Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN DEMAM TYPOID

DI RUANG LELY 2

RSUD KABUPATEN BULELENG

Oleh :

Nama : Ni Komang Sri Meliani

NIM : 17089014106

SEKOLAH TINGGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2019
A. KonsepDasarPenyakit

1. Definisi
Demam dengue / DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri
sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis
hemoragik (Sudoyo, 2010). Penyakit DBD mempunyai perjalanan penyakit yang
sangat cepat dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat
penanganan yang terlambat. Demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue
hemoragic fever (DHF), dengue fever (DF), demam dengue, dandengue shock
sindrom (DDS) (Widoyono, 2008). Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa
penyakit DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus( arthropodborn virus
) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes
Aegepty) nyamuk aedes aegepty.

2. Epidemiologi DHF
Demam berdarah dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.
Data dari seluruh dunia menunjukan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah
penderita demam berdarah dengue setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak
tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara
Indonesia sebagai negara dengan kasus demam berdarah dengue tertinggi di Asia
Tenggara. Di Indonesia demam berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya
pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang di antaranya
meninggal dunia (Angka Kematian/AK= 41,3%). Sejak saat itu, penyakit ini
menyebar luas ke seluruh Indonesia (Kementrian Kesehatan, 2010).

3. Penyebab
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan
viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di
hipotalamus sehingga menyebabkan ( pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin,
Histamin) terjadinya: peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran
pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairandan plasma dari
intravascular keintersisiel yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat
terjadi akibat dari, penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibody
melawan virus (Murwani, 2011).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti
petekia atau perdarahan mukosa di mulut.Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan
kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal
tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan
menimbulkan syok. Masavirus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari
(Soegijanto, 2006). Menurut Ngastiyah (2005) virus akan masuk kedalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aedesaeygypty. Pertama tama yang terjadi adalah viremia
yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot
pegal - pegal di seluruh tubuh, ruam atau bitnik – bitnik merah pada kulit, hyperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (hepatomegali). Kemudian virus bereaksi dengan antibody dan
terbentuklah kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi system
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a
Dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat
sebagai fakto rmeningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma keruang ekstraseluler. Pembesaran
plasma keruang ekstaseluler mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi
hipotensi, hemokonsentrasi dan hypoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningatanhematokrit>20%) menunjukan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai hematocrit menjadi penting untuk
patokan pemberian cairan intravena (Noersalam, 2005).

4. Patofisiologi
Manifestasi terjadi DHF ialah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah,
menurunnya volume plasma, terjadinyah ipotensi, trombosit openia dan
diatesishemoregic. Padakasusberat, renjatan terjadi secara akutnilai hematocrit
meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh
darah padapen derita dengan renjatan berat, volume plasma dapat menurun sampai
lebih 30%.Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila
tidak segera diatasi dapat mengakibatkan anoksia jaringan, asidosis metabolic dan
kematian. Kelainan yang paling sering ditemukan ialah perdarahan di kulit berupa
petekie, perdarahan di saluran pencernaan, paru, dan jaringan periodrenal, hati
membesar, terdapat perlemakan, yang disertai perdarahan atau sarang nekrosis
hemoregik (IKA-FKUI, 2005:610).
WOC

5. Klasifikasi
Pembagian Derajatmenurut (Soegijanto, 2006):
a. Derajat I :Demam dengan uji tourniquet positif.
b. Derajat II :Demam dan perdarahan spontan, pada umumnya dikuli tatau
perdarahan lain.
c. Derajat III :Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala - gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi
yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg)/ hipotensi disertai
ekstremitas dingin, dan anak gelisah.
d. Derajat IV :demam, perdarahan spontan disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala – gejala renjatan hebat (nadi tak teraba
dan tekanan darah tak terukur).
6. Gejala Klinis

a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus
selama 2-7 hari
b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
a. uji bendung positif
b. petekie, ekimosis, purpura
c. perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
d. hematemesis dan atau melena
c. Pembesaran hati
d. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan
tekanan nadi ( 20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan
dingin, kulit lembab, capillary refill time memanjang (>2 detik) dan pasien
tampak gelisah.

7. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan rambut
 Inspeksi : bentuk, ukuran, distribusi dan warna kulit
 Palpasi : tebal dan banyaknya rambut, hematoma
b. Mata
 Inspeksi : simetris, konjungtiva, pupil, sclera
 Palpasi : tekanan bola mata, ada atau tidaknya nyeri tekan pada
bola mata
c. Telinga
 Inspeksi : ukuran, bentuk, serumen
 Palpasi : kartilago telinga, ada tidaknya nyeri tekan pada telinga
d. Hidung dan sinus
 Inspeksi : bentuk tulang
 Palpasi : sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis
e. Mulut dan faring
 Inspeksi : amati ada tidaknya kelainan pada bibir
 Palpasi : palatum, langit-langit dan lidah
f. Leher
 Inspeksi : bandingkan antara leher kanan dan kiri
 Palpasi : ada atau tidaknya perbengkakan
g. Dada (thoraks)
Paru-paru
 Inspeksi : kesimetrisan paru kanan dan kiri, bentuk dan postur
 Palpasi : ada tidaknya pembesaran dan nyeri tekan, massa
 Perkusi : batas paru
 Auskultasi : suara paru
Jantung

 Inspeksi dan palpasi : batas jantung dan ada tidaknya


ketidaknormalan denyutan jantung
 Perkusi : ukuran dan bentuk jantung
 Auskultasi : suara jantung
h. Abdomen
 Inspeksi : bentuk dan gerakan abdomen
 Auskultasi : bising usus
 Palpasi : bentuk, ukuran, dan konsisten organ
 Perkusi : ada tidaknya cairan dan massa serta nyeri tekan pada
abdomen
i. Genetalia
1) Pria
 Inspeksi : distribusi rambut pubis, kulit dan ukuran
 Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan, benjolan serta cairan
2) Wanita
 Inspeksi : distribusi rambut pubis, kulit dan ukuran
 Palpasa : ada tidaknya nyeri tekan, benjolan serta cairan
j. Pemeriksaan batang tubuh (truncus)
1) Ekstremitas atas
 Inspeksi : warna kulit, ada atau tidaknya benjolan atau
pembengkakan, ada atau tidaknya fraktur tertutup atau terbuka, ada
tidaknya luka.
 Palpasi : temperature, sendi-sendi, otot serta adanya nyeri tekan
2) Ekstremitas bawah
 Inpeksi : perhatian adanya diskolasi atau pembengkakan
 Palpasi : struktur, konsisten dan ukuran tulang

8. Pemeriksaan Penunjang

A.    Darah

 Trombosit menurun.
 HB meningkat lebih 20 %
 HT meningkat lebih 20 %
 Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
 Protein darah rendah
 Ureum PH bisa meningkat
 NA dan CL rendah

B.    Serology : HI (hemaglutination inhibition test).

 Rontgen thorax : Efusi pleura.


 Uji test tourniket (+)

9. Diagnosis

Perlu mendapat perhatian bahwa yang disebut mendadak adalah tidak didahului
oleh demam ringan, seperti misalnya anak pulang sekolah belum demam, kemudian
tidur, bangun tidur anak menderita demam tinggi di atas 38,5⁰C. Demam bersifat
terus-menerus berarti perbedaan suhu terendah dengan suhu tertinggi kurang dari
1⁰C.

Masalah yang timbul dalam menilai pola demam ini adalah tidak selalu orang tua
mengukur tingginya demam dan pengaruh pemberian obat penurun panas oleh orang
tua. Tingginya demam dapat diperkirakan melalui pertanyaan mengenai akibat
demam terhadap pasien, seperti anak rewel/gelisah, kulit kemerahan terutama pada
wajah (flushing) dan fotofobia.

Efek obat penurun panas, pada umumnya hanya sebentar, paling lama sesuai
dengan masa kerja obat, setelah itu demam kembali meningkat tinggi. Adanya
epistaksis pada anak yang biasa mengalami epistaksis, harus dicari petunjuk lain,
misalnya pemeriksaan uji tourniquet atau tanda dan gejala manifestasi perdarahan
lain.

10. Tindakan Penanganan

 Membersihkan bak mandi dan menaburkan serbuk abate agar jentik-jentik


nyamuk mati.
 Menutup, membalik, atau jika perlu menyingkirkan media-media kecil
penampung air lainnya yang ada di rumah Anda.
 Memasang kawat antinyamuk di seluruh ventilasi rumah Anda.
 Memasang kelambu di ranjang tidur Anda.
 Memakai losion antinyamuk, terutama yang mengandung N-
diethylmetatoluamide(DEET) yang terbukti efektif. Namun jangan gunakan
produk ini pada bayi yang masih berusia di bawah dua tahun.
 Mengenakan pakaian yang longgar yang bisa melindungi Anda dari gigitan
nyamuk.
 Melakukan gotong royong untuk membersihkan lingkungan
 Mengadakan fogging untuk mensterilkan lingkungan dari nyamuk dan jentik-
jentiknya.

