OLEH:
Dosen Pemimbing :
Ns Amalia, S.Kep., M.Kes., M.Kep
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan pendahuluan yang
berjudul laporan pendahuluan Perilaku Kekerasan ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada stase jiwa. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang pengkajian yang bisa dilakukan pada lansia bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terimakasih kepada ibu Ns, Amalia, S.Kep., M.Kes.,
M.Kep pada stase gerontik yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan stase atau bidang yang
sedang kami jalani ini.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu saya berharap kritik dan saran yang membangun saya demi
kesempurnaan laporan ini.
Nurkomala
ii
DAFTAR ISI
Cover..............................................................................................................i
Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar isi.........................................................................................................iii
I. Masalah Keperawatan........................................................................... 1
Daftar Pustaka................................................................................................iv
iii
I. Masalah Keperawatan
a. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan
konstrukstif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu
orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Kemarahan yang
ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan
mengganggu hubungan interpersonal. Sedangkan menurut Carpenito
2000, Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu
beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun
orang lain.
e. Penyebab
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana
gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan gejala :
- Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
- Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
- Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
- Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya
f. Akibat
g. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
Perilaku
kekerasan
1.
Resiko tinggi mencederai diri, DS:
orang lain dan lingkungan 1. Klien mengatakan benci atau kesal
pada seseorang.
2. Klien suka membentak dan
menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
3. Riwayat perilaku kekerasan atau
gangguan jiwa lainnya
DO:
1. Mata merah, wajah agak merah.
2. Nada suara tinggi dan
keras, bicara menguasai:
berteriak, menjerit, memukul
diri sendiri/orang lain.
3. Ekspresi marah saat membicarakan
orang, pandangan tajam.
4. Merusak dan melempar barang-
barang.
2. Perilaku kekerasan/amuk
DS:
1. Klien mengatakan benci atau kesal
pada seseorang.
2. Klien suka membentak dan
menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
DO:
1. Riwayat perilaku kekerasan
atau gangguan jiwa lainnya.
Mata merah, wajah agak
merah.
2. Nada suara tinggi dan keras,
bicara menguasai.
3. Ekspresi marah saat
membicarakan orang,
pandangan tajam.
4. Merusak dan melempar
barang-barang.
3. Gangguan konsep diri: harga diri
DS:
rendah
Klien mengatakan saya tidak mampu,
tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri
DO:
Klien terlihat lebih suka sendiri,
bingung bila disuruh memilih
alternative tindakan, ingin
mencedaerai diri/ ingin mengakhiri
hidup
V. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Resiko perilaku TUM: 1. Klien mampu 1. Bina hubungan saling percaya : 1. Membina hubungan yang baik
kekerasan mengontrol perilaku
Klien terhindar dari salam terapeutik, empati, sebut sebagai langkah awal yang
sehari-hari terkait
mencederai diri, orang waham dan nama perawat dan jelaskan tujuan harus dimiliki. Untuk
lain dan lingkungan. kekambuhannya interaksi. ndapatkan kepercayaan klien
2. Klien dapat
TUK:
memanfaatkan obat terhadap perawat sebagai
1. Klien dapat
secara teratur dan modal utama dalam melakukan
membina hubungan
sesuai program,
saling percaya tindakan keperawatan
alasan, frekuensi, dan
dengan perawat
efek obat 2. Panggil klien dengan nama 2. Untuk membuat klien lebih
2. Klien dapat
mengidentifikasi 3. Klien dspat berperan panggilan yang disukai.
aktif merawat klien di nyaman dan senang terhadap
penyebab perilaku
kekerasan. RS, persiapan pulang perawat
3. Klien dapat dan di rumah
4. Klien dapat 3. Beri kesempatan mengungkapkan 3. Meningkatkan kepercayaan
mengidentifikasi perasaan.
tanda-tanda perilaku memanfaatkan klien
kekerasan sumber-sumber
komunitas/masyarakat 4. Bantu klien mengungkapkan 4. Membantu mengungkapkan
4. Klien dapat perasaan jengkel / kesal.
mengidentifikasi perasaan kien
perilaku kekerasan 5. Observasi tanda perilaku 5. Mencegah terjadinya perilaku
yang biasa kekerasan.
dilakukan. kekerasan
5. Klien dapat 6. Simpulkan bersama klien tanda- 6. Mencegah terjadinya perilaku
mengidentifikasi tanda jengkel/kesal yang dialami
akibat perilaku
kekerasan klien.
6. Klien dapat 7. Anjurkan mengungkapkan
7. Meninkatkan pengugkapan
mengidentifikasi
perilaku kekerasan yang biasa
cara konstruktif perasaan klien
dalam berespon dilakukan.
terhadap kemarahan.
8. Bicarakan akibat/kerugian dari
7. Klien dapat 8. Mengajak klien berpikir dn
mengidentifikasi cara yang dilakukan.
berdiskusi
cara mengontrol
9. Bersama klien menyimpulkan
perilaku kekerasan. 9. Berdiskusi dengan klien untuk
8. Klien mendapat akibat dari cara yang digunakan.
menyadari kerugian dari
dukungan dari
keluarga. perilaku kekerasan
9. Klien dapat 10. Tanyakan apakah ingin
10. Melibatkan lien dalam
menggunakan obat
mempelajari cara baru yang sehat.
dengan benar (sesuai penyelesaian masalah klien
program). 11. Diskusikan cara lain yang
sehat.Secara fisik : tarik nafas
11. Melibatkan lien dalam
dalam jika sedang kesal, berolah
penyelesaian masalah klien
raga, memukul bantal / kasur.
12. Secara verbal : katakan bahwa
anda sedang marah atau kesal /
12. Melibatkan lien dalam
tersinggung
penyelesaian masalah klien
13. Secara spiritual : berdoa,
sembahyang, memohon kepada
Tuhan untuk diberi kesabaran.
14. .Bantu mensimulasikan cara yang 13. Melibatkan klien dalam
telah dipilih. penyelesaian masalah klien
15. Beri reinforcement positif atas
keberhasilan yang dicapai dalam 14. Melibatkan lien dalam
simulasi. penyelesaian masalah klien
16. Beri pendidikan kesehatan 15. Upaya peningkatan semanagat
tentang cara merawat klien dan percaya diri
melalui pertemuan keluarga.
17. Beri reinforcement positif atas 16. Meningkatkan pengetahuan
keterlibatan keluarga. keluarga
iv
STRATEGI PELAKSANAAN PERILAKU KEKERASAN
SP 1 Pasien :
Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda
dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta
cara mengontrol secara fisik.
ORIENTASI:
“Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya A K, panggil saya A, saya
perawat yang dinas di ruangan soka in. Hari ini saya dinas pagi dari pk.
07.00-14.00. Saya yang akan merawat bapak selama bapak di rumah sakit
ini. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di
ruang tamu?”
KERJA:
“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah
marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya,
jadi ada 2 penyebab marah bapak”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang kerumah dan istri belum
menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang
bapak rasakan?” (tunggu respons pasien)
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak memukul istri bapak dan
memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya, tentu
tidak. Apakerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit dan
takut, piring-piring pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih
baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik
tanpa menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah
dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu
perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba
lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan
5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana
perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
bapak?”
”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak
rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta
akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu,
apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan
lupa latihan napas dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya
ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam?, jam berapa saja
pak?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain
untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak,
assalamualaikum”
SP 2 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2
a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya
datang lagi”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak
marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan
kegiatan fisik untuk cara yang kedua”
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu?”
KERJA
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal,
berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan
pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi
kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan
lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah,
coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak
melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutinjika ada perasaan marah. Kemudian
jangan lupa merapikan tempat tidurnya
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur
bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi
jam 05.00 pagi. dan jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah
sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya pak. Sekarang kita buat
jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul kasur
dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan
belajar bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya.
Sampai jumpa”