Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR DAN DISLOKASI

Di susun oleh :

1. Anggik Prahesti (920173005)


2. Devi oktania (920173012)
3. Dian Fitria Agustina (920173014)
4. Fera Ardelia (920173019)
5. Mita Nur Faiqotun N. (920173030)
6. M. Alfian Nur M. (920173031)
7. Naimatul Farida (920173034)
8. Putri Nofitasari (920173039)
9. Ririn Ayu Sofiana N. (920173040)
10.Vera Zulfi Novita S. (920173045)

2 A – S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas ke-hadirat Allah SWT yang mana atas berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik. Adapun tujuan penulis
menyelesaikan karya tulis ini adalah untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah
dengan judul Makalah Asuhan Keperawatan Fraktur dan Dislokasi. Dengan membuat tugas
ini kami diharapkan mampu untuk lebih memahami apa itu Kanker Serviks, apa saja tanda
gejala, dll.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penulisan ini. Semoga Allah membalas
kebaikan semua pihak yang terlibat. Amin yaa robbal’alamin.

Kudus, 11 Sepetember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...............................................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ....................................................................................................


B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................
C. TUJUAN .........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ...............................................................................................................
B. ETIOLOGI DAN PATHOFISIOLOGI .........................................................................
C. MANIFESTASI KLINIS .................................................................................................
D. PENGKAJIAN – EVALUASI .......................................................................................
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENATALAKSANAAN ............................
F. PENCEGAHAN .............................................................................................................

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ...............................................................................................................
B. SARAN ............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Dongoes, 2000). Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang. Kebanyakan fraktur adalah akibat dari trauma, beberapa
fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis yang menyebabkan
fraktur-fraktur yang patologis (Enggram 1998). Tulang Femur merupakan tulang pipa
terpanjang dan terbesar didalam tulang.kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan
dengan asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris (Syaifudin,
1992).
Menurut Doengoes (2000) fraktur dapat dibagi menjadi 150, namun 5 yang utama:
1. Incomplete: Fraktur hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang.salah satu
sisi patah yang lain biasanya hanya bengkok (green stick)
2. Complete: Garis fraktur melibatkan bagian potongan menyilang dari tulang dan
fragmen tulang biasanya berubah tempat
3. Tertutup (simple): fraktur tidak meluas melewati kulit
4. Terbuka (complete): fragme tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial
untuk terjadi infeksi.
5. Patologis: fraktur terjadi pada penyakit tulang tidak da trauma atau hanya minimal.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Fraktur dan dislokasi?
2. Bagaimana etiologi dan pathofisiologi fraktur?
3. Bagaimana manifestasi klinis fraktur?
4. Bagaimana Pengkajian dan evaluasi fraktur?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan sesudah dan sebelum
fraktur?
6. Bagaimana cara pencegahan primer, sekunder dan tersier dari fraktur?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Fraktur dan dislokasi.
2. Untuk mengetahui etiologi dan pathofisiologi fraktur.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis fraktur.
4. Untuk mengetahui Pengkajian dan evaluasi fraktur.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan sesudah dan sebelum
fraktur.
6. Untuk mengetahui cara pencegahan primer, sekunder dan tersier dari fraktur.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Arif, 2011).
Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Smeltzer S.C & Bare B.G,2012)
Dislokasi adalah cidera pada sendi yang terjadi ketika tulang bergeser dan
keluar dari posisi normalnya.

B. ETIOLOGI DAN PATHOFISIOLOGI


A) Etiologi
Menurut Appley & Solomon (2013) yang dapat menyebabkan fraktur adalah
sebagai berikut:
1) Traumatik
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
yang dapat berupa pukulan, penghancuran penekukan, penarikan berlebihan.
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena
dan jaringan lunaknya pun juga rusak
2) Kelelahan atau tekanan berulang-ulang
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda
lain akibat tekanan yang berulang-ulang. Keadaan ini paling banyak
ditemukan pada tibia fibula, terutama pada atlit atau penari.
3) Kelemahan dan abnormal pada tulang (patologis)
Fraktur dapat terjadi pada tekanan yang normal jika tulang itu lemah
atau tulang itu sangat rapuh.
B) Patofisilogi
Apabila tulang hidup normal dan mendapat kekerasan yang cukup
menyebabkan patah, maka sel-sel tulang akan mati. Perdarahan biasanya terjadi
disekitar tempat patah dan kedalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut.
Jaringan lunak biasanya juga mengalami kerusakan. Reaksi peradangan hebat
timbul setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mati berakumulasi
menyebabkan peningkatan aliran darah di tempat tersebut. Fagositosis dan
pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk bekuan fibrin
(hematom fraktur) dan berfungsi sebagai jalan untuk melekatnya sel-sel baru.
Aktifitas osteoblas segera terangsang dan membentuk tulang baru imatur yang
disebut kalus. Bekuan fibrin di reabsorbsi dan sel-sel tulang baru secara perlahan
lahan mengalami remodeling untuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan
kalus dan secara perlahan mengalami kalsifikasi. Penyembuhan memerlukan
beberapa minggu sampai beberapa bulan. (Corwin 2012).

