Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Disusun Oleh :
Hanin Nafi’
NIM : P07220219091

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
KEPERAWATAN
TAHUN 2022
A. Masalah Utama
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

B. Pengertian
Menurut AH Yusuf, Ryski & Hanik (2015.120) Halusinasi adalah gangguan
persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya rangsangan dari luar, gangguan
persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu
gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau
penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau
gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang
dapat meliputi semua sistem penginderaan (Dalami, dkk, 2014).

Menurut Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015), halusinasi adalah salah satu
gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien
merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau
penghiduan tanpa stimulus yang nyata.

C. Jenis – jenis Halusinasi


Menurut AH Yusuf, Ryski & Hanik (2015.122), Klasifikasi halusinasi
meliputi :

Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif


1. Halusinasi  Bicara atau tertawa  Mendengar suara-suara
pendengaran sendiri. atau kegaduhan.
 Marah-marah tanpa sebab.  Mendengar suara yang
 Mengarahkan telinga ke mengajak bercakap-cakap.
arah tertentu.  Mendengar suara
 Menutup telinga. menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
2. Halusinasi  Menunjuk ke arah tertentu  Melihat bayangan, sinar,
penglihatan  Ketakutan pada sesuatu bentuk geometris, bentuk
yang tidak jelas kartun, melihat hantu atau
monster
3. Halusinasi  Mengendus bau – bauan  Membaui seperti bau
Penciuman tertentu darah, bau amis, bau
 Menutup hidung urine, dan kadang –
kadang bau itu
menyenangkan
4. Halusinasi  Sering meludah  merasakan rasa seperti
pengecapan  muntah pahit, asam, rasa darah
atau amis
5. Halusinasi  Menggaruk – garuk  Mengatakan ada serangga
perabaan permukaan kulit di permukaan kulit
 Merasa kulit panas
 Mengeluh gatal

D. Fase – fase Halusinasi


Menurut AH Yusuf, Ryski, & Hanik (2015. 121), karakteristik dan perilaku
pasien halusinasi mengalami beberapa fase berikut :
1. Tahap I
Memberi rasa nyaman, tingkat ansietas sedang, secara umum halusinasi
merupakan suatu kesenangan.
Karakteristik : Mengalami ansietas kesepian, rasa bersalah, dan
ketakutan, mencoba berfokus pada pikiran yang dapat
menghilangkan ansietas, pikiran dan pengalaman sensori
masih ada dalam kontrol kesadaran (jika kecemasan
dikontrol).

Perilaku pasien : pasien tersenyum, tertawa, menggerakkan bibir tanpa


suara, penggerakan mata yang cepat, respons verbal yang
lambat, diam dan berkonsentrasi

2. Tahap II (non psikotik)


Menyalahkan, tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan
rasa antipati.
Karakteristik : Pengalaman sensori menakutkan, mulai merasa
kehilangan kontrol, merasa dilecehkan oleh pengalaman
sensori tersebut, menarik diri dari orang lain.

Perilaku pasien : Peningkatan sistem saraf otak, tanda-tanda ansietas,


seperti peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan
tekanan darah, rentang perhatian menyempit, konsentrasi
dengan pengalaman sensori, kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dari realita.
3. Tahap III (psikotik)
Mengontrol tingkat kecemasan berat pengalaman sensori tidak dapat ditolak
lagi.
Karakteristik : Pasien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya,
isi halusinasi menjadi atraktif, kesepian bila pengalaman
sensori berakhir.

Perilaku pasien : Perintah halusinasi ditaati, sulit berhubungan dengan


orang lain, rentang perhatian hanya beberapa detik atau
menit, gejala fisika ansietas berat berkeringat, tremor, dan
tidak mampu mengikuti perintah.
4. Tahap IV (psikotik)
Menguasai tingkat kecemasan, panic secara umum diatur dan dipengaruhi
oleh waham.

Karakteristik : Pengalaman sensori menjadi ancaman. Halusinasi dapat


berlangsung selama beberapa jam atau hari
Perilaku pasien : Perilaku panic, potensial tinggi untuk bunuh diri atau
membunuh, tindakan kekerasan agitasi, menarik diri, atau
katatonia, tidak mampu berespons terhadap perintah yang
kompleks, tidak mampu berespons terhadap lebih dari satu
orang.

