Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

EVIDENCE BASED PRACTICE


DALAM PENATALAKSANAAN KASUS
KEGAWATDARURATAN BERBAGAI SISTEM

MATA KULIAH : Keperawatan Gawat Darurat I


DOSEN PENGAMPU : Faradillah,S.kep,.Ns,.M.Kes

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

FADILLA RIZKI 201801018


HASNA 201801019
MEILANI ARMAN 201801027
PUTRI AMELIA TOPPO 201801028
NURFAZILLAH 201801017
NURDIANA CADDI 201801025

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )

BATARAGURU – LUWU TIMUR 2021


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “ EBP Dalam Penatalaksanaan Kasus Kegawat Daruratan Berbagai Sistem ”
tepat pada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain adalah untuk memenuhi
salah satu dari sekian kewajiban pada mata kuliah “ Keperawatan Gawat Daruratan I ” serta
merupakan bentuk tanggung jawab langsung penulis pada tugas yang diberikan.Pada
kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis pun sadar
bawasanya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari para
pembaca.

Luwu Timur, 05 Juni 2021


Penulis

i|EVIDENCE BASED PRACTICE


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................................1
C. TUJUAN.......................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
A. EVIDENCE BASED PRACTICE GAWAT DARURAT TERKAIT KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH......................................................................................................................2
1. EBP gawat darurat pasien dengan cidera kepala berat...................................................................2
B. EVIDANCE BASED PRACTICE GAWAT DARURAT TERKAIT KEPERAWATAN
MATERNITAS.............................................................................................................................4
1. EBP gawat darurat pasien dengan preeklamsia..............................................................................4
C. EVIDANCE BASED PRACTICE GAWAT DARURAT TERKAIT KEPERAWATAN ANAK 5
1. EBP gawat darurat pasien dengan kejang demam..........................................................................5
D. EVIDANCE BASED PRACTICE GAWAT DARURAT TERKAIT KEPERAWATAN JIWA. .6
1. EBP gawat darurat pasien dengan kegawatdaruratan psikiatri.......................................................6
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................8
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................8
B. SARAN.........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10

ii | E V I D E N C E B A S E D P R A C T I C E
iii | E V I D E N C E B A S E D P R A C T I C E
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keterkaitan Antara masalah yang dilakukan oleh perawat dalam praktik
keperawatan disebabkan karena perawat kurang mengaplikasikan EBP dalam tugasnya
untuk memenuhi pelayanan kesehatan.EBP menekankan kepada perawat agar
professional dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.Profesional seorang
perawat akan memberikan keuntungan bagi pasien.Perawat harus menerapkan konsep
EBP di dalam praktik keperawatan karena EBP akan memberikan keefektivisan dalam
menangani segala permasalahan yang ada berdasarkan bukti-bukti hasil riset penelitian
yang telah dilakukan berdasarkan penelitian.
Pengaplikasikan EBP dalam praktik keperawatan tentunya akan menjadi dasar
scientific dalam pengambilan keputusan terutama dalam hal pemberian intervensi kepada
pasien sehingga intervensi yang telah diberikan dapat dipertanggungjawabkan dengan
bijak.Perlunya pengaplikasikan EBP diterapkan di semua profesi kesehatan baik dokter,
apoteker maupun ners.Dengan mengaplikasikan EBP di dalam pelayanan kesehatan akan
memberikan dampak positif bagi pasien, perawat dan institusi kesehatan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian,tujuan, keuntungan EBP ?
2. Apa nursing early warning score system ?
3. Bagaimana pengimplementasian EBP dalam praktik keperawatan ?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian, tujuan serta keuntungan penerapan EBP,
2. Menjelaskan nursing early warning score system,
3. Menjelaskan bentuk implementasi EBP dalam praktik keperawatan,

1|EVIDENCE BASED PRACTICE


BAB II
PEMBAHASAN

A. EVIDENCE BASED PRACTICE GAWAT DARURAT TERKAIT KEPERAWATAN


MEDIKAL BEDAH

1. EBP gawat darurat pasien dengan cidera kepala berat


Cidera kepala atau trauma mekanik pada kepala dapat terjadi secara langsung
maupun tidak langsung dan dapat mengganggu fungsi neurologis, fisik, kognitif,
psikososial, dapat bersifat temporer atau permanent.Traumatic brain injury apabila
terjadi dapat menimbulkan gangguan yang lebih kompleks dibanding gangguan organ
lain.Karena anatomi fisiologis tengkorak kepala yang bervariasi, cair, padat, dan
lunak.Hal ini membuat cidera kepala menjadi jenis cidera terbanyak di UGD, 80 %
trauma disertai dengan trauma kepala dan 90 % meninggal sebelum mendapatkan
penanganan medis, CKR, CKS, dan CKB adalah tingkat dari diera kepala, kecelakaan
lalu lintas menjadi penyebab kematian kesepuluh di dunia dengan jumlah kematian
1,21 juta (2,1 %) .Dari hasil reskedas 2013 urutan ke 2 angka kejadian kecelakaan di
jalan paling tinggi di duduki oleh Sulawesi utara dengan angka 50,5 %.Kerugian yang
diakibatkan dari cidera kepala membuat kita harus mewaspadai untuk melakukan
tindakan pencegahan.
Tingkat kesadaran sendiri merupakan salah satu indicator kegawat daruratan
pada cidera kepala.Pasien kritis mengalami perubahan psikologis dan fisiologis.Maka
peran perawat kritis diperlukan disini untuk menangani pasien dengan cedera
kepala.Pengkajian tingkat kesadaran dilakukan secara kuantitatif untuk kondisi
emergency atau kritis dengan menggunakan Glasgow coma scale.Rumah sakit hasan
sedikit bandung merupakan rumah sakit rujuan wilayah Jawa Barat memiliki fasilitas
khusus neurologi.Rata-rata kunjungan pasien trauma kepala pada tahun 2011
sebanyak 35 orang perbulan dengan tingkat kesadaran yang bervariasi.Semua pasien
mengalami gangguan kesadaran ditunjukkan dengan nilai GCS dengan persentasi
rata-rata 70 % untuk GCS 9 – 13 dan 30 % untuk GCS 3 – 8.Akibat dari penurunan
tingkat kesadaran adalah menambah kegawatan pada pasien tersebut yaitu jalan nafas
tidak paten, sirkulasi dapat terganggu akibat imobilisasi.
Di daerah Sulawesi utara terdapat rumah sakit umum pusat
prof.dr.R.D.Kandou sebagai pusat rujukan di Sulawesi utara, sebagai rumah sakit
yang mempunyai sumber daya yang paling memadai untuk melakukan autopy
forensic sehingga pada kondisi wajar semua autopsy di kota manado dilakukan di
rumah sakit ini.
Metode penulisan laporan ini menggunakan metode analisis yang didapatkan
dari 5 jurnal yang berkaitan dengan cedera kepala dengan pendekatan evidence based
practice.Adapun jurnal-jurnal tersebut adalah :
a. Pengaruh stimulasi sensori terhadap nilai Glasgow coma scale pada pasien
cidera kepala di Ruang Neurosurgical Critical Care Unit RSUP DR.HASAN
SADIKIN BANDUNG.(Valentine B.M.Lumbantobing.

2|EVIDENCE BASED PRACTICE


b. Cedera akibat kecelakaan lalu lintas di Kota Manado.(Erwin Kristanto)
c. Implementasi clinical governance : pengembangan indicator klinik cedera
kepala di instalasi gawat darurat. ( Agus Wijanarka )
d. Karakteristik penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat rawat
inap di RSUD DR.H.KUMPULAN PANE TEBING TINGGI Taun 2010-2011
(Rohani primasuri damanik)
e. Gambaran pasien cedera kepala di RSUP PROF DR.R.D.KANDOU MANADO
periode januari 2014 – desember 2013

Dari hasil analisis yang bersambut dari jurnal yang berjudul pengaruh
stimulasi sensori terhadap nilai Glasgow Coma Scale pada pasien cidera kepala di
ruang neurosurgical critical care unit RSUP DR.HASAN SIDIKIN BANDUNG.
(Valentine B.M.Lumbantobing).Bahwa perubahan nilai GCS pada pasien cedera
kepala sebelum dan setelah baik pada kelompok control maupun pada kelompok
perlakuan.Pada kelompok control setelah observasi selama 3 hari pada 15 responden
diantaranya mengalami peningkatan GCS namun terapat juga yang mengalami
penurunan GCS sementara pada kelompok perlakuan dari 15 responden terdapat 8
responden mengalami peningkatan nilai GCS dan 6 responden tidak mengalami
perubahan dan 1 mengalami penurunan GCS.
Dari hasil analisis dari jurnal berjudul cedera akibat kecelakaan lalu lintas di
kota Manado. (Erwin Kristanto) di dapatkan bahwa cedera kepala memiliki pola yang
berbeda dengan cedera karena kejadian dan kekerasan lainnya, dimana trauma
mekanik dan luka ditemukan pada korban yang sama, akibat dari gesekan dengan
aspal pada saat terjadi kecelakaan.Pemahaman akan pola cedera dapat membantu
dalam mendeteksi dan tata laksana cedera pada tiap anggota tubuh korban yang
mengalami cedera.
Dari hasil analisis bersumber jurnal implementasi clinical governance :
pengembangan indicator klinik cedera kepala di instansi gawat darurat.(Agus
Wijanarka) bahwa dari hasil penelitian ini menunjukkan jenis kelamin laki-laki 58 %
lebih banyak mengalami cedera kepala dibandingkan perempuan.Hal ini sesuai
dengan teori bahwa laki-laki memiliki injury severity score lebih tinggi apalagi pada
usia tua.
Dari hasil analisis jurnal karakteristik penderita cedera kepala akibat
kecelakaan lalu lintas darat rawat inap di RSUD DR.H.KUMPULANPANE TEBING
TINGGI Tahun 2010 – 2011 (Rohani Primasuri Damanik) didapatkan bahwa proporsi
tinggi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas berdasarkan umur 16 – 24
tahun sebanyak 45 orang atau 39,5 % ini disebabkan Karena sebagian besar penderita
berada pada kelompok usia produktif yang memiliki mobiltas tinggi namun kesadaran
menjaga keselamatan di jalan masih rendah.
Dari hasil analisis jurnal gambaran pasien cedera kepala di RSUP PROF DR.D
KANDOU MANADO periode januari 2014 – desember 2013 menunjukkan sebagian
besar penderita cedera kepala ialah laki-laki yaitu sebanyak 302 orang atau 71,9 %
dan perempuan sebanyak 118 orang atau 28,1 %.Ini menunjukkan hubngan dengan
aktifitas dan bidang pekerjaan yang berbeda Antara laki-laki dan perempuan.Dan
bidang pekerjaan beersiko untuk terjadi cedera kepala misalnya mengendarai motor,
pekerja bangunan, dll.

3|EVIDENCE BASED PRACTICE


B. EVIDANCE BASED PRACTICE GAWAT DARURAT TERKAIT KEPERAWATAN
MATERNITAS

1. EBP gawat darurat pasien dengan preeklamsia


Preklamsia merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas maternal maupun
perinatal.Prevalensi kejadian preeklamsia sekitar 5 % - 15 % dari keseluruhan
kehamilan di dunia.Sedangkan salah satu factor yang mempengaruhi preeklamsia
adalah usia beresiko.Pada usia beresiko lebih rentan mengalami berbagai penyakit,
salah satunya preeklamsia.
Ada beberapa factor –faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya
preeklamsia yaitu primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, mola hidatidosa,
multigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun
serta amnesia.Namun belum diketahui secara pasti penyebab dari timbulnya
preeklamsia pada ibu hamil, tetapi pada umumnya di sebabkan oleh vasospasme
arteriola ( Maryunani 2008 ).
Terdapat teori stimulus inflamasi dimana disitu di jelaskan secara jelas tentang
perihal hubungan Antara usia dengan insiden preeklamasi bahwa usia berpengaruh
terhadap kejadian preeklamasi .Usia merupakan salah satu penyebab terjadinya
preeklamasi karena pada usia kurang dari 20 tahun perkembangan organ-organ
reproduksi serta fungsi fisiologisnya belum optimal dan belum tercapainya
kematangan emosi dan kejiwaannya, sehingga dapat menyebabkan timbulnya
preeklamasi.Apabila usia lebih dari 35 tahun lebih rentan terkena hipertensi.Pada saat
seseorang terkena hipertensi maka terjadi peningkatan oksidatif sehingga debris
apoptosis dan nekrotik trofoblast juga meningkat, hal ini menyebabkan terjadinya
beban reaksi inflamasi pada darah ibu jauh lebih besar dibandingkan reaksi inflamasi
pada kehamilan normal.terdapatnya respon inflamasi akan mengaktivasi pada sel
endotel dan sel mmakrofag / granulosit yang lebih besar sehingga dapat terjadinya
reaksi sistemik inflamasi yang selanjutnya dapat mengakibatkan timbulnya gejala-
gejala preeklamsia pada ibu (S, 2016).
Metode penulisan ini didapatkan dari 2 jurnal dengan metode survei analitik
dengan pendekatan evidence based practice, adapun jurnal-jurnal tersebut adalah :
a. Hubungan usia dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil di RSUD
Kabupaten Kediri tahun 2018.

4|EVIDENCE BASED PRACTICE


b. Factor risiko yang berhubungan dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil
(studi kasus di RSUD Kabupaten Brebes tahun 2014)
Dari hasil survei analitik jurnal hubungan usia dengan kejadian preeklamsia
pada ibu hamil di RSUP Kabupaten Kediri tahun 2018 didapatkan hampir setengah
dari responden 58 (32,4 %) usianya berisik menderita preeklamsia pada kehamilan
dan sebagian kecil dari 25 responden (14 %) adalah usia tidak beresiko menderita
preeklamsia pada kehamilan.Analisis menggunakan chi square di dapatkan nilai p
value = 0,000 < a 0,05, nilai CC = 0,376, nilai CI = 2,962 – 10,718 dan nilai QR =
5,6, sehingga HO di tolak dan H1 diterima berarti ada hubngan Antara usia dengan
kejadian preeklamsia pada ibu hamil di RSUP Kabupaten Kediri.Ibu dengan usia
beresiko rentan mengalami preeklamsia karena terjadi peningkatan oksidatif sehingga
produksi debris apoptosis dan nekrotik trofoblast juga meningkat, hal ini
menyebabkan reaksi sistemik inflamasi. Untuk mencegah terjadinya preeklamsia
pada ibu hamil dapat melakukan deteksi dini kehamilan.
Dari hasil survey jurnal factor risiko yang berhubungan dengan kejadian
preeklamsia pada ibu hamil studi kasus di RSUD kabupaten Brebes tahun 2014
bahwa umur adalah factor resiko yang berhubungan dengan preeklamsia. Variable
yang tidak berhubungan adalah jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, riwayat DM, dan
riwayat kehamilan ganda.

C. EVIDANCE BASED PRACTICE GAWAT DARURAT TERKAIT KEPERAWATAN


ANAK

1. EBP gawat darurat pasien dengan kejang demam


Kejang demam merupakan kelainan neurologis tersering pada anak berusia 6
bulan-5 tahun. Sekitar sepertiga dari kasus kejang demam akan mengalami setidaknya
sekali kejadian kejang demam berulang.Berhubungan dengna kenaikan suhu tubuh >
38 0 C yang tidak disebabkan oleh infeksi system saraf puSat (SSP), tanpa adany a
riwayat kejang neonatal atau kejang tanpa seba sebelumnya, dan tidak memenuhi
kriteria kejang simptomatik lainnya.Secara umum terdpat dua jenis kejang demam,
yaitu kejang demam sederhana ( kds) yang mencakup hampir 80 % kasus dan kejang
demam kompleks (kdk).kejang demam merupakan jenis kejang yang paling banyak
terjadi pada anak, mengenai 2 – 5 % anak berusia 6 bulan – 5 tahun dengan puncak
onset Antara usia 18 – 22 tahun.
Metode penulisan ini didapatkan dari jurnal yang berjudul factor- factor yang
berhubungan dengan kejadian kejang demam berulang pada anak di RSUP Sanglah
Denpasar.

5|EVIDENCE BASED PRACTICE


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui factor-faktor yang berhubngan
dengan kejadian kejang demam terulang pada anak. Penelitian ini dilakukan di RSUP
Sangla Denpasar dengan menggunakan pendekatan Evidence Based Praktis. Hasil
penelitian yang dapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna Antara usia saat
kejang demam pertama (P=0,031) dan riwayat keluarga dengan kejang demam
(P=0,009) terhadap terjadinya demam kejang berulang.
Analisis rekresi logistic menunjukkan bahwa usia <12 bulan saat kejang
demam pertama (P=0,019) dan riwayat keluarga dengan kejang demam (P=0,08)
bermakna secara statistic untuk kejadian kejang demam berulang pada anakdapat
disimpulkan bahwa kejang demam pertama pada usia <12 bulan dan adanya riwayat
keluarga dengan kejang demam (First degree relative) merupakan factor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian kejang demam berulang pada anak di RSUP Sanglah
Denpasar.

D. EVIDANCE BASED PRACTICE GAWAT DARURAT TERKAIT KEPERAWATAN


JIWA

1. EBP gawat darurat pasien dengan kegawatdaruratan psikiatri


Kedaruratan psikiatri merupakan keadaan yang tak terduga dengan potensi
katastrophic. Banyak penyakit medis umum yang memberikan gejala gangguan
perilkau dan dapat menyebabkan perubahan dalam berpikir dan mood. Berbagai
gejala tersebut menyebabkan peningkatan ketertiban prikiatri dalam pelayanan
kedaruratan. Kedaruratan psikiatri mencakup kondisi agitasi dan agresif, bunuh diri,
kondisi lepas zat atau intoksikasi zat, kedaruratan dalam rumah tangga, kekerasan
terhadap anak dan lansia, serta pemerikosaan. Dalam semua situasi ini, peran psikiater
sebagai konsultan dan penghubung dapat menjadi sangat penting dalam memfasilitasi
perawatan yang tepat. Secara keseluruhan, kedaruratan psikiatri merupakan bidang
yang masih terus berkembang. Klinis diharapkan memilki kemampuan atau keahlian
pada conxultation-liaison psychiatry, manajemen krisis, brief psychotherapy, risk
assessment dan pengetahuan yang luas mengenai pemgobatan, system pelayanan
rumah sakit dan kesehatan, serta psikiatri secara umum. Untuk penatalaksanaan
terbaik, klinii kesehatan mental hendaknya memandang pasien baik sebagai individu,
bagian dari lingkungan sosial, dan bagian dari system pelayanan kesehatan.
Instalasi rawat darurat (IRD) merupakan tempat yang penuh dengan kesibukan
dimana sindrom psikiatrik akut seringkali muncul dan menimbulkan kesulitan dalam
diagnostic dan manajemen. Ruang kedaruratan dirumah sakit awalnya digunakan
untuk mengatasi dan memberikan pelayanan segera pada pasien dengan kondisi medis
atau trauma akut. Peran ini kemudian meluas dengan memberikan pelayanan segara
pada tipe kondisi lain, termasuk pasien yang mengalami kedaruratan psikiatri. (Petit,
204 ; Trent, 2013).
Metode penulisan ini didapatkan dari 2 jurnal dengan metode survei analitik
dengan pendekatan evidence based practice, adapun jurnal-jurnal tersebut adalah :

6|EVIDENCE BASED PRACTICE


a. Hubungan karakteristik personal perawat dengan tingkat pengetahuan tentang
penanganan kegawatdaruratan psikiatri di ruang emergency di RSJ Wilayah
Jawa Tengah tahun 2018.
b. Penyakit-penyakit di bidang psikiatri yang harus di tuntaskan di puskesmas
Dari hasil survey yang berjudul hubungan karakteristik personal perawat
dengan tingkat pengetahuan tentang penanganan kegawatdaruratan psikiatri diruang
emergency bahwa karakteristik personal perawat di Ruang Emergency Rumah Sakit
Jiwa tahun 2018 di dominasi perawat dengan jenis kelamin laki-laki, usia 35-58
tahun, lama kerja 6-10 tahun, pendidikan DIII dan pernah mengikuti pelatihan dengan
tingkat pengetahuan yang baik.
Dari hasil survey yang berjudul penyakit-penyakit di bidang psikiatri yang
harus di tuntaskan di puskesmas bahwa didapatkan hasil penelitian empat penyakit
dibidang psikiatri yang harus dapat dituntaskan di Puskesmas adalah insomnia,
demensia, gangguan campuran cemas dan depresi, dan psikosis. Pada umumnya
pasien puskesmas mempunyai banyak gejala fisik, psikologik dan masalah sosial.bila
dilakukan pemeriksaan psikiatri, merupakan kasus-kasus yang tidak terdiferensiasi
(undifferentiated) dan tidak memenuhi kriteria diagnostic sehingga kasus gangguan
jiwa selalu tidak terlaporkan.
Empat gangguan jiwa yang harus tuntas diatasi di Puskesmas mempunyai
kode diagnostic berdasarkan ICD-10 atau ICPC. Pada kenyataannya pasien yang
dating ke Puskesmas lebih banyak tidak memenuhi kriteria diagnostic yang lengkap
melainkan hanya kondisi distress. Kondisi kesenjangan kasus gangguan jiwa yang
sedikit ditemui di Puskesmas seperti yang disebutkan WHO mungkin disebabkan
kriteria diagnostic yang sangat ketat sehingga dokter di pelayanan primer tidak
mampu mendeteksi gangguan dengan keparahan yang lebih rendah.
Laporan bulanan penyakit di Puskemas menggunakan ICD-10 untuk kode
diagnosis, sedangkan ICPC belum digunakan. ICPC memungkinkan menegakkan
diagnosis lebih longgar di bandingkan ICD, tetapi sayangnya ICPC tidak
diperkenlakan atau diberikan petunjuk penggunaannya. Bila menggunakan kode
diagnostic sesuai ICPC, diperkirakan kasus-kasus ganggan jiwa akan lebih banyak
dilaporkan di Puskesmas.

7|EVIDENCE BASED PRACTICE


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
EBP sangat perlu diaplikasikan di dalam praktik keperawatan terutama dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada klien.Dengan mengaplikasikan EBP di dalam
tindak keperawatan akan memberikan pelayanan yang terbaik dan berkualitas dalam
kondisi klinis pasien.Keadaan sehat pasien sangat berkaitan dengan tindakan keperawatan
yang diberikan oleh perawat.Dalam pemberian keperawatan yang didasarkan pada EBP
menekankan pada bukti-bukti yang ada sekaligus relevansi terhadap kondisi klinis
pasien.Bukti-bukti yang dapat ditemukan dapat berasal dari sumber-sumber riset hasil
penelitian yang telah dilakukan.Selain itu, bukti-bukti juga dapat ditemukan melalui
internet dengan mencari jurnal penelitian atau artikel ilmiah yang relevan dengan masalah
atau kondisi klinis dari pasien.Perawat dalam mengaplikasikan atau
mengimplementasikan EBP dalam pelayanan kesehatan bergantung pada pengetahuan,
keterampilan serta kompetensinya.Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pemberian
pelayanan kesehatan berdasarkan EBP.Dengan adanya komponen-komponen pendukung
EBP dalam pelayanan kesehatan dapat diberikan secara professional serta meminimalisir
terjadinya insiden dalam praktik keperawatan sehingga pasien tidak mengalami kerugian
saat proses perawatan di rumah sakit.
Komponen-komponen juga berpengaruh terhadap pengaplikasian EBP karena EBP
terbentuk dari adanya komponen-komponen tersebut yang mendukungnya untuk
diterapkan dalam praktik keperawatan.EBP diberlakukan pada praktik keperawatan
khususnya pada asuhan keperawatan.EBP mempunyai fungsi tersendiri selain ditekankan
pada praktik berbasis bukti.Fungsi-fungsinya yaitu sebagai metode untuk mengevaluasi
system kerja perawat dalam melakukan praktik keperawatan serta mengintegrasikan
komponen-komponen pendukung EBP dalam pelayanan kesehatan.Disamping itu, saat
melakukan proses penelitian berdasarkan EBP harus memperhatikan 5 tahapan penting
yaitu merumuskan pertanyaan klinis, mengumpulkan bukti, mengevaluasi bukti,
menggabungkan unsur-unsur dalam penelitian, mengevaluasi keputusan hasil praktek.

B. SARAN
Penerapan EBP perlu ditingkatkan kembali dalam praktik keperawatan khususnya
dalam intervensi kepada pasien.Karena ketika EBP dilakukan dengan baik, maka pasien

8|EVIDENCE BASED PRACTICE


yang dirawat akan menerima dampak yang baik pula.Maka dari itu, pengetahuan
mengenai EBP harus perlu diperhatikan bagi para tenaga kesehatan khususnya perawat
yang dituntut untuk profesionalitas tinggi dengan berbagai kompetensi dan skill.

9|EVIDENCE BASED PRACTICE


DAFTAR PUSTAKA

Melnyk B, Fineout0overholt E.2005.Evidance –Based Practice in Nursing and Health Care:


A Guide to Best Practice.Philadelphia:Li[[icott Williams & Wilkinks.
Polit D.F., Beck C.T 2004.Nursing Reasearch:Principles and Methods.ED 7.Philadelpihia:
JB Lippincott.
Newhouse R, et al.2005.” Evidance-Based Practice:A Practical Appoarch to
Implementation.”J Nurs Adm, 35 (1) : 35.
Callister L.C., et al.2005.”Inquiry in Baccalaureate Nursing Education: Fostering Evidance-
Based Practice “.J Nurs Educ 44(2):59
Sheldon L.K., et al.2006.”Difficult Communication in Nursing”.J Nurs Scholarsh 38 (2):141
International Council of Nurse 1986.Nursing research : ICN Pasition statement.Geneva : The
Council
Oncology Nursing society.”Evidance-Based Practice Resource Area”.https://
onsopcontent.ons.org/toolkish/evidence/Definition/index.shtml.November 2005
Poter,perry.2010.Fundamental of nursing.Singapore:Elsevier pte Ltd.
Siska, dkk.2015.Hubungan tingkat pendidikan perawat dengan kompetensi aplikasi evidence
based practice vol 1 no 1.Tangerang:Fakultas keperawatan universitas pelita harapan.jurnal
skolastik keperawatan.

10 | E V I D E N C E B A S E D P R A C T I C E

Anda mungkin juga menyukai