.
marah tanpa menyakiti - Anjurkan pasien menggunakan cara yang telah
- Dengan sholat/berdoa dipelajari.
2. RPK TUK: Keluarga pasien dapat : - Identifikasi kemampuan keluarga merawat
(Resiko - Pasien dapat - Menyebutkan cara merawat pasien dari sikap apa yang telah dilakukan
Perilaku dukungan pasien dengan perilaku - Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat
Kekerasan) keluarga kekerasan. pasien.
mengontrol - Mengungkapkan rasa puas - Jelaskan cara-cara merawat pasien.
marah dalam merawat pasien - Bantu keluarga mendemonstrasikan cara
merawat pasien.
- Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya
setelah melakukan demonstrasi.
TUK: - Pasien dapat menggunakan obat- - Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum pasien
- Pasien dapat obat yang diminum dengan dan oeluarga.
menggunakan kegunaannya. - Diskusikan manfaat minum obat.
obat dengan - Pasien dapat minum obat sesuai - Jelaskan prinsip 5 benar minum obat
benar program pengobatan - Anjurkan pasien minum obat tepat waktu

TUK: - Lingkungan mengetahui - Jelaskan peran serta lingkungan terhadap


- Pasien dapat bagaimana cara menyikapi kondisi pasien
dukungan dari pasien - Beri penjelasan bagaimana cara menyikapi
lingkungan dengan perilaku kekerasan. pasien dengan perilaku kekerasan
untuk - Diskusikan cara -cara yang dilakukan untuk
mengontrol menyikapi pasien dengan perilaku kekerasan
marah

3. Harga Diri TUM: - Ekspresi Wajah bersahabat , - Bina hubungan saling percaya dengan
Rendah - Pasien dapat menunjukkan rasa senang, ada mengungkapkan prinsip komunikasi
(HDR) mengontrol kontak mata, mau berjabat terapeutik sapa pasien dengan ramah laik
perilaku tangan, mau menyebutkan nama, verbal maupun non verbal
kekerasan pada mau menjawab salam, klien mau - Perkenalkan diri dengan sopan
saat duduk berdampingan dengan - Tanyakan nama iengkap pasien dan nama
berhubungan perawat, mau mengutarakan panggilan disukai pasien
dengan orang masalah yang dihadapi - Jelaskan tujuan pertemuan
lain - Jujur dan menepati janji
TUK : - Tunjukkan siknp empati dan menerima pasien
- Pasien dapat apa adanya
membina - Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan
hubungan saling kebutuhan dasar pasien
percaya
TUK  : - Daftar kemampuan yang dimiliki - Diskusikan kemampuan dan aspek positif
- Pasien dapat pasien di rumah sakit, rumah, yang dimiliki buat daftarnya
mengidentifikasi sekolah dan tempat kerja - Setiap bertemu pasien dihindarknn dari
kemampuan dan - Daftar positif keluarga pasien metnberi penilni; negatif
aspek positif - Daftar positif lingkungan pasien - Utamakan memberi pujian yang realistic pada
yang dimiliki kemampuan dan aspek positif pasien
TUK - Pasien menilai kemampuan yang - Diskusikan dengan pasien kemampuan yang
- Pasien dapat digunakan masih dapat  digunakan selama sakit
menilai - Pasien memiliki  kemampuan - Diskusikan kemampuan yang dapat
kemampuan yang dapat digunakan di rumah dilanjutkan pengguna di rumah sakit
yang  digunakan - Berikan pujian
TUK : - Pasien menilai kemampuan yang - Meminta pasien untuk:memilih satu kegiatan
- Pasien dapat akan dilatih yang mau  dilakukan di rumah sakit
menetapkan dan - Pasien mencoba Susunan jadwal - Bantu pasien melakukannya jika perlu beri
merencanakan harian contoh
kegiatan sesuai - Beri pujian atas keberhasilan pasien.
dengan - Diskusi kaji jadwal kegiatan harian atas
kemampuan kegiatan yang telah dilatih
yang dimiliki - Catatan : Ulangi untuk kemampuan lain
sampai semua selesai
TUK: - Pasien melakukan kegiatan yang - Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba
- Pasien dapat telah di latih (mandiri, dengan kcgiatan yang telah direncanakan
melakukan bantuan atau tergantung) - Beri pujian atas keberhasian pasien
kegiatan sesuai - Pasien marnpu melakukan - Diskusikan kemungkinan penaksiiran di
kondisi sakit beberapa kegiatan secara rumah
dari mandiri
kemampuannya
TUK : - Keluarga memberi dakungan dan - Beri pendidikan kcschatan pada keluarga
- Pasien dapat  pujian tentang cara merawat pasien dengan harga diri
memanfatkan - Keluarga memahami jadwal rcndah
system kegiatan harian pasien - Bantu keluarga memberikan dukungnn selama
pendukung yang pasien dirawat.
ada - Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di
rumah
- Jelaskan cara pelaksmann jadwal kegiatan
pasien di rumah
- Anjurkan memberi pujian pada pasien setiap
berhasil
H. PEDOMAN MANAJEMEN KRISIS SAAT TERJADI PERILAKU
KEKERASAN
1. Tim Krisis Perilaku Kekerasan
Tim krisis perilaku kekerasan terdiri dari ketua tim krisis yang berperan sebagai
pemimpin (“leader”) dan anggota tim minimal 2 (dua)orang. Ketua tim adalah
perawat yang berperan sebagai kepala ruangan, penanggung jawab “shif”
perawat primer, ketua tim atau staf perawat, yang penting ditetapkan sebelum
melakukan tindakan. Anggota tim krisis dapat staf perawat, dokter atau konselor
yang telah terlatih menangani krisis. Aktifitas yang dilakukan oleh tim krisis
adalah sebagai berikut (Stuart & Laraia,1998):
- Aktivitas ketua tim krisis
- Susun anggota tim krisis
- Beritahu petugas keamanan jika perlu
- Pindahkan klien lain dari area penanganan
- Ambil alat pengikat (jika pengekangan akan dilakukan)
- Uraikan perencanaan penanganan pada tim
- Tunjukkan anggota tim untuk mengamankan anggota gerak klien
- Jelaskan tindakan pada klien dan berusaha membuat klien kooperatif
- Ikat klien dengan petunjuk ketua tim
- Berikan obat sesuai program terapi dokter
- Pertahankan sikap yang tenang dan konsisten terhadap klien
- Evaluasi tindakan yang telah dilakukan bersama anggota tim
- Jelaskan kejadian pada klien dan staf jika diperlukan
- Integrasikan klien kembali pada lingkungan secara bertahap
2. Pembatasan Gerak
Pembatasan gerak adalah memisahkan klien di tempat yang aman dengan tujuan
melindungi klien, klien lain dan staf dari kemungkinan bahaya. Istilah yang
biasa digunakan dirumah sakit jiwa untuk tempat pembatasan gerak adalah
kamar isolasi. Klien dibatasi pergerakannya karena dapat mencederai orang lain
atau dicederai orang lain, membutuhkan interaksi dengan orang lain dan
memerlukan pengurangan stimulus dari lingkungan (Stuart dan Laraia, 1998).
Langkah-langkah pelaksanaan pembatasan gerak adalah sebagai berikut:
- Tunjuk ketua tim krisis
- Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien dan staf lain.
- Jelaskan kepada klien dan staf lain tentang perilaku yang diperlukan untuk
mengakhiri tindakan.
- Buat perjanjian dengan klien untuk mempertahankan mengontrol
perilakunya
- Bantu klien menggunakan metoda kontrol diri yang diperlukan.
- Bantu klien memenuhi kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, kebersihan diri,
dan kebersihan kamar.
- Lakukan supervisi secara periodik untuk membantu dan memberikan
tindakan keperawatan yang diperlukan.
- Libatkan klien dalam memutuskan pemindahan klien secara bertahap
- Dokumentasikan alasan pembatasan gerak, tindakan yang dilakukan, respon
klien dan alasan penghentian pembatasan gerak.
3. Pengekangan/ pengikatan fisik
Pengekangan dilakukanjika perilaku klien berbahaya, melukai diri sendiri atau
orang lain (Rawhins, dkk, 1993) atau strategi tindakan yang lain tidak
bermanfaat. Pengekangan adalah pembatasan gerak klien dengan mengikat
tungkai klien (Stuart dan Laraia, 1998). Tindakan pengekangan masih umum
digunakan perawat disertai dengan penggunaan obat psikotropik (Duxbury,
1999). Langkah-langkah pelaksanaan pengekangan (Start dan Laraia, 1998):
- Beri suasana yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena harga
diri klien yang berkurang karena pengekangan.
- Siapkan junlah staf yang cukup dengan alat pengekang yang aman dan
nyaman.
- Tunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim.
- Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar dimengerti
dan bukan hukuman.
- Jelaskan perilaku yang mengindikasikan pengelepasan pada klien dan staf.
Dan Jangan mengikat pada pinggir tempat tidur. Ikat dengan posisi anatomis.
Dan ikatan tidak terjangkau klien.
- Lakukan supervisi yang adekuat dengan tindakan terapeutik dan pemberian
rasa nyaman.
- Beri aktivitas seperti televisi, bacakan buku pada klien untuk memfasilitasi
kerjasama klien pada tindakan.
- Perawatan pada daerah pengikatan:
a) Pantau kondisi kulit yang diikat: warna, temperatur, sensasi.
b) Lakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara bergantian setiap
(dua) jam. Dan perubahan posisi tidur.
c) Periksa tanda-tanda vital tiap 2 (dua) jam.
- Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, dan kebersihan diri.
- Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka
secara bertahap. Dan kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah
ikatan dibuka satu persatu secara bertahap, kemudian dilanjutkan dengan
pembatasan gerak kemudian kembali ke lingkungan semula.
- Dokumentasikan seluruh tindakan yang dilakukan beserta respon klien
STRATEGI PELAKSANAAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Pertemuan  : Ke 1 (satu)
A.    PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang
diajukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3.  Tujuan Khusus
a.       Pasien dapat mengidentifikasi PK
b.      Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK
c.       Pasien dapat menyebutkan jenis PK yang pernah dilakukannya
d.      Pasien dapat menyebautkan akibat dari PK yang dilakukannya.
e.       Pasien dapat menyebutka cara mencegah / mengendalikan PKny
4.  Tindakan Keperawatan
SP 1 Klien :
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah, tanda dan
gejala yang  dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat dan cara
mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama ( latihan nafas
dalam).

B.      STRATEGI  PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi :
“ Assalamu’alaikum, selamat pagi bu, perkenalkan nama saya ……., saya
biaya dipanggil Anwar. Saya  perawat yang dinas diruang…….ini, saya dinas
diruangan ini selama 3 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 7 sampai
jam 1 siang, jadi selama 3 minggu ini saya yang merawat ibu.
Nama ibu siapa?  Dan senang nya dipanggil apa?”
“ Bagaimana perasaan ibu R saat ini?”
“masih ada perasaan kesal atau marah?
“ Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah
yang ibu rasakan,”
“ Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau 10 menit“
“Dimana kita akan bincang-bincang?
“Bagaimana kalau diruang tamu?”

2. Fase Kerja :
“ apa yang menyebabkan ibu R marah?
Apakah sebelumnya ibu R pernah marah?
Terus penyebabnya apa?
Samakah dengan yang sekarang?
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan, makanan
yang tidak tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab marah klien), apa
yang ibu R rasakan?“
Apakah ibu R merasa kesal, kemudian dada ibu berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”“ apa yang ibu lakukan
selanjutnya”
“ Apakah dengan ibu R marah-marah, keadaan jadi lebih baik?
“ Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?
“maukah ibu belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?
” ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita
belajar satu cara dulu,
“ begini bu, kalau tanda- marah itu sudah ibu rasakan ibu berdiri lalu tarik
nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari
mulut seperti mengeluarkan kemarahan, coba lagi bu dan lakukan sebanyak 5
kali. Bagus sekali ibu R sudah dapat melakukan nya.
“ nah sebaiknya latihan ini ibu R lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul ibu R sudah terbiasa melakukannya”.

3. Fase Terminasi :       


“ Bagaimana perasaan ibu R setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
ibu? ”
“ Coba ibu  R sebutkan penyebab ibu marah dan yang ibu rasakan  dan apa
yang ibu lakukan serta akibatnya.
“Baik, sekarang latihan tandi kita masukkan ke jadual harian ya Bu”
” berapa kali sehari ibu mau latihan nafas dalam ?” Bagus..
“Nanti tolong ibu tulis M, bila ibu melakukannya sendiri, tulis B, bila ibu
dibantu dan T, bila ibu tidak melakukan”
“baik Bu, bagaimana kalau besok  kita latihan cara lain untuk mencegah dan
mengendalikan marah ibu R.
”Dimana kita akan latihan, bagaimana kalau tempatnya disini saja ya Bu?”
“Berapa lama kita akan lakukan, bagaimana kalau 10 menit saja”
“Saya pamit dulu Ibu…Assalamu’alaikum.”             

Pertemuan  : Ke 2 (dua)
A.    PROSES KEPERAWATAN
1.  Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, ada kontak mata saat berbicara.
2.  Diagnosa Keperawatan
      Risiko perilaku kekerasan
3.   Tujuan khusus
a. Melatih cara  mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
kedua
b. Mengevaluasi latihan nafas dalam
c. Melatih cara fisik ke 2: pukul kasur dan bantal
d. Menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua
4.   Tindakan Keperawatan
SP 2 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara
fisik ke dua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku
kekerasan dengan cara fisik ke dua : pukul kasur dan bantal), menyusun
jadwal kegiatan  harian cara ke dua.
B.    STRATEGI  PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1.   Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya
Anwar”
“sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi.
“Bagaimana perasaan ibu saat ini, adakah hal yang menyebabkan ibu
marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan marah
dengan     kegiatan fisik untuk cara yang kedua.”
“ mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?”
“ Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di ruang tamu ini ya Bu”

2. Fase Kerja
“ Kalau ada yang menyebabkan ibu marah dan muncul perasaan kesal,
selain nafas dalam ibu dapat memukul kasur dan bantal.”“ Sekarang mari
kita latihan memukul bantal dan kasur mari ke kamar ibu? Jadi kalau
nanti ibu kesal atau marah, ibu langsung kekamar dan lampiaskan marah
ibu tersebut dengan memukul bantal dan kasur.Nah coba ibu lakukan
memukul bantal dan kasur, ya bagus sekali ibu melakukannya!”“ Nah
cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah,
kemudian jangan lupa merapikan tempat tidur Ya!”

3. Fase Terminasi      
“ Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cara menyalurkan marah
tadi?”“ Coba ibu sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih? Bagus!”
“ Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari ibu. Pukul
berapa ibu mau mempraktikkan memukul kasur/bantal?
Bagai mana kalau setiap bangun tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan jam 3
sore, lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara
tadi ya Bu.“ sekarang ibu istirahat, 2 jam lagi kita ketemu ya Bu, kita
akan belajar mengendalikan marah dengan belajar bicara yang baik.
Sampai Jumpa!”    Assalamu’alaikum

Pertemuan  : Ke 3 (tiga)
A.    PROSES KEPERAWATAN
1.     Kondisi klien
Klien kooperatif, tenang, ada kontak mata saat berbicara,
sesekali nada bicara agak tinggi.
2.      Diagnosa Keperawatan
    Risiko perilaku kekerasan
3.     Tujuan khusus
a. Melatih cara  mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara
sosial/verbal   
b. Mengevaluasi jadual harian untuk dua cara fisik
c. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
d. Menyusun jadwal latihan mengungkapkan secara verbal

4. Tindakan Keperawatan
SP3 klien :
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
sosial/verbal (evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik
mengendalikan perilaku kekerasan, latihan mengungkapkan rasa
marah secara verbal ( menolak dengan baik, meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik), susun jadwal latihan
mengungkapkan marah secara verbal)

B.     STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN.


1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya
saya Anwar”, sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu sekarang kita
ketemu lagi”
“Bagaimana bu, sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur
bantal? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur?”“Coba saya lihat jadual kegiatan hariannya. “Bagus,
“Bagaiman kalau kita sekarang latihan cara bicara untuk mencegah
marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau ditempat
yang sama?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaiman kalau 10
menit?”

2. Fase Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara  ibu baik untuk mencegah marah.
Kalau marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul
kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang
yang membuat kita marah. Ada tiga caranya bu: 1. Meminta dengan
baik tanpa marah dengan suara yang rendah serta tidak menggunakan
kata-kata kasar. Kemarin ibu mengatakan penyebab marahnya
karena makanan tidak tersedia, rumah berantakan, Coba ibu
minta sediakan makan dengan baik:” bu, tolong sediakan makan dan
bereskan rumah” Nanti biasakan dicoba disini untuk meminta baju,
minta obat dan lain-lain. Coba ibu praktekkan . Bagus bu. “
Yang kedua : Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan ibu
tidak ingin melakukannya, katakan: ‘maaf saya tidak
bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba ibu praktekkan .
Bagus bu.”
Yang ketiga Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang
lain yang membuat kesal ibu dapat mengatakan:’Saya jadi ingin
marah karena perkataan mu itu’. Coba praktekkan. Bagus.”
 
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?’
“Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita
pelajari.”“Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal.
Berapa kali sehari ibu mau latihan bicara yang baik? bisa kita buat
jadwalnya?”
“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta
obat, makanan dll. Bagus nanti dicoba ya bu!”
“ Bagaimana kalau besok  kita ketemu lagi?”
“ besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah
ibu yaitu dengan cara ibadah, ibu setuju? Mau dimana bu? Disini lagi?
Baik sampai nanti ya Ibu…Assalamu’alaikum

Pertemuan  : Ke 4 (empat)
A.    PROSES KEPERAWATAN
1.  Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, bicara jelas.
2.  Diagnosa Keperawatan    
  Risiko perilaku kekerasan
3.   Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya secara spiritual,
4.   Tindakan Keperawatan
SP 4 klien :
Bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
spiritual   (diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan
secara fisik dan sosial/verbal, latihan beribadah dan berdoa, buat
jadwal latihan ibadah/ berdoa) 

B.     STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1.  Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” Betul Ibu
“Bagaiman bu, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaiman rasa
marahnya?”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa
marah yaitu dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaiman kalu
ditempat biasa?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10
menit?”   

2. Fase kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan! Bagus, yang
mana yang mau di coba?”“Nah, kalau ibu sedang marah coba langsung
duduk dan langsung tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya
rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu
kemudian sholat”.“Ibu bisa melakukan sholat secara teratur untuk
meredakan kemarahan.”
“Coba ibu sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang mana?
Coba sebutkan caranya?”

3. Fase terminasi
“Bagaiman perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang
ketiga ini?”“ Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita
pelajari? Bagus”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan ibu. Mau
berapa kali ibu sholat. Baik kita masukkan sholat …….dan ……(sesuai
kesebuatan pasien).”
“Coba ibu sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila ibu
sedang marah”“Setelah ini coba ibu lakukan sholat sesuai jadwal yang
telah kita buat tadi”
“ 2 jam lagi kita ketemu  ya bu,nanti kita bicarakan cara keempat
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat! “
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah ibu, setuju bu?”….Assalamu’alaikum
Pertemuan  : Ke 5 (lima)
A.    PROSES KEPERAWATAN
1.   Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, kontak mata ada saat komunikasi.
2.    Diagnosa Keperawatan
       Risiko perilaku kekerasan
3.    Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya dengan terapi
psikofarmaka
4.   Tindakan Keperawatan
SP 5 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan PK dengan obat ( bantu pasien
minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar ( benar pasien, benar
nama obat, benar cara minum obat, benar waktu dan benar dosis obat)
disertai penjelasan guna minum obat dan akibat berhenti minum obat,
susun jadwal minum obat secara teratur)

B.    STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya
Anwar, “sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu, sekarang kita ketemu
lagi”
“Bagaimana bu, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur
bantal, bicara yang baik serta sholat? Apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur? Coba kita lihat kegiatannya”.“Bagaimana kalau
sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah?”“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau ditempat tadi?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?”        
2. Fase Kerja (Perawat membawa obat pasien)
“Ibu sudah dapat obat dari dokter?”“Berapa macam obat yang ibu minum?
warnanya apa saja? Bagus, jam berapa ibu minum?Bagus”“Obatnya ada 3
macam bu, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran
tenang, yang putih namanya THP agar rileks dan tidak tegang, dan yang
merah jambu ini namanya HLP rasa marah berkurang. Semuanya ini harus
ibu minum 3x sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”“Bila nanti
setelah minum obat mulut ibu terasa kering, untuk membantu
mengatasinya ibu bias mengisap-isap es batu”.“Bila terasa berkunang-
kunang, ibu sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”.
“Nanti dirumah sebelum minum obat ini ibu lihat dulu label di kotak obat
apakah benar nama ibu tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum,
jam berapa saja harus diminum, baca juga apakah nama obatnya sudah
benar? Disini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar
obatnya”.
“Jangan penah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan
dokter ya bu, karena dapat terjadi kekambuhan.”“ Sekarang kita masukkan
waktu minum obat kedalam jadwal ya bu”.

3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara kita
minum obat yang benar?”“Coba ibu sebutkan lagi jenis jenis obat yang ibu
minum! Bagaiman cara minum obat yang benar?”“Nah, sudah berapa cara
mengontrol perasaan marah yang kita pelajari? Sekarang kita tambahkan
jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua
dengan teratur ya”.“Baik, besok kita ketemu lagi untuk melihat sejauh
mana ibu melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa
marah. Selamat siang bu, sampai jumpa.”…. Assalamu’alaikum

DAFTAR PUSTAKA
Sujono Riyadi Teguh.2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu. 
Nita Fitria 2010 .Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Str
ategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.
Mukhripah Dayamaiyanti.2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:Pt Refikaaditama

Anda mungkin juga menyukai