E. Proses Terjadinya Masalah


Proses terjadinya halusinasi dapat dilihat dari faktor predisposisi dan faktor
presipitasi (Dalami, dkk;2014) :
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya faktor herediter
mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit
atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan Napza. Abnormalitas
perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien adanya kegagalan yang
berulang, kurangnya kasih sayang, atau overprotektif.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.

2. Faktor Presipitasi
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.

F. Rentang Respon Halusinasi

Adaptif Psikososial Maladaptif

 Pikiran logis  Kadang proses pikir  Gangguan proses


 Persepsi akurat tidak terganggu berpikir (waham)
 Emosi konsisten  Ilusi  Halusinasi
dengan pengalaman  Emosi tidak stabil  Kesukaran proses
 Perilaku cocok  Perilaku tidak biasa emosi
 Hubungan sosial  Menarik diri  Perilaku tidak
harmonis terorganisasi
 Isolasi sosial

Damaiyanti & Iskandar (2012.54) menjelaskan rentang respon halusinasi


sesuai bagan di atas, yakni :
1. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma social
budaya yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas normal
jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut,
respon adaptif:
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
d. Perilaku sosial adalah tingkah laku masih dalam batas kewajaran
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungann

2. Respon psikososial
Respon psikososial meliputi
a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
b. Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (obyek nyata) karena rangsangan panca indra.
c. Emosi berlebihan atau berkurang.
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain.

3. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan adapun
respon maladaptif meliputi:
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertantangan dengan
kenyataan sosial
b. Halusinasi merupakan persepsi yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
yang relative mengancam.
G. Pohon Masalah ( Problem Tree )

H. Data yang Perlu Dikaji


Menurut Pusdiklatnakes (2012), tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil
observasi terhadapt klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien
halusinasi adalah sebagai berikut :

1. Data Subjektif
 Mendengar suara-suara atau kegaduhan
 Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
 Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
 Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu dan monster
 Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang kadang bau
itu menyenangkan
 Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses
 Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya

2. Data Objektif

 Bicara atau tertawa sendiri

 Marah-marah tanpa sebab


 Mengarahkan telinga kearah tertentu

 Menutup telinga

 Menunjukan kearah tertentu

 Ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas

 Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu

 Menutup hidung
 Sering meludah

 Menggaruk-garuk permukaan kulit.

I. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang terdapat pada klien dengan gangguan persepsi
sensori halusinasi adalah sebagai berikut (Yusuf, dkk 2015) :

1. Gangguan persepsi sensori (D.0065)


2. Harga diri rendah situasional (D.0087)
3. Isolasi sosial (D.0121)
J. Rencana Tindakan Keperawatan

Intervensi Keperawatan

Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan Persepsi Sensori Manajemen Halusinasi


persepsi sensori (L.09083) Setelah (1.09288)
(D.0065) dilakukan intervensi Observasi :
keperawatan - Monitor perilaku yang
selama … mengindikasi halusinasi
pertemuan maka - Monitor isi halusinasi
presepsi sensori Terapeutik :
membaik dengan - Pertahankan lingkungan
kriteria hasil sebagai yang aman
berikut : - Lakukan tindakan
1. Verbalisasi keselamatan ketika tidak
mendengar bisikan dapat mengontrol perilaku
menurun - Diskusikan perasaan dan
2. Verbalisasi respons terhadap halusinasi
melihat bayangan - Hindari perdebatan tentang
menurun validitas halusinasi
3. Verbalisasi Edukasi :
merasakan sesuatu
- Anjurkan memonitor
dari indra peraba
sendiri situasi terjadinya
menurun
halusinasi
4. Verbalisasi
- Anjurkan bicara pada orang
merasakan sesuatu
yang dipercaya untuk
melalui indra
memberikan dukungan dan
penciuman menurun
umpan balik
5. Verbalisasi
- Anjurkan melakukan
merasakan sesuatu
melalui indra dikstraksi
pengecap menurun - Ajarkan pasien dan
6. Perilaku halusinasi keluarga cara mengontrol
menurun halusinasi
7. Distrosi sensori Kolaborasi :
menurun - Kolaborasi pemberian obat
antipsikotik dan antiansietas,
jika perlu

Harga diri Harga Diri (L.09069) Manajemen Perilaku


rendah Setelah dilakukan (1.12463)
situasional intervensi keperawatan Observasi :
(D.0087) selama … - Identifikasi harapan
pertemuan maka harga untuk mengendalikan
diri meningkat dengan perilaku
kriteria hasil Terapeutik :
sebagai berikut : - Diskusikan tanggung
1. Penilaian diri jawab terhadap perilaku
positif meningkat - Jadwalkan kegiatan
2. Minat mencoba hal terstruktur
baru meningkat - Ciptakan dan pertahankan
3. Berjalan lingkungan dan kegiatan
menampakan wajah perawat konsisten setiap
meningkat dinas
4. Perasaan malu - Tingkatkan aktivitas
menurun fisik sesuai kemampuan
5. Perasaan bersalah - Batasi jumlah
menurun pengunjungan
6. Perasaan tidak
- Bicara dengan nada rendah
mampu melakukan
apapun menurun dan tenang
- Lakukan kegiatan
pengalihan terhadap sumber
agitasi
- Cegah perilaku pasif dan
agresif
- Beri penguatan positif
terhadap keberhasilan
mengendalikan perilaku
- Lakukan pengekangan
fisik sesuai indikasi
Edukasi :
- Informasikan keluarga
bahwa keluarga sebagai
dasar pembentukan kognitif

Isolasi sosial Keterlibatan Sosial Terapi Aktivitas (1.05186)


(D.0121) (L.08075) Setelah Observasi :
dilakukan intervensi - Identifikasi defisit tingkat
keperawatan selama … aktivitas
pertemuan maka - Identifikasi kemampuan
keterlibatan sosial berpartisipasi dalam aktivitas
meningkat dengan tertentu
kriteria hasil sebagai - Identifikasi strategi
berikut : meningkatkan partisipasi
1.Minat berinteraksi dalam aktivitas
meningkat - Monitoring respons
2.Minat terhadap emosional, fisik, sosial, dan
aktivitas meningkat spiritual terhadap aktivitas
3.Verbalisasi Terapeutik :
sosial menurun - Sepakati komitmen
4. Perilaku menarik untuk meningkatkan
diri menurun frekuensi dan rentang
aktifitas
- Libatkan keluarga
dalam aktivitas
- Jadwalkan aktivitas dalam
kegiatan sehari-hari
- Berikan penguatan positif
atas partisipasi dalam
aktivitas
Edukasi :
- Jelaskan metode
aktivits sehari-hari
- Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
- Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan
kesehatan

Resiko perilaku Kontrol Diri Pencegahan Perilaku


kekerasan (L.09076) Kekerasan (1.14544)
(D.0146) Setelah dilakukan Observasi :
intervensi keperawatan - Monitor adanya benda
selama … pertemuan yang berpotensi
jam maka kontrol diri membahayakan
meningkat dengan - Monitor selama
kriteria hasil penggunaan barang yang
sebagai berikut : dapat membahayakan
1.Verbalisasi ancaman Terapeutik :
kepada orang lain - Pertahankan lingkungan
menurun bebas dari bahaya secara
2.Verbalisasi rutin
umpatan menurun - Libatkan keluarga dalam
3.Perilaku menyerang perawatan
menurun Edukasi
4.Perilaku melukai diri - Anjurkan pengunjung
sendiri/orang lain dan keluarga untuk
menurun mendukung keselamatanm
5.Perilaku merusak pasien
lingkungan sekitar - Latih cara mengungkapkan
menurun perasaan secara asertif
- Latih mengurangi
kemarahan secara verbal dan
non verbal
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan


Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Dalami E, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Jiwa. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Damaiyanti, Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan


kedua. Bandung;PT. Refika Adimat.

Dermawan dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa;Konsep Dan Kerangka Kerja


Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta ; Gosyen Publishing

Keliet Budi Ann dkk, 2010, model praktik keperawatan profesional Kementerian
kesehatan RI. INFODATIN Pusat Data dan Informasi
Kemeterian Kesehatan RI. 2017

Kusumawati, F & Hartono, Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.


Jakarta : Salemba Medika.

Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan


Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit ANDI.


Nuha Medika.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta:Pusdiklatnakes. 2012. Modul Pelatihan Keperawatan
Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan.

Sutejo.(2018). Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan


Keperawatan Kesehatan Jiwa: Gangguan Jiwa dan Psikososial.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba

Anda mungkin juga menyukai