Disusun Oleh
EDDY SYUHUD
NPM : 211560311137
A. DEFINISI
Perilaku adalah tingkah laku atau sikap seseorang yang dicerminkan seseorang
sebagai kebiasaannya. Kekerasan yaitu sering juga disebut gaduh-gaduh atau amuk.
Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan,
memberi kata-kata ancaman-ancaman,melukai disertai melukai pada tingkat ringan,
dan yang paling berat adalah melukai/ merusak secara serius. Perilaku kekerasan
adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan
individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk,
2008).
Menurut Stuart dan Laraia (1998), perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara
fisik (mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis (emosional,
marah, mudah tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa dirinya sangat
berkuasa, tidak bermoral). Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari
gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Purba dkk, 2008).
Jadi, Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak
sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat
membayangkan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan merusak lingkungan.
B. ETIOLOGI
Gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan
yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan
cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa
mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama
untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut
mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas
marah, dan sebagainya.
Akibatnya klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu
tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi,
artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut
dialami oleh individu:
1. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.
2. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).
4. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan.
D. RENTANG RESPON MARAH
Asertif : mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang
lain dan merasa lega. (ADAPTIF)
E. FAKTOR PRESPITASI
Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang
lain. Kondisi klien seperti ke lemahan fisik (penyakit fisik), keputusan,
ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku
kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan
merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik
dapat pula memicu perilaku kekerasan.
F. MANIFESTASI KLINIS
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien ke rumah sakit adalah
perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian
dengan cara:
Observasi: Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat.
Sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul
jika tidak senang.
Wawancara: diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah
yang dirasakan klien.
Menurut Budiana Keliat, 1999 tanda-tanda klinisnya yaitu Perasaan malu terhadap
diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena
terapi), rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri),
gangguan hubungan sosial (menarik diri), percaya diri kurang (sukar mengambil
keputusan), mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
2. Pohon Masalah
RPK terhadap diri dan orang lain dan lingkungan
3. Diagnosa Keperawatan
a. RPK diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Dengan data subjektifnya
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh,
ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
Dengan data objektifnya
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan
tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
b. Perilaku kekerasan / amuk
Dengan data subjektifnya
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak
dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Dengan data Objektifnya
Mata merah, wajah agak merah, Nada suara tinggi dan keras, bicara
menguasai, Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang barang.
c. Gangguan konsep diri: HDR
Dengan data subjekif
Klien merasa tidak mampu, malu, merendahkan dirinya, menyalahkan
dirinya dengan masalah yang terjadi padanya.
Dengan data objektifnya
Terlihat tidak menerima keadaannya.
4. Intervensi Keperawatan
NO. DX KEP. PERENCANAAN INTERVENSI
TUJUAN KRITERIA EVALUASI
1. Perilaku TUM: Setelah dilakukan ...x 20 menit - Beri salam / panggil nama pasien.
kekerasan - Pasien dapat interaksi diharapkan klien - Sebut nama perawat sambil Salaman
melanjutkan menunjukkan tanda-tanda : - Jelaskan maksud hubungan Interaksi
hubungan peran - Pasien mau membalas salam. - Beri rasa nyaman dan sikap Empatis
sesuai tanggung - Pasien mau jabatan - Lakukan kontrak singkat tapi sering
jawab. - Pasien menyebutkan nama
TUK: - Pasien tersenyum
- Pasien dapat - Pasien ada kontak mata
Membina - Pasien tahu nama perawat
Hubungan - Pasien menyediakan waktu
saling percaya untuk kontrak
TUK: - Pasien dapat Mengungkapkan - Beri kesempatan untuk Mengungkapkan
- Pasien dapat perasaannya. perasaannya.
mengidentifikasi - Pasien dapat menyebutkan - Bantu pasien untuk mengungkapkan marah
penyebab marah perasaan marah / jengkel atau jengkel.
/ amuk
TUK: - Pasien dapat mengungkapkan - Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan
- Pasien dapat perasaan saat marah /jengkel. saat marah /jengkel.
mengidentifikasi - Pasien dapat menyimpulkan - Observasi tanda perilaku
tanda marah tanda-tanda jengkel / kesal - kekerasan pada pasien
TUK: - Pasien dapat mendemonstrasikan - Pasien dapat memilih cara yang paling tepat.
- Pasien dapat cara mengontrol perilaku - Pasien dapat mengidentifikasi manfaat yang
mendemonstrasi kekerasan terpilih
kan cara - Tarik nafas dalam - Bantu pasien menstimulasi cara tersebut.
mengontrol - Mengatakan secara langsung - Beri reinforcement positif atas keberhasilan.
marah tanpa menyakiti - Anjurkan pasien menggunakan cara yang telah
- Dengan sholat/berdoa dipelajari.
2. RPK TUK: Keluarga pasien dapat : - Identifikasi kemampuan keluarga merawat
(Resiko - Pasien dapat - Menyebutkan cara merawat pasien dari sikap apa yang telah dilakukan
Perilaku dukungan pasien dengan perilaku - Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat
Kekerasan) keluarga kekerasan. pasien.
mengontrol - Mengungkapkan rasa puas - Jelaskan cara-cara merawat pasien.
marah dalam merawat pasien - Bantu keluarga mendemonstrasikan cara
merawat pasien.
- Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya
setelah melakukan demonstrasi.
TUK: - Pasien dapat menggunakan obat- - Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum pasien
- Pasien dapat obat yang diminum dengan dan oeluarga.
menggunakan kegunaannya. - Diskusikan manfaat minum obat.
obat dengan - Pasien dapat minum obat sesuai - Jelaskan prinsip 5 benar minum obat
benar program pengobatan - Anjurkan pasien minum obat tepat waktu
3. Harga Diri TUM: - Ekspresi Wajah bersahabat , - Bina hubungan saling percaya dengan
Rendah - Pasien dapat menunjukkan rasa senang, ada mengungkapkan prinsip komunikasi
(HDR) mengontrol kontak mata, mau berjabat terapeutik sapa pasien dengan ramah laik
perilaku tangan, mau menyebutkan nama, verbal maupun non verbal
kekerasan pada mau menjawab salam, klien mau - Perkenalkan diri dengan sopan
saat duduk berdampingan dengan - Tanyakan nama iengkap pasien dan nama
berhubungan perawat, mau mengutarakan panggilan disukai pasien
dengan orang masalah yang dihadapi - Jelaskan tujuan pertemuan
lain - Jujur dan menepati janji
TUK : - Tunjukkan siknp empati dan menerima pasien
- Pasien dapat apa adanya
membina - Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan
hubungan saling kebutuhan dasar pasien
percaya
TUK : - Daftar kemampuan yang dimiliki - Diskusikan kemampuan dan aspek positif
- Pasien dapat pasien di rumah sakit, rumah, yang dimiliki buat daftarnya
mengidentifikasi sekolah dan tempat kerja - Setiap bertemu pasien dihindarknn dari
kemampuan dan - Daftar positif keluarga pasien metnberi penilni; negatif
aspek positif - Daftar positif lingkungan pasien - Utamakan memberi pujian yang realistic pada
yang dimiliki kemampuan dan aspek positif pasien
TUK - Pasien menilai kemampuan yang - Diskusikan dengan pasien kemampuan yang
- Pasien dapat digunakan masih dapat digunakan selama sakit
menilai - Pasien memiliki kemampuan - Diskusikan kemampuan yang dapat
kemampuan yang dapat digunakan di rumah dilanjutkan pengguna di rumah sakit
yang digunakan - Berikan pujian
TUK : - Pasien menilai kemampuan yang - Meminta pasien untuk:memilih satu kegiatan
- Pasien dapat akan dilatih yang mau dilakukan di rumah sakit
menetapkan dan - Pasien mencoba Susunan jadwal - Bantu pasien melakukannya jika perlu beri
merencanakan harian contoh
kegiatan sesuai - Beri pujian atas keberhasilan pasien.
dengan - Diskusi kaji jadwal kegiatan harian atas
kemampuan kegiatan yang telah dilatih
yang dimiliki - Catatan : Ulangi untuk kemampuan lain
sampai semua selesai
TUK: - Pasien melakukan kegiatan yang - Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba
- Pasien dapat telah di latih (mandiri, dengan kcgiatan yang telah direncanakan
melakukan bantuan atau tergantung) - Beri pujian atas keberhasian pasien
kegiatan sesuai - Pasien marnpu melakukan - Diskusikan kemungkinan penaksiiran di
kondisi sakit beberapa kegiatan secara rumah
dari mandiri
kemampuannya
TUK : - Keluarga memberi dakungan dan - Beri pendidikan kcschatan pada keluarga
- Pasien dapat pujian tentang cara merawat pasien dengan harga diri
memanfatkan - Keluarga memahami jadwal rcndah
system kegiatan harian pasien - Bantu keluarga memberikan dukungnn selama
pendukung yang pasien dirawat.
ada - Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di
rumah
- Jelaskan cara pelaksmann jadwal kegiatan
pasien di rumah
- Anjurkan memberi pujian pada pasien setiap
berhasil
H. PEDOMAN MANAJEMEN KRISIS SAAT TERJADI PERILAKU
KEKERASAN
1. Tim Krisis Perilaku Kekerasan
Tim krisis perilaku kekerasan terdiri dari ketua tim krisis yang berperan sebagai
pemimpin (“leader”) dan anggota tim minimal 2 (dua)orang. Ketua tim adalah
perawat yang berperan sebagai kepala ruangan, penanggung jawab “shif”
perawat primer, ketua tim atau staf perawat, yang penting ditetapkan sebelum
melakukan tindakan. Anggota tim krisis dapat staf perawat, dokter atau konselor
yang telah terlatih menangani krisis. Aktifitas yang dilakukan oleh tim krisis
adalah sebagai berikut (Stuart & Laraia,1998):
- Aktivitas ketua tim krisis
- Susun anggota tim krisis
- Beritahu petugas keamanan jika perlu
- Pindahkan klien lain dari area penanganan
- Ambil alat pengikat (jika pengekangan akan dilakukan)
- Uraikan perencanaan penanganan pada tim
- Tunjukkan anggota tim untuk mengamankan anggota gerak klien
- Jelaskan tindakan pada klien dan berusaha membuat klien kooperatif
- Ikat klien dengan petunjuk ketua tim
- Berikan obat sesuai program terapi dokter
- Pertahankan sikap yang tenang dan konsisten terhadap klien
- Evaluasi tindakan yang telah dilakukan bersama anggota tim
- Jelaskan kejadian pada klien dan staf jika diperlukan
- Integrasikan klien kembali pada lingkungan secara bertahap
2. Pembatasan Gerak
Pembatasan gerak adalah memisahkan klien di tempat yang aman dengan tujuan
melindungi klien, klien lain dan staf dari kemungkinan bahaya. Istilah yang
biasa digunakan dirumah sakit jiwa untuk tempat pembatasan gerak adalah
kamar isolasi. Klien dibatasi pergerakannya karena dapat mencederai orang lain
atau dicederai orang lain, membutuhkan interaksi dengan orang lain dan
memerlukan pengurangan stimulus dari lingkungan (Stuart dan Laraia, 1998).
Langkah-langkah pelaksanaan pembatasan gerak adalah sebagai berikut:
- Tunjuk ketua tim krisis
- Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien dan staf lain.
- Jelaskan kepada klien dan staf lain tentang perilaku yang diperlukan untuk
mengakhiri tindakan.
- Buat perjanjian dengan klien untuk mempertahankan mengontrol
perilakunya
- Bantu klien menggunakan metoda kontrol diri yang diperlukan.
- Bantu klien memenuhi kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, kebersihan diri,
dan kebersihan kamar.
- Lakukan supervisi secara periodik untuk membantu dan memberikan
tindakan keperawatan yang diperlukan.
- Libatkan klien dalam memutuskan pemindahan klien secara bertahap
- Dokumentasikan alasan pembatasan gerak, tindakan yang dilakukan, respon
klien dan alasan penghentian pembatasan gerak.
3. Pengekangan/ pengikatan fisik
Pengekangan dilakukanjika perilaku klien berbahaya, melukai diri sendiri atau
orang lain (Rawhins, dkk, 1993) atau strategi tindakan yang lain tidak
bermanfaat. Pengekangan adalah pembatasan gerak klien dengan mengikat
tungkai klien (Stuart dan Laraia, 1998). Tindakan pengekangan masih umum
digunakan perawat disertai dengan penggunaan obat psikotropik (Duxbury,
1999). Langkah-langkah pelaksanaan pengekangan (Start dan Laraia, 1998):
- Beri suasana yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena harga
diri klien yang berkurang karena pengekangan.
- Siapkan junlah staf yang cukup dengan alat pengekang yang aman dan
nyaman.
- Tunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim.
- Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar dimengerti
dan bukan hukuman.
- Jelaskan perilaku yang mengindikasikan pengelepasan pada klien dan staf.
Dan Jangan mengikat pada pinggir tempat tidur. Ikat dengan posisi anatomis.
Dan ikatan tidak terjangkau klien.
- Lakukan supervisi yang adekuat dengan tindakan terapeutik dan pemberian
rasa nyaman.
- Beri aktivitas seperti televisi, bacakan buku pada klien untuk memfasilitasi
kerjasama klien pada tindakan.
- Perawatan pada daerah pengikatan:
a) Pantau kondisi kulit yang diikat: warna, temperatur, sensasi.
b) Lakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara bergantian setiap
(dua) jam. Dan perubahan posisi tidur.
c) Periksa tanda-tanda vital tiap 2 (dua) jam.
- Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, dan kebersihan diri.
- Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka
secara bertahap. Dan kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah
ikatan dibuka satu persatu secara bertahap, kemudian dilanjutkan dengan
pembatasan gerak kemudian kembali ke lingkungan semula.
- Dokumentasikan seluruh tindakan yang dilakukan beserta respon klien
STRATEGI PELAKSANAAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Pertemuan : Ke 1 (satu)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang
diajukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengidentifikasi PK
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK
c. Pasien dapat menyebutkan jenis PK yang pernah dilakukannya
d. Pasien dapat menyebautkan akibat dari PK yang dilakukannya.
e. Pasien dapat menyebutka cara mencegah / mengendalikan PKny
4. Tindakan Keperawatan
SP 1 Klien :
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah, tanda dan
gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat dan cara
mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama ( latihan nafas
dalam).
2. Fase Kerja :
“ apa yang menyebabkan ibu R marah?
Apakah sebelumnya ibu R pernah marah?
Terus penyebabnya apa?
Samakah dengan yang sekarang?
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan, makanan
yang tidak tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab marah klien), apa
yang ibu R rasakan?“
Apakah ibu R merasa kesal, kemudian dada ibu berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”“ apa yang ibu lakukan
selanjutnya”
“ Apakah dengan ibu R marah-marah, keadaan jadi lebih baik?
“ Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?
“maukah ibu belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?
” ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita
belajar satu cara dulu,
“ begini bu, kalau tanda- marah itu sudah ibu rasakan ibu berdiri lalu tarik
nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari
mulut seperti mengeluarkan kemarahan, coba lagi bu dan lakukan sebanyak 5
kali. Bagus sekali ibu R sudah dapat melakukan nya.
“ nah sebaiknya latihan ini ibu R lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul ibu R sudah terbiasa melakukannya”.
Pertemuan : Ke 2 (dua)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, ada kontak mata saat berbicara.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
kedua
b. Mengevaluasi latihan nafas dalam
c. Melatih cara fisik ke 2: pukul kasur dan bantal
d. Menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua
4. Tindakan Keperawatan
SP 2 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara
fisik ke dua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku
kekerasan dengan cara fisik ke dua : pukul kasur dan bantal), menyusun
jadwal kegiatan harian cara ke dua.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya
Anwar”
“sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi.
“Bagaimana perasaan ibu saat ini, adakah hal yang menyebabkan ibu
marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan marah
dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua.”
“ mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?”
“ Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di ruang tamu ini ya Bu”
2. Fase Kerja
“ Kalau ada yang menyebabkan ibu marah dan muncul perasaan kesal,
selain nafas dalam ibu dapat memukul kasur dan bantal.”“ Sekarang mari
kita latihan memukul bantal dan kasur mari ke kamar ibu? Jadi kalau
nanti ibu kesal atau marah, ibu langsung kekamar dan lampiaskan marah
ibu tersebut dengan memukul bantal dan kasur.Nah coba ibu lakukan
memukul bantal dan kasur, ya bagus sekali ibu melakukannya!”“ Nah
cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah,
kemudian jangan lupa merapikan tempat tidur Ya!”
3. Fase Terminasi
“ Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cara menyalurkan marah
tadi?”“ Coba ibu sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih? Bagus!”
“ Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari ibu. Pukul
berapa ibu mau mempraktikkan memukul kasur/bantal?
Bagai mana kalau setiap bangun tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan jam 3
sore, lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara
tadi ya Bu.“ sekarang ibu istirahat, 2 jam lagi kita ketemu ya Bu, kita
akan belajar mengendalikan marah dengan belajar bicara yang baik.
Sampai Jumpa!” Assalamu’alaikum
Pertemuan : Ke 3 (tiga)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien kooperatif, tenang, ada kontak mata saat berbicara,
sesekali nada bicara agak tinggi.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara
sosial/verbal
b. Mengevaluasi jadual harian untuk dua cara fisik
c. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
d. Menyusun jadwal latihan mengungkapkan secara verbal
4. Tindakan Keperawatan
SP3 klien :
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
sosial/verbal (evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik
mengendalikan perilaku kekerasan, latihan mengungkapkan rasa
marah secara verbal ( menolak dengan baik, meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik), susun jadwal latihan
mengungkapkan marah secara verbal)
2. Fase Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara ibu baik untuk mencegah marah.
Kalau marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul
kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang
yang membuat kita marah. Ada tiga caranya bu: 1. Meminta dengan
baik tanpa marah dengan suara yang rendah serta tidak menggunakan
kata-kata kasar. Kemarin ibu mengatakan penyebab marahnya
karena makanan tidak tersedia, rumah berantakan, Coba ibu
minta sediakan makan dengan baik:” bu, tolong sediakan makan dan
bereskan rumah” Nanti biasakan dicoba disini untuk meminta baju,
minta obat dan lain-lain. Coba ibu praktekkan . Bagus bu. “
Yang kedua : Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan ibu
tidak ingin melakukannya, katakan: ‘maaf saya tidak
bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba ibu praktekkan .
Bagus bu.”
Yang ketiga Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang
lain yang membuat kesal ibu dapat mengatakan:’Saya jadi ingin
marah karena perkataan mu itu’. Coba praktekkan. Bagus.”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?’
“Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita
pelajari.”“Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal.
Berapa kali sehari ibu mau latihan bicara yang baik? bisa kita buat
jadwalnya?”
“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta
obat, makanan dll. Bagus nanti dicoba ya bu!”
“ Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi?”
“ besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah
ibu yaitu dengan cara ibadah, ibu setuju? Mau dimana bu? Disini lagi?
Baik sampai nanti ya Ibu…Assalamu’alaikum
Pertemuan : Ke 4 (empat)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, bicara jelas.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya secara spiritual,
4. Tindakan Keperawatan
SP 4 klien :
Bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
spiritual (diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan
secara fisik dan sosial/verbal, latihan beribadah dan berdoa, buat
jadwal latihan ibadah/ berdoa)
2. Fase kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan! Bagus, yang
mana yang mau di coba?”“Nah, kalau ibu sedang marah coba langsung
duduk dan langsung tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya
rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu
kemudian sholat”.“Ibu bisa melakukan sholat secara teratur untuk
meredakan kemarahan.”
“Coba ibu sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang mana?
Coba sebutkan caranya?”
3. Fase terminasi
“Bagaiman perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang
ketiga ini?”“ Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita
pelajari? Bagus”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan ibu. Mau
berapa kali ibu sholat. Baik kita masukkan sholat …….dan ……(sesuai
kesebuatan pasien).”
“Coba ibu sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila ibu
sedang marah”“Setelah ini coba ibu lakukan sholat sesuai jadwal yang
telah kita buat tadi”
“ 2 jam lagi kita ketemu ya bu,nanti kita bicarakan cara keempat
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat! “
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah ibu, setuju bu?”….Assalamu’alaikum
Pertemuan : Ke 5 (lima)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, kontak mata ada saat komunikasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya dengan terapi
psikofarmaka
4. Tindakan Keperawatan
SP 5 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan PK dengan obat ( bantu pasien
minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar ( benar pasien, benar
nama obat, benar cara minum obat, benar waktu dan benar dosis obat)
disertai penjelasan guna minum obat dan akibat berhenti minum obat,
susun jadwal minum obat secara teratur)
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara kita
minum obat yang benar?”“Coba ibu sebutkan lagi jenis jenis obat yang ibu
minum! Bagaiman cara minum obat yang benar?”“Nah, sudah berapa cara
mengontrol perasaan marah yang kita pelajari? Sekarang kita tambahkan
jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua
dengan teratur ya”.“Baik, besok kita ketemu lagi untuk melihat sejauh
mana ibu melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa
marah. Selamat siang bu, sampai jumpa.”…. Assalamu’alaikum
DAFTAR PUSTAKA
Sujono Riyadi Teguh.2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nita Fitria 2010 .Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Str
ategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.
Mukhripah Dayamaiyanti.2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:Pt Refikaaditama