TAHUN 2020
DI SUSUN OLEH :
ASTRIT FAISATI
(SK.17.01.006)
TAHUN 2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hipertensi merupakan penyakit yang sering di jumpai di masyarakat dan
sering menyebabkan penyakit jantung yang mematikan. Di Amerika data statistik
pada tahun 2005 menunjukan bahwa sekitar 21,7 % penduduk menderita hipertensi,
di Vietnam pada tahun 2004 mencapai 34,5%. Di Indonesia hasil Survey Kesehatan
Rumah Tangga tahun 2008 menunjukkan prevalensi hipertensi cukup tinggi, yaitu
83 per 1000 anggota rumah tangga. Di Jawa Tengah khususya kota semarang
terdapat data 8,6% penderita hipertensi ( Boedi, 2009 ).
Banyak faktor - faktor resiko untuk terjadi nya tekanan darah tinggi antara
lain yaitu gangguan emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang berlebihan, rangsangan
kopi yang berlebihan, tembakau dan obat-obatan, tetapi faktor yang paling
berpengaruh yaitu keturunan.
Gejala Hipertensi pada umumnya tidak nyata, banyak yang sudah
terlambat dan berkomplikasi barulah di ketahui penyebabnya. Seseorang yang
mempunyai penyakit darah tinggi mempunyai resiko besar terhadap penyakit lain
nya, tidak hanya penyakit jantung koroner saja tapi penyakit gagal ginjal , kebutaan
dan stroke bisa saja terjadi.
Makin tinggi tekanan darah seseorang maka semakin tinggi pula resiko
nya, maka dari itu seseorang harus mengetahui tekanan darahnya karena Hipertensi
merupakan penyakit yang mempunyai tingkatan agar mendapat perhatian dan
perawatan sedini mungkin,karena dengan perawatan yang tepat dan cepat dapat
mencegah hal – hal yang mengerikan seperti stroke. Penatalaksanaan hipertensi ini
memerlukan waktu yang lama dan melibatkan berbagi profesi tenaga kesehatan
seperti dokter, perawat, dan ahli gizi.
Banyaknya kejadian harus mendapatkan perhatian serius mengingat
banyaknya resiko terjadinya komplikasi, maka peran tenaga medis termasuk juga
perawat adalah merawat pasien hipertensi dan berusaha untuk memotifasi klien
untuk berusaha berobat dan menerapkan pola hidup sehat dan dan berolahraga secara
teratur.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan mampu melakukan Asuhan Keperawatan dengan
Hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan hipertensi
b. Mampu melakukan intervensi pada pasien dengan Hipertensi
c. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan
Hipertensi
d. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada Tn.M dengan
Hipertensi
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
B. KLASIFIKASI HPERTENSI
C. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan
– perubahan pada :
D. PATOFISIOLOGI / PATHWAY
a. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan.Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Menurut
Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi
yaitu :
Mengeluh sakit kepala, pusing
Lemas, kelelahan
Sesak nafas
Gelisah
Mual
Muntah
Epistaksis
Kesadaran menurun.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
G. . PENATALAKSANAAN
1) Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang
dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah : Restriksi
garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hrDiet rendah kolesterol
dan rendah asam lemak jenuh Penurunan berat badan Penurunan
asupan etanol Menghentikan merokok
Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai
empat prinsip yaitu : Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti
lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain Intensitas olah raga yang
baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi
maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20
– 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x
perminggu dan paling baik 5 x perminggu
Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita
hipertensi meliputi : Tehnik Biofeedback Biofeedback adalah suatu tehnik
yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai
keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak
normal.Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ) Tujuan pendidikan kesehatan yaitu
untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.
2) Terapi dengan Obat Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya
menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND
TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan
bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat
ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita. Pengobatannya meliputi :
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
Alternatif yang bisa diberikan : - Dosis obat pertama dinaikkan -
Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama - Ditambah obat ke –2
jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa
blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti -Ditambah obat ke-
3 jenis lain
Alternatif pemberian obatnya ditambah obat ke-3 dan ke-4 - Re-
evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan
interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas
kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan
kesehatan.
H. KOMPLIKASI
stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan darah tinggi di otak, atau akibat di
embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi
otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak
yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat
melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuk aneurisma.
Infar miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang
menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan
hietrof ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga,
hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksi jantung, dan peingkatan
peningkatan bekuan.
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan pada kapiler
glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus aliran darah keunit fungsional
ginjal yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan
kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus protein akan keluar melalui
urine sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan memyebabkan
edema yang seri g di jumpai pada hipertensi kronis.
Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi
pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapilerdan mendorong
cairan keluar ruang interstisial diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron
disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian
Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsia. Bayi yang lahir mungkin memiliki
berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat,
kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang
selama atau sebelum proses persalinan.