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis fraktur paling umum adalah :
1) Rasa sakit
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Dikarenakan adanya spasme
otot, tekanan dari patah tulang atau kerusakan jaringan di sekitarnya.
2) Pembengkakan
Dikarenakan cairan serosa (protein plasma) yang terlokalisir pada daerah
fraktur dan ekstrafasi daerah jaringan di sekitarnya.
3) Deformitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma, dan
pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, sehingga
menyebabkan tulang kehilangan bentuknya.
4) Sprain atau strain (Keseleo atau Terkilir)
Sprain adalah cedera yang terjadi karena regangan berlebihan atau terjadi
robekan pada ligamen dan kapsul sendi. Strain adalah cedera yang terjadi karena
regangan berlebihan atau terjadi robekan pada otot ataupun tendon.
5) Memar atau Ekimosis
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat ekstrafasi daerah di jaringan
sekitarnya.
6) Krepitasi
Rasa gemeretak yang terjadi jika bagian – bagian tulang di gerakkan.
7) Perdarahan dan hemorrhage
(Reeves C.J,Roux G & Lockhart R,2011).

D. PENGKAJIAN – EVALUASI
1. PENGKAJIAN
A. Riwayat Keperawatan

1) Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:

a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi


faktor presipitasi nyeri.

b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.

c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk


pada malam hari atau siang hari.

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari


fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap
klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya
bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.
Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa
diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).

3) Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan


memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-
penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang
menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain
itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya
osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses
penyembuhan tulang (Ignatavicius, Donna D, 2010).

2. Pengkajian Primer

1) Airways

a) Bagaimana jalan nafas, bisa berbicara secara bebas

b) Adakah sumabatan jalan nafas? (darah, lendir, makanan, sputum)

2) Breathing

a) Bagaimana frekuensi pernafasan, teratur atau tidak, kedalamannya

b) Adakah sesak nafas, bagaimana bunyi nafas?

c) Apakah menggunakan otot tambahan?

d) Apakah ada reflek batuk?

3) Circulation

a) Bagaimana nadi, frekuensi, teratur atau tidak, lemah atau kuat

b) Berapa tekanan darah?

c) Akral dingin atau hangat, capillary refill < 3 detik atau > 3 detik, warna
kulit, produksi urin

3. Pengkajian Sekunder

1) Kepala : bagaimana bentuk kepala, rambut mudah dicabut/tidak, kulit kepala


bersih/tidak
2) Mata : konjungtiva anemis +/-, sclera icterik +/-, besar pupil, refleks cahaya
+/-

3) Hidung :bentuk simetris atau tidak, discharge +/-, pembauan baik atau tidak.

4) Telinga : simetris atau tidak, discharge +/-

5) Mulut : sianotik +/-, lembab/kering, gigi caries +/-

6) Leher : pembengkakan +/-, pergeseran trakea +/-

7) Dada

a. Paru

Inspeksi : simetris atau tidak, jejas +/-, retraksi intercostal

Palpasi : fremitus kanan dan kiri sama atau tidak

Perkusi : sonor +/-, hipersonor +/-, pekak +/-

Auskultasi : vesikuler +/-, ronchi +/-, wheezing +/-, crekles +/-

b. Jantung

Inspeksi : ictus cordis tampak atau tidak

Palpasi : dimana ictus cordis teraba

Perkusi : pekak +/-

Auskultasi : bagaimana BJ I dan II, gallops +/-, mur-mur +/-

8) Abdomen

Inspeksi : datar +/-, distensi abdomen +/-, ada jejas +/-

Auskultasi : bising usus +/-, berapa kali permenit


Palpasi : pembesaran hepar / lien

Perkusi : timpani +/-, pekak +/-

9) Genetalia : bersih atau ada tanda – tanda infeksi

10) Ekstremitas

a. Adakah perubahan bentuk: pembengkakan, deformitas, nyeri, pemendekan


tulang, krepitasi ?

b. Adakah nadi pada bagian distal fraktur, lemah/kuat

c. Adakah keterbatasan/kehilangan pergerakan

d. Adakah spasme otot, ksemutan

e. Adakah sensasi terhadap nyeri pada bagian distal fraktur

f. Adakah luka, berapa luasnya, adakah jaringan/tulang yang keluar

11) Psikologis :

a. Cemas

b. Denial

c. Depresi

2. Diagnosa

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan luka post operasi, trauma
jaringan

 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan


rasa nyaman terpenuhi.
 Kriteria Hasil : Pasien menyatakan nyeri berkurang dan dapat dikontrol,
ekspresi wajah tenang.

 Intervensi :

a. Kaji skala nyeri

b. Motivasi penggunaan tehnik distraksi, contoh napas dalam.

c. Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan, perubahan posisi

d. Kolaborasi pemberian obat analgesic

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan immobilitas fisik, bedrest,


kerusakan neuromuskuler

 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan


mobilisasi bisa diminimalisasi

 Kriteria Hasil : - Klien mampu menunjukan peningkatan mobilitas fisik


tidak ada kontraktur, pasien mampu beraktifitas kembali secara bertahap.

 Intervensi :

a. Kaji secara teratur fungsi motorik.

b. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada daerah
yang cedera maupun yang tidak.

c. Instruksikan pasien untuk memanggil bila minta pertolongan.

d. Kolaborasi pemberian relaksan otot sesuai pesanan seperti diazepam.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi, penekanan kulit
saat bedrest

 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi


gangguan integritas kulit selama perawatan
 Kriteria Hasil : tidak ada dekibitus, kulit kering

 Intervensi :

a. Inspeksi seluruh lapisan kulit.

b. Lakukan perubahan posisi sesuai kebutuhan

c. Bersihkan dan keringkan kulit.

d. Jagalah tenun tetap kering.

e. Berikan terapi kinetik sesuai kebutuhan :

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan
terdapat luka post operasi baru.

 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan luka pasien


sembuh dan kering.

 Kriteria Hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi

 Intervensi :

a. Kaji luka pasien.

b. Rawat luka pasien secara teratur dan steril.

c. Kolaborasi pemberian antibiotik

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK & PENATALAKSANAAN SEBELUM DAN


SESUDAH
A. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Rontgen
Menentukan lokasi atau luasnya fraktur atau luasnya trauma.
2. Scan Tulang, CT Scan, MRI
Memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
3. Hitung darah lengkap
Hemoglobin mungkin meningkat atau menurun.
4. Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal.
5. Profil Koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiplay, cidera
hati.
B. Penatalaksanaan Fraktur
Penatalaksanaan medis menurut Chaeruddin Rosjad, 2009. Sebelum
menggambil keputusan untuk melakukan penatalaksanaan definitive. Prinsip
penatalaksanaan fraktur ada 4 R yaitu :

1. Recognition : diagnosa dan penilaian fraktur


Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan
anannesis, pemeriksaan klinis dan radiologi. Pada awal pengobatan perlu
diperhatikan : lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan tehnik yang sesuai
untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama pengobatan.
2. Reduction : tujuannya untuk mengembalikan panjang & kesegarisan tulang.
Dapat dicapai yang manipulasi tertutup/reduksi terbuka progresi. Reduksi
tertutup terdiri dari penggunaan traksimoval untuk menarik fraktur kemudian
memanupulasi untuk mengembalikan kesegarisan normal/dengan traksi
mekanis. Reduksi terbuka diindikasikan jika reduksi tertutup gagal/tidak
memuaskan. Reduksi terbuka merupakan alat frusasi internal yang digunakan
itu mempertahankan dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid
seperti pen, kawat, skrup dan plat. Reduction interna fixation (orif) yaitu
dengan pembedahan terbuka kan mengimobilisasi fraktur yang berfungsi
pembedahan untuk memasukkan skrup/pen kedalam fraktur yang berfungsi
untuk menfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur secara bersamaan.
3. Retention, imobilisasi fraktur tujuannya mencegah pengeseran fregmen dan
mencegah pergerakan yang dapat mengancam union. Untuk mempertahankan
reduksi (ektrimitas yang mengalami fraktur) adalah dengan traksi. Traksi
merupakan salah satu pengobatan dengan cara menarik/tarikan pada bagian
tulang-tulang sebagai kekuatan dngan kontrol dan tahanan beban keduanya
untuk menyokong tulang dengan tujuan mencegah reposisi deformitas,
mengurangi fraktur dan dislokasi, mempertahankan ligamen
tubuh/mengurangi spasme otot, mengurangi nyeri, mempertahankan anatomi
tubuh dan mengimobilisasi area spesifik tubuh. Ada 2 pemasangan traksi yaitu
: skin traksi dan skeletal traksi.
4. Rehabilitation, mengembalikan aktiftas fungsional seoptimal mungkin.
Penatalaksanaan fraktur mengacu kepada empat tujuan utama yaitu:
1) Mengurangi rasa nyeri, Trauma pada jaringan disekitar fraktur menimbulkan
rasa nyeri yang hebat bahkan sampai menimbulkan syok. Untuk mengurangi
nyeri dapat diberi obat penghilang rasa nyeri, serta dengan teknik imobilisasi,
yaitu pemasangan bidai / spalk, maupun memasang gips.
2) Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur. Seperti pemasangan traksi
kontinyu, fiksasi eksternal, fiksasi internal, sedangkan bidai maupun gips
hanya dapat digunakan untuk fiksasi yang bersifat sementara saja.
3) Membuat tulang kembali menyatu Tulang yang fraktur akan mulai menyatu
dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6
bulan.
4) Mengembalikan fungsi seperti semula Imobilisasi dalam jangka waktu yang
lama dapat menyebabkan atrofi otot dan kekakuan pada sendi. Maka untuk
mencegah hal tersebut diperlukan upaya mobilisasi.
C. Proses Penyembuhan Fraktur
Menurut Apley dan Solomon (1995) ada lima tahap proses penyembuhan
fraktur antara lain sebagai berikut:
1. Tahap pembentukan hematom
Dimulai setelah fraktur sampai hari kelima terjadi perdarahan, dalam
24 jam pertama terbentuk darah dan fibrin yang masuk ke daerah fraktur,
setelah 24 jam pertama, suplai darah meningkat ke area fraktur dan terbentuk
hematom. Hematom berkembang menjadi jaringan granulasi
2. Tahap proliferasi seluler
Proses ini terjadi sampai hari ke dua belas. Pada area fraktur,
periosteum endosteum dari sumsum tulang yang mensuplay sel berubah
menjadi fibro kartilago, kartilago hialin dan jaringan penunjang fibrosa,
terjadinya osteogenesis dengan cepat.
3. Tahap pembentukan kalus
Enam sampai sepuluh hari setelah cidera, jaringan granulasi berubah
menjadi bentuk pra kalus. Pra kalus menjadi puncak ukuran maksimal pada
empat belas sampai dua puluh satu hari setelah cidera.
4. Tahap osifikasi kalus
Ini terjadi sampai minggu keduabelas, membentuk osifikasi kalus
intermediet pada minggu ketiga sampai seluruh kalus menutupi tulang.
5. Tahap konsolidasi
Dengan aktifitas osteoblas dan osteoklast, kalus menalam
pembentukan tulang sesuai bentuk aslinya.

F. PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER


1) Pencegahan Primer
Dilakukan dengan upaya menghindari terjadinya trauma benturan, terjatuh
atau kecelakaan lainnya. Melakukan aktifitas yang berat dengan hati – hati,
memperhatikan pedoman keselamatan dan memakai alat pelindung diri.
2) Pencegahan Sekunder
Memberikan pertolongan pertama yang tepat untuk mengurangi akibat yang
lebih serius dari terjadinya fraktur dan dislokasi. Mengangkat penderita dengan
posisi yang benar agar tidak memperparah bagian tubuh yang terkena fraktur.
Pemeriksaan klinis untuk melihat bentuk dan keparahan tulang yang patah.
Pengobatan yang dilakukan dapat berupa traksi, pembidaian dengan gips atau
dengan fiksasi internal maupun eksternal.
3) Pencegahan Tersier
Bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan
memberikan tindakan pemulihan yang tepat untuk menghindari atau mengurangi
kecacatan. Pengobatan dilakukan sesui dengan jenis dan beratnya fraktur yaitu
dengan tindakan operatif dan rehabilitasi. Rehabilitasi medis untuk
mengembalikan fungsi tubuh ke semua.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan di
tentukan sesuai jenis dan luasnya ( Smeltzer S.C & Bare B. G, 2013) atau setiap retak
atau patah pada tulang yang utuh ( Ree Ves C.J, Roux G & Lockh Art R, 2012).
Fraktur adalah masalah yang akhir – akhir ini sangat banyak menyita perhatian
masyarakat yang terjadi kebanyakan karena trauma, kecelakaan. Sering kali
penanganan fraktur tidak tepat, hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang tersedia
atau mungkin karena gejala yang hamper mirip dengan orang yang terkilir.

B. SARAN
Setelah membaca makalah ini penulis menyarankan agar pembaca dapat
memahami tentang pengertian, tanda gejala, penyebab, dan bagaimana jalannya
fraktur itu sendiri, sehingga dapat membuat kita lebih hati – hati dalam bekerja
maupun melakukan aktivitas sehari – hari.
DAFTAR PUSTAKA

Appley, G. A. 2011. Orthopedi dan Fraktur Sistem Appley, Edisi VII. Jakarta : Widya
Medika.

Doengoes, Marilyn, E. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi V. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arief. 2012. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III. Jakarta : Media
Aesculapius.

Smeltzer, Suzanne, C. Bare Brenda, G. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, Edisi VIII. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai