DEFINISI
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan.Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
sebagai respon terhadap kecemasan / kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
dirasakan sebagai ancaman.
B. ETIOLOGI
1. Faktor predisposisi
Factor predisposisi yang dialami tiap orang yang merupakan factor
predisposisi, artinya mungkin terjadi /mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika factor berikut dialami oleh individu :
Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau anak.Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau saksi
penganiayaan.
Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua
aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif
agresif) dan control sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan
akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima
(permissive).
Bioneurologis, kerusakan system limbik, lobus frontal, lobus temporal
dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan.
2. Factor prespitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injury secara fisik, psikis atau ancaman konsep diri.Beberapa factor
pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan
yang penuh agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
Interaksi ; penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti,
konflik, merasa terancam, baik internal dari perusahaan diri klien
sendiri maupun eksternal dari lingkungan.
C. JENIS PERILAKU KEKERASAN
1. Penganiayaan fisik meliputi pemukulan, penusukan, penembakan,
pembakaran dan pemerkosaan.
2. Pengobatan dilarikan dengan penghentian atau kegagalan memberikan
asuhan pribadi, kebersihan, perawatan kesehatan, kontak sosial, pendidikan
dan pengawasan anak-anak.
3. Penganiayaan psikososial
Serangan verbal dan ancaman Bahasa fisik
Sarkasme, penghinaan, merendahkan diri dan fisik
Pola komunikasi yang tidak konsisten
Isolasi korban
Pelanggan hak-hak abadi
4. Penganiayaan ekonomi
Mencuri harta atau uang korban
Menghalangi akses korban atau keuangan pribadinya
Penggunaan uang atau harta milik korban secara tidak tepat (isaacs, 2008
: 209)
D. PATOFISIOLOGI
Perilaku yang submisif seperti menekan perasaan marah karena merasa
tidak kuat, individu akan berpura-pura tidak marah atau melarikan diri dari rasa
marahnya, sehingga rasa marah tidak terungkap.Kemarahan demikian akan
menimbulkan rasa bermusuhan yang lama, pada suatu saat dapat menimbulkan
rasa bermusuhan yang lama dan pada suatu saat dapat menimbulkan
kemarahan yang destruktif yang dianjurkan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan (Dermawan & Rusdi, 2013).
E. MANIFESTASI KLINIS
Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara
tentang perilaku berikut (Dermawan & Rusdi, 2013)
1. Muka merah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Bicara kasar
6. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
7. Mengancam secara verbal dan fisik
8. Melempar atau memukul benda atau orang lain
9. Merusak barang atau benda
10. Tidak mempunyai kemampuan mencegah atau mengontrol perilaku
kekerasan
F. AKIBAT
Akibat dari resiko perilaku kekerasan adalah adanya kemungkinan mencederai
diri, orang lain dan merusak lingkungan adalah keadaan dimana seseorang
individu mengalami perilaku yang dapat membahayakan secara fisik baik pada
diri sendiri, orang lain maupun lingkungaanya.
G. MEKANISME KOPING
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping orang lain.Mekanisme
koping klien sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan
mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan
marahnya.Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme
pertahanan ego seperti displancement, sublimasi, proyeksi, depresi, dan reaksi
formasi.
1. Displacement
Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan pada objek yang begitu
seperti pada mulanya yang membangkitkan emosi.
2. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai keinginannya yang tidak baik
3. Depresi
Menekan perasaan yang menyakitkan atau konflik ingatan dari kesadaran
yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya
4. Reaksi formasi pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang
berlawanan dengan apa yang benar-benar di lakukan orang lain.
H. PENATALAKSANAAN
1. Farmakoterapi
Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)
Obat anti depresi, amitriptyline
Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
Obat anti insomnia, phenobarbital
2. Terapi modalitas (terapi keluarga)
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah
klien dengan memberikan perhatian :
Jangan memancing emosi klien
Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
Memberikan kesempatan pada klien dalam mengemukakan pendapat
Anjurkan pada klien untuk mengemukakan masalah yang dialami
Mendengarkan keluhan klien
Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien
Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaan klien
Jika klien melakukan kesalahan jangan langsung memvonis
I. POHON MASALAH
ISOLASI SOSIAL