Oleh :
LAURENSIA NOVI MARGIANTARI
NIM. 40220016
Bagus Sholeh A., S.Kep. Ns., M.Kep Sri Wahyuni, S.Kep. Ns., M.Kep
NIK. NIK.
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
Menyendiri
Merasa sendiri Manipulasi
Otonomi
Menarik diri Impulsif
Bekerja sama
Ketergantungan Narkisme
Saling bergantung
Keterangan :
1) Menyendiri merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan
suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
2) Otonomi merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3) Bekerjasama (mutualisme) adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi
dan menerima.
4) Saling tergantung (interdependen) adalah suatu kondisi saling
tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina
hubungan interpersonal.
5) Merasa sendiri (aloness) Individu mulai merasakan kesepian,
terkucilkan dan tersisihkan dari lingkungan.
6) Menarik diri (Withdrawl) Gangguan yang terjadi di mana seseorang
menemukan kesulitan dalam membina hubungan saling terbuka
dengan orang lain, di mana individu sengaja menghindari hubungan
interpersonal ataupun interaksi dengan lingkungannya.
7) Ketergantungan (Dependence) Individu mulai tergantung kepada
individu yang lain dan mulai tidak memperhatikan kemampuan yang
di milikinya.
8) Manipulasi, individu berorientasi pada diri sendiri dan tujuan yang
hendak dicapainya tanpa mempedulikan orang lain dan lingkungan dan
cenderung menjadikan orang lain sebagai objek.
9) Impulsif, Individu implusif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak
mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat di andalkan.
10) Narkisme, pada klien narkisme terdapat harga diri yang rapuh, secara
terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap
egosentris, pencemburu, marah jika orang lain tidak mendukung.
3. Tanda dan Gejala Objektif
1) Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2) Menghindari orang lain, tampak menyendiri, dan memisahkan diri
dari orang lain.
3) Komunikasi kurang/tidak ada, pasien tidak tampak bercakap-cakap
dengan orang lain.
4) Tidak ada kontak mata dan sering menunduk.
5) Berdiam diri di kamar.
6) Menolak berhubungan dengan orang lain, memutuskan
pembicaraan, atau pergi saat diajak bercakap-cakap.
7) Tidak tampak melakukan kegiatan sehari-hari, perawatan diri
kurang, dan kegiatan rumah tangga tidak dilakukan.
Subjektif
1) Pasien menjawab dengan singkat “ya”, “tidak”, “tidak tahu”.
2) Pasien tidak menjawab sama sekali.
III. A. POHON MASALAH
Risiko gangguan persepsi sensori: halusinasi
↑
Isolasi sosial: menarik diri
↑
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Adaptif Maladaptif
Tidak melakukan
Pola perawatan diri Kadang perawatan perawatan diri saat
seimbang diri kadang tidak stress
Keterangan :
1) Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan
mampu untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan
klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2) Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor
kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
3) Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli
dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.
5. Tanda dan Gejala
Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah kurang
perawatan diri maka tanda dan gejala dapat diperoleh melalui
observasi pada pasien yaitu sebagai berikut :
1) Gangguan kebersihan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor,
kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor.
2) Ketidakmampuan berhias/berdandan ditandai dengan rambut acak-
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada
pasien laki-laki tidak bercukur, serta pada pasien wanita tidak
berdandan.
3) Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran,
dan makan tidak pada tempatnya.
4) Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri ditandai dengan
BAB atau BAK tidak pada tempatnya, serta tidak membersihkan
diri dengan baik setelah BAB/BAK.
III. A. POHON MASALAH
Kadang proses
Pikiran logis pikir tidak Gangguan proses
Persepsi kuat terganggu berfikir/waham
Emosi konsisten Ilusi Halusinasi
dengan Emosi tidak Kesukaran
pengalaman stabil proses emosi
Perilaku cocok Perilaku tidak Perilaku tidak
Hubungan sosial biasa terorganisasi
harmonis Menarik diri Isolasi sosial
Adaptif Maladaptif
Keterangan:
Rentang respon waham yaitu ada respon adaptif dan ada respon
maladaptif:
1. Respon adaptif terdapat pikiran yang logis. Dibagi beberapa bagian :
a. Persepsi Kuat
Dimana apa yang diyakini seseorang tersebut sangatlah kuat dan
tidak bisa di ganggu gugat, serta dapat dibuktikan kebenarannya.
b. Emosi Konsisten
Pengalaman bisa membuat seseorang mengalami atau mempunyai
emosi yang stabil atau tetap.
c. Perilaku sesuai
Perilaku tidak menyimpang dari kenyataan yang ada
d. Berhubungan sesuai
Dalam berhubungan antar teman dan keluarga berbeda, jadi
seharusnya dalam berhubungan kita harus dapat menyesuaikan diri.
