OLEH :
S1 KEPERAWATAN
2019
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Sindrom serangan jantung akut (ACS) adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menguraikan suatu kelompok gejala akibat dari iskema Myocardial akut ( darah tidak
cukup mengalir ke otot jantung ) dan berkisar antara angina tidak stabil ( nyeri dada
yang terus meningkat ke Myocardial Infarction ( serangan jantung). Kondisi tersebut
berhubungan dengan berbagai derajat tingkat penyempitan atau terbentuknya satu
atau beberapa arteri koronaria yang menyediakan darah, oksigen dan bahan gizi pada
jantung ( DRS. H Syaifudin 2011)
Acute Coronary Syndrome ( ACS ) adalah suatu istilah atau termologi yang
digunakan untuk menggambarkan spectrum keadaan atau kumpulan proses penyakit
yang meliputi Angma pectoris tidak stabil, infark myokard tanpa elevasi segmen ST
dan Infark myokard dengan elerasi segment ST. ( HHP. Pengertian ACS.pdf)
Jadi dari tiga (3) definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa pengrtian dari
ACUTE CORONER SYNDROME (ACS) yaitu suatu gabungan dari gejala keadaan
darurat jantung seperti tidak enak pada dada dan kumpulan penyakit lainnya
contohnya Iskemia Myocardial Akut , angina tidak stabil dan sengan jantung. Kondisi
tersebut menyebabkan satu atau beberapa arteri koronaria terbuntu yang menyediakan
darah, oksigen dan bahan gizi pada jantung.
2. EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun lebih dari 1,5 juta orang Amerika pernah terkena ACS, dan 220.000
meninggal dari MI. Di Amerika Serikat, lebih dari 7,6 juta orang yang selamat dari
MI. Rasa tidak nyaman pada dada adalah alasan yang paling sering timbul pada
pasien yang datang ke gawat darurat. Hingga 5,6 juta (5,1%) pasien gawat darurat
terkait dengan ketidaknyamanan pada dada dan kemungkinan PJK ACS. CHD adalah
penyebab utama kecacatan kronis prematur di Amerika Serikat.PJK biaya tinggi,
dengan biaya langsung dan tidak langsung diperkirakan $ 151.600.000.000 untuk
tahun 2007.
Rata-rata lama menginap di rumah sakit untuk MI pada tahun 1999 adalah 4,3
hari tapi menurun rata-rata 3,3 hari pada tahun 2006. Sebagian besar data
epidemiologi mengenai pengobatan ACS dan kelangsungan hidup berasal dari
National Registry of Myocardial Infarction (NRMI), Registry akut global Acara
Koroner (GRACE), dan statistik ringkasan debit dari rumah sakit AS yang disiapkan
oleh AHA.
Angka kematian di rumah sakit adalah 4,6% untuk pasien dengan ACS STEMI
tetapi lebih rendah (2,2%) untuk pasien dengan NSTE ACS.Pasien dengan STEMI
diobati dengan terapi reperfusi, baik PCI primer atau fibrinolitik, tingkat kematian
lebih rendah dari pasien yang diobati tanpa reperfusi. tarif reperfusi dan tingkat
kematian lebih tinggi pada orang tua dan pada wanita. Misalnya, tingkat kematian
adalah 19% pada pasien usia lanjut yang memenuhi syarat untuk terapi reperfusi
tetapi tidak menerima hal itu dibandingkan dengan 10,5% pada pasien yang did.Pada
wanita, tingkat kematian adalah 18% bagi mereka yang memenuhi syarat untuk terapi
reperfusi tetapi tidak menerima dibandingkan dengan 9,3% bagi mereka yang
melakukan not.pada tahun pertama setelah MI, 23% wanita dan 18% pria akan mati,
sebagian besar infark. diulang pada 1 tahun, angka kematian dan reinfarction antara
STE dan NSTE MI serupa. Tingkat mengembangkan gagal jantung selama perawatan
di rumah sakit untuk ACS anjlok.
Dibandingkan dengan data dari tahun 1999, kejadian gagal jantung pada pasien
dengan STEMI inhospital menurun dari 19,5% menjadi 11% dan untuk pasien
dengan NSTE ACS menurun dari 13% menjadi tingkat 6,1% kematian di rumah
sakit untuk pasien yang hadir dengan atau mengembangkan gagal jantung lebih dari
tiga kali lebih tinggi daripada mereka yang tidak. Karena reinfarction dan kematian
berikut ACS merupakan hasil utama, strategi pengobatan untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas, terutama penggunaan angiografi koroner, revaskularisasi,
dan farmakoterapi, akan memiliki dampak yang signifikan pada beban sosial dan
ekonomi dari PJK di Amerika Serikat.
1. Ruptur Plak
Ruptur Plak menyebabkan aktivasi, adesmi dan agregrasi platelet dan
menyebabkan aktivasi terbentuknya thrombus.Thrombus ini bisa berakibat
stenosis berat angma stabil dan infark miokard akut.
Thrombosis dan Agregasi Trombosit.
2. Thrombosit setelah plak terganggu karena interaksi yang terjadi antara lemak,
sel otot dan sel busa.
3. Vasospasme.
4. Factor predisposisi : merokok, hipertensi,hiperlidema.
3. PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI
ACS merupakan salah satu bentuk manifestasi klinis dari pjk akibat utama daro
proses sterottrombosis merupakan suatu penyakit kronik dengan proses yang sangat
komplek dan multifactor serta saling terkait.
Bila oklusi menyebabkan kematian jaringan tetapi dapat diatasi oleh kolateral
atau lisis thrombus yang cepat maka akan timbul NSTEMI. Thrombus yang terjadi
lebih persisten dan berlangsung sampai lebih dari 1 jam.Bila okulasi menetap dan
tidak dikompesasi oleh kolateral maka keseluruhan lapisan miokard mengalami
nekrosis, atau dikenal juga dengan STEMI. Thrombus yang terbentuk bersifat fixed
dan persisten yang menyebabkan perfusi miokard terhenti secara tiba-tiba yang
berlangsung lebih dari 1 jam menyebabkan nekrosis miokard transmural.
Penyebab sindrom koroner akut adalah :
1. Aliran darah yang tersumbat sehingga menyebabkan otot jantung tidak
memperoleh suplai oksigen.
2. Adanya kontraksi pada pembuluh darah yang dapat mengurangi aliran darah
ke jantung.
3. Aterosklerosis yang disebabkan oleh adanya endapan lemak ( plak ) pada
dinding pembuluh darah. Semakin tebal plak, maka pembuluh darah semakin
sempit dan dapat mengakibatkan tersumbatnya pembuluh darah secara total.
4. Kondisi abnormal pada katup jantung dan irama detak jantung ( aritmia )
dapat mengganggu proses pemompaan aliran darah ke jantung dank e
pembuluh darah koroner.
Ada pun juga faktor – faktor yang menyebabkan resiko seseorang terkena
sindrom koroner akut sebenernya sama dengan penyakit jantung lainnya, yaitu
:
- Orang yang berusia 45 tahun ke atas (pria) dan 55 tahun ke atas
(wanita).
- Memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung atau stroke
- Merokok
- Berat badan berlebihan dan jarang berolahraga.
- Diabetes (diabetes militus).
- Tekanan darah tinggi
- Tingkat kolestrol tinggi di dalam darah.
- Mengonsumsi banyak makanan berlemak.
5. KLASIFIKASI
1. Kelas I: serangan baru, yaitu kurang dari 2 bulan progresif, berat, dengan
nyeri pada waktu istirahat, atau aktivitas sangat ringan, terjadi> 2 kali per
hari.
2. Kelas II : Sub akut, yakni sakit dada anatara 48 jam sampai dengan 1 bulan
pada waktu istirahat
3. Kelas III : akut, yakni kurang dari 48 jam.
Secara klinis :
6. GEJALA KLINIS
Gejala-gejala yang sering dikeluhkan pasien antara lain:
Nyeri dada, 20-25% dari keseluruhan nyeri dada yang ditemukan pada pada
pasien di ruang gawat darurat merupakan pasien sindroma koroner akut.[8,9] Nyeri
seperti terhimpit atau tertindih beban berat dan berlangsung lebih dari 15 menit.
Nyeri juga seperti panas yang menjalar dari perut.Nyeri dada kadang dapat
berkurang dengan pemberian nitrogliserin yang mengindikasikan nyeri merupakan
nyeri kardiak dan dapat dibedakan dengan nyeri akibat lambung dengan pemberian
antasida. Nyeri menjalar ke lengan kiri, namun penjalarannya dapat juga ke bahu
kiri atau rahang kiri, mual hingga muntah akibat rangsangan vagal, keringat
dingin, sesak napas, gejala lainnya yang dapat muncul adalah: pusing, hilang
kesadaran.
Tanda – tanda dan gejala paling umum dari kondisi ini adalah :
- Sesak nafas
- Detak jantung cepat atau tidak teratur
- Merasa seperti ingin jatuh
- Kelelahan yang parah
- Otot melemah
- Mual atau muntah
- Keluar keringat dingin
Kemungkinan ada tanda – tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila
anda memiliki kekawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan
dokter anda.
Jika anda memiliki tanda – tanda dan gejala yang telah disebutkan seperti
diatas segera kinjungi instalasi gawat daruratn(IGD) terdekat. Kondisi ini dapat
mengancam jiwa dan perlu pertolongan petugas medis segara.
Bila anda memiliki kekawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah
dengan dokter anda. Anda sebaiknya periksa ke dokter sesegera mungkin jika anda
merasakan sakit atau sesak pada bagian dada.
Tubuh masing –masing orang berbeda.Selalu konsultasikan ke dokter untuk
menangani kondisi kesehatan anda.
7. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik harus segera dilakukan pada kecurigaan sindroma koroner akut.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah :
- Tanda – tanda vital. Perlu diwaspadai jika terjadi takikardi, takipneu dan
tanda-tanda syok kardiogenik
- Auskultasi : murmur pada regurgitasi mitral atau apabila terjadi peningkatan
intensitas murmur yang sudah ada sebelumnya, bunyi jantung S3, S4, bunyi
ronki pada paru.
Adapu pemeriksaan fisik yang harus dilakukan, yaitu :
a. Status Present :Keadaan Umum: Baik, Kesadaran: Compos Mentis, Tekanan
Darah, Nadi, regular Frekuensi Nafas, Temperatur.
b. Status General : Kulit, Kepala, Mata, Mulut , Leher, Axilla, Thorax, Jantung,
Abdomen.
Dan adapun diagnosis Banding yang di lakukannya :
a. Infark miokard akut dengan ST elevasi onset 1 hari killip 1 dan AV
blockgrade
b. Infark miokard akut tanpa ST elevasi
c. Angina pektoris tidak stabil
d. Angina pektoris stabil.
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC/PENUNJANG
Jika memiliki tanda atau gejala yang terkait dengan sindrom coroner akut, dokter
ruang gawat darurat kemungkinan akan memesan beberapa tes. Beberapa tes adalah
tentang mengajukan pertanyaan tentang gejala atau riwayat medis. Termasuk tes:
- Elektrokardiogram (EKG). Tes ini mengukur aktivitas listrik dihati melalui
elektroda yang menempel pada kulit. Dorongan yang abnormal atau tidak
teratur dapat menunjukan kurangnya oksigen ke jantung. Pola tertentu dalam
sinyal listrik dapat menunjukkan lokasi umum penyumbatan. Tes dapat
diulang beberapa kali.
- Tes darah. Enzim tertentu dapat dideteksi dalam darah jika kematian sel telah
diproduksi dalam kerusakan jaringan jantung. Hasil positif menunjukkan
serangan jantung.
Informasi dari dua tes ini serta tanda dan gejala- dapat memberikan dasar utama
untuk diagnosis sindrom coroner akut dan dapat menentukan apakah kondisi tersebut
dapat diklarifikasikan sebagai serangan jantung atau angina jantung.
Tes lain mungkin diperintahkan untuk mengkarakterisasi kondisi lebih teliti,
menyingkirkan penyebab lain dari gejala, atau menggabungkan intervensi diagnostic
dan perawatan.
- Angiogram coroner. Prosedurini menggunakan pencitraan X-ray untuk
melihat pembuluh darah jantung.
- Echocardiogram: Sebuah echocardiogram menggunakan gelombang suara,
diarahkan ke jantung dari perangkat mirip tongkat, untuk menghasilkan
gambar hidup hati. Ekokardiogram dapat membantu menentukan apakah
jantung memompa dengan benar.
- Pencitraan perfusi miokard (MPI. Tes inimenunjukkan seberapa baik darah
mengalir melalui otot jantung.
- Angiografi komputerisasi (CT). CT angigram menggunakan teknologi sinar-X
khusus yang dapat menghasilkan banyak gambar-gambar 2-D lintas-bagian-
jantung.
- Tes tekanan. Tes tekanan menilai seberapa baik fungsi jantung ketika
berolahraga- ketika jantung harus bekerja lebih keras.
9. DIAGNOSIS/CRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis ACS dapat ditegakkan dari 3 komponen utama, yaitu dari anamnesis,
EKG, dan pengkuran enzim – enzim jantung ( cardiac marker):
1. Anamnesis
Pasien dengan SKA biasanya dating dengan keluhan nyeri dada yang khas
kardial (gejala cardinal)yaitu :
- Lokasi : substernal, retrosternal, atau precordial
- Sifat nyeri : sakit, seperti ditekan ditindih benda berat, seperti
diperas/diplintir, rasa terbakar, atau seperti ditusuk.
- Penjalaran : ke lengan kiri, leher, rahang bawah,
punggung/interskapula, perut, atau lengan kanan.
- Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau nitrat
- Gejala penyerta : mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin, cemas,
dan lemah.
- Faktor pencetus : aktivitas fisik, dan emosi
- Faktor resiko : laki – laki usia >40 tahun, wanita menopause, DM,
hipertensi, dislipidemia, perokok, kepribadian tipe A, Obesitas.
2. Elektro Kardiografi
Pada iskemia miokardium, dapat ditemukan depresi segmen ST
(kurang lebih 1mv) atau inverse gelombang T simetris (kurang lebih dari
2mv) pada dua lead yang bersebelahan.
Perubahan EKG yang khas menyrtai infark miokardium, dan
perubahan paling awal terjadi hampir seketika pada saat mulainya gangguan
miokardium.Pemeriksaan EKG harus dilakukan segera pada setiap orang yang
dicurigai menderita infark sekalipun kecurigaannya kecil.
Selama infark miokardium akut, EKG berkembang melalui tiga stadium :
Gelombang T runcing diikuti dengan inverse gelombang
Secara akut, gelombang T meruncing (peaking), kemidian inverse
(simetris).Perubahan gelombang T menggambarkan iskemia
miokardium.Jika terjadi infark sejati, gelombang T tetap inverse
selama beberapa bulan sampai beberapa tahun.
Elevasi segmen ST
Secara akut, segmen ST mengalami elevasi dan menyatu dengan
gelombang T. elevasi segmen ST menggambarkan jelas
miokardium.Jika terjadi infark, segmen ST biasanya kembali ke garis
iso elektrik dalam beberapa jam.
Muncul gelombang Q baru
Gelembang – gelombang Q baru bermunculan dalam beberapa jam
sampai beberapa hari. Gelombang ini menandakan infark miokard,
syarat : lebar kurang lebih 4mm atau 25% tinggi R. pada kebanyakan
kasus, gelombang ini menetap seumur hidup pasien.
3. Cardiac marker
Kerusakan miokardium dikenali keberadaannya antara lain dengan
menggunakan test enzim jantung, seperti : keratin-kinase (CK), keratin-kinase
MB (CK-MB), cardiac specific tropin (cTn I/T, laktat dehidrogenase (LDH),
dan myoglobin, peningkatan nilain enzim CKMB atau cTn T/I > 2x nilai batas
atas normal menunjukkan adanya nekrosis jantung (infark miokard).
Pemeriksaan enzim jantung sebaiknya dilakukan secara serial.
Tujuan terapi segera adalah untuk mengurangi rasa sakit dan kesusahan,
memperbaiki aliran darah, dan mengembalikan fungsi jantung secepat dan sebaik
mungkin.
1. Terapi awalberfokus pada hal-hal berikut:
a. Menstabilkan kondisi pasien.
b. Menghilangkan rasa sakit iskemik.
c. Menyediakan terapi antitrombotik.
2. Terapi anti-iskemikfarmakologis meliputi yang berikut:
a. Nitrat (untuk meringankan gejala).
b. Beta Blocker (misalnya, metoprolol):
ini diindikasikan pada semua pasien kecuali kontraindikasi.
3. Terapi antitrombotik farmakologis meliputi sbagai berikut:
a. Aspirin.
b. Clopidogrel.
c. Prasugrel.
d. Ticaglelor.
e. Nntagonis reseptor Glikoprotein IIb/IIIa (abciximab, eptifibatide,
tirofiban).
4. Terapi antikoagulanfarmakologis termasuk yang berikut:
a. Unfractionated heparin UFH.
b. Heparin berat molekul rendah (LMWH; dalteparin, nadroparin,
enoxaparin).
5. Tindakan-tindakan terapeutiktambahan yang dapat diindikasikan meliputi
hal-hal berikut:
a. Trobolisis.
b. Intervensi coroner perkutan (pengobatan pilihan untuk ST-elevasi
MI).
6. Pedomansaat ini untuk pasien dengan ACS sedang atau berisiko tinggi
termasuk yangberikut:
a. Pendekatan invasive dini.
b. Terapi antitrombotik bersamaan,termasuk aspirin dan clopidogrel,
serta UFH atau LMWH.
11. KOMPLIKASI
1. Aritmia
2. Kematian mendadak
3. Syok kardiogenik
4. Gagal jantung
5. Emboli paru
6. Rupture septrum ventikuler
7. Rupture muskulus papilaris
8. Aneurisma ventrikel
1. Data Umum
a. Identitas pasien yang liputi nama, umur, tempat/tanggal lahir,
jeniskelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, diagnose medis, alamat,
no.RM, tanggal masuk RS.
b. Identitas penanggung jawab yang meliputi nama, hubungan dengan
opasien, pendidikan, pekerjaan, alamat, no tlpn/hp.
2. Riwayat Kesehatan Saat Ini
5. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
6. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
DAFTAR PUSTAKA
PengertianACSpdf2016“gejala-penyebab-faktor-resiko-sindrom-koroner-
akut”Tersedia:https://www.amazine.co/25350//gejala-penyebab-faktor-resiko-
sindrom-koroner-akut.Yang diakses pada [25 Feb 2019]