11. Komplikasi

Meski hanya terjadi pada segelintir kasus, demam dengue bisa berkembang
menjadi komplikasi yang lebih serius, yaitu dengue hemorrhagic fever atau demam
berdarah dengue (DBD) dan dengue shock syndrome yang dapat menyebabkan
kematian akibat pendarahan hebat.
 Kedua komplikasi tersebut berisiko tinggi dialami oleh orang yang sistem kekebalan
tubuhnya tidak mampu melawan infeksi dengue yang dia derita, atau oleh orang yang
sebelumnya pernah terkena demam dengue lalu terkena kondisi ini kembali.
 Segera bawa ke rumah sakit apabila di sekitar Anda ada penderita demam dengue
yang gejalanya mengarah pada demam berdarah dengue dan dengue shock syndrome.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . pengkajian pada pasien
dengan “DHF” dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran, dan
pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya meliputi :

a. Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari berbagai


sumber (pasien, keluarga, rekam medik dan anggota tim kesehatan lainnya).
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi
kebutuhan pasien.
c. Kaji riwayat keperawatan.
d. Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak
nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut nadi cepat
dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstrimitas, sianosis,
gelisah, penurunan kesadaran).

2. Diagnosa keperawatan

Penyusunan diagnosa keperawatan dilakukan setelah data didapatkan, kemudian


dikelompokkan dan difokuskan sesuai dengan masalah yang timbul sebagai contoh
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus DHF diantaranya :

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler,


perdarahan, muntah dan demam.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
tidak ada nafsu makan.
d. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi
e. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
f. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Perumusan rencana perawatan pada kasus DHF hendaknya mengacu pada masalah
diagnosa keperawatan yang dibuat. Perlu diketahui bahwa tindakan yang bisa
diberikan menurut tindakan yang bersifat mandiri dan kolaborasi. Untuk itu penulis
akan memaparkan prinsip rencana tindakan keperawatan yang sesuai dengan
diagnosa keperawatan :

a. Gangguan volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan , muntah dan demam.

Tujuan :
Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi

Kriteria hasil :
Volume cairan tubuh kembali normal

Intervensi :

1) Kaji KU dan kondisi pasien


2) Observasi tanda-tanda vital ( S,N,RR )
3) Observasi tanda-tanda dehidrasi
4) Observasi tetesan infus dan lokasi penusukan jarum infus
5) Balance cairan (input dan out put cairan)
6) Beri pasien dan anjurkan keluarga pasien untuk memberi minum banyak
7) Anjurkan keluarga pasien untuk mengganti pakaian pasien yang basah oleh
keringat.

b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

Tujuan
Hipertermi dapat teratasi

Kriteria hasil
Suhu tubuh kembali normal

Intervensi

1) Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh


2) Berikan kompres dingin (air biasa) pada daerah dahi dan ketiak
3) Ganti pakaian yang telah basah oleh keringat
4) Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat
seperti terbuat dari katun.
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak kurang lebih 1500 – 2000 cc
per hari
6) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi, obat penurun panas.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,


muntah, tidak ada nafsu makan.

Tujuan
Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi

Kriteria hasil
Intake nutrisi klien meningkat

Intervensi
1) Kaji intake nutrisi klien dan perubahan yang terjadi
2) Timbang berat badan klien tiap hari
3) Berikan klien makan dalam keadaan hangat dan dengan porsi sedikit tapi sering
4) Beri minum air hangat bila klien mengeluh mual
5) Lakukan pemeriksaan fisik Abdomen (auskultasi, perkusi, dan palpasi).
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi anti emetik.
7) Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet.

d. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan


kurangnya informasi

Tujuan
Pengetahuan keluarga tentang proses penyakit meningkat

Kriteria hasil
Klien mengerti tentang proses penyakit DHF
1) Kaji tingkat pendidikan klien.
2) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit DHF
3) Jelaskan pada keluarga klien tentang proses penyakit DHF melalui Penkes.
4) beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya yang belum dimengerti atau
diketahuinya.
5) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien
e. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trobositopenia.

Tujuan
Perdarahan tidak terjadi

Kriteria hasil
Trombosit dalam batas normal

Intervensi
1) Kaji adanya perdarahan
2) Observasi tanda-tanda vital (S.N.RR)
3) Antisipasi terjadinya perlukaan / perdarahan.
4) Anjurkan keluarga klien untuk lebih banyak mengistirahatkan klien
5) Monitor hasil darah, Trombosit
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi ,pemberian cairan intra vena.

f. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan

Tujuan
Shock hipovolemik dapat teratasi

Kriteria hasil
Volume cairan tubuh kembali normal, kesadaran compos mentis.

Intervensi
1) Observasi tingkat kesadaran klien
2) Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR).
3) Observasi out put dan input cairan (balance cairan)
4) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi
5) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan.
C. Daftar Pustaka

http://tutorialkuliah.blogspot.com/2010/09/konsep-dasar-dengue-
haemorhagic-fever.html diakses tanggal : 22 april 2019

https://suryahusadha.com/en/view-content/articles/dengue-fever.aspx
diakses tanggal : 22 april 2019

http://eprints.ums.ac.id/16724/2/BAB_I.pdf diakses tanggal : 22 april


2019

http://www.ichrc.org/622-demam-berdarah-dengue-diagnosis-dan-
tatalaksana diakses tanggal : 22 april 2019

Anda mungkin juga menyukai