1. DEFINISI Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kondisi dimana ketidakseimbangan antara suplai darah ke otot jantung berkurang sebagai akibat tersumbatnya pembuluh darah arteri koronaria dengan penyebab tersering adalah aterosklerosis (Wijaya dkk, 2013). Penyakit Jantung Koroner (PJK)merupakan gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah dari penyempitan pembuluh darah koroner. Pembuluh darah koroner merupakan penyalur aliran darah (membawa 02 dan makanan yang dibutuhkan miokard agar dapat berfungsi dengan baik) Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada terasa tidak nyaman di Dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang mendaki juga pada kerja berat ataupun berjalan terburu-buru pada saat berjalan datar atau berjalan jauh (RISKESDAS,2013). Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung dan merupakan kelainan mikroardium yang disebabkan oleh insufisiensi aliran darah koroner. Penyebab paling utama PJK adalah dislipidemia. Dislipidemia merupakan faktor resiko yang utama penyakit jantung. Perubahan gaya hidup masyarakat erat hubungannya dengan peningkatan kadar lipid (Irmalita, 2015). 2. KLASIFIKASI Penyakit jantung koroner dapat terdiri dari: 1. Angina pektoris stabil (APS) Sindroma klinik yang ditandai dengan rasa tidak enak di dada, rahang, bahu, punggung ataupun lengan, yang biasanya oleh kerja fisik atau stres emosional dan keluhan ini dapat berkurang bila istirahat atau dengan obat nitrogliserin. 2. Sindroma Koroner Akut (SKA) Sindroma klinik yang mempunyai dasar patofisiologi, yaitu berupa adanya erosi, fisur atau robeknya plak arterosklerosis sehingga menyebabkan trombosis intravaskular yang menimbulkan ketidakseimbangan pasokan dan kebutuhan oksigen miokard. Yang termasuk SKA adalah: a) Angina pektoris tidak stabil (UAP, unstable angina pectoris), yaitu: 1.Pasien dengan angina yang masih baru dalam 2 bulan, dimana angina cukup berat dan frekuensi cukup sering, lebih dari 3 kali per hari. 2.Pasien dengan angina yang bertambah berat, sebelumnya angina stabil, lalu serangan angina muncul lebih sering dan lebih lama (>20 menit), dan lebih sakit dadanya, sedangkan faktor presipitasi makin ringan. 3.Pasien dengan serangan angina pada waktu istirahat. b) Infark miokard akut (IMA), yaitu: Nyeri angina yang umunya lebih berat dan lebih lama (30 menit atau lebih). IMA bisa berupa Non ST elevasi infark miokard (NSTEMI) dan ST elevasi miokard infark (STEMI)(Sudoyo, et all, 2011) ANATOMI 3. ETIOLOGI Penyakit Jantung Koroner disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung,hal ini dimana lama kelamaan diikuti berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah yang semuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah. Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak. Pembuluh arteri ini akan menyempitdan bila parah terjadi penghentian darah. Setelah itu terjadi proses penggumpalan dari berbagai substansi dalam darah sehingga menghalangi aliran darah dan terjadi atherosclerosis dan thrombosis (kharisma al’an sarwin.2016),selain faktor diatas ada banyak faktor lain, seperti hipertensi, kadar lipid, rokok, dan kadar gula darah yang abnormal (Naga, 2012). 4. PATOFISIOLOGI Ateroklerosis pada arteri koroner jantung merupkan awal mula terjadinya penyakit jantung koroner.Proses pembentukan aterosklerosis tersebut dimulai dengan terjadinya endotel pembuluh darah yang disebabkan oleh hiprtensi,zat nikotin pada pembuluh darah dan diabetes mellitus (LS, 2011). Plak yang terbentuk pada arteri koroner membuat lumen pembuluh darah menyempit sehingga asupan oksigen otot jantung untuk berkontraksi menururn dan menimbulkan rasa tidak nyaman yang sering disebut sebagai nyeri dada dan biasanya muncul saat beraktivitas dan stress emosional. Keadaan tersebut sering disebut juga stable angina pectoris sebagai manifestasi dari penyakit iskemik(LS, 2011). Plak fibrosa yang bisa terbentuk adalah plak yang stabil dan yang rentan. Plak fibrosa yang stabil mengandung lipid yang sedikit dan kapsul fibrosa yang tebal,sedangkan plak yang rentan mengandung lipid yang banyak dan kapsul fibrosa yang tipis sehingga lebih rentan pula untuk mengalami ruptur. Ruptur plak yang aterom akan mengaktifkan agregasi platelet yang nantinya aktivasi faktor pembekuan darah dan membentuk thrimbus di dalam lumen pembuluh darah (LS, 2011). Sumbatan thrimbus yang terdapat dalam pembuluh darah akan menyebabkan ketidak seimbangan suplai oksigen dan kebutuhannya. Bentuk dari sindrom koroner akut bergantung derajat obstruksi koroner. Sindrom koroner akut adalah sekumpulan gejala klinis yangsesuai dengan iskemia miokard akut dan yang termasuk ke dalam SKA adalah unstale angina non ST-segment elevation myocardinal infarction dan ST-segment elevation myocardinal infarction.(LS, 2011). Aterosklerosis 5. Pathway Hipertensi, zat nikotin Endotel pembuluh darah pada pembuluh darah, DM Plak pada arteri koroner
Penyempitan lumen pembuluh darah Modifikasi gaya hidup
Asupan oksigen otot
jantung menurun Kurang pengetahuan Asam laktat
Menurunkan ph miokardium Defisit pengetahuan
Angina pectoris Perangsangan kemoresptor
Nyeri akut Aktivitas pernapasan naik
Pola nafas tidak efektif
6. FAKTOR RESIKO Faktor resiko untuk terjadinya sumbatan terbagi menjadi dua yaitu: faktor resiko yang dapat di rubah, dan faktor yang tidak dapat dirubah. 1.Faktor resiko yang dapat dirubah, antara lain sebagai berikut: a)Hipertensi, komplikasi yang terjadi pada hipertensi biasanya akibat perubahan struktur arteri dan arterial sistemik, terutama terjadi pada hipertensi yang tidak Asupan oksigen otot jantung menurunAsam laktat Hipertensi, zat nikotin pada pembuluh darah, DMMenurunkan ph miokardiumAngina pectorisPerangsangan kemoreseptorAktivitas pernapasan naikKurang pengetahuanModifikasi gaya hidupDefisit pengetahuanNyeri akutpola nafastidak efektifdiobati akan menimbulkan penyempitan pembuluh darah. Tempat yang paling berbahaya adalah bila mengenai arteri miokardium.Serta tekanan darah yang tinggi menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner (factor koroner). b). Hiperkolesterolemia merupakan masalah yang cukup penting karena termasuk faktor resiko utama PJK. Kadar kolesterol darah dipengaruhi oleh susunan makanan sehari-hari yang masuk dalam tubuh (diet), hiperkolesterol akan menimbulkan pengendapan pada arteri yang pada akhirnya akan mengakibatkan penyempitan arteri.Kolesterol, lemak dan substansi lainnya dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah arteri, sehingga lumen dari pembuluh darah tersebut menyempit dan proses ini disebut aterosklerosis. c). Diabetus Mellitus,Pasien diabetes militus akan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah yaitu atherioskelerosis baik total atau sebagian sehingga aliran darah ke jantung mengalami penurunan. d). Aktivitas fisik, Masyarakat yang tidak aktif sedikitnya 2 kali lebih besar ditemukannya PJK daripada masyarakat yang aktif. Sedikit aktivitas fisik dapat memperburuk faktor risiko PJK lainnya, seperti tinggi kolesterol dalam darah dan trigliserid, hipertensi, diabetes dan prediabetes, dan obesitas. 7. TANDA DAN GEJALA 1. Biasanya kadar lemak yang tinggi tidak menimbulkan gejala. Kadang-kadang, jika kadarnya sangat tinggi, endapan lemak akan membentuk suatu penumpukan lemak yang disebut xantoma di dalam tendo (urat daging) dan di dalam kulit. 2. Nyeri dada, Sakit dada kiri (angina) dan nyeri terasa berasal dari dalam. Nyeri dada yang dirasakan pasien juga bermacam-macam seperti ditusuk-tusuk, terbakar, tertimpa benda berat, disayat, panas. Nyeri dada dirasakan di dada kiri disertai penjalaran ke lengan kiri, nyeri di ulu hati, dada kanan, nyeri dada yang menembus hingga punggung, bahkan ke rahang dan leher. 3. Beberapa hari atau minggu sebelumnya tubuh terasa tidak bertenaga, dada tidak enak, waktu olahraga atau bergerak jantung berdenyut keras, napas tersengal-sengal(sesak nafas), kadang- kadang disertai mual, muntah dan tubuh mengeluarkan banyak keringat.(Irmalita, 2015) 8. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. EKG (elektrokardiografi) 2. Arterigrafi coroner (kateterisasi) 3. Ekokardiografi 4. Radioaktif isotope 5. angiografi 9. PENATA LAKSANAAN a. Farmakologi 1) analgetik yang diberikan biasanya golongannarkotik (morfin) diberikan secara intravena dengan pengenceran dan diberikan secara pelan-pelan. Dosisnya awal 2,0 –2,5 mg dapat diulangi jika perlu. 2) Nitrat dengan efek vasodilatasi (terutama venodilatasi) akan menurunkan venous return akan menurunkan preload yang berarti menurunkan oksigen demam. Di samping itu nitrat juga mempunyai efek dilatasi pada arteri koroner sehingga akan meningkatakan suplai oksigen. Nitrat dapat diberikan dengan sediaan spray atau sublingual, kemudian dilanjutkan dengan peroral atau intravena. 3)Aspirin sebagai antitrombotik sangat penting diberikan. Dianjurkan diberikan sesegera mungkin (di ruang gawat darurat) karena terbukti menurunkan angka kematian. 4)Rombolitik terapi, prinsip pengelolaan penderita infark miokard akut adalah melakukan perbaikan Aliran darah koroner secepat mungkin (Revaskularisasi/Reperfusi). Hal ini didasari oleh proses patogenesanya, dimana terjadi penyumbatan atau trombosis dari arteri koroner. Revaskularisasi dapat dilakukan (pada umumnya) dengan obat-obat trombolitik seperti streptokinase, r-TPA (recombinant tissue plasminogen ativactor complex), Urokinase, ASPAC ( anisolated plasminogen streptokinase activator), atau Scu-PA (single-chain urokinase-type plasminogen activator). Pemberian trombolitik terapi sangat bermanfaat jika diberikan pada jam pertama dari serangan infark. Terapi ini masih bermanfaat jika diberikan 12 jam dari onset serangan infark. 5)Betablocker diberikan untuk mengurangi kontraktilitas jantung sehingga akan menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Di samping itu betaclocker juga mempunyai efek anti aritmia b. Non farmakologi 1) Merubah gaya hidup 2) Olahraga 3) Diet 4) Terapi diet KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatanyaitu pengumpulan data,pengelompokan data dan perumusan diagnosa keperawatan. a. Identitas klien: Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa,pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS dan diagnosa medis. b. Keluhan utama: Pada klien dengan penyakit jantung koroner biasanya klien mengeluh nyeri khas angina yaitu dada retrostenal kurang lebih 5-15 menit, terasa berat, tertekan seperti di cengkram dan panas. c. Riwayat kesehatan: 1)Riwayat kesehatan lalu: Dalam hal ini yang perlu dikajiatau di tanyakan pada klien antara lain apakah klien pernah menderita hipertensi atau diabetes millitus, infark miokard atau penyakit jantung koroner itu sendiri sebelumnya. Serta ditanyakan apakah pernah MRS sebelumnya. 2)Riwayat kesehatan keluarga: Mengkaji pada keluarga, apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit yang diderita oleh klien atau tidak, atau apakah didalam keluarga mempunyai riwayat penyakit menular atau menurun 3)Riwayat kesehatan sekarang: Dalam mengkaji hal ini menggunakan analisa systom PQRST. Untuk membantu klien dalam mengutamakan masalah keluannya secara lengkap. Pada klien PJK umumnya mengalami nyeri dada dan sesak nafas. d. Pola-pola fungsi kesehatan 1)Pola nutrisi dan metabolismePada klien dengan Penyakit Jantung Koronerbiasanya kehilangan nafsu makan,mual dan muntah sehingga mengalami penurunan berat badan. 2)Pola istirahat dan tidurBiasanya pada klien PJK mengalami gangguan sulit tidur karena nyeri dada yang timbul dengan tiba-tiba. 3)Pola aktifitas dan latihanPada klien PJK biasanya mengalami gangguan dalam melaksanakan aktivitas karena nyeri,dispnea dan takikar 2. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu
dengan klien dilanjutkan mengukur tanda-tand vital. Kesadaran klien juga diamati apakah kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau koma. Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau tampak tidak sakit. b. kulit, rambut, kuku Pada klien PJK mengeluh nyeri pada kulit, rambut tipis dan kuku tipis serta rapuh. c. Kepala dan leher Pada klien PJK mengeluh nyeri pada kepala , muka kadang- kadang pucat dan tidak adanya pembesaran pada kelenjar tiroid d. Mata: Pada klien PJK mata mengalami pandangan kabur. e.Telinga, hidung, mulut dan tenggorokanPada klien PJK telinga, hidung dan tenggorokan tidak mengalami gangguan sedangkan pada mulut ditemukan adanya mukosa pada mulut dan bibir. f. Thoraks dan abdomenPada klien dengan PJK pada pemeriksaan abdomen dan thoraks ditemukannyeri pada dada. Pada abdomen ditemukan nyeri juga mual muntah sehingga menurunkan nafsu makan pada klien. g. Sistem respirasi Pada klien PJK ditemukan dispnea dengan atau tanpa aktivitas , batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin didapatkan peningkatanrespirasi, pucat atau cianosis, suara nafas wheezing cracekes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged h. Sistem kardio vaskuler Mempunyai riwayat IMA, Penyakit Jantung Koroner, CHF, tekanan darah tinggi dan diabetes militus. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia.Suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ventrikel kehilangan kontraktilitasnya. Murmur jika ada merupakan insufisiensi katup atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi. Heart rate mungkin meningkat atau mengalami penurunan.Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal, edema pada jubular vena distension, odema anarsarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal jantung. i.Sistem genito urinaria: Pada klien ini mengalami penurunan jumlah produksi urine dan frekuensi urine. j. Sistem gastrointestinalPada saluran pencernaan terjadi gangguan. Gejalanya nafsu makan menurun, mual dan munta, nyeri perut, serta turgor kulit menurun, penurunan atau tidak adanya bising usus. k.Sistem muskulusskeletalPada klien PJK adanya kelemahan dan kelelahan otot sehinggah timbul ketidak mampuan melakukan aktifitas yang diharapkan atau aktifitas yang biasanya dilakukan. l.Sistem endokrin: Biasanya terdapat peningkatan kadar gula darah. m.Sistem persyarafanBiasanya timbul gejala rasa berdenyut, vertigo disertai tanda-tanda dengan perubahan orientasi atau respon terhadap rangsang, gelisa, respon emosi meningkat dan apatis. 3. Pemeriksaan diagnostik a. ECG ECG menunjukkan adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dari iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nikrosis. Enzim dan isoenzim pada jantung: CPR-MB meningkat dalam 4-12 jam dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam. Elektrolit: ketidak seimbangan yang memungkinkan terjadinya konduksi jantung dan kontraktilitas jantung b. Kolestrol c. Analisa gas darah: menunjukkan adanya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis atau akut. d. Chest x ray: mungkin normal atau adanya kardeomegali, CHF, aneorisma ventrikuler e. Echokardeogram f. Exercise stress test: menunjukkan adanya kemanpuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress atau aktivitas B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis 2.Pola napas tidak efektif berhubungan dengan nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan 3.Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi C. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis Manajemen nyeri Observasi 1) dentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2)Identifikasi skala nyeri 3)Identifikasi respon nyeri non verbal 4)Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri 5)Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri 6)Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup 7)Monitor efek samping penggunaan analgetik Teraupetik
1)Berikan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri 2)Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri 3)Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi
1)Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2)Jelaskan strategi meredakan nyeri 3)Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri 4)Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
2.Pola napas tidak efektif berhubungan dengan nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan manajemen jalan nafas Observasi
1)Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2)Monitor bunyi napas tambahan 3)Monitor sputum Teraupetik
1)Pertahankan kepatenan jalan napas
2)Posisikan semifowler atau fowler 3)Berikan minum hangat 4)Lakukan fisioterapi dada, jika perlu 5)Berikan oksigen, jika perlu Edukasi
1)Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi\
2)Ajarkan tekhnik natuk efektif Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
3.Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi Edukasi kesehatan Observasi
1)Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2)Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat Terapeutik
1)Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2)Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3)Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi:
1)Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan