CI Akademik :
Ns. Dally Rahman, M.Kep, Sp.Kep.MB
CI RSUP :
Ns. Hendria Putra, M.Kep, Sp. KMB
TINJAUAN PUSTAKA
a. Transduksi
Transduksi adalah proses stimulus berbahaya (cedera jaringan) memicu
pelepasan mediator kimia (misalnya, prostaglandin, bradikinin,
serotonin, histamine), yang mensensitasi nosiseptor. Stimulasi
menyakitkan atau berbahaya juga menyebabkan pergerakan ion-ion
menembus membran sel, yang membangkitkan nosiseptor (Paice, 2002
dalam Kozier, Berman & Snyder, 2010).
Breakthrough pain
1 Amin Effects of Uji klinis Sampel : 78 pasien Selain perawatan. Hasil penelitian penelitian saat ini
Moradkhani, Local strategi rutin, kelompok menunjukkan menunjukkan efektivitas
KI : pasien berusia di
Shahrm Baraz*, Thermothe purposive intervensi menerima bahwa rerata termoterapi lokal dalam
atas 30 tahun, tanpa
Habib Haybar , rapy on sampling kecanduan, termoterapi
tanpa lokal skor nyeri pada mengurangi keparahan
Akram Chest Pain
pada pasien riwayat gangguandengan paket panas kelompok nyeri pada pasien dengan
Hemmatipour, in Patients
dan Saeed dengan psikologis, otot, danyang dihangatkan intervensi ACS.
with Acute
Hesam Coronary ACS yang hingga 50 ° C satu
gastrointestinal, tanpa adalah 3,22 ±
Desember 2018 Syndrome: dirawat di penurunan jam setelah masuk
tingkat 0,86 sebelum bahwa perbedaan antara
A Clinical ICU Rumah kesadaran, dan tanpa ke Unit Jantung, intervensi dan kelompok bukan karena
Trial Sakit luka dada dan bekas setelah pemberian 2,61intervensi tingkat input yang berbeda
Golestan luka. NRS. Durasi 20 ± 0,7 setelah. dari para profesional
Ahvaz pada KE : keengganan menit dalam Pada kelompok kesehatan tetapi terkait
tahun 2016 untuk berpartisipasi intervensi diterapkan kontrol, skor dengan sifat khusus dari
dan kuesioner yang pada dada posterior nyeri rata-rata intervensi; pedometer dan
tidak lengkap. oleh perawat sekali adalah 4 ± 0,79 instruksi untuk
sehari. sebelum meningkatkan jumlah
Instrumen Termoterapi intervensi dan langkah harian daripada
pengumpulan data diberikan selama 3,05 ± 0,66 saran umum untuk lebih
meliputi: lima hari, Sebelum setelahnya. aktif dengan tujuan
1. Kuesioner dilakukan intervensi, Hasil penelitian berjalan setidaknya 30
demografi (usia, jenis dilakukan pencatatan menunjukkan menit per hari
kelamin, riwayat skor nyeri pada perbedaan yang
diabetes, hipertensi, kasus terjadinya signifikan
dan hiperlipidemia) 2. nyeri jantung. Selain dalam skor
Numerical Rating itu, skor nyeri dicatat nyeri sebelum
Scale (NRS) selama periode dan sesudah
intervensi (lima hari) intervensi (P
hingga 12 jam <0,001)
setelah sesi terakhir.
BAB III
TELAAH KRITISI
A. Deskripsi Jurnal
Penulis akan menguraikan deskripsi jurnal utama yang digunakan dalam menerapkan
EBN. Penulis akan beberapa poin yang terkait jurnal utama sebagai berikut :
1. Judul Penelitian
Judul penelitian jurnal utama adalah “The effects of topical heat therapy on chest
pain in patients with acute coronary syndrome: a randomised double-blind
placebo-controlled clinical trial”
2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek penggunaan topical heat therapy
untuk intensitas, durasi dan frekuensi episode nyeri dada pada pasien dengan
ACS? Apa pengaruh terapi panas lokal terhadap kebutuhan terapi analgesik
opioid? pada pasien dengan acute coronary syndrome
3. Metode dan Prosedur Penelitian
Metode penelitian adalah a randomised double-blind placebo-controlled clinical
trial” pada 10 responden. Kelompok di bagi menjadi dua, yaitu kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Masing-masing kelompok berjumlah 10 orang
(1:1). Dimana partisipan yang memenuhi syarat yang telah memberikan
memberikan inform consent secara acak dimasukan ke dalam kelompok
intervensi atau kelompok kontrol dengan cara block randomized. Pada saat pasien
masuk ke ruang rawatan, pasien yang memenuhi kriteria inklusi direkrut untuk
penelitian dan dialokasikan ke salah satu kelompok belajar. Selama dua jam
pertama setelah masuk, semua pasien di kedua kelompok studi menerima
perawatan rutin setelah itu pasien dinilai untuk mengidentifikasi intensitas nyeri
dada, durasi dan frekuensi serta kebutuhan untuk terapi analgesik opioid. Dua jam
setelah masuk, peneliti memberikan terapi panas lokal kepada pasien dalam
kelompok eksperimen. Hot pack pertama-tama dihangatkan hingga mencapai
suhu 75 ° C dan ditempatkan tepat di dada pasien. Untuk mencegah kulit pasien
terbakar, maka suhu hot pack akan sedikit kehilangan panas,dengan membungkus
hot pack dengan handuk yang disediakan oleh peneliti.
4. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol yang diberi terapi
panas plasebo tidak menurunkan intensitas, durasi, dan frekuensi episode nyeri
secara signifikan. Namun, hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa kelompok
eksperimen yang diberikan topical heat therapy, intensitas nyeri, durasi dan
frekuensi pada kelompok eksperimen menurun secara signifikan dengan p value
<0,001.
5. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa terapi komplementer topical heat therapy efektif untuk
mengurangi intensitas, durasi dan frekuensi nyeri dada pada pasien dengan ACS.
Pada fase akut ACS, pemberian terapi sauna dan terapi panas seluruh tubuh
dikontraindikasikan. Akibatnya, terapi panas jantung lokal seperti topical heat
therapy sebagai tindakan keperawatan non-invasif, akan membantu meringankan
nyeri dada, meningkatkan fungsi endotel vaskular, memfasilitasi proses
angiogenesis dan mendorong pemulihan dan rehabilitasi.
B. Validitas (Validity)
Penelitian ini adalah penelitian randomised double-blind placebo-controlled clinical
trial pada 10 responden. Sampel dibagi menjadi 2 grup dengan masing-masing 5
responden dalam satu grup. Sampel diambil dengan teknik random sampling dan
dilakukan secara acak kedalam dua grup. Karena penelitian ini dirancang dengan
double blind clinical trial, sehingga variable perancu dikontrol secara penuh. Alat
ukur yang digunakan dalam penelitian untuk mengukuran skala nyeri yaitu
menggunakan McGill Pain Questionnaire (MPQ).
C. Kebermaknaan (Significancy)
Berdasarkan hasil penelitian adanya perbedaan pada kedua grup yang di beri
intervensi dan yang tidak. Berdasarkan uji Mann-Whitney U uji, P = 0,839 ada
perbedaan yang signifikan diantara kedua grup. Selanjutnya, kebermaknaan klinis
dinilai dengan Number Need to Treat (NNT) dan level of evidence. NNT merupakan
teknik untuk menilai efek dari intervensiyang diberikan pada pasien di tatanan klinik
untuk dilakukan tindakan sesuai dengan teknik intervensi untuk mencegah terjadinya
kejadian yang tidak diinginkan. NNT menguraikan perbedaan antara kelompok
kontrol dan kelompok intervensi dalam mendapatkan kebermaknaan hasil klinis.
NNT digambarkan dengan rumus sebagai berikut:
1
NNT =
ARR
Atau
1
NNT =
IMP act IMP con
( TOT act ) TOT con
−( )
Keterangan:
IMPact : Jumlah pasien yang diberikan intervensi sampai mencapai target
TOTact : Total pasien yang diberikan intervensi
IMPcon : Jumlah pasien yang diberikan control sampai mencapai target
TOTcon : Total pasien yang dijadikan control
Berdasarkan hasil penelitian,yang dicatat adalah topical heat therapy untuk melihat
pengaruhnya terhadap intensitas, durasi dan frekuensi episode nyeri dada pada pasien
dengan ACS sehingga grup yang akan dihitung adalah grup dengan tindakan rutin
dan grup kedua. Jika diterapkan pada pada rumus didapatkan sebagai berikut:
1
NNT =
( 301 )−( 1530 )
1
NNT =
0,5
NNT =2
Selanjutnya level of evidence penelitian ini berada pada level I karena tipe penelitian ini
adalah penelitian ekperimen dengan teknik Randomized Controlled Trial (RCT).
Selain itu, penelitian ini berada pada grade A (tinggi) untuk kualitas peneliti. Hal ini
dikarenakan penelitian ini sudah menghasilkan kesimpulan berdasarkan sampel yang
cukup, dan sudah memaparkan rekomendasi dari penelitian terdahulu mencakup
referensi untuk mendapatkan evidence yang terukur.
D. Aplikabilitas (Applicability)
Penerapan Evidence Based Nursing mengenai efektifitas topical heat therapy terhadap
pada pasien hipertensi, applicable dilakukan dirumah sakit. Pertimbangan peneliti
adalah :
1. Penerapan EBN ini tidak memerlukan peralatan tambahan hanya hotpack.
2. Dari segi penerapan, mudah diterapkan dan tidak membahayakan pasien baik
secara fisik maupun mental.
Dengan alasan inilah peneliti berkesimpulan penerapan EBN ini mampu dilaksanakan
di Rumah Sakit.
BAB IV
RENCANA PELAKSANAAN
A. Tempat Pelaksanaan
EBN ini akan diterapkan RSUP Dr. M. Djamil Padang. Adapun ruangan yang akan di gunakan
adalah ruangan CVCU.
B. Waktu Pelaksanaan
Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan EBN akan penulis uraikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1
Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan EBN
NO Kegiatan Waktu Subjek
.
1 Identifikasi fenomena September 2021 Penulis/Residen
2 Penyusunan dan konsultasi September 2021 Penulis,
proposal Supervisor
3 Presentasi proposal September 2021 Penulis
4 Persetujuan pelaksanaan September 2021 Supervisor, Karu,
program EBN Diklat RS
5 Penerapan program EBN September 2021 Penulis, Perawat
6 Evalusi hasil dan penyusunan September 2021 Penulis,
laporan pelaksanaan EBN Supervisor, Karu,
Perawat
7 Presentasi hasil September 2021 Penulis,
Supervisor, Karu,
Perawat
C. Jumlah Klien
Jumlah klien yang akan dilibatkan dalam penerapan EBN ini sebanyak 2-5 kali dari NTT.
Berdasarkan perhitungan didapatkan NNT = 2,0, sehingga jumlah klien yang dibutuhkan
adalah 5-13 orang klien.
D. Prosedur Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan EBN yang akan diterapkan dalam EBN ini adalah:
1. Terlebih dahulu penulis akan meminta persetujuan Supervisor Utama, Supervisor dan
Supervisor Klinik untuk menerapkan EBN pada tatanan lapangan.
2. Penulis akan mengajukan perizinan kapada Diklat Rumah Sakit Universitas Andalas
dengan disetujui oleh Supervisor Klinik.
3. Penulis akan melakukan koordinasi dengan kepala unit dan perawat ruangan rawat inap
Penyakit Dalam Rumah Sakit Universitas Andalas
4. Penulis akan melakukan seleksi terhadap responden dengan memperhatikan kriteria
inklusi dan ekslusi sebagai berikut: Kriteria Inklusi:
a. Usia 40 – 65 tahun
b. Didiagnosa ACS
c. Tekanan darah kurang dari 160/100 mmhg
d. Diberikan terapi sesuai permintaan
e. Adanya nyeri dada dengan perubahan ECG
Kriteria eksklusi:
a. Orang-orang dengan gangguan pendengaran
b. Keadaan tidak sadar
5. Selanjutnya penulis akan meminta persetujuan responden dengan memberikan informed
consent
6. Pelaksanaan Intervensi dengan prosedur
Pemberian topical heat therapy diberikan di ruangan intensif cardiovaskular. Topical
heat therapy diberikan setelah 2 jam pasien masuk ruangan intensif. Perawatan rutin di
ruangan tetap diberikan sekaligus mengkaji skala nyeri serta penentuan obat-obatan yang
o
menurunkan nyeri dada pasien. Suhu air yang digunakan adalah 75 C dengan
penggunaan handuk, namun karena menghindari rasa terbakar dan kehilangan panas
yang cepat, penggunaan handuk dikatakan kurang efisien dan lebih dianjurkan
menggunakan hot pack dengan konsekuensi suhu akhir 500C. Terapi diberikan sampai
suhu air 37 0 C ,sekitar 30 menit selama 4 sesi per 12 jam. Hot Pack diberikan di dada
sebelah kiri. Setelah intervensi diberikan kaji kembali skaala nyeri pasien.
7. Penulis akan mengukur tanda-tanda vital pada kedua kelompok sebelum dan sesudah
intervensi.