Disusun Oleh :
Hanin Nafi’
NIM : P07220219091
Prodi :
Sarjana Terapan Keperawatan
B. Etiologi
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kekerasan adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Predisposisi :
a. Psikologis menjadi salah satu faktor penyebab karena kegagalan yang
dialami dapat menimbulkan seseorang menjadi frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau perilaku kekerasan.
b. Perilaku juga mempengaruhi salah satunya adalah perilaku kekerasan,
kekerasan yang didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka
perilaku tersebut diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut
akan diadopsi dan dijadikan perilaku yang wajar.
c. Sosial budaya dapat mempengaruhi karena budaya yang pasif-agresif
dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah kekerasan adalah hal yang wajar.
d. Bioneurolgis beberapa pendapat bahwa kerusakan pada sistem
limbik, lobus frontal, lombus temporal dan ketidakseimbangan
neurotransmitter ikut menyumbang terjadi perilaku kekerasan.
2. Faktor Presipitasi :
a. Ekspresi diri dimana ingin menunjukan eksistensi diri atau
symbol solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton
sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga
serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah
cenderung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan
obat dan alkohlisme dan tidak mampu mengontrol emosinya
pada saat menghadapi rasa frustasi.
f. Kematiaan anggota keluaraga yang terpenting, kehilangan
pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan
tahap perkembangan keluarga.
C. Pohon Masalah
Dalam setiap orang terdapat kapasitas untuk berprilaku pasif, asertif, dan
Agresif / perilaku kekerasan (Stuart dan Laraia, 2005 dalam Dermawan dan Rusdi
2013).
1. Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu menyatakan
atau mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan
atau menyakiti orang lain sehingga perilaku ini dapat menimbulkan
kelegaan pada individu.
2. Perilaku pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu
untuk mengungkapakn perasaan marah yang sedang dialami,
dilakukan dengan tujuan menghindari suatu ancaman nyata.
3. Agresif/perilaku kekerasan. Merupakan hasil dari kemarahan yang
sangat tinggi atau ketakutan (panik).
Stress, cemas, harga diri rendah dan rasa bersalah dapat
menimbulkan kemarahan yang dapat mengarah pada perilaku
kekerasan. Respon rasa marah bisa diekspresikan secara eksternal
(perilaku kekerasan) maupun internal (depresi dan penyakit fisik).
Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif,
menggunakan kata-kata yang dapat di mengerti dan diterima tanpa
menyakiti hati orang lain, akan memberikan perasaan lega,
menurunkan ketegangan sehingga perasan marah dapat teratasi.
Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku kekerasan
biasanya dilakukan individu karena ia merasa kuat. Cara demikian
tidak menyelesaikan masalah, bahkan dapat menimbulkan kemarahan
yang berkepanjangan dan perilaku destruktif.
Perilaku yang tidak asertif seperti menekan rasa marah dilakukan
individu seperti pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari
perasaan marahnya sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan
demikian akan menimbulakn rasa bermusuhan yang lama dan suatu
saat akan menimbulkan perasaaan destruktif yang ditunjukan kepada
diri sendiri. (Dermawan dan Rusdi 2013).
F. Diagnosa Keperawatan
Menurut Damaiyanti (2014) diagnosa keperawatan yang mungkin timbul
pada pasien dengan Risiko perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
1. Risiko Perilaku Kekerasan (D.0146)
2. Perilaku Kekerasan (D.0132)
3. Harga Diri Rendah Kronik (D.0086)
Edukasi
12. Jelaskan makna,
fungsi marah,
frustrasi, dan respons
marah
13. Anjurkan meminta
bantuan perawat atau
keluarga selama
ketegangan
meningkat
14. Ajarkan strategi
untuk mencegah
ekspresi marah
maladaptif
15. Ajarkan metode
untuk memodulasi
pengalaman emosi
yang kuat (mis.
latihan aserlif, teknik
relaksasi, jurnal,
aktivitas penyaluran
energi)
Harga diri rendah Harga diri (L.09069) Manajemen Perilaku
Setelah 3 Kali pertemuan (1.12463)
(D.0086)
pasien mampu : Observasi :
1. Penilaian diri positif 1. Identifikasi harapan
meningkat untuk mengendalikan
2. Perasaan memiliki perilaku
kemampuan positif
dan kelebihan Terapeutik :
meningkat 2. Diskusikan
3. Minat mencoba hal tanggungjawab
baru meningkat terhadap perilaku
4. Berjalan menampakan 3. Jadwalkan kegiatan
wajah meningkat terstruktur
5. Postur tubuh 4. Ciptakan dan
menampakan wajah pertahankan
meningkat lingkungan dan
kegiatan perawatan
konsisten setiap dinas
5. Tingkatkan aktivitas
fisik sesuai
kemampuan Batasi
jumlah pengunjung
6. Bicara dengan nada
rendah dan tenang
7. Lakukan kegiatan
pengalihan terhadap
sumber agitasi
8. Cegah perilaku pasif
dan agresif
9. Beri penguatan posistif
terhadap keberhasilan
mengendalikan
perilaku
10. Lakukan pengekangan
fisik sesuai indikasi
11. Hindari bersikap
menyudutkan dan
menghentikan
pembicaraan
12. Hindari sikap
mengancam dan
berdebat
13. Hindari berdebat atau
menawar batas
perilaku yang telah
ditetapkan
Edukasi :
14. Informasikan keluarga
bahwa keluarga
sebagai dasar
pembentukan kognitif
DAFTAR PUSTAKA