2. Dalam rentang respon ada Distorsi pikiran, terdiri dari :
a. Ilusi
Keadaan proses berfikir yang tidak benar tentang mengartikan
suatu benda.
b. Reaksi Emosi
Dimana tingkat emosi seseorang meningkat, tidak lagi stabil atau
konstan.
3. Rentang respon maladaptif terdapat gangguan pikiran. Terbagi
beberapa masalah :
a. Sulit Berespon
Sesorang yang terganggu pikirannya akan susah sekali untuk diajak
berinteraksi.
b. Emosi
Dalam tingkatan ini emosi seseorang sudah tidak lagi bisa
terkontrol, dia mudah marah, dan mudah tersinggung.
c. Perilaku kacau
Dimana seseorang berprilaku tidak sesuai dengan keadaan, mereka
menunjukan prilaku yang sesuai dengan pola pikir mereka tersebut.
5. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala waham dapat juga dikelompokkan sebagai berikut.
1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata.
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya.
c. Sulit berpikir realita.
d. Tidak mampu mengambil keputusan.
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Afek tumpul.
3. Perilaku dan hubungan sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresif
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsif
i. Curiga
4. Fisik
a. Kebersihan kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. Berat badan menurun
e. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur
III. A. POHON MASALAH
Gangguan komunikasi verbal
↑
Perubahan proses pikir: waham
↑
Harga diri rendah kronis
Adaptif Maladaptif
Adaptif Maladaptif
Keterangan:
1) Peningkatan diri yaitu seorang individu yang mempunyai pengharapan,
yakin, dan kesadaran diri meningkat.
2) Pertumbuhan-peningkatan berisiko, yaitu merupakan posisi pada
rentang yang masih normal dialami individu yang mengalami
perkembangan perilaku.
3) Perilaku destruktif diri tak langsung, yaitu setiap aktivitas yang
merusak kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada
kematian, seperti perilaku merusak, mengebut, berjudi, tindakan
kriminal, terlibat dalam rekreasi yang berisiko tinggi, penyalahgunaan
zat, perilaku yang menyimpang secara sosial, dan perilaku yang
menimbulkan stres.
4) Pencederaan diri, yaitu suatu tindakan yang membahayakan diri
sendiri yang dilakukan dengan sengaja. Pencederaan dilakukan
terhadap diri sendiri, tanpa bantuan orang lain, dan cedera tersebut
cukup parah untuk melukai tubuh. Bentuk umum perilaku pencederaan
diri termasuk melukai dan membakar kulit, membenturkan kepala atau
anggota tubuh, melukai tubuhnya sedikit demi sedikit, dan menggigit
jari.
5) Bunuh diri, yaitu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri
untuk mengakhiri kehidupan.
3. Proses Terjadinya Perilaku Bunuh Diri
Setiap upaya percobaan bunuh diri selalu diawali dengan adanya
motivasi untuk bunuhdiri dengan berbagai alasan, berniat
melaksanakan bunuh diri, mengembangkan gagasansampai akhirnya
melakukan bunuh diri. Oleh karena itu, adanya percobaan bunuh
dirimerupakan masalah keperawatan yang harus mendapatkan
perhatian serius. Sekali pasienberhasil mencoba bunuh diri, maka
selesai riwayat pasien. Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa mitos
(pendapat yang salah) tentang bunuh diri.
4. Klasifikasi Bunuh Diri
Jenis Bunuh Diri
1) Bunuh diri egoistik: Akibat seseorang yang mempunyai hubungan
sosial yang buruk.
2) Bunuh diri altruistik: Akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan.
3) Bunuh diri anomik: Akibat lingkungan tidak dapat memberikan
kenyamanan bagi individu.
Pengelompokan Bunuh Diri
1) Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak
langsung ingin bunuhdiri, misalnya dengan mengatakan “Tolong
jaga anak-anak karena saya akan pergijauh!” atau “Segala sesuatu
akan lebih baik tanpa saya.” Pada kondisi ini pasien mungkinsudah
memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, tetapi tidak disertai
dengan ancamandan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasabersalah/sedih/marah/putus
asa/tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-halnegatif
tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
2) Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, yang berisi
keinginan untukmati disertai dengan rencana untuk mengakhiri
kehidupan dan persiapan alat untukmelaksanakan rencana tersebut.
Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuhdiri, tetapi
tidak disertai dengan percobaan bunuh diri. Walaupun dalam
kondisiini pasien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan
ketat harus dilakukan.Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan
pasien untuk melaksanakan rencana bunuhdirinya.
3) Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau
melukai diri untukmengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini,
pasien aktif mencoba bunuh diri dengancara gantung diri, minum
racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri daritempat yang
tinggi.
5. Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku
pengerusakan diri tak langsung adalah pengingkaran (denial).
Sementara, mekanisme koping yang paling menonjol adalah
rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.
III. A. POHON MASALAH
Risiko bunuh diri
↑
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Yusuf, Ah, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI
FORMULIR PENGKAJIAN
KEPERAWATAN JIWA
(diadopsi dari Universitas Indonesia)
B. ALASAN MASUK
Pasien mengamuk, marah-marah, berantem dengan tetangga serta merusak
kaca mobil tetangganya. Akhirnya keluarga dan polisi memutuskan untuk
membawa pasien Tn. H ke RSJ Manis pada tanggal 02 Februari 2021 dalam
keadaan diborgol. Saat dilakukan pengkajian, didapatkan hasil data yaitu
intonasi bicara pasien tinggi, membentak, mata merah serta ekspresi tegang.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ( ) Ya ( ) Tidak
2. Pengobatan Sebelumnya : Tidak pernah
( ) Berhasil ( ) Kurang Berhasil ( ) Tidak brhasil
3.
Aniaya Seksual - - -
Penolakan - - -
Kekerasan Tn. H/34 tahun Tn. A/30 tahun Ny. S/30 tahun
dalam keluarga
Tindakan - - -
Kriminal
Jelaskan No. 1,2,3 :
Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu. Klien
mengalami gangguan jiwa sejak satu bulan yang lalu. Klien menjadi
lebih suka mengamuk, marah-marah, intonasi bicara tinggi, suka
membentak, mata merah serta ekspresi selalu tegang. Klien melakukan
perilaku kekerasan kepada Tn. A dengan tindakan mengamuk, marah-
marah, bertengkar hebat serta merusak kaca mobil milik tetangganya.
( ) Ya ( ) Tidak
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
Klien bercerai dengan istrinya sejak 1 tahun yang lalu dikarenakan klien
mengetahui istrinya berselingkuh dengan lelaki lain temannya sendiri.
Klien tidak memiliki teman dekat, ataupun anggota keluarganya yang
dianggap dekat, akibatnya bila ada masalah akan dipendam sendiri oleh
klien.
D. FISIK
1. Tanda Vital TD : 120/80 mmHg N : 90 x/menit
S : 36 C RR : 22 x/menit
2. Ukuran TB : 170 kg BB : 70 cm
3. Keluhan Fisik ( ) Ada ( ) Tidak
Jelaskan : Pasien mengatkan tidak ada keluhan fisik
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Tinggal satu rumah
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh : Bagian tubuh yang paling disukai klien adalah mata,
menurut klien matanya sangat indah
b. Identitas : Klien mengakui jenis kelamin sendiri dan klien paham
akan dirinya sendiri
c. Peran : Sebelum sakit klien berperan sebagai kepala keluarga
namun bercerai, selama klien sakit hanya bisa menjadi beban
keluarga
d. Ideal diri : Klien berharap bisa melanjutkan kehidupannya
kemudian berkerja agar dapat meningkatkan taraf hidup keluarganya
e. Harga diri : Klien memiliki harga diri rendah sering kali klien
mengritik diri sendiri dan tidak percaya diri dengan kemampuan
yang klien miliki
3. Hubungan Sosial
Orang terdekat : Tidak ada
Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Klien tidak aktif
dalam kegiatan yang ada dimasyarakat.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien kesulitan dalam
beradaptasi dengan hal dan lingkungan yang baru.
4. Spiritual
Nilai dan Keyakinan : Klien meyakini akan adanya tuhan dan percaya
bila berbuat baik maka akan menuai kebaikan juga
Kegiatan Ibadah : Pasien jarang melakukan kegiatan beribadah
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
( ) tidak rapi
( ) penggunaan pakaian tidak sesuai
() cara berpakaian seperti biasa
Jelaskan : Cara berpakaian klien seperti biasa
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Jelaskan :
Ketika diajak untuk berkomunikasi klien berbicara dengan keras.
3. Aktivitas motorik
Lesu Tegang Inkoheren
Jelaskan :
Aktivitas motorik klien tegang
Jelaskan :
Klien mengalami permasalahan dimana dia tidak dapat memperbaiki
hubungan dengan istrinya karena bercerai disebabkan masalah ekonomi yang
terjadi pada keluarganya. Sehingga menyebabkan klien menjadi depresi
dibuktikan kilen sering mengamuk, marah-marah, suka membentak, dan
melakukan tindakan perilaku kekerasan yang mengkhawatirkan orang
disekitar dan lingkungan
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak Sesuai
Jelaskan :
Afek klien tumpul
Jelaskan :
Pada saat berkomunikasi klien sering membentak, mengamuk dan ekspresi
tegang
7. Persepsi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghirupan
Jelaskan :
Tidak ditemukan gangguan persepsi pada diri klien
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
8. Proses pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan
asosiasi
Jelaskan :
Pada saat berbicara klien kadang berhenti tiba-tiba namun kemudian klien
dapat melanjutkan kembali pembicaraannya
9. Isi pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Jelaskan :
Klien berfikir sesuai dengan apa yang dialaminya, klien pernah merasa
kehilangan dan dijatuhkan harga dirinya karena masalah ekonomi
Jelaskan :
Klien sadar penuh dan tidak ada gangguan orientasi akibat gangguan
kesadaran
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat
jangka pendek
Jelaskan :
Ketika klien diberi pertanyaan “merokok itu baik atau tidak” klien dapat
menjawab dengan benar bahwa perilaku merokok itu tidak baik.
Jelaskan :
Klien tidak menyadari dirinya bahwa ia mengalami gangguan jiwa
2. Defekasi/ Berkemih
Bantuan Minimal Bantuan Total
3. Mandi
Bantuan Minimal Bantuan Total
4. Berpakaian
Bantuan Minimal Bantuan Total
6. Penggunaan obat
Bantuan Minimal Bantuan Total
7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan Lanjutan
Sistem pendukung
H. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat
Teknik relokasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya Lainnya
h. Masalah lainnya :
Tidak ada masalah
Terapi medik : -
Mahasiswa
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien Ekspresi pasien tampak selalu tegang
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara A : SP 1 belum teratasi
P : Lanjutkan SP 1 (1234567)
fisik II
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengontrol PK dg cara verbal
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP IV
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengontrol PK dg cara
spiritual
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP V
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan
minum obat
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
Perilaku kekerasan 03/02/2021 SP I S:
berhubungan 1. Mengidentifikasi penyebab PK
dengan perubahan 2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK Pasien mengatakan saat marah sudah
status mental. 3. Mengidentifikasi PK yg dilakukan tidak ingin berkelahi dan tidak
4. Mengidentifikasi akibat PK melempar barang yang ada di sekitar
5. Menyebutkan cara mengontrol PK Pasien sudah tidak mengumpat dengan
6. Membantu pasien mempraktekkan latihan kata-kata kasar
cara mengontrol fisik I O:
7. Menganjurkan pasien memasukkan dalam Intonasi bicara pasien sudah tidak
kegiatan harian tampak tinggi dan tidak membentak
SP II
Mata pasien sudah tidak tampak melotot
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
dan tidak merah
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara
Tangan pasien sudah tidak tampak
fisik II
mengepal
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
Ekspresi pasien sudah tidak tampak
jadwal kegiatan harian
SP III tegang
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien A : SP 1 teratasi
P : Lanjutkan SP 2 (123)
2. Melatih pasien mengontrol PK dg cara verbal
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP IV
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengontrol PK dg cara
spiritual
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP V
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan
minum obat
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian