Disusun Oleh :
NIM. P07220219084
A. Pengertian
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan suatu masalah kardiovaskular
yang utama karena menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka
kematian yang tinggi. Banyak kemajuan yang telah dicapai melalui penelitian
dan oleh karenanya diperlukan pedoman tatalaksana sebagai rangkuman
penelitian yang ada (PERKI, 2015).
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan istilah yang merujuk pada
penyakit jantung yang diakibatkan oleh menurunnya suplai darah ke otot
jantung. (Black & Hawk, 2009). Penurunan suplai darah ke otot jantung
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen. Pada akhirnya ketidakseimbangan ini akan menimbulkan gangguan
pompa jantung dan mempengaruhi tubuh secara sistemik (Rochmawati,
2011).
Sindrom koroner akut adalah suatu kondisi dimana terjadi imbalans dari
suplly dan demand oksigen otot jantung yang paling sering disebabkan oleh
plak aterosklerosis yang menyebabkan penyempitan arteri-arteri koroner.
Selain itu sindrom koroner akut. dapat pula terjadi akibat spasme arteri yang
disebut dengan angina varian. Presentasi klinis yang dapat ditimbulkan dapat
bermacam-macam dan membentuk spektrum sindrom koroner akut., namun
manifestasi yang paling sering adalah angina pectoris (Young dan lLibby,
2007).
SKA merupakan suatu penyakit yang dinamis, dimana ada suatu proses
transisi dari spektrum penyakit akibat perubahan intralumen mulai dari oklusi
parsial sampai dengan total ataupun reperfusi.
Klasifikasi
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan elektrokardiogram
(EKG), dan pemeriksaan marka jantung, Sindrom Koroner Akut dibagi
menjadi:
1. Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment
elevation myocardial infarction)
D. Patofisiologi
1. Angina pectoris
Merupakan SKA yang sudah masuk dalam kondisi gawat. Pada kasus ini
disertai dengan nekrosis miokardium (kematian otot jantung) akibat
gangguan suplai darah yang kurang.
3. Payah jantung
Sebagian besar SKA manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh darah
koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan
komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi pak tersebut.
Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivisi jalur
koagulasi. Terbentuklah trobus yang seperti trombosit (white thrombus).
Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik secara
total maupun parsial, atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh
koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang
menyebabkan vasokonstriksi sehingga memperberat gangguan aliran darah
koroner.
Plak
atherom
Perubahan
komposisi
Proses
agregasi dan
White
trobus
Menyumbat mikroemboli
liang
vasokontriks
i
Aliran darah
coroner
Iskemia
miokardium
F. Penatalaksanaan
1. Terapi Farmakologis
a. Terapi anti iskemik : untuk mengurangi iskemia dan mencegah
terjadinya kemungkinan yang lebih buruk seperti, infarkmiokard atau
kematian.
b. Nitrat : mengurangi kebutuhan oksigen dan meningkatkan suplai
oksigen.
c. Antagonis kalsium mengurangi influlks kalsium yang melalui
membrane sel. Obat ini menghambat kontraksi miokard dan otot polos
pembuluh darah.
2. Terapi Non Farmakologis
a. Istirahat yang teratur untuk mengurangi beban kerja jantung.
b. Oksigenasi.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiogram (EKG)
H. Proses Keperawatan
1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dalam proses keperawatan dengan
mengadakan kegiatan mengumpulkan data-data atau mendapatkan data
yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan
yang ada (Aziz Alimul Hidayat, 2021).
a. Identitas pasien
Mengkaji nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
perkawinan, alamat, golongan darah, pengahasilan, hubungan klien
dengan penanggung jawab.
b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah Nyeri dada, klien mengeluh nyeri ketika
beristirahat, terasa panas, di dada,retro sterna menyebar ke lengan kiri
dan punggung kiri, skala nyeri 8 (skala 1-10), nyeri berlangsung 10
menit).
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh nyeri ketika beristirahat, terasa panas dada retro sterna
menyebar ke lengan kiri dan punggung kiri , skala nyeri 8 (skala 1-10)
nyeri berlangsung 10 menit ).
d. Riwayat penyakit sebelumnya
DM, Hipertensi, kebiasaan merokok, pekerjaan, stress. Dan riwayat
penyakit keluarga (jantung, DM, hipertensi, kebiasaan merokok,
pekerjaan, stress) dan riwayat penyakit keluarga (DM, hipertensi,
ginjal).
e. Aktivitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dipsnea saat
istirahat atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat
beraktifitas .
f. Integritas ego
Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung.
g. Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada
malam hari, diare/konstipasi.
h. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penurunan berat badan
signifikan, pembengkakan ekstremitas bawah, diet tinggi garam
penggunaan diuretic distensi abdomen, edema umum, dan sebagainya.
i. Hygine
Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
j. Neurosensori
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan murah
tersinggung
k. Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut/kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah.
l. Interaksi social
Penurunan aktifitas yang biasa dilakukan.
Pemeriksaan Fisik
B1: Dispneu (+), diberikan O2 tambahan
B2: Suara jantung murmur (+), chest pain (+), CRT 2 detik, akral dingin,
B4: Oliguri
B6: Merasa kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap,
dan jadwal olahraga teratur. perubahan postur tubuh.
Pemeriksaan Penunjang
4 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dimana
kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. (Padila, 2012).
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan. (Setiadi, 2012).
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan dan
mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang telah dibuat sebelumnya.
Evaluasi dilaksanakan setelah perawat selesai melaksanakan tindakan yang
telah direncanaan setiap harinya. (Supratti dan Ashriady, 2018)
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Menurut Hidayat (2021) evaluasi keperawatan dibagi
menjadi:
a. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif merupakan hasil observasi dan analisa perawat
terhadap respon segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi Sumatif merupakan rekapitulasi dan kesimpulan dari
observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis
pada catatan perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA